Home / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Part 39 Il Giorno Office

Share

Part 39 Il Giorno Office

last update Last Updated: 2023-04-27 18:16:32

Inno saling pandang dengan Irfan. Laki-laki itu ikut bangkit sambil membawa serta cangkirnya. Sebelum beranjak, Inno menepuk pelan bahu Irfan yang masih mematung. Wajah pemuda itu masih tertekuk dalam.

"Maafkan, Mbakmu, Fan. Biar aku bicara sama dia," ucapnya lirih. "Maaf ya," ulang Inno tidak enak hati.

Irfan mengangguk kemudian bergegas menuju ke kamarnya sendiri. Inno merebahkan tubuh di samping Amelia yang tengah berbaring miring sambil memeluk rangkaian bunga mawar tadi.

Menyadari kehadiran Inno, Amelia membalikkan badan menghadap suaminya. Dia menjulurkan tangan dan meletakkan bunga tersebut ke atas nakas.

Inno menatap dalam istrinya yang masih cemberut. "Jangan begitu sama Irfan. Masa iya, uang tiga ratus ribu saja main hutang-hutangan?" Inno meraih tangan Amelia dan menggenggamnya.

"Dan Mas percaya ucapannya?" tanya Amelia kesal.

Inno menarik napas pelan, lalu menggeleng. "Aku percaya kalian hanya becanda, Amelia. Aku yang nyuruh dia jemput ke bandara. Aku juga nggak percaya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 40 Menikahlah Lagi

    "Viana, pacarnya Inno, Mel." "Shit, mulutmu, Her!" sentak Inno kesal serta refleks menendang kaki sahabatnya itu.Heri langsung meringis dan menatap protes pada Inno. Selanjutnya, laki-laki berambut cepak itu menatap Amelia sambil mengacungkan kedua jari membentuk huruf V."Maksudnya aku mantan pacarnya Inno, Mel. Mantan dia kan banyak. Ajeng, Fatma, Viana, dan Daniela," lanjutnya jujur.Amelia bergantian menatap Inno dan Heri. Inno menunduk sembari memijit pelipisnya. Sedangkan Evan terkekeh pelan seolah mengejek. Inno melirik malas pada kedua sahabat yang sangat menyebalkan itu."Oh, begitu. Terus sekarang masih penasaran sama Viana, Mas?" tanya Amelia dengan tatapan tajam.Inno langsung mendongak. Laki-laki itu bangkit dan mendekati Amelia. Dia kembali melirik sinis ke arah Heri yang tidak bisa mengontrol ucapan."Van, kita keluar, yuk. Nggak enak, nih, jadinya.""Punya rasa nggak enak juga, Her," sindir Evan, tak urung ikut berdiri.Amelia melirik sekilas pada kedua sahabat Inno

    Last Updated : 2023-04-28
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 41 RISUG

    "Menikahlah lagi, Mas. Aku ridho. Keluarga Morelli harus punya keturunan, Mas," ucap Amelia dengan air mata kembali jatuh.Inno menepis kasar tangan sang istri dan menatap tajam wanita itu. Amelia menunduk dalam sembari membekap wajahnya dengan telapak tangan."Omong kosong macam apa ini, Amelia!" sergah Inno. Laki-laki itu memegang dagu istrinya. "Lihat aku, Amelia," titahnya dengan nada melunak.Amelia masih menunduk tak berani membalas tatapan mata suaminya."Tatap aku, Amelia!" titah Inno lagi. "Apa kamu pikir ucapanmu itu lucu, hah?" tanyanya sinis.Amelia mendongak, lalu menggeleng pelan. Dia mengulurkan tangan, mengusap lengan sang suami. Lalu memegang jemari tangan Inno dan menempelkan di dadanya."Aku serius, Mas. Aku nggak akan meninggalkan Mas Inno. Mas silakan menikah lagi supaya memiliki anak dan anak itu kita rawat bersama. Bukankah Viana masih mengharapkan Mas?" ucapnya parau.Inno kembali tersenyum sinis. "Kamu pikir, aku akan mau menuruti ide konyolmu itu? Aku lebih b

