Bab 70: Agen Rahasia.
Maria sedang melamun di meja kerjanya. Wajahnya terlihat cemberut tanpa sinar ketenangan maupun kegembiraan. Dahinya berkerut sehingga keningnya bertaut rapat. Semua teman sekerjanya sudah keluar untuk makan siang. Tuan Rizky Iqbal pula masih belum pulang dari meeting bersama kliennya di luar kantor.
"Maria, kenapa mukamu cemberut begini sih? Apa kamu tidak suka kalau Tuan Rizky punya sekretaris baru? Jangan khawatir, Mar. Sebagai tunanganmu, aku masih bisa menampung hidupmu," sapa Hendra dengan senyuman manis tersungging di bibirnya biarpun nada bicaranya terdengar sinis.
Hendra tidak bisa berpura-pura bahwa dia sangat cemburu dengan ketampanan wajah CEO
Bab 71: Kedatangan Penguasa Bima Group.Di dapur, Arvin baru saja selesai memasak nasi goreng untuk sarapan pagi. Sekarang, dia sedang mengoles roti dengan selai stroberi kesukaan Hani karena dia tahu istrinya lebih suka makan roti dibanding nasi ketika bersarapan.Baru saja Arvin duduk di atas kursi, sosok tubuh Hani muncul di depannya. Tubuh Hani dibaluti pakaian kantor yang formal dan terlihat pas benar di tubuh istrinya itu. Rambut Hani yang hitam dan panjang bergelombang semakin menyerlahkan kecantikan alami wanita itu. Arvin hanya tersenyum manis saat memandang wajah istrinya yang terlihat datar."Semangat ya untuk hari ini. Semoga hari pertama kamu mengesankan. Setelah sarapan, aku akan mengantar kamu ke kantor," ucap Arvin ketika Hani duduk di depan
Bab 72: Bodoh Tak Terajari, Pintar Tak Terikuti Tuan Syahputra Wijaya merenung tajam ke arah putranya yang hanya menunduk seakan takut untuk bertemu muka dengannya. “Kali ini, alasan bodoh apa yang kamu ingin berikan pada Papa?" Soal Tuan Syahputra dengan nada santai. Rizky menggenggam erat kedua tangannya sebelum memandang wajah pria yang berstatus ayahnya itu. "Aku tidak akan memberi alasan apa pun tapi aku ingin berbicara jujur pada Papa. Aku hanya ingin membantu Hani, Pa. Aku ikhlas. Aku juga tidak mau hubungan persahabatanku sama Hani terputus gara-gara kami tidak jadi menikah. Setidaknya, aku masih bisa berteman baik dengannya," jelas Rizky.
Bab 73: Menantu Kesayangan?Di kamar meeting, Hani Alisya merasa tersinggung dengan tatapan mata tajam dan senyuman tidak bersahabat yang diberikan Maria ketika wanita itu memandang dirinya.'Apa aku pernah ada melakukan kesalahan padanya? Setahu aku, aku tidak pernah mengenal wanita ini.' Batin Hani. Dia benar-benar tidak mengerti dan bingung mengapa wanita muda itu terlihat seperti sangat membencinya sedangkan ini pertama kali mereka bertemu.Setelah Maria selesai membicarakan tentang tugas dan skop kerja seorang sekretaris kepada Hani, Hani langsung saja bertanya tanpa ragu."Maaf. Tapi bisa aku bertanya sesuatu pada kamu? Apa…, aku ada melakukan kesalahan pada kamu?" Soal Hani dengan nad
Bab 74: Makan Siang Bersama MantanRizky hanya memandang sinis ke arah Hani yang sedang duduk di depannya. Mereka berdua sedang menunggu ketibaan Tuan Syahputra Wijaya di restoran bintang lima yang terkenal di Surabaya."Maafkan saya, Tuan Rizky. Tolong jaga pandangan mata Tuan," tegur Hani dengan nada dingin. Kedua lengannya terlipat rapat di depan dadanya.Rizky tergelak sembari menepuk tangannya berulang kali sehingga beberapa pelayan restoran menoleh ke arahnya dengan tatapan aneh. Namun, Rizky sama sekali tidak malu untuk bertingkah seperti itu karena hanya mereka berdua saja yang berada di restoran tersebut. Seperti biasa, Tuan Syahputra Wijaya gemar menempah satu restoran tanpa kehadiran pelanggan lain.
