Bab 51: Rumah Baru, Kenangan Baru.
Rizky menyetir mobil mewahnya dengan berhati-hati sementara Safiyya hanya memandang ke luar jendela mobil. Safiyya menurunkan jendela kaca mobil sebelum mengeluarkan tangannya untuk merasai betapa nyamannya angin yang sedang bertiup ketika itu.
"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Rizky dengan nada khawatir. "Iya," jawab Safiyya dengan ringkas. "Sayang, apa kamu tidak suka tinggal sama abang di sini?" Duga Rizky secara tiba-tiba. "Abang jangan bertanya atau berbicara seperti itu padaku. Kita kan sudah menikah. Sudah kewajiban Fiya sebagai istri abang untuk sentiasa bersama abang ke mana saja abang pergi," tegas Safiyya. "Abang bukannya sengaja mahu bertanya soalan seperti itu cuma abang merasa Fiya agak keberatan tinggal berjauhan dari Umi dan Abah," jelas Rizky. "Sudah menjadi lumrah jika seorang anak akaBab 52: CEO Baru Bima Group.Rizky sedang meneliti perkembangan proyek dagang internasional dari perusahaan terkemuka luar negeri di ruangan kerjanya. Tiba-tiba bunyi ketukan pintu kedengaran sebelum pintu ruangan kerjanya terbuka luas. Seorang wanita yang merupakan sekretaris pribadi Rizky menghampiri meja kerja Rizky dengan langkah tergesa-gesa biarpun dia agak ketakutan melihat wajah dingin majikannya itu."Iya? Ada apa kamu mengganggu saya, Sheila? Setahu saya, hari ini saya tidak ada meeting dengan mana-mana clients," kata Rizky dengan nada dingin."Maafkan saya, Tuan Rizky. Saya tahu Tuan Rizky lagi sibuk. Tapi, Tuan Syahputra Wijaya meminta Tuan Rizky ke ruang kerjanya sekarang juga. Katanya, ada perkara penting yang harus dia bicarakan dengan Tuan Rizky," jelas Sheila dengan wajah takut."Oke. Terima kasih. Kamu bisa kembali ke tempat kamu sekarang," perintah Rizky."Baik,
Bab 53: Apa Kamu Jijik Padaku?Rizky sedang berbaring di atas kasur. Dia hanya memandang langit-langit kamar dengan tatapan kosong tanpa perasaan. Namun, jiwanya sedang berperang dengan rasa bersalah terhadap Safiyya. Dia tidak tahu bagaimana cara bicara yang sesuai untuk memberi tahu istrinya soal pertukaran tempat kerjanya.'Apa Fiya akan menerima keputusanku untuk meninggalkannya seorang diri di Jakarta sedangkan aku menetap dan bekerja di Surabaya? Jika aku membawa Fiya ke Surabaya, dia akan tinggal seorang diri di rumah tanpa teman ketika aku sibuk di kantor. Setidaknya, dia bisa ke rumah bunda kalau dia menetap di Jakarta. Tapi, apa dia akan setuju?' Batin Rizky penuh rasa khawatir dan rasa bersalah.Safiyya keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan wajahnya yang basah dengan tuala khas untuk wajah. Tubuhnya masih berbalut bath robe. Baru saja dia mahu melangkah ke lemari pakaian, dia terlihat Rizky sedang ber
Bab 54: Rizky Merajuk.Safiyya dan Bibi Suminah sedang sibuk memasak di dapur. Safiyya dengan pantas menghidangkan sarapan di atas meja makan. Matanya melihat jam di dinding. Hatinya agak bimbang karena Rizky masih belum keluar dari kamar tidur."Kenapa sih abang masih belum keluar dari kamar? Tadi, aku lihat dia sudah bersiap-siap untuk ke kantor," bisik Safiyya.Safiyya segera berjalan ke kamar tidurnya lalu membuka pintu kamar. Namun, dia sangat terkejut saat melihat Rizky sudah tidak ada di kamar tidur mereka. Dia segera berlari ke muka pintu depan rumah dan benar tebakannya.Rizky sudah ke kantor secara diam-diam. Mobil pria itu sudah tiada di tempat parkir halaman rumah mereka. Sudah pasti suaminya itu keluar dari rumah ketika dia sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur bersama Bibi Suminah. Safiyya yakin bahwa dia sama sekali tidak mendengar bunyi mobil mewah milik Rizky saat lelaki itu pergi
