“Bagaimana, Pak? Apa ada yang saya bantu?” tanya Daniel. Lewat dua puluhmenit Daniel baru bisa masuk ke dalam ruangan milik Marchel. Di ruangan itu memang sepi hanya ada suara ketikan dari laptop Karina dan selebihnya Marchel yang memainkan bolpoint diputar-putar. “Aku memanggilmu tau karena apa?” tanya Marchel menjawab pertanyaan dari Daniel.“Aku tidka mengetahuinya, Pak,” balas Daniel sok polos. Marchel mengeluarkan dokumen berwarna kuning dan map berawrna hijau botol. Itu adalah tugas yang dikirim oleh Daniel satu hari yang lalu. “Liat itu dokumen milik siapa,” kata Marchel sedikit melemparkan kedua benda tersebut. Dengan sedikit ketakutan, Daniel berusaha untuk membuka map tersebut dan ternyata apa yang disampaikan oleh Marchel benar apadanya. Dia menaruh dokumen tersebut bukan ditujukan untuk Marchel tetapi kepada divisi yang lain. Dengan gegabah, Daniel pun langsung menepuk jidatnya sendiri sembari meminta maaf sambil tertawa. Sikap Marchel yang cenderung jarang sekali m
Setelah menjalani hari-hari penuh dengan pikiran yang rumit, kini waktunya Karina mencoba memantapkan diri dengan pilihan pakaian yang akan dikenakan untuk bertemu dengan gadis kecil yang tak lain adalah anak Marchel. Jauh hari Karina sempat berpikir apakah dirinya bisa menjadi ibu sambung yang baik untuk Reyna atau tidak. Meskipun dirinya baru menjalin kedekatan dengan Marchel beberapa hari yang lalu, tetapi Karina sudah terlalu jauh memikirkan untuk menjadi sosok ibu yang baik. Dia pun sudha tidak ingin menjalin hubungan yang tanpa kejelasan seperti kisah cinta anak sekolah. Yang dia pikirkan adalah keseriusan hubungan, terlebih usianya yang sudah matang juga membuatnya berpikiran demikian. “Gue terlihat norak kah pake pink?” tanya Karina. Kepribadian Karina yang sedikit tomboy itu meragukan dirinya sendiri di depan cermin. Tidak ada rasa percaya diri ketika dia memakai dress berwarna pink mengkilap. Sambil menjinjing sedikit kainnya, dia pun mengubah ekspresi wajahnya. “Serius
“Hei, Reyna! Ayo jangan malu, kenalan dulu sama kakak!” ajak Marchel kepada anaknya.Gadis kecil itu masih bersembunyi di belakang kaki Marchel, ayahnya sendiri. Mencoba mengintip siapa orang yang datang bersama ayahnya itu masuk ke rumah pertama kali.Karina yang tersenyum kini pun langsung berlutut agar bisa melihat Reyna secara dekat. Dia mencoba mengulurkan tangannya agar bisa mengajak berkenalan langsung.“Halo, Reyna. Ayo! Kenalan dulu sama kakak sini!” ajak Karina sambil melambaikan tangannya. Seperti yang dikatakan oleh Marchel sebelumnya, anak gadis itu memang sedikit pemalu dan susah buat kenalan dengan Karina.Belum sempat mengajaknya bermain, gadis kecil itu langsung ebrlari masuk ke ruang tengah sambil memanggil baby sitternya.Karina hanya tersenyum dan langsung berdiri kembali. “Tenanglah, memang Reyna seperti itu. Nanti juga dia akan luluh sendiri kalo kamu dan dia sering berinteraksi.Ajak dia ngobrol, biasanya akan ikut juga,” ucap Marchel memberikan pesan kep