Bab 75: Kebenaran Yang TerungkapSudah lima menit Hani Alisya pergi ke toilet tetapi wanita itu masih belum pulang ke meja makan. Hati Rizky mula diterpa rasa khawatir. Satu ide menjelma dalam otak pria tampan itu. Dia mengambil gelas minumannya yang berisi air putih sebelum meneguk perlahan. Dengan sengaja, dia menumpahkan sedikit air ke atas jasnya."Maaf, Pa. Aku ke toilet dulu untuk membersihkan jasku." Ucap Rizky sebelum berdiri lalu meninggalkan meja makan dengan tergesa-gesa.Mikail dan Tuan Syahputra Wijaya diam seketika biarpun mereka tahu bahwa Rizky sengaja mau menyusul Hani. Tidak lama kemudian, Mikail bersuara perlahan."Pak Long, saya ada satu permintaan."
Bab 76: Amarah MikailHani Alisya merenung wajahnya melalui cermin yang ada di toilet tersebut. Tiba-tiba, satu senyuman manis tersungging di bibirnya."Aku masih terlihat cantik seperti dulu tapi kenapa perasaan Rizky sudah berpaling dariku? Apa sih yang ada pada Safiyya sehingga dia bisa menjadi menantu kesayangan Om Putra?" Lirih Hani dengan nada perlahan."Siapa bilang kalau aku sudah berpaling dari cintamu? Dan apa kamu cemburu sama Fiya gara-gara Papa menyayanginya?" Sinis Rizky sebelum tertawa mengejek.Hani mendengus kasar saat Rizky tanpa malu memasuki toilet wanita dan berdiri di depannya."Kenapa kamu bisa ada di sini? Seh
Bab 77: Pertengkaran Tiga SahabatTengku Zafril berjalan tenang memasuki lift untuk pergi ke lantai di mana ruangan kerja Mikail berada. Sebenarnya, Tengku Zafril bingung mengapa Mikail mau bertemu dengannya pada hari ini sedangkan pria itu baru saja tiba di Kuala Lumpur dari Jakarta semalam.'Apa ada perkara buruk yang menimpa Safiyya di Jakarta?' Batin Tengku Zafril mula menerka hal yang tidak-tidak.Pintu lift terbuka luas di lantai ruangan kerja Mikail. Tengku Zafril langsung saja keluar dari lift dan ketika itu juga dia berpapasan dengan sekretaris pribadi Mikail, Rose."Selamat pagi, Tengku." Sapa Rose dengan nada ramah."Ya, s
Bab 78: Ayo, Kita Bercerai.Setelah masuk ke dalam perut mobil, Vivian menutup pintu mobil Ferrari berwarna silver miliknya dengan kuat. Hatinya benar-benar panas dan sakit. Sejujurnya dia kesal dengan sikap Mikail dan Tengku Zafril yang seakan coba merahasiakan sesuatu dari sepengetahuannya.Namun, Vivian tidak bisa berbuat apa-apa apalagi memaksa kedua lelaki itu untuk berkata jujur padanya. Dengan wajah muram tanpa cahaya, wanita muda berambut ikal mayang itu merebahkan kepalanya di atas kemudi mobil."Fiya, seandainya dahulu kau sempat menceritakan hal sebenar padaku sebelum kau hilang ingatan, aku pasti sudah membunuh Rizky, Alexander dan Robert dengan tanganku sendiri. Setidaknya, mereka tidak akan hidup bahagia di atas penderitaanmu. Tapi, kenapa Fiy
Bab 92: Setelah Tiga Tahun Berlalu"Kau yakin mau bertemu Rizky?" Vivian bertanya pada Safiyya yang sedang sibuk menyisir rambut dua putra kembarnya yaitu Amir Syahputra dan Aariz Syahputra. Kedua nama tersebut diberi oleh bapa mertuanya. Alasan terbesar Tuan Syahputra Wijaya ketika memberikan nama tersebut adalah beliau mau cucu-cucunya itu yang akan mewarisi perusahaan Wijaya Groups dan Wijaya Properties. "Bukan aku yang mau. Dia yang hendak bertemu denganku setelah dia tahu papanya akan menyerahkan dua perusahaan kepada Amir dan Aariz," jelas Safiyya, tenang. "Terus kenapa kau mau?" Desak Vivian, tak puas hati. "Vi. Aku harus bertemu dengannya. Lagian, dia sudah berjanji untuk bercerai denganku dan menyerahkan hak asuh anak-anak jika aku bersetuju menyerahkan dua perusahaan tersebut kepadanya.""Lelaki itu betul-betul gila! Dia sanggup menceraikanmu demi harta," cemooh Vivian. "Aku tak peduli tentang harta itu, Vi. Lagian semua itu memang milik keluarganya Rizky. Almarhum ayah