Bab 55: JessicaSafiyya sedang menunggu Rizky di ruangan kerja pria itu setelah mendapat keizinan dari Sheila. Jantungnya berdetak kencang. Sejujurnya, Safiyya khawatir kalau Rizky akan bertambah marah kepadanya apalagi jika Rizky tahu dia berani keluar dari rumah tanpa meminta keizinan dari pria itu terlebih dahulu. Namun, Safiyya mahu menyelesaikan masalah ini secepat mungkin sehingga dia sanggup datang ke gedung perusahaan Wijaya Groups semata-mata untuk bertemu dengan suaminya yang sedang merajuk.Safiyya masih duduk di atas sofa bertemankan secangkir kopi dan sejambak bunga tulip berwarna putih. Niat di hatinya mahu membuat kejutan dan memohon maaf kepada Rizky atas keterlanjuran bicaranya semalam.Dia mahu meyakinkan suaminya bahwa dia akan mencoba lebih keras untuk melayani Rizky sebagai seorang suami dan tidak akan memuji lelaki lain di depan pria itu lagi. Sesekali, Safiyya menyesap kopi sembari melihat akun media s
Bab 56: Kambing Hitam?Setelah Safiyya yakin sudah tidak ada sesiapa lagi yang berada di ruangan itu selain dirinya, barulah Safiyya keluar dari toilet dengan langkah kaki yang perlahan."Ah, aku benar-benar sudah tidak tahan untuk terus bersembunyi di dalam toilet. Untung saja mereka berdua sudah keluar. Tapi, aku terpikir satu perkara. Apa sekarang, aku sudah menjadi perampas kekasih orang versi muslimah? Perempuan yang menjadi orang ketiga dalam hubungan Rizky sama Hani? Atau Rizky hanya mahu memperalat dan menjadikan aku sebagai kambing hitam yang menunggu waktu tepat untuk dibunuh? Ah, ngeri sekali. Aku harus mencari tahu hal yang sebenarnya. Jika tidak, aku akan mati sia-sia," bisik Safiyya dengan nada sebal.Safiyya keluar dari ruangan kerja suaminya dengan perasaan geram bercampur amarah tanpa memedulikan sekretaris Rizky yang memandangnya dengan tatapan aneh. Dia masuk ke dalam lift dan menekan nomor lantai lobi gedun
Bab 57: Soto Mi Bogor"Assalamualaikum," ucap Safiyya sembari melangkah masuk ke dalam rumah mewah Tuan Syahputra Wijaya dan Bunda Yasmin. Hatinya lega karena sudah tiba dengan selamat di rumah mertuanya. Ketika itu, Jasmine sedang beristirahat di sofa yang terletak di ruang tengah."Wa'alaikumsalam, Kak Fiya," jawab Jasmine. Jasmine berdiri dan bersalaman serta memeluk tubuh Safiyya. Bibirnya mengukir senyuman yang ramah dan hangat."Jass, Bunda ada?" Safiyya bertanya setelah meleraikan pelukan."Bunda ada di dapur, kak. Bunda bilang dia mahu bikin soto mi bogor untuk kak Rizky," ujar Jasmine."Oh begitu. Kakak tidak tau soal itu karena Kak Rizky tidak bilang apa pun pada kakak," kata Safiyya dengan senyuman tawar tercetak di bibirnya."Tidak apa-apa kak. Jass juga baru tau dari Bunda lima menit yang lalu. Kata Bunda, tiba-tiba aja Kak Rizky Wh*tsApp Bunda dan dia bil