“Dia siapa, Marchel?” tanya Tania. Karena Reyna berlari seperti orang yang dikejar sesuatu, tiba-tiba Tania yang merupakan mama kandung Marchel pun langsung menghampiri menuju ruangan depan. Bersama dengan mertua Marchel, mereka pun datang beriringan. Sampai akhirnya Kkarina sadar bahwa di momen tersebut harus bisa berkenalan dan memeprkenalkan diri kepada orang tua Marhcel. Umur Tania belum terlalu tua, dia masih bergabung dalam komunitas wanita sosialita di daerahnya sendiri termasuk beberapa kelompok ibu-ibu penghuni perumahaan elite tersebut. Sambil mencoba untuk bersiap, Karina melihat gaya pakaian Tania yang sederhana tetapi terkesan elegan. Dengan blouse pendek bermotif bunga sakura kecil dipadupandankan kulot berwarna putih tulang dan belt yang menghiasi pinggang ramping tersebut membuat dirinya menelan ludah seketika. “Gila sih, konglomerat banget,” ucap Kkarina di dalam hatinya. “Kenalin, Mah. Ini Karina, salah satu teman kerja Marchel yang merupakan sekertaris pribadi
Di rumah yang mewah itu, Tania yang merupakan ibu kandung Marchel pun mulai bercengkerama dengan tamu.Termasuk Rosa yang merupakan ibu kandung dari almarhum istri Marchel. Dia bertemu dengan Anita yang merupakan ibu kandung Luna karena ada janji selepas arisan.Anita sudah ketiga kalinya datang ke rumah Tania untuk menemani Rosa bersilaturahmi dan sekedar menjenguk Reyna yang masih kecil.“Nampaknya tadi itu seperti bukan teman biasa,” sindir Rosa.Tania yang mendengar ucapan itu pun merasa tersindir. Sebab Marchel memang sudah lama sekali tidak pernah menunjukkan kedekatannya dengan seorang wanita setelah istrinya meninggal.“Oh, itu teman bisnis. Marchel mungkin ada urusan dengan sekertarisnya,” jawab Tania mencoba meyakinkan wanita yang ada di depannya itu.Sambil disajikan beberapa camilan, Anita mulai melirik ke arah Rosa. Dia merasa ini adalah kesempatan yang bagus untuk membuat dua keluarga itu saling membenci.“Ini yang aku tunggu. Semoga saja Tania bisa membenci Rosa
“Mah! Gimana, Ma?” tanya Luna menganggetkan Anita, ibu kandungnya sendiri. Sore menjelang malam itu pun mereka bertemu. Di sebuah kafe yang tak jauh dari tempat kerja Luna, karena Anita sengja memilih tempat itu agar anaknya tidak terlalu jauh untuk pergi setelah pulang kerja. “Astaga, kamu ini Lun! Mama kaget gini masih aja kamu tuh!” tegur Anita sambil menepuk lengan Luna yang tiba-tiba ada di sampingnya. Pertemuan itu memang sudah direncanakan untuk membahas masalah yang masih hangat. Bahkan Luna pun sempat berbohong kepada atasan untuk pulang cepat karena ada masalah keluarga yang harus di urus di rumah sakit. Pernyataan bohong itu pun disetujui oleh atasan sehingga Luna berhasil keluar jam kantor setengah jam lebih cepat dibanding teman yang lainnya. “Buset dah! Beneran ini mama mau ngasih tau yang penting. Penting, penting, pentingggggggg bangetttt!” ungkap Anita dengan penuh semangat. Luna sedikit mengangkat salah satu alisnya seolah menagnggap hal ini sedikit aneh. Tetapi
Luna berjalan beriringan dengan Daniel. Dia pun merasa senang karena apa yang akan dia dapatkan hari itu juga terkabul.Tak lain adalah rekaman cctv yang memperlihatkan kemesraan Karina dengan Mrchel. “Memang dia ini tidak tau diri apa, itu kan ruangan kantor. Semena banget mentang ini perusahaannya gitu?” sindir Luna saat berjalan menuju ke ruangan bawah menuju ruangan cctv.“Biasa lah. Yang namanya nafsu tak tertahan pasti ada saja begitu alasannya. Gue yakin Marchel pas itu udah turn on jadi ya begitulah karena sudah memuncak,” jawab Daniel diselingi tawa.Mereka tertawa karena Daniel mengatakan turn on. Sedangkan Luna memang sudah maksud dengan kalimat yang diucapkan oleh Daniel itu.Dia pun berhenti di salah satu lorong yang mengarah di pertigaan ruangan. Berhenti sesuai dengan instruksi dari Daniel agar tidak terlalu curiga.“Lo intinya kalo udah lebih dari setengah jam, mending cabut. Gue tau ini resikonya sangat gede, jadi biarkan gue sendiri yang ngelakuin.Lo peri ke
