"Nadia! Nadia!" Panggil Marvel saat dia lihat di meja makan kosong. Nadia sengaja tidak masak hari ini, dia juga enggan menjawab panggilan dari Marvel. Dia pura-pura tidur bersama Sherina, padahal masih jam 7 tujuh malam. Marvel pun berjalan ke kamar Sherina dan melihat Nadia di sana, Marvel menyentuh kepala Sherina dan juga Nadia.
"Kenapa dia? Apa ada sesuatu yang merasuki dirinya?" gumam Nadia.
"Kamu pasti lelah sekali, maafkan aku karena sikapku yang mungkin menyakitimu," ucap Marvel seorang diri.
"Apa aku gak salah dengar!?" gumam Nadia dengan posisi yang masih tetap saja sama.
Sepertinya Nadia berhasil mengelabui Marvel dan pura-pura tidur nyenyak, sehingga Marvel tidak curiga. Langkah kaki Marvel sudah beranjak pergi dari kamar Sherina, dia juga telah menutup pintunya rapat-rapat. Nadia pun bangun dan memegang kepalanya, dia tidak menyangka, laki-laki yang selama ini berkata kasar padanya, ternyata punya hati yang lembut juga
Nadia tidur dengan nyenyak, tidak seperti biasanya. Mungkin karena hatinya yang sekarang sudah mulai tenang, daripada hatinya saat dia selalu teraniaya. Bahkan sikap dan sifatnya juga semakin kuat dan berani, dia tidak ingin menjadi wanita yang lemah lagi. Dia ingin menjadi wanita karir yang tidak cengeng dan selalu menangis karena perlakuan oleh orang-orang yang mungkin tidak suka dengan kehadirannya. Nadia bangun tidur pada jam seperti biasanya, dia sudah terbiasa bangun pagi-pagi sekali untuk melanjutkan aktifitas hariannya. Dia bersyukur hari ini, sebab dia masih diberikan kesehatan dan bisa menghirup udara segar di pagi hari."Selamat pagi!" sapa Marvel.Nadia sedang menyiapkan sarapan di atas meja, dia menjawab sapaan Marvel."Pagi juga!""Masak apa hari ini?" tanya Marvel."Masak menu sederhana, menu desa," jawab Nadia dengan meletakkan piring yang dipegang."Sherina sudah bangun?" tanya Marvel dan
"Ibu, akhir kamu ke rumah juga. Untuk menjengukku," ucap Sherina saat dia melihat ibu kandungnya berada di teras depan rumah.Ibunya langsung melangkahkan kakinya untuk pergi, namun langkahnya terhenti saat Zacky membantu untuk mengejarnya. Ketika itu Zacky pamit pulang dan sudah selesai mengajar Sherina."Kamu tidak usah pergi dari sini, kasihan Sherina, dia selama ini ingin berjumpa denganmu," ujar Zacky.Ibunya yang diketahui bernama Bela, terhenti sejenak dan berkata."Aku takut jika Marvel marah dan tidak mengizinkan aku bertemu dengan Sherina.""Kamu tidak perlu khawatir, Marvel tidak ada di rumah," ucap Zacky."Ibu...," Sherina memeluk Bela.Bela pun duduk dan kembali mendekap tubuh Sherina."Aku kangen sama Ibu," ucap Sherina."Aku juga kangen sama Sherina, Sherina sehat-sehat saja, kan?" tanya Bela sembari mengelus kepala Sherina."Aku sehat, Bu. Ibu g
Seperti biasanya, Marvel berangkat pagi-pagi ke kantor. Setelah dia sarapan dan memakai kemeja dan jas dengan rapi. Ketika Marvel berangkat, Sherina datang dan tersenyum bahagia."Bu, ayo! Kita sarapan, setelah itu kita jalan-jalan bersama Ibu Bela," ajak Sherina."Wah, pasti Sherina bahagia dan semangat, ya? Tumben, jam segini sudah bangun," tanya Nadia sembari mengoleskan selai coklat."Iya, Bu. Aku hampir tidak bisa tidur tadi malam, tidak sabar menunggu pagi," jawab Sherina sembari meminum susu yang telah disiapkan oleh Nadia.Nadia memberikan roti yang sudah diolesi selai coklat kepada Sherina, dengan semangat dan lahap, Sherina memakan roti itu. Nadia yang memperhatikan wajah Sherina ikut senang, wajah bahagia yang tidak pernah Nadia lihat sebelumnya."Bu, aku sudah sarapan. Aku mau mandi dulu, ya!"Sherina berlari menuju kamar mandi, tanpa mendengarkan perkataan Nadia terlebih dahulu. Nadia bergegas
