"Kamu jangan berbuat kasar dong, Bel!" hardik Marvel sembari membantu Nadia untuk kembali berdiri."Kenapa aku yang dimarahi, Mas! Tidak sepantasnya kamu berlaku romantis pada wanita yang merupakan perusak hubungan orang ini, pelakor!" pekik Bella membuat seluruh pengunjung yang menginap di rumah sakit melihat ke arah mereka. Bisikan yang semula indah dan mengatakan Marvel dan Nadia pasangan paling serasi, justru berubah menjadi hinaan. Terutama gosip untuk Nadia, wanita berkerudung yang disangka memakai hijab hanya untuk menutupi kelakuan buruknya. "Kamu ikut aku sekarang!" seru Marvel sembari menarik tangan Bella, sebelum suasana semakin keruh. Pun Nadia yang juga ikutan mengekor di belakang Marvel.Pria itu membawa istri pertama masuk ke ruangan Sherina, lalu menutup rapat ruangan tersebut. "Lain kali, kalau bicara harus hati-hati. Jangan seperti tadi, malu jadi pusat perhatian orang-orang!" Marvel menasihati setelah berhasil menghembuskan napas secara kasar."Jangan salahkan aku
"Ayah janji tidak akan pergi lagi, Sherina. Asalkan Sherina jangan sakit, selalu sehat ya!" pinta Marvel sembari memberikan senyuman pada Sherina yang memiliki wajah gemas."Baik, Ayah. Sherina akan selalu menjaga kesehatan," kata Sherina gembira.Kebahagiaan kembali dirasakan Sherina, apalagi saat tahu kalau hari ini dia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. "Ibu Nadia dan ibu Bela ikutan pulang juga 'kan, Yah?" tanya Sherina sembari melihat ke arah dua wanita yang sudah dianggap Ibu.Marvel menganggukkan kepala, kebahagiaan terlihat jelas dari raut wajah Sherina. "Asik! Sherina punya dua ibu yang menyayangiku?" cetus Sherina menampakkan kebahagiaan yang teramat sangat.Anak kecil tidak akan pernah menyangka dan menduga kalau kebahagiaan yang dirasakan berbeda jauh dengan luka kedua ibu yang baru saja harus menerima keputusan Marvel. Mereka tidak diijinkan untuk memilih, semua keputusan itu sudah mutlak dan gak bisa diganggu gugat lagi.Baik Nadia maupun Bela tidak ada yang be
Bella memilih untuk melakukan apa yang Marvel perintahkan, meskipun sebenarnya wanita itu ingin sekali mengumumkan kepada semua orang kalau Nadia yang sudah menghancurkan rumah tangga yang dimiliki. Sebuah rumah tangga yang harmonis dan romantis harus sirna akibat kedatangan wanita yang menjadi istri kedua sang suami.Kini, yang tersisa hanya suara omongan orang yang ada di sana sedang bergosip, serta bunyi sendok dan garpu yang dari tadi sibuk dibuat sebagai alat makan oleh keluarga kecil Marvel."Aku harap, kalian tidak bertengkar akan hal-hal yang tak jelas lagi." Marvel angkat bicara setelah selesai makan."Mas tenang saja, aku tidak akan bertengkar jika istri keduamu itu tidak memancing emosiku," jawab Bella sembari melirik secara tajam ke arah Nadia. "Aku tidak pernah memancing emosi Mbak," ucap Nadia memberikan pembelaan pada diri sendiri. "Ini saja kamu sudah termasuk memancing emosiku," ucap Bella.Sekali lagi, Nadia meminta maaf pada Bella. Memang sikapnya terlihat lemah,
