Share

Bab 17

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-03 01:28:08

Jangan Main Api Denganku, Mas

Keputusanku berubah, biarlah malam ini suamiku itu menghabiskan waktu dulu dengan selingkuhannya, karena rasanya besok malam, dia tak akan lagi bisa melakukan hal itu.

Jangan tanya, apa aku tak terbakar cemburu? Apa aku tak sakit hati? Membiarkan suami bermesraan dengan wanita muda simpanannya? Jawabannya tentu satu, sakit!

Tapi, rasa sakit itu seakan hilang, sirna dan memudar bersama dengan kesakitan yang diberikan oleh Mas Hasan. Jadi biarlah, saat ini sampah-sampah itu bergumul menuntaskan n***u binatangnya. Doaku, semoga saja Allah turunkan penyakit kelamin maha dasyat pada mereka.

[Oke...besok saat aku sudah ada di bank, kamu akan kuhubungi! Tapi ingat kamu harus tutup mulut, dan tidak mengusik anak dan istriku!]

Ternyata, Mas Hasan masih juga dilanda kecemasan, buktinya dia mengirimuku satu pesan chat lagi.

'Baru segitu saja kamu sudah kelimpungan, Mas. Hahahha...masih ada hari esok yang pastinya membuatmu makin mati kutu,' gumamku dalam hati.

Tak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 18

    Suami Tukang Bohong"Oh, iya, Ma. Kita pagi ini 'kan mau ke kantor polisi, apa sekarang Lio langsung diajak saja?" ucap Fika saat kami akan berangkat."Ya ampun, mama sampai lupa. Boleh deh, sekalian sama Bik Nur. Untung saja kita sudah sarapan semua pagi ini. Ya sudah, sekarang kamu bilang pada Bik Nur, agar bersiap-siap."Sambil menunggu Bik Nur bersiap, aku pun kemudian mencoba menelepon Mas Hasan, kali ini dengan menggunakan nomor lamaku. Tujuanku ada dua, satu untuk menambah kecemasanya, dengan berbohong lagi. Dua, untuk mengecek apa dia sudah bangun. Karena aku khawatir, jika dia mengawasi kami juga, meski dari kamera pengintai, tak ada yang mencurigakan sama sekali.Tiga kali percobaan meneleponku ternyata tak mendapat respon. Fixs! Berarti saat ini dia sedang tidur, karena semalam begadang."Ayuk, Ma. Kita sudah siap. Semoga nanti Lio nggak rewel ya. Biar aku saja yang menyetir lagi," ucap Fika sambil menunjukkan kunci mobil padaku."Nanti kita mampir dulu ke depan situ ya, F

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 19

    Ulat BuluSetelah menghancurkan isi lemari dan mengambil barang berharganya, kini aku dan Fika pun pergi dari rumah itu. Inginnya sih, tadi kami akan menghancurkan semua isi rumah itu, tapi kami urungkan. Karena jika itu dilakukan, maka bisa-bisa gagal rencana kami berikutnya, hahaha.Tetap wajib sabar terlebih dahulu, untuk mendapatkan kemenangan yang gemilang di belakangnya. Tinggal tunggu hitungan jam, maka aku kan bisa melihat sebuah parodi yang memalukan."Bagaimana, Ma? Apa Papa sudah mengirimkan uangnya?" tanya Fika, yang saat itu tengah menyandarkan kepalanya di jok mobil.Saat ini, kami masih berada di dalam mobil, dan tetap parkir di depan rumah yang ditempati Mas Hasan dan selingkuhannya itu."Belum, ada nih. Sabar Sayang, sebentar lagi mungkin," ucapku yang sedang dalam posisi sama seperti Fika."Ya sudahlah, kita ngadem di sini dulu ya, Ma. Oh...iya, apa Mama nggak punya rencana, mau bikin toko atau usaha apa gitu? Soalnya 'kan nggak mungkin, kita terus-terusan makan dari

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-04
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 20

