Bab 75: Kebenaran Yang Terungkap
Sudah lima menit Hani Alisya pergi ke toilet tetapi wanita itu masih belum pulang ke meja makan. Hati Rizky mula diterpa rasa khawatir. Satu ide menjelma dalam otak pria tampan itu. Dia mengambil gelas minumannya yang berisi air putih sebelum meneguk perlahan. Dengan sengaja, dia menumpahkan sedikit air ke atas jasnya.
"Maaf, Pa. Aku ke toilet dulu untuk membersihkan jasku." Ucap Rizky sebelum berdiri lalu meninggalkan meja makan dengan tergesa-gesa.
Mikail dan Tuan Syahputra Wijaya diam seketika biarpun mereka tahu bahwa Rizky sengaja mau menyusul Hani. Tidak lama kemudian, Mikail bersuara perlahan.
"Pak Long, saya ada satu permintaan."
Bab 76: Amarah MikailHani Alisya merenung wajahnya melalui cermin yang ada di toilet tersebut. Tiba-tiba, satu senyuman manis tersungging di bibirnya."Aku masih terlihat cantik seperti dulu tapi kenapa perasaan Rizky sudah berpaling dariku? Apa sih yang ada pada Safiyya sehingga dia bisa menjadi menantu kesayangan Om Putra?" Lirih Hani dengan nada perlahan."Siapa bilang kalau aku sudah berpaling dari cintamu? Dan apa kamu cemburu sama Fiya gara-gara Papa menyayanginya?" Sinis Rizky sebelum tertawa mengejek.Hani mendengus kasar saat Rizky tanpa malu memasuki toilet wanita dan berdiri di depannya."Kenapa kamu bisa ada di sini? Seh
Bab 77: Pertengkaran Tiga SahabatTengku Zafril berjalan tenang memasuki lift untuk pergi ke lantai di mana ruangan kerja Mikail berada. Sebenarnya, Tengku Zafril bingung mengapa Mikail mau bertemu dengannya pada hari ini sedangkan pria itu baru saja tiba di Kuala Lumpur dari Jakarta semalam.'Apa ada perkara buruk yang menimpa Safiyya di Jakarta?' Batin Tengku Zafril mula menerka hal yang tidak-tidak.Pintu lift terbuka luas di lantai ruangan kerja Mikail. Tengku Zafril langsung saja keluar dari lift dan ketika itu juga dia berpapasan dengan sekretaris pribadi Mikail, Rose."Selamat pagi, Tengku." Sapa Rose dengan nada ramah."Ya, s
Bab 78: Ayo, Kita Bercerai.Setelah masuk ke dalam perut mobil, Vivian menutup pintu mobil Ferrari berwarna silver miliknya dengan kuat. Hatinya benar-benar panas dan sakit. Sejujurnya dia kesal dengan sikap Mikail dan Tengku Zafril yang seakan coba merahasiakan sesuatu dari sepengetahuannya.Namun, Vivian tidak bisa berbuat apa-apa apalagi memaksa kedua lelaki itu untuk berkata jujur padanya. Dengan wajah muram tanpa cahaya, wanita muda berambut ikal mayang itu merebahkan kepalanya di atas kemudi mobil."Fiya, seandainya dahulu kau sempat menceritakan hal sebenar padaku sebelum kau hilang ingatan, aku pasti sudah membunuh Rizky, Alexander dan Robert dengan tanganku sendiri. Setidaknya, mereka tidak akan hidup bahagia di atas penderitaanmu. Tapi, kenapa Fiy
Bab 79 : Berteman Dengan Kesunyian Dan Bercinta Dengan Kerinduan "Lumpuhkanlah ingatanku, Hapuskan tentang dia, Hapuskan memoriku tentangnya, Hilangkanlah ingatanku jika itu tentang dia, Kuingin kulupakannya…" Lagu Lumpuhkanlah Ingatanku—grup band Geisha—memenuhi ruang pikiran Safiyya yang sedang berdiri di beranda kamar tidur. Dia baru saja ingin beristirahat setelah menyelesaikan naskah novel science fiction yang terbaru. Namun, moodnya berubah melankolis tanpa dia ketahui sebabnya ketika dia mendengar lagu tersebut dari radio yang terletak di ujung kamar.