Marvel dan Nadia tergopoh-gopoh melihat keadaan yang menimpa Bella di dalam kamar. Sedangkan mereka lupa dengan Sherina yang masih berdiri mematung di tempat semula. Beruntung anak kecil itu tidak menangis atau berteriak ketika ditinggal pergi. Dia memilih duduk di ruang tamu, menunggu Marvel dan Nadia datang menghampiri."Kamu kenapa, Bel?" tanya Marvel ketika sampai di kamar Bella. Terlihat istri pertama sedang duduk dengan tatapan sedih."Dengan keadaan begini, kamu masih bertanya aku kenapa, Mas? Coba Mas pikirkan lagi? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai akhirnya memilih untuk mendua? Apa kamu yakin, Mas. Hatimu akan baik-baik saja? Tidak bisakah kamu melepaskan salah satu dari kami?" Bella memberanikan diri, meskipun ketakutan masih menghantui hati. Bagaimana jika ternyata Marvel lebih memilih sang madu? Dibandingkan memilihnya, istri pertama yang dikhianati? Marvel terdiam, mencerna setiap pertanyaan yang diajukan.'Kemungkinan aku akan marah, dan kecewa,' gumam Marvel dal
"Kamu serius, Nad?" tanya Ghea yang tidak percaya dengan isi surat.Nadia menganggukkan kepala, lalu meminta Ghea untuk membaca isi surat yang ada digenggaman tangannya."Kamu yang sabar, ya!" Hanya itu yang bisa dikatakan Ghea untuk menguatkan hati Nadia."Aku akan cari cara agar tidak di D.O, Ghea. Bagaimanapun caranya, aku masih ingin kuliah dan mengejar cita-citaku," ucap Nadia dengan buliran air bening yang sudah membasahi pipi."Kenapa kamu tidak mencoba untuk meminta bantuan suamimu? Siapa tahu saja dia bisa membantu," usul Ghea memberikan pendapatnya.'Bagaimana bisa aku meminta bantuan sama mas Marvel, yang ada mbak Bella akan semakin marah padaku karena sudah menjadi benalu.' Nadia bengong, memikirkan pendapat yang diberikan Ghea."Kenapa kamu diam saja? Siapa tahu saja 'kan?" cecar Ghea.Nadia tidak ingin memberitahu tentang keadaannya saat ini, jadi dia cuma bisa mengiyakan apa yang dikatakan Ghea."Nanti kuusahakan." Nadia menyimpan surat yang diterima ke dalam saku gamis
"Kamu terlihat senang sekali, ada apa?" tanya Marvel saat melihat wajah Nadia berseri.'Gak mungkin juga aku mengatakan kalau aku gak jadi di D.O.' Nadia bergumam."Aku senang karena Mas mau mengantarkan aku ke rumah terakhir ibu, sudah lama aku tidak mengunjunginya. Aku rindu, terima kasih," ucap Nadia. Apa yang dikatakan memang bukan dusta, tapi apa yang memang dirasakannya."Sama-sama, lain kali. Jika kamu ingin sesuatu, katakan saja. Jangan sungkan, bagaimanapun... aku ini suamimu." Marvel mengatakan semua itu sembari menatap mata Nadia. Hingga membuat istri kedua tersipu malu. Nadia langsung berusaha untuk memalingkan pikiran ke hal lain agar tidak salah tingkah. Dia masih penasaran siapa yang sudah membantunya agar tidak di D.O dari kampus.'Aku harus cari tahu siapa yang sudah membantuku. Aku ingin mengucapkan terima kasih padanya,' gumam Nadia."Ayo, masuk! Kita harus berangkat sekarang juga! Kenapa bengong?" ajak Marvel yang sudah ada di dalam mobil, tepat di kursi kemudi."