"Kenapa sebentar sekali, Bu? Aku masih rindu sama Ibu," rengek Sherina. "Maaf, Sherina. Ibu ada kepentingan yang sangat mendadak, jadi Ibu buru-buru," jawab Bela sembari memeluk erat Sherina. "Sherina tidak usah khawatir, besok pasti Bu Bela ke sini lagi. Sherina sebentar lagi kan, harus belajar bersama ustadz Zacky," imbuh Nadia. "Benar ya, Bu. Besok ibu harus ke sini lagi, menemani Sherina...," pinta Sherina. "Iya, Pasti," jawab Bela. "Mbak, aku titip Sherina, ya. Tolong jaga kesehatan dia," Bela memasrahkan Sherina kepada Nadia. "Baik, Mbak," "Aku pamit dulu," ucap Bela. "Iya." Nadia mengambil semua barang belanjaannya di dalam mobil Bela, dia berterimakasih kepada Bela karena telah mengajaknya jalan-jalan. Nadia dan Sherina melambaikan tangan dan melihat mobil Bela berlalu pergi, ada raut wajah sedikit kecewa yang terpancar dari wajah Sherina saat mereka melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dal
Dengan rasa kesal yang masih dirasakan oleh Nadia, Nadia terus saja memasak. Sedangkan Sherina juga masih menunggu masakannya benar-benar matang, perut Sherina sebenarnya sudah mulai keroncongan. Namun dia menahannya, dan bersabar menunggu masakan siap untuk dihidangkan."Makanan siap!" ucap Nadia saat masakannya sudah benar-benar matang."Akhirnya, bisa makan juga," ucap Sherina.Mereka berdua pun menyajikan masakan mereka di atas meja makan, setelah semua tertata rapi, Sherina mengajak ayahnya untuk ikut bergabung dengan mereka. Sherina berjalan menuju ke kamar Marvel, dan berkata."Ayah, ayo! Makan bersama."Lagi-lagi Marvel tidak menjawab Sherina, Marvel memilih untuk tetap fokus di depan laptopnya. Sherina yang melihat ayahnya masih sibuk, dia memutuskan untuk kembali ke meja makan."Dimana, ayah?" tanya Nadia."Ayah masih sibuk dengan laptopnya, Bu," jawab Sherina."Ya sudah, kita makan berdua saja. Nanti kalau ayah lapar
Sudah hampir tiga hari Nadia dan Marvel saling diam dan tidak mau berbicara, meskipun serumah mereka bagaikan orang asing yang tidak saling kenal. Seolah-olah ada perang dingin antara ke duanya, Nadia yang belajar untuk teguh dengan pendiriannya. Sedangkan Marvel juga tidak bisa menurunkan egonya, mereka berdua terkadang kesulitan saat mereka bertatap muka. Terasa ada hal yang aneh, canggung dan lain sebagainya."Bu, Ibu lagi marahan sama ayah?" tanya Sherina."Tidak, Sherina. Ibu dan ayah baik-baik saja, memang kenapa?" tanya Nadia."Kelihatannya, ayah dan Ibu lagi marahan. Buktinya, sudah lama aku tidak melihat ayah dan Ibu bertegur sapa," jawab Sherina."Itu mungkin firasatmu saja," ucap Nadia sembari mengelus-elus rambut Sherina yang lagi tiduran di pangkuannya."Mungkin saja, Ibu. Tapi aku berpikir sepertinya ayah dan Ibu sudah lama tidak bertegur sapa," lirih Sherina."Kamu tidak perlu memikirkan semuanya, Sherina. Ibu dan ayah h
"Ayo! Cepat, Bu! Ibu harus tidur bersama Ayah." Sherina menarik tangan Nadia ke depan pintu kamar Marvel. "Sini, Ayah!" Panggil Sherina saat Marvel berada tepat di belakangnya. "Makan malam kita kan, sudah. Jadi sudah waktunya untuk tidur, tapi Sherina benar-benar ingin Ayah dan Ibu bisa tidur sekamar seperti Bu Bela dan Ayah dulu," ucap Sherina dengan penuh harapan. Sedangkan Nadia dan Marvel hanya diam mematung, tanpa berkata sepatah kata apapun. "Ayah dan Ibu kenapa diam saja? Kalau kalian diam, berati kalian setuju, kan?" tanya Sherina. Namun tetap saja, Marvel dan Nadia masih saling menatap dan tidak tahu harus berbuat apa. "Kalau kalian tidak mau, aku ngambek nih!" kata Sherina. Dengan sangat terpaksa, Nadia dan Marvel menganggukkan kepalanya dan menyetujui permintaan Sherina. "Asik...." Sherina melompat-lompat kegirangan, lantas dia mendorong Marvel dan Nadia masuk ke dalam kamar Marvel dan segera menutup pintunya. Sherina berlalu