Bab 91: HamilMikail melihat arloji di pergelangan tangannya beberapa kali. Sebentar lagi, pesawat dari negeri tetangga akan tiba di KLIA. "Bro." Satu tangan menepuk lembut bahu Mikail. Mikail lantas menoleh ke belakang. Matanya membulat. "Kau buat apa dekat sini?" tanya Mikail dengan nada sebal. "Aku datang nak berjumpa dengan Safiyya lah," sahut Tengku Zafril enteng. Laki-laki itu tidak peduli dengan tatapan jengkel yang ditunjukkan Mikail secara terbuka. "Zaf, dah banyak kali kita berbincang tentang hal ini. Kau tak boleh berjumpa dengan adik aku buat sementara waktu. Apalagi Safiyya—""Bang Mika!" Mikail terdiam ketika dia melihat Safiyya berlari ke arah mereka. Tengku Zafril pula hanya tersenyum tipis di saat Safiyya meluru ke dalam dekapan Mikail. "Hai, Zaf." Vivian menyapa Tengku Zafril seraya tersenyum ramah. Di belakang wanita itu ada dua bagasi berukuran sederhana besar. "Oh, hai Vi. Sikitnya barang kau," seloroh Tengku Zafril. "Itu semua tak penting. Boleh kita ber
Bab 90: TerusirBRAKK!Tubuh Safiyya menegang sewaktu dia mendengar bunyi pintu kamar tidur dibanting dengan keras. Dia baru saja selesai berdoa setelah menunaikan salat Isya. Rizky langsung melabuhkan tubuh di atas ranjang. Matanya tajam merenung langit-langit kamar. Dadanya turun naik saat menarik dan membuang nafas.Selepas melipat dan meletakkan mukena di lemari, Safiyya berjalan mendekati ranjang lalu duduk di samping Rizky yang masih berbaring. Wajah suaminya terlihat gusar dan urat lehernya bahkan terlihat jelas. "Ada apa kamu ke mari, Riz?" Perlahan Safiyya membuka bicara. Rizky bangkit dari pembaringan. "Kenapa? Kamu tak suka melihatku datang? Apa kamu menyembunyikan laki-laki lain di sini?"Tuduhan tak masuk akal yang dilemparkan Rizky berhasil merobek hati Safiyya. "Aku bukan seperti kamu yang tak bisa menjaga hati, Riz. Langsung saja ke intinya. Tak usah bertele-tele."Rizky mendesah berat. "Hani keguguran.""Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un. Terus kondisi Hani se
Bab 89: Mengemis Restu Bunda"Keluar. Aku jijik melihat wajahmu," cerca Vivian seraya melempar bantal ke arah Roby. Jemarinya memegang erat selimut yang membungkus tubuhnya. "Duh, Sayang. Ternyata kamu masih galak seperti dulu." Roby terkekeh senang. "KELUAR!" Roby masih bergeming. Bibirnya mengukir senyuman mengejek. "Apa kamu lupa isi perjanjian kita? Kamu akan memuaskan dahaga batinku selama satu jam jika aku berhasil membujuk Tante Rafedah untuk membeberkan rahasia pernikahan siri Rizky dan Hani kepada Bunda Yasmin. Wanita tua itu bersetuju dan semuanya berjalan mulus. Kamu harus ingat, Vi. Aku sudah berhabis banyak uang semata-mata untuk membantumu." Nada suaranya terdengar dingin. Mata Vivian mendelik. "Membantuku? Yang benar saja. Kau sendiri tahu kalau aku melakukan ini demi Safiyya. Dia dalam kesusahan gara-gara ulah Rizky yang tak mau bercerai secara baik-baik. Fiya juga tak bisa mengurus gugatan cerai karena Mikail sialan itu tidak mau keluarga mereka dan keluarga Wij