"Kamu tidak tahu, apa pura-pura tidak tahu? Marvel yang sudah membantu agar kamu tetap kuliah," tegas Ilham sekali lagi di ujung telepon sana."Aku benar-benar tidak tahu." Nadia terharu dengan pengorbanan yang dilakukan oleh Marvel."Kamu menangis, Nadia?" tanya Ilham ketika mendengar suara isakan Nadia."Aku hanya pilek saja," dusta Nadia."Kamu jangan terlalu memaksa, kalau bisa istirahat yang cukup." Ilham memberikan nasihat. "Iya, Pak." Nadia menjawab dengan singkat.Keadaan Ilham sedang sibuk di rumah sakit, jadi telepon terpaksa diputus saat itu juga. Setidaknya Nadia sudah mengetahui siapa yang membantu dan juga belajar sedikit materi yang tidak dipahami. Hal itu sudah lebih dari cukup.'Aku harus berterima kasih pada Mas Marvel sekarang juga,' lirih Nadia dalam hati.Dia beranjak pergi dari kamar, mencari Marvel yang tidak diketahui berada di mana."Kamu cari siapa?" tanya Bella ketika melihat Nadia sedang mengintip kamar Marvel. Lagian lucu wanita yang satu ini. Sudah tahu
Marvel menarik tangan Nadia, hingga bisa terhindar dari petaka. Hampir saja vas bunga kaca mengenai kepala istri kedua. Pasangan suami-isteri pun saling memeluk satu sama lain."Kamu tidak apa-apa, Nad?" tanya Marvel sembari melihat tubuh Nadia."Aku tidak apa-apa, Mas." Nadia terlihat gugup dan ketakutan."Kamu pergi dari sini sekarang juga, biar Bella aku yang urus," perintah Marvel.Nadia tidak mungkin membantah, jadi langkah kakinya langsung meninggalkan Marvel dan menemui Sherina untuk menemani bermain."Apa yang kamu lakukan, Bella? Kenapa semakin hari sikapmu keterlaluan!" hardik Marvel dengan wajah memerah.Bella tidak menjawab, justru duduk dengan tangan memegangi kepala tepat di ujung tempat tidur. "Ayo, jawab! Apa yang kamu inginkan?" cecar Marvel."Aku tidak perlu menjawab apa pun, Mas. Percuma saja, kamu tidak akan mengerti dengan penjelasanku. Lebih baik kamu pergi dari kamarku, aku butuh waktu sendiri," usir Bella."Oh... jadi kamu sekarang mau jadi wanita pembangkang?
Zacky merasa senang karena Nadia akhirnya mendapatkan surat cerai juga, itu tandanya wanita itu bisa didekati dan mungkin dinikahi.Setelah mengucapkan terima kasih pada tukang pos, Nadia masuk ke rumah dengan keadaan lemas. Sedangkan Zacky pamit pulang karena tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang tengah dirasakan. "Ternyata aku resmi juga bercerai, kenapa aku jadi sedih begini? Apakah aku merasa kehilangan?" pikir Nadia merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Selanjutnya, dia berusaha untuk membuat dirinya sibuk agar bisa melupakan masa lalu serta bisa fokus dengan cita-cita yang diinginkan. Lain hal dengan Marvel yang masih sibuk mencari keberadaan Nadia. "Mas ngapain masih mencari keberadaan Nadia, Mas? Sudah jelas dia pergi tanpa pamit, sekarang ada surat gugatan cerai darinya." Bella memberikan sebuah surat pada sang Suami. "Aku tidak percaya Nadia akan menggugat cerai, Bella. Semua ini pasti hanya akal-akalan kamu saja 'kan?" hardik Marvel dengan sorot mata tajam."Sudah
Nadia pergi sejauh mungkin, meskipun tidak tahu harus ke mana. Tanpa membawa uang sepeser pun. Di perjalanan, dia bertemu dengan Zacky dan memberikan pertolongan."Kamu gak usah sungkan, Nadia. Aku membantumu dengan ikhlas, tidak mengharap apa pun," kata Zacky memaksa.Awalnya Nadia enggan menerima lima lembaran uang kertas berwarna merah yang diberikan Zacky. Namun, saat dia teringat kalau sedang butuh. Wanita itu pun menerimanya."Aku akan menerimanya, tapi semua ini aku anggap sebagai hutang. Sudah pasti, nanti aku bayar ketika aku memiliki pekerjaan dan gaji," kata Nadia menerima uang tersebut."Iya, terserah kamu saja. Yang terpenting, gunakan yang ini sebaik mungkin. Aku yakin, kamu pasti membutuhkannya." Mustahil jika Zacky melakukan semua tanpa pamrih, pria itu memang memiliki perasaan pada Nadia. Namun, tidak berani mengungkapkan karena mengetahui Nadia adalah istri dari temannya. Tidak ingin terlalu berlarut dalam perasaan yang dimiliki, Zacky memilih untuk pergi. "Alhamdul