    Last Updated : 2023-04-29
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 42 Sakit

    "Nak, kamu kenapa? Amelia!" panggil Bu Rini khawatir.Amelia menggeleng pelan dan setengah berlari menuju ke mobil yang terparkir di halaman."Bu, saya disuruh Pak Inno antar ber--""Saya ikut ke kantor, Pak!" sahut Amelia cepat sembari membuka pintu belakang.Pak Dinan mengangguk pelan dan tanpa bertanya apa pun segera melajukan mobil menuju ke Il Giorno Office. Sesekali laki-laki paruh baya itu melirik spion tengah, menatap Amelia yang berulang kali pula menghapus air mata.Sampai di depan lobby, Amelia bergegas turun dan sedikit berlari menuju ke lift. Bahkan dia hanya mengangguk samar menjawab sapaan karyawan yang berpapasan dengannya.Inno yang kebetulan keluar dari ruangan tersenyum sembari mengulurkan tangan melihat kedatangan sang istri."Terima kasih, Sayang, kamu antar sendiri."Amelia menepis pelan tangan laki-laki itu. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia memasuki ruangan Inno dan menghempaskan tubuh di sofa. Dia menunduk dalam dengan bahu berguncang karena tangis."Hei, ka

    Last Updated : 2023-04-30
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 43 Salah Tempat

    "Kamu boleh bicara apa pun, Amelia. Setelah itu dengarkan penjelasan aku!"Amelia tersenyum satu sudut dan kembali mengusap pipinya yang basah. "Penjelasan apa, Mas? Penjelasan nggak ingin punya anak, hm? Ya, baiklah. Kita sepakat. Menikahlah dengan orang yang membuat Mas mau punya anak!" ucapnya sinis.Inno mengangkat telapak tangan dan mengepalkan dengan rahang mengeras. Dadanya naik turun menahan emosi. Perlahan laki-laki itu menurunkan tangannya. Inno menatap tajam pada sang istri yang masih terisak."Kenapa nggak jadi? Tampar dan pukul aku!" tantang Amelia.Inno menarik tubuh sang istri dan kembali memeluk erat wanita itu. "Hentikan bicaramu, Amelia. Kita cari tempat bicara, jangan di sini," ucapnya melunak."Apa salahku, Mas? Apa aku nggak pantas jadi anggota keluarga Morelli? Apa anak keturunanku haram bagi keluarga terpandang seperti kalian?" racau Amelia dengan napas tersengal. Mengingat kertas dari rumah sakit tadi, hatinya benar-benar remuk.Inno memegang wajah sang istri d

    Last Updated : 2023-05-01
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 44 Hukuman

    Inno kembali mendengus kasar. Tatapannya kini semakin menajam. Laki-laki itu merebut handphone istrinya dan meng-cancel pembelian tiket."Mas, apaan, sih?" cegah Amelia berusaha merebut handphonenya.Tidak hanya meng-cancel pembelian tiket, Inno juga mematikan handphone milik istrinya kemudian mengantonginya. "Mas Inno nggak bisa kayak gini. Jangan mau enaknya sendiri dong, Mas!" "Enaknya sendiri? Aku cuma ingin membicarakan masalah ini baik-baik dan menyelesaikannya dengan cara dewasa. Bukan main kabur dari rumah. Paham?" "Terserah!"Amelia bergegas bangkit. Wanita itu duduk di tepi tempat tidur dengan wajah menunduk dalam. Kedua tangannya membekap wajah dan kembali menangis di situ.Inno mendekat dan bersimpuh di karpet. Inno meraih tangan Amelia dan menggenggam jemari tangan wanita itu. Amelia menatapnya sekilas, selanjutnya membuang pandangan."Entah kenapa aku benci sama Mas Inno, sekarang. Aku kecewa banget. Hatiku terasa sakit. Aku nggak ada artinya sebagai seorang istri. Ma

    Last Updated : 2023-05-03
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 45 Hamil?

