Di tempat lain di waktu yang sama
Leon sedang berdiskusi di dalam ruangan kantornya. Disana ada Malik seorang sutradara, Rina penulis naskah tetap di rumah produksi drama miliknya dan seorang pria muda berkacamata yang tampak bersemangat bernama Rio .
Leon membaca lembaran-lembaran naskah yang diberikan Rio, ia hanya melihat dengan tatapan dingin malasnya lalu menolaknya mentah-mentah
"Tapi pak anda belum membaca keseluruhan naskahnya,silahkan dibaca lagi pak Leon" tutur Rio tak terima naskah yang sudah dibuat susah payah dilemparkan begitu saja
"Kau memerintahku?" Tanya Leon
Rina menatap Rio,meminta adik lelakinya itu untuk meminta maaf kepada bosnya namun Rio mengacuhkan tatapan kakaknya itu justru ia bertanya kembali kepada pria berwajah dingin yang ada diseberang mejanya itu
"Naskah saya bagus , penuh nilai edukasi dan
Tiga hari berlalu . Tuan Riko menepati janjinya ia mengembalikan semua barang-barang yang pernah diangkut anak buahnya tempo hari. Ia juga melunasi semua tunggakan spp di sekolah Hana"Mau mampir ke rumah saya pak? Mungkin ibu saya masih mengenali anda sebagai teman sekolahnya" tanya Hana dari balik jendela mobil tuan Riko"Tidak perlu, sampaikan salamku saja pada ibumu nanti" ucap Tuan Riko lalu menutup seluruh jendela mobilnya dan pergi meninggalkan kediaman rumah Hana. Ia sendiri yang memastikan melihat semua barang-barang itu masuk kembali ke dalam rumah HanaDari kaca spion mobilnya, lelaki itu melihat bayangan sosok Hana yang semakin mengecil seiring melajunya mobil yang dikendarainyaSeusai berpamitan dengan ibundanya Hana pergi ke sekolahnyaDisana tatapan teman-temannya masih tidak berubah seperti kemarin, semuanya menatap hina kepada HanaGadis itu menyadari ada salah satu temannya menempelkan selembar kertas di pundaknya
Bu Rose menghela nafas setelah mendengar penuturan panjang dari Hana. Gosip tentang Hana yang menjual tubuhnya kepada lelaki hidung belang benar adanya "Hana terpaksa bu guru, Hana baru semalam itu melakukannya.... Hana tidak ingin lihat ibu dan adik-adik sedih" Di dalam hatinya Bu Rose ingin bertanya apakah Hana masih mempertahankan mahkota keperawanannya tetapi di situasi yang runyam ini wanita berusia 28 tahun itu mengurungkan niatnya Meskipun streotip di masyarakat yang mengatakan bahwa mahkota keperawanan amatlah penting untuk dijaga tetapi itu bukanlah yang terpenting. Meskipun kau sudah tidak memiliki gelar itu lagi , diri dan hatimu jauh lebih berharga dibanding selapis laput di dalam daramu "Apa ibumu tahu hal itu?" Hana menggeleng "Cepat atau lambat ia pasti akan tahu berita ini Hana, sebaiknya kau berbicara duluan dengan ibumu daripada ibumu mendengarnya dari orang lain" Hana
Kris berhasil membuat anak-anak yang membully Hana pergi meski bibir anak-anak itu mencibir Kris sebagai salah satu lelaki hidung belang yang menyukai HanaKris mengulurkan tangannya mencoba membantu Hana keluar dari saluran got yang hitam itu"Terima kasih" ucap Hana ia memunguti buku-buku yang sudah basah kuyup . Buku-bukunya tak terselamatkan"Sesekali di lain waktu kau perlu membela dirimu agar teman-temanmu tak menyakitimu lagi""Mereka bukan teman-temanku kebetulan mereka hanya satu sekolah denganku saja" ucap Hana sambil memasukan buku-buku miliknya ke dalam ranselnya. Ia akan mengeringkannya di rumah nanti"Ada urusan apa om kris kesini? Apa Leon yang menyuruh ""Ya nona Hana. Tuan Leon sedang menunggu di dalam mobil"Hana melirik ke seberang jalan dimana sebuah mobil terparkir diam disana. Samar-samar terlihat siluet pria di dalam mobil"Untuk apa?" Tanya Hana"Tuan leon