Bab 80: Karma Akan Membunuhmu! Di dalam ruangan kerja Rizky, bunyi suara desahan sepasang kekasih yang sedang bercinta di atas kursi kulit terdengar jelas. "Riz…" rengek Hani dengan manja sebelum melumat bibir mantan tunangan yang sudah menjadi kekasih gelapnya sejak lima bulan lalu. Rizky membalas ciuman Hani dengan penuh rasa kasih dan sayang seakan telah luput dari ingatannya kalau dia masih memiliki seorang istri yang setia menantinya di Jakarta. Bahkan mereka berdua sangat menikmati hubungan terlarang ini tanpa memikirkan perasaan pasangan masing-masing. "Riz, kamu tidak mau pulang ke Jakarta?" Tanya Hani sembari mengelus lembut rambut hitam Rizky. Mereka baru saja menyelesaikan
Bab 81: Bertemu Tuan Alexander Smith Dari dalam mobil, mata Vivian terlihat tajam bak mata elang ketika menatap vila mewah milik keluarga Smith yang berada di depannya. Wanita cantik berkaca mata hitam itu menarik napasnya dalam-dalam sebelum membuangnya perlahan-lahan. "Jadi, penguasa tunggal keluarga Smith bersembunyi di vila buruk ini setelah menikahi Sarah Lambert?" Vivian bergumam sinis. Jelas di raut wajahnya kala itu betapa dia sangat membenci pemilik vila mewah yang menjadi musuhnya yaitu Alexander Smith. Sekelebat, Vivian teringat betapa terpuruknya hidup Safiyya selama tiga tahun setelah kedua kaki sahabatnya itu lumpuh. Bahkan, hidup wanita itu semakin gela
Bab 82: Berlututlah di Hadapannya.Setelah Vivian masuk ke dalam vila, barulah Alexander membuka bicara. Dia tidak peduli akan tatapan mata Damian yang masih merenung tajam ke arahnya."Kenapa Vivy bisa berada di sini? Atas urusan apa dia mau bertemu dengan kau? Apa kau tidak takut kalau Sarah menggila gara-gara terbakar api cemburu?" Dingin sekali suara Damian kala itu.Namun sayang, semua pertanyaannya tidak berhasil mewujudkan ketakutan dalam diri Alexander Smith. Bahkan, pria berwajah tampan dan bertubuh kekar tersebut hanya terkekeh ringan seolah meremehkan kebimbangan Damian."Tenanglah, Damy. Aku sangat yakin dan pasti kalau Sarah tidak akan berani melakukan apa pun padaku. Kau sendiri tahu betapa cintanya
Bab 83: Jatuhnya Talak.Arvin sedang duduk bersandar di sofa sambil menatap nanar semua foto istrinya dan Rizky yang menurutnya sangat menjijikkan. Tadi di kantor, ada seseorang yang tidak dia kenal telah mengirim satu amplop berisi bukti perselingkuhan Hani. Bohonglah kalau di hati Arvin tidak ada perasaan marah dan kecewa. Sebagai seorang suami, harga dirinya terasa dicabik-cabik.Arvin melirik jam dinding seraya memijit pelipisnya yang mula terasa pusing. Sudah pukul 11 malam tetapi Hani Alisya masih belum pulang."Kamu ke mana, Sayang?" Keluh Arvin, sayu.Bunyi ponsel yang terletak di atas meja langsung menyadarkan Arvin dari kekhawatirannya. Pria itu segera meraih ponsel dan menjawab pan
Bab 92: Setelah Tiga Tahun Berlalu"Kau yakin mau bertemu Rizky?" Vivian bertanya pada Safiyya yang sedang sibuk menyisir rambut dua putra kembarnya yaitu Amir Syahputra dan Aariz Syahputra. Kedua nama tersebut diberi oleh bapa mertuanya. Alasan terbesar Tuan Syahputra Wijaya ketika memberikan nama tersebut adalah beliau mau cucu-cucunya itu yang akan mewarisi perusahaan Wijaya Groups dan Wijaya Properties. "Bukan aku yang mau. Dia yang hendak bertemu denganku setelah dia tahu papanya akan menyerahkan dua perusahaan kepada Amir dan Aariz," jelas Safiyya, tenang. "Terus kenapa kau mau?" Desak Vivian, tak puas hati. "Vi. Aku harus bertemu dengannya. Lagian, dia sudah berjanji untuk bercerai denganku dan menyerahkan hak asuh anak-anak jika aku bersetuju menyerahkan dua perusahaan tersebut kepadanya.""Lelaki itu betul-betul gila! Dia sanggup menceraikanmu demi harta," cemooh Vivian. "Aku tak peduli tentang harta itu, Vi. Lagian semua itu memang milik keluarganya Rizky. Almarhum ayah