Bab 58: Berhenti kerja."Bukan urusanmu," jawab Safiyya. Jelas sekali, nada suaranya sedikit membentak dan tidak bersahabat. Safiyya masih marah pada suaminya gara-gara perbualan Rizky dan Jessica yang banyak meremehkan dirinya. Dia juga punya harga diri dan dia mahu Rizky melindunginya tetapi lelaki itu malah menyetujui segala omongan wanita berambut pirang bernama Jessica itu!Mendengarkan jawaban Safiyya yang bernada keras membuatkan Rizky segera menyilangkan dua lengannya ke dadanya yang bidang. Wajah Rizky yang tenang bertukar menjadi dingin sedingin musim salju."Kamu bilang keberadaan kamu di sini bukan urusanku? Biar aku memperingatkan kamu, aku ini suamimu yang sah di mata agama dan hukum negara. Seorang suami berhak untuk tahu ke mana saja istrinya pergi," ucap Rizky dengan nada dingin."Oke, aku tahu benar kamu itu adalah suamiku. Jadi, tinggalkan aku dan pergilah dari sini karena aku mahu
Bab 59: Permintaan Konyol Rizky. Rizky dan Papanya sedang bertengkar hebat di ruangan kerja Tuan Syahputra Wijaya. Sementara itu, Bunda Yasmin dan Jasmine hanya kekal berada di dapur. Mereka berdua tidak mahu ikut campur dan memilih untuk membersihkan ruang dapur bersama-sama. "Apa?! Kamu ingin meninggalkan Fiya di Jakarta sementara kamu bertugas di Surabaya? Papa tidak setuju, Riz. Jangan keterlaluan kamu, ya! Kamu bisa saja membawa Fiya bersama kamu ke Surabaya. Lagian, Papa sudah menyediakan rumah mewah untuk kalian tinggal di sana. Semuanya cukup lengkap dan tidak ada yang kurang," kata Tuan Syahputra Wijaya dengan berang. Teriakan pria paruh baya itu seolah menggelegar dan memenuhi seluruh ruangan. "Tenang, Pa! Aku hanya inginkan yang terbaik buat istriku. Coba Papa berpikir dengan baik. Jika aku membawa Fiya bersamaku ke Surabaya, Fiya akan kesunyian di sana. Lebih baik, dia tinggal di sini. Setidaknya, ada Bibi
Bab 92: Setelah Tiga Tahun Berlalu"Kau yakin mau bertemu Rizky?" Vivian bertanya pada Safiyya yang sedang sibuk menyisir rambut dua putra kembarnya yaitu Amir Syahputra dan Aariz Syahputra. Kedua nama tersebut diberi oleh bapa mertuanya. Alasan terbesar Tuan Syahputra Wijaya ketika memberikan nama tersebut adalah beliau mau cucu-cucunya itu yang akan mewarisi perusahaan Wijaya Groups dan Wijaya Properties. "Bukan aku yang mau. Dia yang hendak bertemu denganku setelah dia tahu papanya akan menyerahkan dua perusahaan kepada Amir dan Aariz," jelas Safiyya, tenang. "Terus kenapa kau mau?" Desak Vivian, tak puas hati. "Vi. Aku harus bertemu dengannya. Lagian, dia sudah berjanji untuk bercerai denganku dan menyerahkan hak asuh anak-anak jika aku bersetuju menyerahkan dua perusahaan tersebut kepadanya.""Lelaki itu betul-betul gila! Dia sanggup menceraikanmu demi harta," cemooh Vivian. "Aku tak peduli tentang harta itu, Vi. Lagian semua itu memang milik keluarganya Rizky. Almarhum ayah