    PenggerebekanAku dan Fika pun kini mengikuti warga yang tengah emosi, tak hanya warga kompleks, tapi terlihat ada beberapa warga kampung yamg berada di depan kompleks, mungkin tadi satpamlah yang mengajak serta."Ma, nanti ku abadikan ya, moment yang satu ini. Hahaha biar jadi kenang-kenangan," ucap Fika sambil mengedipkan sebelah matanya, dan tersenyum."Terserah kamu sajalah, Sayang. Tapi, kamu harus siap mental dulu loh. Nanti kita juga akan sedikit berakting lagi 'kan di depan Papamu itu.""Siap, Ma. Eh...boleh nggak sih, jika nanti aku menghadiahi beberapa pukulan pada si ulat bulu itu? Dari kemarin tanganku ini udah gatal banget! Mau mukul Papa kok rasanya nggak etis, jadi tangan dan emosiku ini butuh pelampiasan, Ma. Hahaha.""Terserah kamu saja ya, Sayang. Asal tak keterlaluan, mama rasa sih sah-sah saja kok. Meluapkan emosi itu penting, agar pikiran kita tetap waras! Hahaha."Meski saat ini tertawa, jujur dalam hati ini masih ada rasa sedih dan sakit. Bagaimana tidak, aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-04
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 21

    Ini Belum BerakhirAku dan Fika, masihlah tetap duduk berdua di ruang tamu, saat warga mengarak Mas Hasan dan selingkuhannya itu ."Ma, kira-kira saat ini apa yang di rasakan Papa ya?" ucap Fika sambil melamun."Entahlah, Fik. Yang pasti amat malu dan emosi juga dia. Semua perbuatan kan ada pertanggung jawabannya, ini baru di dunia, belum nanti saat di akhirat. Mangkanya itu, kita harus selalu berhati-hati dalam bertindak, kalau bisa pikirkanlah dua kali, sebelum melakukan suatu hal," jawabku sambil bersedekap."Iya, ya Ma. Bermain air basah, bermain api terbakar, dan itulah kini yang sedang terjadi pada Papa. Kukira dulu, kita akan hidup bahagia bersama, dan bisa melihat Papa dan Mama hidup bahagia berdua di masa tua. Namun ternyata salah, semua habis dan hancur berkeping-keping." Fika masih saja terus bergumam.Sepertinya saat ini, dia amat shock, setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri, apa yang Papanya lakukan. Aku pindah duduk di sebelahnya, dan memeluknya dari samping."S

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-04
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 22

    MemelasKini, kami pun kembali pulang. Untunglah, untuk sementara polisi masih memperbolehkanku menjaga Lio, hingga penyelidikan usai. Ada rasa lega juga telah melaporkan keberadaan Lio, meski dengan konsekuensi aku tak bisa merawatnya lagi nanti.Ah, biarlah apapun yang terjadi nanti, semuanya pasti sudah takdir dari Tuhan. Pertemuan, perpisahan, jodoh, rejeki, adalah sebuah takdir yang wajib kita jalani dengan ikhlas."Ma...ini kita mau langsung pulang atau gimana?"tanya Fika sesaat setelah kami keluar dari parkiran kantor polisi tersebut."Kita antar kembali Bik Nur dan Lio ke rumah baru, karena kita masih harus membereskan beberapa masalah kecil di rumah lama. Tapi sebelumya, kita mampur dulu ke Hypermart, membeli banyak keperluan dapur untuk rumah baru," ucapku."Siap!" jawab Fika singkat."Bik, kalau nanti seandainya kami nggak pulang, apa Bibik berani tidur sendiri sama Lio di rumah baru?" tanyaku pada Bik Nur."Tentu saja berani, Nyonya. Saya akan merawat Den Lio dengnan baik.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 23