Bab 91: HamilMikail melihat arloji di pergelangan tangannya beberapa kali. Sebentar lagi, pesawat dari negeri tetangga akan tiba di KLIA. "Bro." Satu tangan menepuk lembut bahu Mikail. Mikail lantas menoleh ke belakang. Matanya membulat. "Kau buat apa dekat sini?" tanya Mikail dengan nada sebal. "Aku datang nak berjumpa dengan Safiyya lah," sahut Tengku Zafril enteng. Laki-laki itu tidak peduli dengan tatapan jengkel yang ditunjukkan Mikail secara terbuka. "Zaf, dah banyak kali kita berbincang tentang hal ini. Kau tak boleh berjumpa dengan adik aku buat sementara waktu. Apalagi Safiyya—""Bang Mika!" Mikail terdiam ketika dia melihat Safiyya berlari ke arah mereka. Tengku Zafril pula hanya tersenyum tipis di saat Safiyya meluru ke dalam dekapan Mikail. "Hai, Zaf." Vivian menyapa Tengku Zafril seraya tersenyum ramah. Di belakang wanita itu ada dua bagasi berukuran sederhana besar. "Oh, hai Vi. Sikitnya barang kau," seloroh Tengku Zafril. "Itu semua tak penting. Boleh kita ber
Bab 90: TerusirBRAKK!Tubuh Safiyya menegang sewaktu dia mendengar bunyi pintu kamar tidur dibanting dengan keras. Dia baru saja selesai berdoa setelah menunaikan salat Isya. Rizky langsung melabuhkan tubuh di atas ranjang. Matanya tajam merenung langit-langit kamar. Dadanya turun naik saat menarik dan membuang nafas.Selepas melipat dan meletakkan mukena di lemari, Safiyya berjalan mendekati ranjang lalu duduk di samping Rizky yang masih berbaring. Wajah suaminya terlihat gusar dan urat lehernya bahkan terlihat jelas. "Ada apa kamu ke mari, Riz?" Perlahan Safiyya membuka bicara. Rizky bangkit dari pembaringan. "Kenapa? Kamu tak suka melihatku datang? Apa kamu menyembunyikan laki-laki lain di sini?"Tuduhan tak masuk akal yang dilemparkan Rizky berhasil merobek hati Safiyya. "Aku bukan seperti kamu yang tak bisa menjaga hati, Riz. Langsung saja ke intinya. Tak usah bertele-tele."Rizky mendesah berat. "Hani keguguran.""Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un. Terus kondisi Hani se
Bab 89: Mengemis Restu Bunda"Keluar. Aku jijik melihat wajahmu," cerca Vivian seraya melempar bantal ke arah Roby. Jemarinya memegang erat selimut yang membungkus tubuhnya. "Duh, Sayang. Ternyata kamu masih galak seperti dulu." Roby terkekeh senang. "KELUAR!" Roby masih bergeming. Bibirnya mengukir senyuman mengejek. "Apa kamu lupa isi perjanjian kita? Kamu akan memuaskan dahaga batinku selama satu jam jika aku berhasil membujuk Tante Rafedah untuk membeberkan rahasia pernikahan siri Rizky dan Hani kepada Bunda Yasmin. Wanita tua itu bersetuju dan semuanya berjalan mulus. Kamu harus ingat, Vi. Aku sudah berhabis banyak uang semata-mata untuk membantumu." Nada suaranya terdengar dingin. Mata Vivian mendelik. "Membantuku? Yang benar saja. Kau sendiri tahu kalau aku melakukan ini demi Safiyya. Dia dalam kesusahan gara-gara ulah Rizky yang tak mau bercerai secara baik-baik. Fiya juga tak bisa mengurus gugatan cerai karena Mikail sialan itu tidak mau keluarga mereka dan keluarga Wij