Kudengar kau sudah putus dengan Sarah " tanya wanita dengan dres loreng-loreng ketat yang membalut tubuhnya, rambut wanita itu disasak bob dengan jepitan perak sebagai hiasan rambutnya .Leon menoleh untuk memandang teman wanita yang kini duduk tepat disampingnya. Wanita itu bernama Caty dia adalah artis yang pernah bermain film di Ph milik LeonLeon diam tak menjawab, ia meneguk segelas anggur bery di tangannya dengan satu tegukan tanpa jeda"Apa Sarah kembali mengkhianatimu lagi ?" Tanya Sarah semakin mendekat ke wajah LeonLeon memalingkan wajah wanita itu agar menyingkir "bukan urusanmu""Hola.... sepertinya kalian sedang bersenang-senang" sapa nyonya Heins, dialah tuan rumah dari pesta privat yang sedang Leon hadiri sekarangWanita itu membawa sebotol sampanye di genggamannya"Mau tambah?"Leon menjulurkan gelas slokinya "ya "Ia ingin minum sebanyak-banyak
Pov HanaKetika umurku delapan tahun temanku pernah memberitahuku bahwa di dalam rumah kosong yang berada di ujung jalan menuju sekolahku ada begitu banyak boneka barbie di salah satu lemarinyaAku begitu mempercayai ceritanya karena ia menunjukan tiga buah boneka di tangannya"Pemilik rumah itu punya pabrik boneka di kota lain , jadi dia terkadang membawanya pulang ke rumah" temanku bercerita dengan antusias"Tapi sepertinya rumah itu kosong" imbuh temanku yang lain tak percaya"Jadi kalian pikir aku berbohong, ya sudah jika kalian tak percaya" ucapnya sambil berlalu pergiTetapi pada malam harinya justru aku pergi masuk ke dalam rumah tak berpenghuni itu. Dengan polosnya aku justru mempercayai bualan temankuKetika aku memasuki rumah itu tak ada boneka ataupun mainan disana.Terkadang aku berpikir polos dan bodoh berada dalam garis yang sama.Seperti yang kulakukan sekarang, kepolosan berpik
Hana mengangguk mengerti meskipun di dalam hatinya ia ingin memprotesnya Bukan aku yang merayumu tapi kamulah yang membawaku ke ranjangmu, bathin HanaAh tapi sudahlah, bibirnya sudah kadung mengatakan akan membantu hubungan Leon dengan wanita ituTepat saat mobil mereka berhenti di lampu merah. Mata Hana mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. Matanya menangkap gerombolan siswa siswi berseragam SMA yang sedang berangkat sekolah dengan raut wajah riang. Tanpa ada beban di pundak merekaAda rasa iri terbersit di dadanya. Apakah mereka juga menanggung masalah seperti yang aku alami sekarang? Hidupku berubah begitu cepat dalam beberapa hari ini . Masalah datang bertubi-tubi tanpa jeda waktu agar ia bisa bernafasLeon melirik Hana. Lelaki itu seperti tahu apa yang sedang dipikirkan Hana"Kau ingin kembali ke sekolah" tanya Leon . Lampu merah menyala selama 60 detikHana menoleh "entahlah.....
Hari sudah larutLangit sudah gelap saat Hana keluar dari apartement lelaki itu. Butir-butir gerimis jatuh ke pipi dan tangannya . Gadis itu menaruh ranselnya ke atas kepalanya sebagai payung lalu berjalan pelan-pelan menyusuri jalanJalanan cukup sepi saat itu. Hana menyadari ada sebuah mobil yang mengikutinya dari belakang sejak tadi. Ia sedikit gelisah, siapakah mereka?Gadis itu menengok ke belakang untuk memastikan kegelisahannya. Dugaannya benar beberapa pria berpakaian preman keluar dari dalam mobil dan mendekati Hana"Siapa kalian ? Ada keperluan apa denganku?" Gertak HanaTak ada satupun dari mereka yang menjawabHana mundur selangkah demi selangkah firasatnya mengatakan akan ada hal buruk yang akan menimpanyaAku harus pergi, bathin HanaNamun gerakan Hana kurang cepat mereka memegangi lengan Hana dan salah satu dari pria-pria itu membekap hidung Hana dengan saputangan y
"Aku tahu kau pasti berkhianat padaku" umpat SarahRei tidak menjawab ia hanya membalas tatapan Sarah dengan sorot sama tajamnya seperti Sarah"Ha ha ha ha begitu rupanya..... apa kau juga terpincut oleh gadis sialan di sampingmu hah? " maki Sarah penuh emosiHana menunduk ketakutan mendengar teriakan SarahLaluDoor.....door....dooor..... suara pelatuk tembakan bergema diseluruh ruanganSarah tersenyum ketika dengan mudahnya menekan pelatuk shotgun di jarinya, membuat tiga lubang di dahi ReiRei jatuh terjerembab ke lantai . Dalam waktu sekian detik permukaan lantai sudah tergenang darah ReiTubuh Hana bergetar hebat, bayangan akan kematian ayahnya yang penuh darah masih belum kering di ingatannya sekarang satu orang lagi mati tepat di sampingnyaHana mendekat ke tubuh Rei yang kini tergeletak. Kedua mata pria itu masih terbuka. Ia berusaha menutupi luka di dahi