"Aku hanya menjalankan tugasku, sebab aku sendiri juga merasakan kehilangan seorang ibu. Itupun aku tidak mungkin bisa bertemu dengannya lagi, karena duniaku dan dunia ibuku sudah berbeda," ujar Nadia haru. "Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuat mu teringat akan ibumu," ucap Marvel dengan wajah yang bersimpati. Mereka berdua semakin akrab dan saling berbagi cerita, seakan mereka menjadi seorang sahabat sekarang. "Aku mau tanya boleh?" tanya Nadia. "Tanya apa?" jawab Marvel. "Tapi, kamu tidak boleh marah ya!" ujar Nadia. "Iya." Nadia masih berpikir kembali, bagaimana cara menanyakan hal pribadi tentang Marvel dan juga Bela. Tanpa harus memicu kemarahan Marvel, Nadia juga tidak ingin bertengkar dengannya. "Kamu mau tanya apa?" tanya Marvel. "Tidak jadi," jawab Nadia. Nadia mengurungkan niatnya untuk menanyakan tentang masa lalu Marvel, dia juga teringat bahwa sebelumnya dia sudah pernah menanyakann
Zacky merasa senang karena Nadia akhirnya mendapatkan surat cerai juga, itu tandanya wanita itu bisa didekati dan mungkin dinikahi.Setelah mengucapkan terima kasih pada tukang pos, Nadia masuk ke rumah dengan keadaan lemas. Sedangkan Zacky pamit pulang karena tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang tengah dirasakan. "Ternyata aku resmi juga bercerai, kenapa aku jadi sedih begini? Apakah aku merasa kehilangan?" pikir Nadia merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Selanjutnya, dia berusaha untuk membuat dirinya sibuk agar bisa melupakan masa lalu serta bisa fokus dengan cita-cita yang diinginkan. Lain hal dengan Marvel yang masih sibuk mencari keberadaan Nadia. "Mas ngapain masih mencari keberadaan Nadia, Mas? Sudah jelas dia pergi tanpa pamit, sekarang ada surat gugatan cerai darinya." Bella memberikan sebuah surat pada sang Suami. "Aku tidak percaya Nadia akan menggugat cerai, Bella. Semua ini pasti hanya akal-akalan kamu saja 'kan?" hardik Marvel dengan sorot mata tajam."Sudah
Nadia pergi sejauh mungkin, meskipun tidak tahu harus ke mana. Tanpa membawa uang sepeser pun. Di perjalanan, dia bertemu dengan Zacky dan memberikan pertolongan."Kamu gak usah sungkan, Nadia. Aku membantumu dengan ikhlas, tidak mengharap apa pun," kata Zacky memaksa.Awalnya Nadia enggan menerima lima lembaran uang kertas berwarna merah yang diberikan Zacky. Namun, saat dia teringat kalau sedang butuh. Wanita itu pun menerimanya."Aku akan menerimanya, tapi semua ini aku anggap sebagai hutang. Sudah pasti, nanti aku bayar ketika aku memiliki pekerjaan dan gaji," kata Nadia menerima uang tersebut."Iya, terserah kamu saja. Yang terpenting, gunakan yang ini sebaik mungkin. Aku yakin, kamu pasti membutuhkannya." Mustahil jika Zacky melakukan semua tanpa pamrih, pria itu memang memiliki perasaan pada Nadia. Namun, tidak berani mengungkapkan karena mengetahui Nadia adalah istri dari temannya. Tidak ingin terlalu berlarut dalam perasaan yang dimiliki, Zacky memilih untuk pergi. "Alhamdul