Bab 88: Amarah Bunda YasminTiga bulan kemudian. Safiyya merenung mata Adit dengan tatapan tak percaya. "Apa benar—" Bicara Safiyya terhenti. Wanita itu menghembus nafas pelan. Dia masih tak percaya dengan kabar yang baru saja dia dengar. Sementara itu, raut wajah Adit terlihat datar biarpun hati laki-laki itu diterpa rasa bersalah yang teramat sangat. Mau tak mau, dia terpaksa memberitahu kabar ini pada Safiyya sebelum wanita itu pergi ke pengadilan agama untuk memproses gugatan cerai."Benar, Fiya. Hani sedang hamil anak Rizky. Kandungannya sudah masuk tiga minggu."Safiyya bergeming. Lelucon apakah ini? Kenapa dia harus mendengar berita ini di saat hatinya sudah mantap dan dirinya sudah kuat untuk menggugat cerai dari Rizky? Safiyya tertawa kecil tetiba. Sesungguhnya dia mentertawakan nasibnya yang malang. Seketika, dia merasa cemburu dengan kebahagiaan keluarga kecil Rizky dan Hani. Tidak! Dia tidak boleh lemah apalagi merasa iri dengan kebahagiaan orang lain. Dia harus terima
Bab 87: Istri Kedua Rizky IqbalHani menyentak tangannya dari genggaman jemari Rizky ketika mereka sudah berada di tempat parkir rumah sakit. Raut wajahnya terlihat bengis."Kenapa kamu maksa aku keluar? Aku belum selesai bicara dengan wanita munafik itu, Rizky!""Cukup, Hani. Aku tidak suka kamu marah-marah seperti ini. Aku memaksamu keluar karena aku tidak mau kalian terus-terusan bertengkar. Kamu sendiri lihat bagaimana kondisi Safiyya barusan. Kepalanya terluka! Kalau kesehatannya memburuk gara-gara kamu, papa dan bunda tidak akan pernah mau menerima kamu sebagai istriku. Aku tidak ingin hal itu terjadi," terang Rizky bersungguh-sungguh."Terus, bagaimana bisa kamu dan Safiyya berciuman? Apa kamu kembali suka padanya? Sadar, Rizky! Orang yang kamu cinta dan sayang itu hanyalah aku. AKU!" Hani membentak keras."Ciuman itu hanya sandiwara Safiyya semata-
Bab 86: Kotak Ingatan Yang TerbukaVivian sedang duduk di atas kursi lipat dengan santai sambil melihat dua jasad tanpa roh terbakar di hadapannya.Api telah memakan sekujur badan dua pria malang yaitu Black Ring dan Blue Ring. Asap mengepul ke udara lalu ditiup angin. Vivian sama sekali tidak khawatir karena kawasan terpencil ini terletak jauh dari tempat tinggal penduduk. Jadi, tidak ada siapa pun yang akan memergokinya."Bagaimana bisa kalian menjadi pembunuh yang idiot? Benar-benar menjengkelkan. Blue Ring, seharusnya kau berusaha sebaik mungkin untuk melukai Safiyya agar permainan ini makin menyenangkan. Setelah itu, aku bisa menghancurkan Sarah. Malangnya, kau hanya psikopat bodoh yang dibutakan kesenangan sesaat. Yah, kau pantas mati dengan cara memalukan
Bab 85: Blue RingSetelah mendengar kabar duka tentang kematian Arvin Rafael dari Jasmine, Safiyya langsung bergegas mengajak Adit mencari tiket penerbangan ke Surabaya. Berkat bantuan Tuan Syahputra Wijaya, Safiyya dan Adit berhasil mendapatkan tiket pesawat.Tiba di bandara, seorang sopir pribadi menjemput mereka dan membawa mereka ke permakaman.Safiyya yang duduk di kursi mobil bagian penumpang berkali-kali menyeka air matanya menggunakan saputangan berwarna merah muda. Sejujurnya, amat sukar untuk dia menerima kabar kematian Arvin yang menurutnya sangat tiba-tiba."Relakan Arvin, Fiya. Dia telah berpulang ke alam baka. Rahasia rezeki dan ajal seseorang hanya Allah saja yang Maha Mengetahui. Ak
Bab 84: Berpulang ke Alam BakaMobil Arvin membelah jalan raya dengan kelajuan maksimal. Angin malam menerobos masuk jendela mobil yang sengaja dibiarkan tidak tertutup.Pria berwajah tampan itu berkali-kali mengesat air matanya tetapi cairan bening itu semakin buas menodai pipi.Dia memijit kasar pelipisnya ketika merasa kepalanya berdenyut sakit."ARGHHH! Dasar pelacur kotor! Hani, kau tunggu saja pembalasan Tuhan. Baik di dunia dan di akhirat kelak kau tidak akan pernah merasa bahagia!"Seakan belum puas melontarkan amarah, Arvin lantas memukul setir mobilnya kuat-kuat.