“Jadi gini kelakuan anakmu?” tanya Rosa.Beberapa lembar fot o berhamburan dilemparkan oleh Rosa ke wajah Tania. Siang itu pertikaian kembali menggemparkan dua keluarga tersebut.Terlebih lagi saat Tania membuka pintu rumahnya, dia dengan tak disangka langsung mendapat perlakuan buruk dari Rosa.“Lihat itu kelakuan brengsek anakmu!” terus Rosa.Anita kembali bergumam. Antara senang atau sedih, dia masih belum bisa menjelaskan perasaannya tentang ini.Dua orang itu masih terus saling menatap, tetapi Anita diam di belakang Rosa sambil memasang wajah memelas.“Kelakuan Marchel yang katamu masih bisa pegang janji setelah kematian anakku. Sekarang apa buktinya! Mana buktinya kalo Marchel itu bisa pegang omongannya!” ketus Rosa sambil menunjuk ke arah Tania dengan mata yang melotot.Tanaia hanya mundur beberapa langkah saat amarah wanita itu mengamuk. Dia mencoba untuk tidak tersulut emosi atau keduanya bisa saja marah besar.“Jaga omongan kamu yah! Jangan sembarangan mencari keri
Minggu terakhir di bulan itu, Marchel mencoba untuk menyendiri lebih dulu. Di teras lantai dua rumahnya, terlihat sudah secangkir kopi dan biskuit yang menemani Marchel untuk kali ini.Dia sama sekali tidak ingin terlalu banyak pikiran setelah beradu debat dengan orang terdekatnya di kantor, Daniel.“Aku sama sekali tidak menyesal mengeluarkan dia. Harusnya dia yang menyesal karena sudah aku keluarkan di perusahaanku,” ucap Marchel sambil memandang ke arah taman rumahnya.Meskipun pikiran sedang ruwet, tetapi Marchel bukan lah orang yang suka menyesap sigaret. Dia selalu saja membiarkan dirinya termenung dan mengisitrahatkan pikirannya.“Benar, aku harus segera menjelaskan kepada mama secaptnya,” ucapnya.Pagi hari itu memang sudah dijadwalkan oleh Marchel untuk berbicra empat mata dengan Tania. Meskipun di balik itu semua Kayla tetap saja ragu dan takut kalo saja mama bisa marah atas tindakan yang dilakukan oleh kakanya.Karena tidak mendapat izin untuk berunding, Kayla hanya
Hari ini sesuai dengan janji Marchel, dia akan membawa Karina datang ke rumahnya. Semua dilakukan agar Tania atau mama kandungnya sendiri yang harus segera mengetahui semua sebelum Rosa berulah lagi.“Dengarkan aku, Karina,” ucap Marchel sambil memegang tangan Karina yang dingin karena merasa gugup sudah berada di depan rumah Marchel.“Mama tidak menakutkan seperti yang kamu pikirkan. Dia orang yang punya empati yang tinggi dan bisa melihat masalah dari berbagai sisi.Jadi, tolong berikan citra positif dan yakinkan dia bahwa kamu bukan orang yang sembarangan dan semua tuduhan itu salah,” ucap Marchel meyakinkan.Karina hanya memandang ke arah Marchel dengan dalam lalu menghela napas dalam saat melihat pintu rumah Marchel masih tertutup rapat.Karina mengangguk dan melepaskan seat belt lalu turun berdampingan dengan Marchel masuk ke rumah tersebut.Agenda ini memang sudah dijadwalkan untuk Karina sendiri karena Tania juga siap untuk menerima penjelasan dari karina.Dari situ,