    "Kami juga sudah berusaha, Bu. Semoga saja mendapatkan kabar bagus dalam satu atau dua bulan lagi. Dan semoga saja anak kami nggak ngambekan seperti mamanya."Bu Rini langsung menepuk punggung anaknya dengan gemas. Dia tidak tahu dari mana Inno mewarisi sifat seenaknya sendiri seperti itu. "Suami nggak bersyukur. Seribu satu istri seperti Amelia itu. Kamu yang seharusnya banyak berbenah!" tegur wanita paruh baya itu gemas. "Sudah bawa jusnya ke atas!"Tatapan Inno tertuju pada plastik bening di tangannya. Laki-laki itu mengangguk kemudian bergegas menuju ke kamar. Di situ, Amelia meringkuk di tempat tidur sambil memeluk bantal.Dengan hati-hati, Inno mengambil alih bantal itu. Amelia membuka mata sebentar kemudian kembali menutupnya. Entah mengapa melihat wajah tidak bersalah sang suami, Amelia semakin sebal."Sayang, jusnya dapat nih!" ujar Inno sambil menempelkan gelas plastik itu ke lengan sang istri.Amelia berjingkat kaget. "Ish, apaan sih, Mas. Dingin tahu!" sungutnya kesal.La

    Last Updated : 2023-05-04
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 45 Kamu Eksklusif

    "Sstt, Sayang, kamu ngomong apa?" tanya Inno lirih. Laki-laki itu melirik ke arah dokter yang berada tak jauh dari mereka. " Ya, sudah kita pulang, Sayang," ajak laki-laki itu sambil membantu sang istri bangkit.Sepanjang perjalanan pulang, keduanya saling diam. Amelia memilih memejamkan mata. Selain kepalanya pusing, dia sibuk berpikir. Benarkah dirinya hamil? Bukankah, waktu dua minggu yang lalu saat melakukan test di rumah negatif?"Alhamdulillah ya Allah," ucap Inno dalam hati. Dia meraih tangan sang istri dan menciumnya. Laki-laki itu tak berhenti berucap syukur.Sampai di rumah, mereka sudah ditunggu Bu Rini di ruang keluarga. Inno langsung memeluk ibunya dan mencium kedua belah pipi wanita itu.Laki-laki itu berbisik lirih sambil memberikan amplop hasil test kehamilan. "Inno tetapi janji, Bu. Alhamdulillah akhirnya, Amelia hamil. Aku pikir dia bersikap aneh karena ngerjain Inno saja." Laki-laki itu tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya."Alhamdulillah, ya Allah!" pekik Bu Rin

    Last Updated : 2023-05-07
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 46 Viana

    "V-vi, Vi ... Vi. Tolong lepaskan," ucap Inno sembari melepaskan tangan Viana di perutnya.Pelukan Viana terlepas. Gadis itu merubah posisi di depan Inno. Menatap mata Inno yang langsung memalingkan wajah. Inno mundur selangkah hendak berbalik, namun Viana menyambar lengannya.Inno melirik tangannya. "Tolong, lepaskan!" ucapnya tegas."Inno, kenapa kamu benar-benar berubah?" tanya gadis cantik itu.Inno menyunggingkan senyum sekilas. Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar lalu memasukkan handphone ke saku celananya kembali."Maaf, memangnya apa yang kamu harapkan dari laki-laki beristri? Bukankah hubungan kita sudah selesai beberapa tahun lalu?" tanya laki-laki berambut coklat itu.Viana mengangguk pelan. "Ya, aku tahu. Aku hanya ingin kita tetap berteman, sama seperti kamu berteman dengan Ajeng," sahut Viana."Nggak jelas," gumam Inno lirih. "Sebenarnya apa tujuan kamu, Viana?" tanya Inno sinis.Laki-laki itu menyesalkan, keinginan menghibur istrinya justru membuatnya bertemu mantan k