Kepergian Bella tidak dicegah Marvel, membiarkan sang istri yang hamil pergi dari rumah. "Kenapa gak dikejar, Mas?" tanya Nadia meskipun ragu dan sedikit takut."Biarkan saja, nanti juga dia pasti kembali. Lebih baik, semua makanan ini diberikan kepada tetangga agar tidak mubazir begitu saja." Marvel memerintah. Nadia langsung membawa makanan yang sudah terbungkus untuk diberikan kepada para tetangganya. Siapa sangka, ketika dia membagikan makanan itu. Sebuah nyinyiran yang diterima oleh wanita berjilbab itu. Lagi-lagi dihina karena belum hamil, dikatakan mandul. Ada juga yang mengatakan kalau Nadia cuma wanita tidak tahu diri dan perebut suami orang. Betapa sakit hati Nadia, hingga dia pulang dengan deraian air mata."Kamu kenapa nangis? Siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Marvel tidak terima melihat sang Istri menangis."Mas, apakah kamu tidak ingin melepaskanku saja? Aku rasa, mbak Bella lebih membutuhkan Mas dari pada aku," ucap Nadia memberanikan diri. Dia sudah tidak sanggup
Pria mana yang tidak marah melihat istrinya digoda serta dirayu oleh teman sendiri, bahkan di depan mata. Jadi, emosi Marvel benar-benar meluap. Dia dengan cepat mengusir semua rekan kerja yang sudah mempermalukan Nadia."Aku undang kalian ke sini untuk merasakan apa yang aku rasakan, untuk tasyakuran bayi dalam kandungan istriku. Namun, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak memiliki hati! Kenapa harus merayu istriku?" cecar Marvel penuh amarah."Salah sendiri punya istri dua. Bahkan aku mengira, wanita ini bukan wanita yang baik. Hanya menutup kegenitannya di balik kerudung saja. Makanya, aku suka mengganggunya." Farrel angkat bicara."Yang dikatakan Farrel benar. Kalau dia wanita yang baik, tidak mungkin mau jadi istri kedua," imbuh Tegar. Hinaan kembali diterima oleh Nadia, tapi wanita itu cuma bisa tertunduk malu tanpa perlawanan. Yang membelanya saat ini hanyalah Marvel. Sebuah tinju langsung mendarat pada pipi kedua rekan kerjanya yang paling menggebu-gebu menghina Nadia."Kel
Nadia sudah siap dengan pakaian yang sudah dibelikan Marvel sebelumnya. Pun Bella yang terlihat lebih cantik dari biasanya karena ada riasan tipis di wajah. Sherina tidak kalah manis, gadis kecil itu ternyata sudah mengenakan pakaian rapi. Namun, Marvel belum juga membersihkan diri dan masih bau keringat. "Kalian semua duduk dulu ya, aku mau siap-siap dulu!" pamit Marvel kepada semua rekan kerjanya."Wih, memang suami idaman. Untuk acara empat bulanan sang Istri saja mau repot-repot membantu di dapur," ledek salah satu rekan kerja bernama Ricko."Sebagai suami, memang sepantasnya begitu 'kan?" Marvel menyeringai. Kemudian, berlalu pergi untuk masuk ke kamar. Ketika langkah kakinya hendak masuk ke tempat beristirahat, Bella datang menghampiri. "Apa aku temui mereka sekarang juga, Mas?" tanya Bella dengan mengulum senyumnya."Gak usah, kamu nanti keluar sama aku saja. Sekarang, biarkan Nadia yang mengurus semuanya." Marvel tidak ingin Bella capek, jadi meminta istri pertama untuk sant
