"Hati-hati kamu diamuk kanjeng ratu,"celetuk Kiana dengan nada ketus, menatap ke arah langit yang tampak cerah. Ia masih marah dengan noda lipstik yang ada di pipi Joan. apa lelaki tampan itu tak bisa memilih antara dirinya dan Alexa?"Ck, jangan berbicara seperti itu. Aku tidak suka, berikan Jona padaku,"pinta Joan, namun belum sempat ia menggendong tubuh mungil bayi kecil itu. Suara teriakan Alexa terdengar menggelegar di rumah besar itu."JOAN!! Kamu Dimana!?"Joan langsung mengurungkan niatnya untuk mengambil Jona, memukul pintu yang ada di dekatnya merasa sangat kesal."PERSETANAN!! Tunggu sebentar Kiana sayangku … papa kerja keras dulu, nak," ucap Joan lalu memberikan ciuman dari jauh pada keduanya seperti seorang ayah yang benar-benar akan pergi ke kantor.Kiana tertawa kecil mendengar itu."Kerja keras menjaga hubungan baik dengan keluarga jauh maksudnya?"ucapnya lalu menggeleng pelan melihat perilaku kocak Joan."Nice!" Joan berbalik lalu mengedipkan sebelah matanya, ia segera
Melihat kedatangan Joan, Kiana langsung menoleh memasang ekspresi Ketus, menatap Joan dengan tatapan tajam bak Elang yang sedang mengintai mangsanya."Hm, kenapa kau kesini? Bukankah kau harus menjaga nona manis mu itu?"ucapnya dengan malas, menjauhkan diri dari Joan. Hatinya masih merasa kesal dengan perilaku Joan yang terlihat spesial namun Kiana tak tahu saja setertekan apa Joan di dekat Alexa."Dia pergi jalan-jalan sendirian, aku sangat senang bisa bersama kalian tanpa dirinya,"ucap Joan dengan senyum lebar yang memenuhi wajah tampannya, mata hitam itu tampak berbinar menatap Kiana."Tidak apa-apa membiarkannya pergi sendirian? Sungguh lelaki tak bertanggung jawab,"ucap Kiana dengan nada ketus, menatap Joan dengan keheranan, bisa-bisanya ia membiarkan Alexa pergi sendirian, Joan tak takut terjadi sesuatu yang buruk pada Alexa?Joan mendekat ke arah Kiana, menjadikan lututnya sebagai tumpuan."Kalau aku pergi, pasti bibir kecilmu akan cemb
Di taman itu ada beberapa pedagang kaki lima, ada permen kapas, bakso, balon gas. Semua hal yang memanjakan mata Kiana, gadis itu tak henti-hentinya memandang kesana kemari hingga pandangannya tertuju pada sebuah ayunan yang terlihat kokoh untuk dipakai oleh orang dewasa sekalipun. di komplek itu memang sangat cocok jika di huni oleh keluarga muda, ada pendaratan helikopter bahkan lapangan luas untuk berolahraga, keluarga kecil mana yang tidak mendambakan lingkungan seperti itu."Joan, ayo mencoba ayunan itu,"Kiana berlari kegirangan menuju ayunan itu, ia sangat senang di sana sepi, tak ada anak kecil atau orang-orang yang saling berebutan Seperti milik sendiri. maklumlah, untuk tinggal di komplek itu di butuhkan banyak pembiayaan, rumah yang di bangun berbeda-beda jadi terlihat bukan sebuah komplek, jarang pula ada anak-anak kecil karena yang tinggal disana rata-rata para pembisnis yang jarang menghabiskan waktu di rumah, rumah mereka hanya untuk liputan media saja. j
"Wow! Memiliki seorang bayi? Jelas itu tak mungkin bayi dari kandungan Kiana, namun aku akan menambahkan sedikit detail agar itu menjadi masalah baru bagi mu Joan, kau yang meminta untuk bermain dengan rapih, kan?" Alen tertawa bangga, membayangkan betapa meledaknya berita itu nanti saat terkuak ke media. Puluhan masalah akan menimpa Joan, dan Alen? Akan tertawa puas menontonnya. tidak ada hal yang paling menyenangkan selain melihat penderitaan menghantam Joan."Segera terbitkan beritanya ke media, aku tak sabar menghancurkan si brengsek itu! inilah akibatnya jika mencari masalah dengan Alen Gurna Putra,"perintah Joan pada orang suruhannya, ia lalu menyandarkan diri ke kursi dengan rasa lega. tenang sekali jiwanya mendapat foto seperti itu, bak hadiah ulang tahun terindah."Joan ….""Kenapa sayang?"Joan menoleh dengan mulutnya yang sedikit ia manyunkan, lagi-lagi mata kelam itu menatap dirinya dengan intens. siapa yang tidak salah tingkah di tatap oleh mata bak bayi yang menatap ibuny