    Last Updated : 2023-05-08

Latest chapter

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 90 End

    3 bulan kemudian...Venezia, ItaliaMusim panas digunakan sebagian masyarakat Italia untuk menikmati hangatnya sinar matahari. Seperti biasa, pantai di timur kota Venezia itu sangat ramai. Di bawah payung-payung berjejer kursi untuk berjemur.Beberapa ratus meter dari mereka, seorang anak berusia dua tahun sibuk bermain pasir. Dia bertepuk tangan riang ketika istana pasir buatannya telah berdiri sempurna."Yeee, Papa, Mama, look at this!" serunya.Amelia yang duduk tidak jauh dari anak dan suaminya, tersenyum lebar. Dia sesekali mengabadikan momen itu dengan kamera handphone. Inno menatap istrinya beberapa detik kemudian mendekat."Masih pusing, Sayang?" tanyanya khawatir.Amelia menggeleng pelan. Dia mengusap pasir yang menempel di lengan suaminya. Inno menunduk dan mengusap perut sang istri."Baik-baik ya, Dek," ucap Inno lalu menatap istrinya. "Kalau kamu pusing, bilang ya, kita pulang," lanjutnya, lalu mencium kepala Amelia.Wanita berhijab itu mengangguk, lalu menunjuk ke arah Ga

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 89 Jodoh Terakhir

    "Masih berlaku tuh, syarat?" tanya Inno."Ya, berlaku. Juga beberapa hal yang aku ingin tahu," jawab Amelia.Inno menaikkan sebelah alis. Laki-laki itu terpaksa mengangguk. "Tapi aku nggak mau kalau syaratnya bakalan merusak mood kita hari ini!" tegasnya. "Aku ingin menikmati hari bahagia ini bersama kalian semua," imbuh Inno.Sebelum Amelia menyahut, tiba-tiba Irfan menyeruak di tengah-tengah Inno dan Amelia. Pemuda yang baru saja menjadi wali nikah kakaknya itu tersenyum jahil."Baru kali ini aku lihat Mbak Amelia benar-benar jungkir balik karena cintanya Mas Inno. Huhu!" ledek Irfan kemudian berlalu sambil menggendong Gabriele.Amelia tertunduk malu, apalagi Inno menatapnya begitu lekat. Ternyata Inno tidak hanya membuat acara di masjid. Laki-laki itu juga mengadakan resepsi di ballroom hotel berbintang. Acara di hotel dihadiri ratusan undangan. Amelia menoleh pada Inno, ketika Elena menghampirinya sambil memberikan serangkai bunga mawar. "Tante, apa Tante Ambar juga sayang sama

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 88 Simpul Halal

    Masjid Al Arif, dipilih Danu sebagai tempat akad nikah. Para santri dan pengurus pondok telah menunggu peristiwa sakral itu. Tenda juga telah dipasang dengan hiasan bunga-bunga.Amelia didampingi Umi dan Haznia berjalan sambil menunduk. Amelia benar-benar memasrahkan semua perjalanan hidupnya pada Allah. Meskipun ada keraguan, dia pantang mempermalukan orang lain. Danu adalah laki-laki yang sangat baik. Amelia berjanji dalam hati, akan menjadi istri yang baik untuk Danu dan ibu untuk Elena.Wanita itu tidak melihat keberadaan Gabriele. Amelia mengeryit ketika seorang santriwati mendekat sambil memberikan serangkai bunga mawar bercampur anyelir. Amelia tahu, bunga itu dari Inno.Haznia mengambil selembar kertas kecil yang terselip di antara bunga-bunga itu. Lalu menyodorkan pada Amelia.["Aku kembalikan Gabriele. Terima kasih sudah bersabar menghadapi sikapku. Bismillah ya, Sayang. Jangan menangis lagi, Amelia."]"Mas Inno," gumam Amelia tercekat. Dia memindai sekitar, namun tidak mene

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 87 Menikah?