Kepergian Bella tidak dicegah Marvel, membiarkan sang istri yang hamil pergi dari rumah. "Kenapa gak dikejar, Mas?" tanya Nadia meskipun ragu dan sedikit takut."Biarkan saja, nanti juga dia pasti kembali. Lebih baik, semua makanan ini diberikan kepada tetangga agar tidak mubazir begitu saja." Marvel memerintah. Nadia langsung membawa makanan yang sudah terbungkus untuk diberikan kepada para tetangganya. Siapa sangka, ketika dia membagikan makanan itu. Sebuah nyinyiran yang diterima oleh wanita berjilbab itu. Lagi-lagi dihina karena belum hamil, dikatakan mandul. Ada juga yang mengatakan kalau Nadia cuma wanita tidak tahu diri dan perebut suami orang. Betapa sakit hati Nadia, hingga dia pulang dengan deraian air mata."Kamu kenapa nangis? Siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Marvel tidak terima melihat sang Istri menangis."Mas, apakah kamu tidak ingin melepaskanku saja? Aku rasa, mbak Bella lebih membutuhkan Mas dari pada aku," ucap Nadia memberanikan diri. Dia sudah tidak sanggup
Pria mana yang tidak marah melihat istrinya digoda serta dirayu oleh teman sendiri, bahkan di depan mata. Jadi, emosi Marvel benar-benar meluap. Dia dengan cepat mengusir semua rekan kerja yang sudah mempermalukan Nadia."Aku undang kalian ke sini untuk merasakan apa yang aku rasakan, untuk tasyakuran bayi dalam kandungan istriku. Namun, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak memiliki hati! Kenapa harus merayu istriku?" cecar Marvel penuh amarah."Salah sendiri punya istri dua. Bahkan aku mengira, wanita ini bukan wanita yang baik. Hanya menutup kegenitannya di balik kerudung saja. Makanya, aku suka mengganggunya." Farrel angkat bicara."Yang dikatakan Farrel benar. Kalau dia wanita yang baik, tidak mungkin mau jadi istri kedua," imbuh Tegar. Hinaan kembali diterima oleh Nadia, tapi wanita itu cuma bisa tertunduk malu tanpa perlawanan. Yang membelanya saat ini hanyalah Marvel. Sebuah tinju langsung mendarat pada pipi kedua rekan kerjanya yang paling menggebu-gebu menghina Nadia."Kel
Nadia sudah siap dengan pakaian yang sudah dibelikan Marvel sebelumnya. Pun Bella yang terlihat lebih cantik dari biasanya karena ada riasan tipis di wajah. Sherina tidak kalah manis, gadis kecil itu ternyata sudah mengenakan pakaian rapi. Namun, Marvel belum juga membersihkan diri dan masih bau keringat. "Kalian semua duduk dulu ya, aku mau siap-siap dulu!" pamit Marvel kepada semua rekan kerjanya."Wih, memang suami idaman. Untuk acara empat bulanan sang Istri saja mau repot-repot membantu di dapur," ledek salah satu rekan kerja bernama Ricko."Sebagai suami, memang sepantasnya begitu 'kan?" Marvel menyeringai. Kemudian, berlalu pergi untuk masuk ke kamar. Ketika langkah kakinya hendak masuk ke tempat beristirahat, Bella datang menghampiri. "Apa aku temui mereka sekarang juga, Mas?" tanya Bella dengan mengulum senyumnya."Gak usah, kamu nanti keluar sama aku saja. Sekarang, biarkan Nadia yang mengurus semuanya." Marvel tidak ingin Bella capek, jadi meminta istri pertama untuk sant
Di rumah lagi gak ada orang, hanya ada Bella seorang diri. Wajar saja kalau hati suasana hati menjadi tidak tenang. Dia semakin risau mengingat sang suami lebih memilih untuk bersama dengan madu dibandingkan dengannya."Sudah tahu aku sedang hamil, tapi mereka malah asik pergi bersama. Seolah-olah aku tidak pernah ada di rumah ini." Bella bermonolog dengan air muka yang kesal. Dia memilih untuk berselancar di sosial media, melihat konten yang ada. "Lihat saja nanti, kalau mereka tetap bersikap begini. Akan aku viralin saja si Nadia sebagai wanita yang suka merebut suami orang!" Ucapan Bella memang sering ngelantur sejak Nadia dan Marvel semakin dekat seperti perangko. Dia sudah memastikan, kalau sang suami pasti sudah mengutarakan isi hatinya.Tepat ketika menunggu hingga satu jam, suara canda tawa terdengar bersamaan dengan bunyi pintu rumah terbuka. Wanita yang saat ini sedang mengenakan daster berusaha untuk tidak peduli, masih fokus dengan gagdet yang ada dalam genggaman tanganny