"Alexa, jangan membuat lelahku menjadi bertambah. Diam saja,"tegas Joan membuat Alexa akhirnya bungkam, di tengah-tengah meredupnya pandangan itu, ia terus memandang wajah Joan sesekali memegang jakun lelaki tampan itu seperti sebuah mainan."Alexa, turunkan tanganmu. Itu terasa geli," pinta Joan pada Alexa yang kini memandangnya dengan mata berbinar, seperti banyak sekali hal yang ingin ia utarakan pada Joan."Joan, aku …."Huek!pakaian Joan menjadi kotor terkena oleh muntahan Alexa. gadis itu bahkan tertawa kecil melihat ekspresi wajah Joan yang terlihat tampan saat marah." kau lucu sekali lelaki, andailah kau milikku,"ucap Alexa sembari memencet-mencet pipi Joan dengan jari telunjuknya."Ah, shit! Alexa, kau seperti bayi berusia 6 bulan yang muntah sembarangan," Joan mempercepat langkahnya menuju kamar gadis itu, tak tahan rasanya memakai pakaian basah nan lengket dengan aroma aneh."Aku mau tid
"Kau merasa hal yang sama seperti apa yang aku pikirkan? Iya,kan?"Joan berbalik menyudutkan Kiana, lelaki tampan itu tiba-tiba kesal dengan penuturan yang keluar dari mulut sang kekasih. "Apa benar itu perbuatan Alen? Aku tidak ingin menuduh sembarangan,"ucap Kiana dengan suara merendah, pemikirannya belum mengarah hingga kesana. Bisa saja itu musuh dari salah satu perusahaan keluarga mereka, tidak heran jika musuh bertebaran dimana-mana, tidak bisa menjatuhkan pemimpinnya. yah, menjalar ke keluarga dan anak-anaknya."Siapa lagi orang berpikiran liar seperti Alen? Sudah jelas sialan itu, kau terdengar membelanya,"Joan langsung memasang tatapan tajam saat menyadari Kiana seperti membela Alen di depannya, padahal maksud gadis itu bukan seperti itu. "Tidak, aku hanya … tak ingin berburuk sangka."Joan mengacak rambutnya kasar, ia benar-benar tak mengerti pemikiran Kiana. Bagaimana bisa gadis itu tetap membela lelaki yang ba
"Tidak ada non, ibu memang pulang kemarin, tapi pergi ulang tidak tahu kemana, ia hanya menyuruh untuk menjaga rumah dengan baik,"ucap satpam itu dengan nada datar."kapan pulangnya?"tanya Kiana dengan kening mengeriyit, ia keheranan dengan jawaban yang di lontarkan penjaga rumahnya itu."Tidak tahu non, tapi sepertinya ibu pergi keluar kota, soalnya bawa koper besar terus buru-buru juga jadi saya tidak sempat tanya," ucapan satpam itu membuat Kiana terkejut, bukannya Dania pulang karena masalah kebun yang rusak? Mengapa ia malah pergi diam-diam tanpa memberitahukannya pada Kiana? seperti seseorang yang kabur dari sesuatu."Hah? Bukannya mama sedang mengurus masalah kebun yang dirusak orang asing?" Tanya Kiana dengan matanya yang terbelalak, apa yang terjadi? apa maksud Dania pergi diam-diam?"Hah? Kebun rusak? Tidak non, semuanya baik-baik saja, di rumah aman. Saya bahkan selalu mengamati CCTV di tiap sudut rumah,"ucap satpam
"Sialan! Bukan itu, kami Sepertinya tak sempat melakukan hal itu,"ucap Alexa sembari menggaruk tenkuknya, ia tidak memusingkan gelangnya yang hilang, tapi ini tentang laki-laki yang hampir menidurinya. bagaimana jika ia tiba-tiba hamil anak lelaki asing!? memalukan sekali, mau taruh dimana rasa malu itu? ingin terhantam keras ke wajahnya?Joan tertawa kecil mendengar ucapan Alexa."Lalu kau akan mencarinya dan meminta hal itu? meminta keperjakaannya?"pertanyaan Joan semakin gila, hal mesumlah yang terus terbesit di pikirannya.set!Alexa melempar sendalnya tepat mengenai punggung Joan, lelaki tampan itu bukannya merasa sakit tetapi malah tersenyum bangga bak Hulk yang Baru saja di lempari kerikil kecil. "Joan! Jangan katakan apapun, aku membenci kata-kata mesummu! sekarang aku mulai takut jika kau yang macam-macam padaku."teriak Alexa dengan lantang, ia kesal sekali di usili oleh Joan diwaktu yang tidak tepat seperti itu, dirinya malah takut jika Joan membalas kenakalannya.Mendengar