    Amelia menepis tangan Haznia kemudian beranjak. Wanita itu bertemu pandang dengan Danu di depan pintu. Amelia langsung memalingkan pandangan. Dia berlari ke rumahnya, lalu memasuki kamar.Dia menumpahkan tangis di situ. Tidak peduli dengan panggilan Haznia, Danu, dan Evan. "Mel, buka pintunya sebentar. Aku ingin bicara, Sayang!" bujuk Danu pelan.Amelia mengusap kasar air matanya. "Mas Danu juga tahu hal ini, kan? Kenapa kalian semua jahat?" teriaknya dari dalam kamar."Makanya, buka pintu dulu." Danu terus membujuk, namun Amelia tidak peduli.Dia benar-benar kecewa pada semua orang. Semuanya! Jika Evan dan Haznia tahu alasan Inno selingkuh dengan Daniela, tentu Umi, dan Irfan juga tahu. Begitu juga orang tua Inno.Tubuh Amelia meluruh di tepi ranjang. Dia memeluk lutut dan membenamkan wajah di sela-sela lutut. "Kenapa kamu lakukan ini, Mas? Kenapa? Apa begini cara Mas Inno melindungi aku dan Gabriele? Bagaimana kalau seandainya Mas nggak kembali?" Di depan pintu, Evan menatap Danu

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 86 Menyalahi Kesepakatan

    Laki-laki itu masih belum mau beranjak dari tempatnya. Telapak tangannya mengusap-usap kepala seekor kucing. Dia mengambil kucing itu dan memangkunya."Lho, Nak Danu, kok nggak masuk? Malah duduk di sini?" tanya Bu Rini.Danu tersenyum, kemudian menoleh ke arah Inno yang masih bercengkerama dengan Gabriele. Rupanya Inno belum menyadari kedatangan Danu. Dia masih asyik menjelaskan beberapa hal pada puteranya itu."Inno, ada Nak Danu, malah di situ!" panggil Bu Rini.Sontak Inno menoleh. Laki-laki itu menatap Danu dan tersenyum canggung. Gabriele berdiri di samping Inno sambil berpegangan bahu papanya."Zio Danu!" "Hai, Ganteng. Kamu lagi main apa sih, asyik banget?"Gabriele nyengir kecil. Dia menoleh pada papanya. Inno langsung bangkit dan menuntun Gabriele mendekati Danu."Silakan masuk, Mas. Maaf nggak denger," ucap Inno datar.Danu mengangguk mengerti. Laki-laki itu menunduk dan mengusap kepala Gabriele. Kemudian pandangan kedua orang yang sama-sama berjuang mendapatkan Amelia itu

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 85 POV Inno

    "Inno, bertahanlah Inno. Ingat, Gabriele menunggumu di Indonesia. Jemput kembali anak dan istrimu, Inno! Devi sopravvivere. Hai sentito Nonno? Non lasciare che cio che facciamo invano!" ( Kamu harus bertahan. Apa kamu dengar Kakek? Jangan sampai apa yang kita lakukan sia-sia!)Suara samar-samar itu perlahan semakin jelas. Ketika aku membuka mata, senyum Kakek dan Nenek langsung menyambutku. Hampir tiga bulan aku tidur di atas brankar rumah sakit. Bahkan aku sendiri tidak tahu jika sampai berada di fase itu.Yang aku ingat, dua kali tembakan menembus bahu dan lengan atasku. Dokter mengatakan, salah satu peluru mengenai pembuluh darah yang terhubung ke paru-paru. Aku juga sempat koma. Hal itu pula yang membuat pihak rumah sakit dan keluargaku menutup semua akses informasi.Aku juga tidak tahu bagaimana nasib anak dan mantan istriku. Apa mereka aman? Tunggu, mantan istri? Menyebut kata itu, hatiku sakit. Aku tidak pernah mengira, apa yang kami lakukan akan membuat istriku menggugat cerai