Nadia mengurus Bella dengan baik, memberikan sebuah perhatian dan juga cinta kepada wanita yang sudah menjadi madunya serta bayi yang ada dalam kandungan Bella."Mbak, kalau butuh apa-apa, jangan lupa panggil aku. Aku mau menemani Sherina bermain dulu," pamit Nadia karena Bella yang terlihat santai duduk sembari menonton televisi."Kamu jangan pergi dulu! Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu." Bella mencegah kepergian Nadia."Mau bicara apa, Mbak?" tanya Nadia sembari membenarkan posisi jilbabnya."Kenapa kamu mau berbuat baik padaku, sedangkan aku sudah berbuat jahat padamu." Bella menuntut sebuah alasan kebaikan Nadia."Karena aku sayang sama keluarga ini, Mbak. Juga Mbak." Nadia menjawab singkat."Itu artinya, kamu juga mencintai suamiku?" cetus Bella."Suami Mbak 'kan, suamiku juga." Nadia menjelaskan."Oh! Jadi, kamu sudah mencintai mas Marvel juga sekarang?" Bella bertanya penuh selidik."Enggak gitu maksudku, Mbak." Nadia berusaha menjelaskan, tapi tetap saja Bella tidak mau
Nadia pulang dengan mengucapkan ojek yang sedang mangkal di sekitar rumah sakit, dia pun pulang dengan selamat dan masuk ke rumah Marvel.Dengan langkah ragu, dia terus berjalan dan membuka pintu. "Dari mana saja kamu? Bukannya di rumah, malah keluyuran," ucap Marvel yang memang sengaja menunggu kepulangan Nadia."Maaf, Mas. Aku tadi menghadiri acara reuni," sahut Nadia dengan wajah tertunduk malu serta ketakutan yang luar biasa."Reuni? Kamu yakin itu reuni? Kamu sudah pintar mencari-cari alasan sekarang ya! Padahal, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu lagi berboncengan dengan Zacky. Ternyata memang benar, kamu dan dia main belakang!" cetus Marvel."Aku boncengan sama dia cuma kebetulan saja, Mas." Nadia berusaha untuk menjelaskan."Kebetulan katamu? Aku tidak percaya, jangan-jangan ... kamu gak mengangkat teleponku juga karena lagi sibuk bersamanya, ya 'kan?" tuduh Marvel."Aku dan dia benar-benar tidak ada hubungan, Mas. Aku berani bersumpah, Mas." Nadia berusaha u
Nadia terlihat bahagia karena bertemu teman lama, teman semasa SMA. Saking senangnya, bahkan wanita itu tidak menghiraukan handphone yang terus berbunyi. Dia memilih untuk tidak mengangkat karena kemungkinan hanya akan menimbulkan permasalahan lagi."Kamu kegiatannya apa sekarang?" tanya Cinta yang merupakan salah satu teman Nadia."Aku sibuk kuliah saja." Nadia menjawab singkat. Tidak banyak yang dibicarakan oleh wanita yang merupakan istri kedua Marvel. Semua ditutupi secara rapat karena tidak ingin ada yang tahu tentang kehidupan yang dijalani. Kedekatan mereka masih terlihat jelas meskipun banyak yang datang membawa keluarga, tapi tidak membuat Nadia merasa iri atau apa pun itu. Bahkan, meskipun sama sesama temannya diledek. "Kenapa di umur segini kamu masih betah sendiri? Padahal kita semua sudah punya anak, bahkan ada yang punya tiga." Galang berbicara dengan nada suara yang keras."Iya, aku masih sibuk dengan kuliah," ucap Nadia yang sebenarnya mencari-cari alasan. Mereka me