Bab 88: Amarah Bunda YasminTiga bulan kemudian. Safiyya merenung mata Adit dengan tatapan tak percaya. "Apa benar—" Bicara Safiyya terhenti. Wanita itu menghembus nafas pelan. Dia masih tak percaya dengan kabar yang baru saja dia dengar. Sementara itu, raut wajah Adit terlihat datar biarpun hati laki-laki itu diterpa rasa bersalah yang teramat sangat. Mau tak mau, dia terpaksa memberitahu kabar ini pada Safiyya sebelum wanita itu pergi ke pengadilan agama untuk memproses gugatan cerai."Benar, Fiya. Hani sedang hamil anak Rizky. Kandungannya sudah masuk tiga minggu."Safiyya bergeming. Lelucon apakah ini? Kenapa dia harus mendengar berita ini di saat hatinya sudah mantap dan dirinya sudah kuat untuk menggugat cerai dari Rizky? Safiyya tertawa kecil tetiba. Sesungguhnya dia mentertawakan nasibnya yang malang. Seketika, dia merasa cemburu dengan kebahagiaan keluarga kecil Rizky dan Hani. Tidak! Dia tidak boleh lemah apalagi merasa iri dengan kebahagiaan orang lain. Dia harus terima
Bab 87: Istri Kedua Rizky IqbalHani menyentak tangannya dari genggaman jemari Rizky ketika mereka sudah berada di tempat parkir rumah sakit. Raut wajahnya terlihat bengis."Kenapa kamu maksa aku keluar? Aku belum selesai bicara dengan wanita munafik itu, Rizky!""Cukup, Hani. Aku tidak suka kamu marah-marah seperti ini. Aku memaksamu keluar karena aku tidak mau kalian terus-terusan bertengkar. Kamu sendiri lihat bagaimana kondisi Safiyya barusan. Kepalanya terluka! Kalau kesehatannya memburuk gara-gara kamu, papa dan bunda tidak akan pernah mau menerima kamu sebagai istriku. Aku tidak ingin hal itu terjadi," terang Rizky bersungguh-sungguh."Terus, bagaimana bisa kamu dan Safiyya berciuman? Apa kamu kembali suka padanya? Sadar, Rizky! Orang yang kamu cinta dan sayang itu hanyalah aku. AKU!" Hani membentak keras."Ciuman itu hanya sandiwara Safiyya semata-
Bab 86: Kotak Ingatan Yang TerbukaVivian sedang duduk di atas kursi lipat dengan santai sambil melihat dua jasad tanpa roh terbakar di hadapannya.Api telah memakan sekujur badan dua pria malang yaitu Black Ring dan Blue Ring. Asap mengepul ke udara lalu ditiup angin. Vivian sama sekali tidak khawatir karena kawasan terpencil ini terletak jauh dari tempat tinggal penduduk. Jadi, tidak ada siapa pun yang akan memergokinya."Bagaimana bisa kalian menjadi pembunuh yang idiot? Benar-benar menjengkelkan. Blue Ring, seharusnya kau berusaha sebaik mungkin untuk melukai Safiyya agar permainan ini makin menyenangkan. Setelah itu, aku bisa menghancurkan Sarah. Malangnya, kau hanya psikopat bodoh yang dibutakan kesenangan sesaat. Yah, kau pantas mati dengan cara memalukan
Bab 85: Blue RingSetelah mendengar kabar duka tentang kematian Arvin Rafael dari Jasmine, Safiyya langsung bergegas mengajak Adit mencari tiket penerbangan ke Surabaya. Berkat bantuan Tuan Syahputra Wijaya, Safiyya dan Adit berhasil mendapatkan tiket pesawat.Tiba di bandara, seorang sopir pribadi menjemput mereka dan membawa mereka ke permakaman.Safiyya yang duduk di kursi mobil bagian penumpang berkali-kali menyeka air matanya menggunakan saputangan berwarna merah muda. Sejujurnya, amat sukar untuk dia menerima kabar kematian Arvin yang menurutnya sangat tiba-tiba."Relakan Arvin, Fiya. Dia telah berpulang ke alam baka. Rahasia rezeki dan ajal seseorang hanya Allah saja yang Maha Mengetahui. Ak
Bab 84: Berpulang ke Alam BakaMobil Arvin membelah jalan raya dengan kelajuan maksimal. Angin malam menerobos masuk jendela mobil yang sengaja dibiarkan tidak tertutup.Pria berwajah tampan itu berkali-kali mengesat air matanya tetapi cairan bening itu semakin buas menodai pipi.Dia memijit kasar pelipisnya ketika merasa kepalanya berdenyut sakit."ARGHHH! Dasar pelacur kotor! Hani, kau tunggu saja pembalasan Tuhan. Baik di dunia dan di akhirat kelak kau tidak akan pernah merasa bahagia!"Seakan belum puas melontarkan amarah, Arvin lantas memukul setir mobilnya kuat-kuat.