Vania baru saja hendak berendam dalam bath tube jika tidak mendengar bel rumahnya berbunyiIa memakai kembali dresnya lalu membuka pintu rumahnya . Dua orang pria tidak dikenal langsung menginterogasinya"Dimana suamimu?" Tanya Leon dengan nada membentak"Kalian siapa? Aku tidak kenal dan tidak mengerti ucapan kalian?""Bu Vania mohon maaf, nama saya Nathan. Saya karyawan di perusahaan suami anda, dan ini saudara sepupu saya. Bisakah kami tahu dimana pak Viko sekarang""Dia belum pulang, memangnya ada urusan apa sampai sepupumu ini membentakku""Cepat hubungi suamimu sekarang" Leon memerintah Vania"Apa kau tidak bisa bersikap lebih santun terhadapku?""Aku tidak bisa menunggu lagi, suamimu menculik calon istrikku""Apa maksud nya ini? Apa ini lelucon? Mana mungkin suamiku menculik calon istrimu? Memangnya siapa calon istrimu itu ? Jangan sembarangan menuduh ya , aku kenal
Hana terbangun dengan pusing yang hebat di kepalanya. Kedua matanya ditutupi sehelai kain berwarna hitam membuat gadis itu tak bisa melihat apapun"Apa ini... Kenapa pandanganku gelap?"Ia mencoba bergerak namun tubuhnya tak bisa digerakkkan karena kedua tangan dan kakinya diikat di sebuah kursiApa, aku sedang diculik? Tanya Hana di dalam hati. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Tunggu bukankah aku sedang bersama pak Viko tadinya...."Wah sudah bangun ya rupanya....." sapa seorang lelaki yang suaranya tak asing ditelinga HanaHana mendongak mencari asal suara"Pak Viko apa itu anda?" Tanya Hana memastikan"Menurutmu aku siapa?"Kini suara itu dibisikkan tepat disebelah telinga kiri Hana."Apa yang anda lakukan kepada saya?" Bibir Hana gemetar ketak
Hujan....Hana menatap hujan deras dari balik kaca loby kantornya. Tiga puluh menit yang lalu ia sudah pulang kerja namun karena hujan. Hana dan teman-teman kantornya yang akan pulang memutuskan menunggu sampai hujan diluar reda"Hana.... Kamu mau married ya ?" Anne menepuk pundak Hana dari belakang"Iya mba Anne ko bisa tahu?"Karena seingatnya Hana belum sempat cerita ke teman-temannya di kantor kecuali Nathan dan Bu Marie"Dari Bu Marie , dia bilang katanya kamu mau married tadi dia minta cariin pelamar kerja buat gantiin posisi kamu ""Nanti teman-teman di kantor di undang ya"Hana mengangguk"Wah enggak nyangka ya, kamu masih muda malah nikah duluan, ngelangkahin kami-kami ini yang udah kepala tiga""Iya sih hidup itu kadang enggak adil buat wanita" Tina ikut nimbrung"Laki-laki se
Leon berbaring di samping Hana di atas sofa. Pria itu menaruh tangannya di cekungan leher Hana kemudian mencium lembut di sana . Ada seulas senyum bahagia di wajah mereka yang tengah mabuk asmara"Aku mengantuk ayo kita tidur" bisik Leon pelanLeon menggelung bed cover ke tubuh mereka berdua. Hana memejamkan matanya, sulit dipercaya, ia kini dalam dekapan pria yang ia cintai.Saling mendekap dan menghangatkan satu sama lain hingga keesokan paginya Hana yang terbangun lebih duluHana memandangi wajah Leon lebih dekat. Memperhatikan garis-garis wajahnya, lekukan kedua matanya, tulang hidungnya dan bibir pria ini lebih dekat.Ujung jari telunjuk Hana menyentuh pipi Leon , mata Leon terbuka. Tangan Leon bergerak memegang tangan Hana .Rupanya pria itu sudah bangun sedari tadi sebelum Hana bangun"Selamat pagi om Leon" sapa Hana"Selamat pagi juga Hana"Leon hendak mencium Hana la