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 84 Rencana Licik

    Antara kesal dan gemas karena sikap seenaknya Inno, itulah yang dirasakan Amelia. Sepertinya, Inno sengaja mencari keributan. Amelia tidak habis mengerti, semakin tua, Inno malah semakin menyebalkan.Amelia meminjam handphone Umi untuk menghubungi Inno. Danu memperhatikan tingkah panik Amelia, hanya menggaruk pelipis sembari tersenyum penuh arti."Hallo, assalamualaikum, Umi!" sapa Inno di seberang sana."Waalaikumsalam salam. Mas bawa Gabriele ke mana? Mas sengaja culik Gabriele, ya?" tuduh Amelia seenaknya.Terdengar decakan lirih dari sana. "Ngapain nyulik anak sendiri? Lagian emaknya enak-enakan pacaran, nggak mikirin anak di rumah. Salah gitu, aku bawa jalan-jalan anakku?" balas Inno sembari terkekeh. Amelia langsung mendengus kasar. Tak jauh darinya, Danu menggelengkan kepala samar mendengar perdebatan kedua orang itu."Ya sudah, cepat bawa pulang!" titah Amelia tegas.Di seberang sana, Inno justru tertawa. "Suka-suka aku dong, mau cepat pulang atau nggak. Sudah, nggak usah gang

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 83 Calon Istriku

    Amelia memberontak. Dia mendorong kasar tubuh Inno sehingga pelukan laki-laki itu terlepas. Amelia menatap tajam pada Inno yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.Kurang ajar sekali mantan suaminya ini. Namun anehnya, tanpa disadari, Amelia juga membalas ciuman itu. Merasa menang, Inno menyunggingkan senyum satu sudut. Hanya sekilas.Amelia menutup wajahnya dengan telapak tangan. Dia mengutuk dirinya sendiri yang tanpa sadar mengikuti kemauan Inno. Dan dia mengutuk kekurangajaran laki-laki tampan itu."Pergi Mas, pergi!" usir Amelia sambil menangis.Inno tidak menggubris. Laki-laki itu menangkupkan telapak tangan di depan dada. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan lagi jika tidak mau Amelia semakin muak padanya."Maafkan aku, Sayang. Habisnya kamu nggak mau diam, sih. Makanya, kalau suami ngomong itu dengerin dulu!" ucap Inno santai."Mantan, ingat itu!" sentak Amelia marah. "Dan buang jauh-jauh panggilan itu. Mas nggak berhak lagi memanggilku begitu!" lanjutnya dengan suara

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 82 Ingin Seperti Dulu

    "Mas Inno..." Amelia memanggil lirih nama mantan suaminya itu.Danu mengikuti arah pandangan Amelia. Kedua laki-laki itu saling pandang dalam diam. Danu bisa melihat luka di mata Inno. Selanjutnya, Inno menatap Amelia dengan dada terasa sesak. Wanita tercintanya, dilamar laki-laki lain di depan mata. Begini rasanya? Teramat sangat sakit. Itulah yang dirasakan Amelia ketika melihat sang suami tidur dan berciuman dengan Daniela.Inno melangkah maju dan berdiri tepat di depan Amelia. Wanita itu langsung memalingkan pandangan. Luka di hati wanita itu kembali basah."Gabriele di rumah, Mas!" ucap Amelia lirih tanpa mau menatap wajah mantan suaminya.Inno tidak menjawab. Laki-laki itu masih menatap Amelia penuh arti, kemudian menatap Danu. Dia tersenyum kaku pada Danu."Selamat, Mas. Bahagiakan Amelia," ucap Inno parau.Danu masih bergeming. Inno kembali menatap Amelia, hanya beberapa detik, kemudian membalikkan badan. Tenggorokan Amelia tercekat melihat langkah Inno yang menjauh. Rasa sak

DMCA.com Protection Status