“Apa benar kamu mengajak wanita itu ke hotel, Marchel!” Teriakan itu membuat salah satu asisten rumah tangga di rumah Marchel langsung kembali mengambil alat pel dan keluar dari ruangan tersebut.Satu kalimat yang tinggi itu sontak membuat Kayla langsung berdiri menghadap mama nya sendiri. Termasuk Mmarchel yang juga tidak tau apa tuduhan yang selanjutnya diterima kepadanya.“Apa maksud—”“Berhenti, Marchel!” bantah Tania dengan menodong tangannya ke arah anak pertamanya itu. Sekian dirinya mulai mendapat kabar tentang hotel yang diberikan oleh Rosa berupa sebuah foto.“Sekarang, jawab jujur kepada mama! Apa yang kamu lakukan dengan wanita murahan itu di hotel hah!” bantah Tania.Marchel langsung menggeleng kepalanya karena tidak ingin mendengar Karina mendapat tuduhan wanita seperti itu.Dia pun sadar bahwa mama nya belum bisa mengontrol emosinya atau memang masih mendapat teror dari mertuanya sendiri.“Mah, sekarang Marchel mau jelasin dulu. Mama tenang dulu, duduk di sini
Tuduhan kesekian kalinya membuat Tania sedih. Rosa dan Anita selalu saja datang saat dirinya tak ingin mengharapkan itu.Terlebih lagi soal Marchel yang dituduh menginap di hotel dengan Karina. “Ini benar sesuatu yang tidak bisa aku terima. Apa benar Marchel itu melakukan hal itu?” pikir Tania di dalam hatinya.Pagi menuju siang itu membuat Ttania sedikit pening. Dia pun langsung menutup pintu rumah dan beristirahat sejenak.Kayla, yang sudah mengetahui semua masalah itu pun mengelak bahwa Kkarina tidak mungkin berbuat demikian.“Kak, kamu harus segera bilang ke mama. Aku tidak biasa mendengar tudahan seperti ini. Apalagi ini juga menyangkut kedua keluarga besar.Aku takut citra kakak pasti jelek di antar keluarga mereka,” ucap Kayla kepada Marchel saat berada di ruang tengah.“Sudah pasti, Kayla. Citra kakak sudah hancur saat itu juga. Aku tidak percaya Mama Rosa akan mengatakan hal ini kepadaku terlebih soal tuduhan itu.Ini sangat berbahya buat diriku sendiri dan semua mas
“Kamu gila Marchel! Ngapain wanita penggoda itu malah mau kau jadikan sebagai istrimu?” tanya Tania dengan membentak.“Aku sama sekali tidak pernah setuju mama bilang dia adalah wanita penggoda. Sekarang, tenangkan semua emosi mama.Aku akan menceritakan semuanya dengan jelas. Dengan bukti. Bukti siapa yang menyebarkan video itu dan siapa dibalik dalang semua ini,” tegas Marchel.“Mama tidak—”Tiba saja Marchel langsung keluar dari ruangan tersebut. Percakapan pun berakhir karena Marchel tau jika nantinya ucapan itu akan diteruskan, pasti tidak ada jalan temunya.Semua yang dijelaskan olehnya akan sia-sia saja karena Marchel tidak mau berdebat dengan Tania yang masih marah.Untuk menghindari hal itu, Marchel langsung keluar dari ruangan utama. Kembali ke rumahnya di pagi hari setelah menjalankan satu hari weekend di rumah.Tania memang belum menyentuh rumah Marchel dalam seminggu setelah kasus itu terjadi. Dia merasa sangat gagal mendidik Marchel dan masih terpengaruh oleh uca
“Jadi, dia membayar upah untukmu?” “Maaf, Pak Marchel … Say—”“Berhenti! Mulai sekarang, kamu saya berhentikan kerja di sini. Urus semua data ke HRD hari ini juga! Saya tidak mau tau!” Percakapan singkat itu membuat Marchel semakin geram kepada petugas cctv yang selama ini dia percayai. Bagaimana tidak, petugas tersebut menerima upah dari Daniel untuk meminta salah satu video yang sampai saat ini sudah tersebar.Kecewa yang sangat mendalam itu pun akhirnya membuat Marchel semakin murka. Dia berjalan dnegan langkah yang lebar denganw ajah yang kesal.Bukan kembali ke ruangan kerjanya melainkan ke ruangan HRD. Di dalam ruangan itu, Marchel benar-benar sudah bulat untuk menyampaikan apa yang dia inginkan.“Sekarang, atas nama Daniel. Buat suarat PHK untuknya. Urus semua adm dan segalanya hari ini juga. Saya tidak mau tau, sekarang surat itu harus turun ke Daniel!” gugat Marchel.HRD perusahaan pun kaget melihat emosi Marchel yang mendadak. Dia tidak tau apa yang sedang terjadi, sehingg