Leon perlahan membuka kancing kemeja piyama yang di kenakan Hana Gadis itu masih duduk di atas Leon, pipinya semakin merah. Ia seharusnya tengah berduka dengan kematian ibunya dan adiknya yang menghilang tapi sisi lain hatinya teramat bahagia apalagi Leon mengajaknya menikah Perlahan Leon melepas semua pakaian yang melekat pada Hana. Pria itu lalu menggenggam kedua tangan Hana "Ayo lakukanlah sesukamu" ujar Leon Pipi Hana dan tubuh Hana terlihat semakin merah. Ia malu sekali. Terakhir kali melakukkannya adalah saat Leon tengah mabuk tapi sekarang kedua mata pria yang dicintainya ini menatap fokus pada tubuh polosnya "Bagaimana caranya?" Tanya Hana polos "Kau tidak pernah melakukannya lagi?" Hana menggeleng "Tidak... Aku hanya pernah melakukkannya denganmu waktu itu"
Hana membuatkan nasi goreng kecap dengan potongan sosis dan telor mata sapi setengah matang sebagai topingnya untuk makan malam tamu dadakannya malam ini Leon telah selesai mandi, pria itu duduk di kursi makan hanya memakai handuk pink punya Hana yang ia lilitkan di pinggangnya . Masih terlihat butir-butir air di sepanjang wajah dan dadanya yang bidang Sangat tampan, ya Tuhan dia sangat tampan, Hana memekik dalam hatinya Hana memberikan piyama tidur miliknya kepada Leon "Apa-apaan ini.... Kau menyuruhku memakai pakaian motif sapi gila hah" "Ini bukan motif sapi gila tuan Leon yang tampan. Hanya motif kartun kepala sapi" "Carikan aku pakaian yang lain" "Tidak ada pria di rumah ini, aku tidak punya pakaian pria " "Kalau begitu aku akan tidur dengan telanjang saja" "Terserah" Leon membuang piyama milik Hana ke lantai dengan santai lal
Leon menemui kris di sel tahanan. Kris sudah berganti pakaian, tak ada lagi jas dan kemeja yang melekat di tubuhnya. Ia seperti tahanan-tahanan lain yang memakai seragam terpidana lainnya di sini"Apa-apaan pakaianmu ini. Kau masih berstatus tersangka belum terpidana yang sah secara hukum . Pengadilan bahkan belum dimulai" tanya LeonKris tersenyum menenangkan reaksi bosnya itu"Tidak apa-apa tuan Leon. Apapun yang melekat di tubuh kita tidak mencerminkan sikap kita. Tuan sendiri kenapa belum berganti pakaian"Leon mendesah "Mobilku di tahan di sini, aku belum sempat menyewa hotel aku bahkan belum mandi "Kris tersenyum"Jangan meledekku. Aku dari kemarin membuntuti gadis itu""Hana""Yeah...siapa lagi""Anda sudah mengatakan anda akan menikahinya?""Yah dan dia menolakku. Juga menampar pipiku bolak balik ""Mungkin anda salah bicara"
Candra dan Saka kembali memeriksa ulang dokumen tentang kecelakaan lalu lintas yang dialami ibu Hana . Mereka adalah petugas kepolisian yang menangani kasus ini"Aku tidak yakin ini hanya kasus kecelakaan tunggal saja, sangat janggal kemarin aku sudah memeriksa cctv di sekitar jalan di sana, keadaan memang gelap karena lampu penerangan di pinggir jalan sedang rusak . Aku memeriksa satu jam sebelum mobil ini lewat tapi tidak ada tanda-tanda ibu ini sedang berjalan. Lihat" saka menunjukan layar komputer dimana dua cctv yang dekat dengan tkp terekam semalam"Jadi kemungkinan ibu ini tidak berjalan di pinggir jalan tapi muncul dari sini" Saka menjelaskan lagi, ia menunjuk area persawahan yang terbentang luas di kanan kiri jalan bebas hambatanTok tok tok tok.... Suara pintu diketuk dari luar"Masuk "Seorang petugas kepolisian yang lain masuk membawa dok
Pemakaman ibu Hana dilakukan keesokan paginya yang tak jauh dari rumah HanaHana menangis di pusaran nisan ibunya, ada Nathan di sampingnya yang menenangkannyaHanya ada beberapa kerabat dan tetangga yang mengikuti sampai proses upacara pemakaman selesai.Dan leon ada disana berdiri di balik pohon yang berjarak dua meter dari pemakaman ibu HanaIa sudah melihat gadis itu menangis sejak semalam di kantor polisi . Membuat hatinya semakin merasa bersalahIni semua salahku Hana, maafkan aku rutuk Leon berkali-kali di dalam hati"Hana ayo kita pulang. Kita masih belum tahu keberadaan adikmu " ajak NathanLeon berpikir ini kebetulan yang aneh di saat ibu Hana mengalami kecelakaan di jalan raya sang adik juga tidak diketahui jejak rimbanya. Tidak mungkin gadis kecil itu meninggalkan rumah sendiri&n