Bab 91: HamilMikail melihat arloji di pergelangan tangannya beberapa kali. Sebentar lagi, pesawat dari negeri tetangga akan tiba di KLIA. "Bro." Satu tangan menepuk lembut bahu Mikail. Mikail lantas menoleh ke belakang. Matanya membulat. "Kau buat apa dekat sini?" tanya Mikail dengan nada sebal. "Aku datang nak berjumpa dengan Safiyya lah," sahut Tengku Zafril enteng. Laki-laki itu tidak peduli dengan tatapan jengkel yang ditunjukkan Mikail secara terbuka. "Zaf, dah banyak kali kita berbincang tentang hal ini. Kau tak boleh berjumpa dengan adik aku buat sementara waktu. Apalagi Safiyya—""Bang Mika!" Mikail terdiam ketika dia melihat Safiyya berlari ke arah mereka. Tengku Zafril pula hanya tersenyum tipis di saat Safiyya meluru ke dalam dekapan Mikail. "Hai, Zaf." Vivian menyapa Tengku Zafril seraya tersenyum ramah. Di belakang wanita itu ada dua bagasi berukuran sederhana besar. "Oh, hai Vi. Sikitnya barang kau," seloroh Tengku Zafril. "Itu semua tak penting. Boleh kita ber
Bab 90: TerusirBRAKK!Tubuh Safiyya menegang sewaktu dia mendengar bunyi pintu kamar tidur dibanting dengan keras. Dia baru saja selesai berdoa setelah menunaikan salat Isya. Rizky langsung melabuhkan tubuh di atas ranjang. Matanya tajam merenung langit-langit kamar. Dadanya turun naik saat menarik dan membuang nafas.Selepas melipat dan meletakkan mukena di lemari, Safiyya berjalan mendekati ranjang lalu duduk di samping Rizky yang masih berbaring. Wajah suaminya terlihat gusar dan urat lehernya bahkan terlihat jelas. "Ada apa kamu ke mari, Riz?" Perlahan Safiyya membuka bicara. Rizky bangkit dari pembaringan. "Kenapa? Kamu tak suka melihatku datang? Apa kamu menyembunyikan laki-laki lain di sini?"Tuduhan tak masuk akal yang dilemparkan Rizky berhasil merobek hati Safiyya. "Aku bukan seperti kamu yang tak bisa menjaga hati, Riz. Langsung saja ke intinya. Tak usah bertele-tele."Rizky mendesah berat. "Hani keguguran.""Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un. Terus kondisi Hani se
Bab 89: Mengemis Restu Bunda"Keluar. Aku jijik melihat wajahmu," cerca Vivian seraya melempar bantal ke arah Roby. Jemarinya memegang erat selimut yang membungkus tubuhnya. "Duh, Sayang. Ternyata kamu masih galak seperti dulu." Roby terkekeh senang. "KELUAR!" Roby masih bergeming. Bibirnya mengukir senyuman mengejek. "Apa kamu lupa isi perjanjian kita? Kamu akan memuaskan dahaga batinku selama satu jam jika aku berhasil membujuk Tante Rafedah untuk membeberkan rahasia pernikahan siri Rizky dan Hani kepada Bunda Yasmin. Wanita tua itu bersetuju dan semuanya berjalan mulus. Kamu harus ingat, Vi. Aku sudah berhabis banyak uang semata-mata untuk membantumu." Nada suaranya terdengar dingin. Mata Vivian mendelik. "Membantuku? Yang benar saja. Kau sendiri tahu kalau aku melakukan ini demi Safiyya. Dia dalam kesusahan gara-gara ulah Rizky yang tak mau bercerai secara baik-baik. Fiya juga tak bisa mengurus gugatan cerai karena Mikail sialan itu tidak mau keluarga mereka dan keluarga Wij
Bab 88: Amarah Bunda YasminTiga bulan kemudian. Safiyya merenung mata Adit dengan tatapan tak percaya. "Apa benar—" Bicara Safiyya terhenti. Wanita itu menghembus nafas pelan. Dia masih tak percaya dengan kabar yang baru saja dia dengar. Sementara itu, raut wajah Adit terlihat datar biarpun hati laki-laki itu diterpa rasa bersalah yang teramat sangat. Mau tak mau, dia terpaksa memberitahu kabar ini pada Safiyya sebelum wanita itu pergi ke pengadilan agama untuk memproses gugatan cerai."Benar, Fiya. Hani sedang hamil anak Rizky. Kandungannya sudah masuk tiga minggu."Safiyya bergeming. Lelucon apakah ini? Kenapa dia harus mendengar berita ini di saat hatinya sudah mantap dan dirinya sudah kuat untuk menggugat cerai dari Rizky? Safiyya tertawa kecil tetiba. Sesungguhnya dia mentertawakan nasibnya yang malang. Seketika, dia merasa cemburu dengan kebahagiaan keluarga kecil Rizky dan Hani. Tidak! Dia tidak boleh lemah apalagi merasa iri dengan kebahagiaan orang lain. Dia harus terima