“Lo gapapa ngajak gue makan malam gini?” tanya Karina.Marchel hanya memandang dirinya tanpa mengatakan apa pun, lalu mengaduk minuman yang dia pesan sebelumnya.Dengan wajah yang cukup lesu, karena penuh dengan kerjaan yang harus segera dilaporkan, Marchel pun berdecak.“Tidak ada yang melarang aku buat ngajak kamu makan di sini. Biarkan saja orang lain tau hubungan kita, memang aku serius juga kok,” jawab Marchel dengan santai.Karina mencoba menancapkan garbu pada steak miliknya, lalu berhenti sejenak. Dia melihat ke arah Marchel dengan tatapan kosong saaat lelaki itu berhenti berkata.Ada salah satu ucapan yang membuat Karina sedikit bingung, bukan lain adalah kata serius. “Serius maksudnya?” tanyanya.Marchel mencoba menelan makanan yang sudah ada di mulutnya, lalu mengambil selembar tissu dan mengelapnya di ujung bibir.Saat itu, Marchel langsung menyesap minumannya sedikit. “Aku bilang benar dan jujur. Aku bilang ke kamu kalo hubungan ini akan dibawa serius, Karina.”K
“Gue sama sekali gak tau siapa orang itu,” ucap Karina dalam hatinya.Setelah mengetahui bahwa Marchel mengatakan dirinya menjadi tuduhan, kini Karina sama sekali dibuat pusing dengan beredarnya foto tersebut.Dia pun melihat ke arah cctv ruangan tersebut dan segera memukul ringan kepalanya berulang kali. “Gue juga gak sadar sih gila kali ngelakuin hal semacam itu bisa-bisanya ada cctv dan gue seenaknya gitu gak sadar!”Karina terus memarahi dirinya sendiri. Seolah ini adalah kesalahannya sendiri, terlebih ketika dia melihat foto yang dikirim oleh Marchel melalui teleponnya.“Gila lo Karina! Pantes aja mereka bilang nuduh gue ini itu karena gue juga gak sadar ada kamera cctv di sini. Belum lagi orang stress itu kok bisa sampai berani pasang video?” lanjut Karina.Hari ini Marchel datang terlambat. Izin kepada seluruh bawahannya untuk menunda meeting di sore hari. Karina, yang masih duduk di depan laptopnya pun masih tak bisa berpikir untuk bekerja saat itu juga.Energinya seol
"Apa kamu lupa dengan janjimu, Marchel!?" bantah Tania.Setelah melakukan banyak sekali perdebtan soal Kkarina, kini Marchel tertampar dengan kalimat Tania, ibu kandungnya sendiri.Dia ngat bahwa salah satu pesan dari mantan istrinya yang meninggal adalah bukan tentang wanita lain. Tetapi, soal anak mereka yang baru saja lahir ke dunia."Mah, Marchel bisa jelasin semuanya. Ini bukan tentang Karina, dan ini salah paham, Mah," jawab Marchel memohon.Lepas pulang dari kantor, Marchel kembali menghadap Tania yang terus seperti layaknya seorang wartawan. Tania bercerita maksud kedatangan Rosa ke rumahnya di siang hari itu.Saat itu juga Tania memberikan semua bukti foto yang sudha berhamburan di lantai dengan jelas kepada Marchel."Lihat apa yang kamu lakukan!" bantah Tania.Seperti sebuah ancaman, Tania pun seperti ingin menampar anaknya sendiri. Pengaruh ucapan dan bukti foto yang diterima dari Rosa membuatnya seketika kesal dengan Marchel sendiri.Dia tak bisa menjelaskan secar