Di rumah lagi gak ada orang, hanya ada Bella seorang diri. Wajar saja kalau hati suasana hati menjadi tidak tenang. Dia semakin risau mengingat sang suami lebih memilih untuk bersama dengan madu dibandingkan dengannya."Sudah tahu aku sedang hamil, tapi mereka malah asik pergi bersama. Seolah-olah aku tidak pernah ada di rumah ini." Bella bermonolog dengan air muka yang kesal. Dia memilih untuk berselancar di sosial media, melihat konten yang ada. "Lihat saja nanti, kalau mereka tetap bersikap begini. Akan aku viralin saja si Nadia sebagai wanita yang suka merebut suami orang!" Ucapan Bella memang sering ngelantur sejak Nadia dan Marvel semakin dekat seperti perangko. Dia sudah memastikan, kalau sang suami pasti sudah mengutarakan isi hatinya.Tepat ketika menunggu hingga satu jam, suara canda tawa terdengar bersamaan dengan bunyi pintu rumah terbuka. Wanita yang saat ini sedang mengenakan daster berusaha untuk tidak peduli, masih fokus dengan gagdet yang ada dalam genggaman tanganny
Nadia mengurus Bella dengan baik, memberikan sebuah perhatian dan juga cinta kepada wanita yang sudah menjadi madunya serta bayi yang ada dalam kandungan Bella."Mbak, kalau butuh apa-apa, jangan lupa panggil aku. Aku mau menemani Sherina bermain dulu," pamit Nadia karena Bella yang terlihat santai duduk sembari menonton televisi."Kamu jangan pergi dulu! Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu." Bella mencegah kepergian Nadia."Mau bicara apa, Mbak?" tanya Nadia sembari membenarkan posisi jilbabnya."Kenapa kamu mau berbuat baik padaku, sedangkan aku sudah berbuat jahat padamu." Bella menuntut sebuah alasan kebaikan Nadia."Karena aku sayang sama keluarga ini, Mbak. Juga Mbak." Nadia menjawab singkat."Itu artinya, kamu juga mencintai suamiku?" cetus Bella."Suami Mbak 'kan, suamiku juga." Nadia menjelaskan."Oh! Jadi, kamu sudah mencintai mas Marvel juga sekarang?" Bella bertanya penuh selidik."Enggak gitu maksudku, Mbak." Nadia berusaha menjelaskan, tapi tetap saja Bella tidak mau
Nadia pulang dengan mengucapkan ojek yang sedang mangkal di sekitar rumah sakit, dia pun pulang dengan selamat dan masuk ke rumah Marvel.Dengan langkah ragu, dia terus berjalan dan membuka pintu. "Dari mana saja kamu? Bukannya di rumah, malah keluyuran," ucap Marvel yang memang sengaja menunggu kepulangan Nadia."Maaf, Mas. Aku tadi menghadiri acara reuni," sahut Nadia dengan wajah tertunduk malu serta ketakutan yang luar biasa."Reuni? Kamu yakin itu reuni? Kamu sudah pintar mencari-cari alasan sekarang ya! Padahal, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu lagi berboncengan dengan Zacky. Ternyata memang benar, kamu dan dia main belakang!" cetus Marvel."Aku boncengan sama dia cuma kebetulan saja, Mas." Nadia berusaha untuk menjelaskan."Kebetulan katamu? Aku tidak percaya, jangan-jangan ... kamu gak mengangkat teleponku juga karena lagi sibuk bersamanya, ya 'kan?" tuduh Marvel."Aku dan dia benar-benar tidak ada hubungan, Mas. Aku berani bersumpah, Mas." Nadia berusaha u
Nadia terlihat bahagia karena bertemu teman lama, teman semasa SMA. Saking senangnya, bahkan wanita itu tidak menghiraukan handphone yang terus berbunyi. Dia memilih untuk tidak mengangkat karena kemungkinan hanya akan menimbulkan permasalahan lagi."Kamu kegiatannya apa sekarang?" tanya Cinta yang merupakan salah satu teman Nadia."Aku sibuk kuliah saja." Nadia menjawab singkat. Tidak banyak yang dibicarakan oleh wanita yang merupakan istri kedua Marvel. Semua ditutupi secara rapat karena tidak ingin ada yang tahu tentang kehidupan yang dijalani. Kedekatan mereka masih terlihat jelas meskipun banyak yang datang membawa keluarga, tapi tidak membuat Nadia merasa iri atau apa pun itu. Bahkan, meskipun sama sesama temannya diledek. "Kenapa di umur segini kamu masih betah sendiri? Padahal kita semua sudah punya anak, bahkan ada yang punya tiga." Galang berbicara dengan nada suara yang keras."Iya, aku masih sibuk dengan kuliah," ucap Nadia yang sebenarnya mencari-cari alasan. Mereka me