    Sedikit Pelajaran Untuk Sinta"Oke, tapi tunggu dua jam lagi ya, aku masih ada urusan ini, gimanna?" tawar Fika lagi."Iya, nggak apa-apa deh, Sayang. Tapi Papa nggak bisa menunggu terlalu lama di sini, karena warga sini juga cuma memberi waktu dua jam, dan kami harus meninggalkan tempat ini," ucap Mas Hasan lirih."Ya sebelum jam itu aku akan datang , Pa. Tunggu saja, dan si ulat bulu itu, suruh di situ saja sebentar. Assalamaualaikum.""Siap! Waalaikumsalam."Fika pun kemudian mengakhiri panggilan ini, dan sepertinya sedan memikirkan sesuatu."Lagi mikirin apaan sih, Sayang?" tanyaku."Mikirin kelakuan Papa yang nggak tahu malu ini, Ma!" jawab Fika datar."Ngpaian sih dipikirkan, toh memang begitu adanya. Ya sudah, tapi kalau bisa sih, kamu masih harus hormat sama Papa. Karena biar bagaimana pun, dia itu tetap orang tuamu.""Kayaknya aku nggak bisa deh, Ma, ngebaikin Papa lagi. Apa yang diperbuatnya sungguh amat memalukan. Entahlah, aku lebih senang jika tak bertemu lagi denganya, a

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 24

    Sedikit Pelajaran Untuk Sinta 2"Fikaaa!! Tunggu papa, Fik!"Teriak Mas Hasan berkali-kali, di depan rumah sembari memegangi perutnya yang sakit."Kenapa Om Hasan nggak diajak?!" tanya Sinta tiba-tiba.Kamipun tak menghiraukan senyabuty, dan Fika pun mulai menjalankan mobilnya."Memangnya kenapa harus ngajak segala? Kamu takut?!" tanyaku dengan senyum kecut.Tiba-tiba, Sinta terlihat gelisah dan mulai menggeser-geser duduknya. Tentu saja aku yang duduk di belakang tersenyum senang melihatnya."Kamu ngapain nglendat-nglendot kayak cacing kepanasan gitu?" tanyaku pura-pura bodoh."Emmm...panas!" jawab Sinta dengan wajah bingung."Apanya yang panas? AC mobilnya kurang dingin maksudnya?!" tanya Fika sok bodoh pula."Nggak! Ini...punyaku panas!" jawabnya yang makin gelisah."Punyaku apaan?! Jawab yang benar dong!" ucapku."Ini, Tan. Punyaku ini, panas sekali! Shhh....!" ucap Sinta lagi sambil menunjuk alat vitalnya yang kepanasan.Aku dan Fika pun sontak tertawa mendengar hal itu. Berarti

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 25

    Bab 25Sedikit Pelajaran Untuk Sinta 3"Kok dimatiin sih teleponnya?!" ucap Sinta kemudian."Terus...maumu apa?" jawab Fika sewot."Ya jangan dimatinnlah, aku kan mau ngomong sama Om Hasan!""Halah...kok masih mau ngomong juga. Urusin tuh badan dan kewanitaanmu yang saat ini telah kesakitan!" tukas Fika.Sinta tampak kesal sekali, dan kini dia menggaruk, dengan menangis sejadi-jadinya."Loh malah nangis nih anak! Ngapain pakai nangis segala, kayak anak kecil aja!" ledek Fika.Mendengar ucapan Fika itu, Sinta malah menagis makin menjadi-jadi, bak anak kecil yang direbut permennya."Nangisnya kok makin kenceng aja ya? Nih karena kesakitan, takut pada kami, atau karena nyesel nih?!" tanyaku dari belakang.Dia masih tak mau berucap dan terus saja melanjutkan aktivitasnya. Karena kasihan, aku mengbilkan sebuah buku yang ada dibawah kursi, entah buku milik siapa ini, toh ini kan cuman mobil rental."Nih, pakai. Jangan nangis terus! Karena kalau lihat orang nangis, bawaanya aku itu pingin mu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-06

Bab terbaru

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Ending

    Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 179

    Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t

  • TAMU SELEPAS SUBUH   BAB 178

    Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di

  • TAMU SELEPAS SUBUH   BAB 177

    Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 176

    Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 175

    Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 174

    Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 173

    Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 172

    Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai

DMCA.com Protection Status