Bab 87: Istri Kedua Rizky IqbalHani menyentak tangannya dari genggaman jemari Rizky ketika mereka sudah berada di tempat parkir rumah sakit. Raut wajahnya terlihat bengis."Kenapa kamu maksa aku keluar? Aku belum selesai bicara dengan wanita munafik itu, Rizky!""Cukup, Hani. Aku tidak suka kamu marah-marah seperti ini. Aku memaksamu keluar karena aku tidak mau kalian terus-terusan bertengkar. Kamu sendiri lihat bagaimana kondisi Safiyya barusan. Kepalanya terluka! Kalau kesehatannya memburuk gara-gara kamu, papa dan bunda tidak akan pernah mau menerima kamu sebagai istriku. Aku tidak ingin hal itu terjadi," terang Rizky bersungguh-sungguh."Terus, bagaimana bisa kamu dan Safiyya berciuman? Apa kamu kembali suka padanya? Sadar, Rizky! Orang yang kamu cinta dan sayang itu hanyalah aku. AKU!" Hani membentak keras."Ciuman itu hanya sandiwara Safiyya semata-
Bab 86: Kotak Ingatan Yang TerbukaVivian sedang duduk di atas kursi lipat dengan santai sambil melihat dua jasad tanpa roh terbakar di hadapannya.Api telah memakan sekujur badan dua pria malang yaitu Black Ring dan Blue Ring. Asap mengepul ke udara lalu ditiup angin. Vivian sama sekali tidak khawatir karena kawasan terpencil ini terletak jauh dari tempat tinggal penduduk. Jadi, tidak ada siapa pun yang akan memergokinya."Bagaimana bisa kalian menjadi pembunuh yang idiot? Benar-benar menjengkelkan. Blue Ring, seharusnya kau berusaha sebaik mungkin untuk melukai Safiyya agar permainan ini makin menyenangkan. Setelah itu, aku bisa menghancurkan Sarah. Malangnya, kau hanya psikopat bodoh yang dibutakan kesenangan sesaat. Yah, kau pantas mati dengan cara memalukan
Bab 85: Blue RingSetelah mendengar kabar duka tentang kematian Arvin Rafael dari Jasmine, Safiyya langsung bergegas mengajak Adit mencari tiket penerbangan ke Surabaya. Berkat bantuan Tuan Syahputra Wijaya, Safiyya dan Adit berhasil mendapatkan tiket pesawat.Tiba di bandara, seorang sopir pribadi menjemput mereka dan membawa mereka ke permakaman.Safiyya yang duduk di kursi mobil bagian penumpang berkali-kali menyeka air matanya menggunakan saputangan berwarna merah muda. Sejujurnya, amat sukar untuk dia menerima kabar kematian Arvin yang menurutnya sangat tiba-tiba."Relakan Arvin, Fiya. Dia telah berpulang ke alam baka. Rahasia rezeki dan ajal seseorang hanya Allah saja yang Maha Mengetahui. Ak
Bab 84: Berpulang ke Alam BakaMobil Arvin membelah jalan raya dengan kelajuan maksimal. Angin malam menerobos masuk jendela mobil yang sengaja dibiarkan tidak tertutup.Pria berwajah tampan itu berkali-kali mengesat air matanya tetapi cairan bening itu semakin buas menodai pipi.Dia memijit kasar pelipisnya ketika merasa kepalanya berdenyut sakit."ARGHHH! Dasar pelacur kotor! Hani, kau tunggu saja pembalasan Tuhan. Baik di dunia dan di akhirat kelak kau tidak akan pernah merasa bahagia!"Seakan belum puas melontarkan amarah, Arvin lantas memukul setir mobilnya kuat-kuat.