Bab 4: Hampir berciuman!
"Apa? Penjahat kelamin? Maksudmu apa, Encik Ganteng? Aku tidak pernah mendengar perkataan itu." tanya Safiyya ingin tahu. Dia sudah berhenti ketawa.
"Loh, kamu tidak tau penjahat kelamin itu seperti apa? Kalau kamu mau tau, akan aku tunjukkan padamu," kata Rizky dengan senyuman penuh makna.
Tanpa sempat Rizky menahan hasratnya untuk menguji perasaan gadis yang dia sendiri tidak tahu identitasnya, jemari Rizky segera menyentuh lalu menggenggam telapak tangan kanan gadis itu secara tiba-tiba. Safiyya kaget dengan kontak fisik secara mendadak itu lalu mencoba untuk menarik semula tangannya namun gagal karena tenaga lelaki itu lebih kuat berbanding dirinya. Dengan pantas, tangan kiri Safiyya segera memukul tubuh Rizky dengan tas miliknya.
'Lepaskan tanganku. Aku bilang, LEPASKAN TANGANKU!" teriak Safiyya dengan keras.
" Tidak akan pernah, Nona manis. Aku tidak mau melepaskanmu." balas Rizky dengan nada berbisik di telinga Safiyya sebelum memasang wajah sinis.
"Kamu… Dasar lelaki psikopat dan bajingan!" umpat Safiyya dengan berang.
Safiyya terus mencoba menarik telapak tangannya dari genggaman lelaki itu. Sesekali, dia memukul lelaki itu dengan tas. Namun, Rizky dengan rasa perjuangan yang tinggi tetap tidak mahu melepaskan tangan gadis itu. Dia masih menggenggam erat tangan Safiyya biarpun tubuhnya terasa sakit dengan pukulan Safiyya. Akibat terlalu marah dengan sikap Rizky yang tidak mengendahkan permintaannya, Safiyya segera melepaskan tasnya ke lantai lift sebelum menjambak rambut lelaki itu dengan kasar beberapa kali. Rizky menggigit bawah bibirnya dan coba menahan kesakitan saat perempuan itu menjambak rambutnya dengan kasar.
"Lepaskan rambutku! Dasar cewek aneh! Kenapa sih kamu selalu bertindak ganas dan galak seperti ini?!" bentak Rizky.
"Asal kamu tau aja Encik Ganteng, ini semua salahmu! Kamu yang memulakan peperangan ini. Apa kamu tidak tau batas pergaulanmu? Hei, Encik Ganteng! Kalau kamu mau aku melepaskan rambutmu, kamu harus melepaskan tanganku dahulu! Jika tidak, aku akan memastikan rambutmu rontok dan botak seperti Om gendut saat kamu keluar dari lif ini," ugut Safiyya dengan geram.
Perbuatan Safiyya yang menjambak rambut Rizky membuatkan rambut lelaki itu semakin kusut dan beracak tak terurus. Dalam masa yang sama Safiyya berusaha sedaya upaya untuk menarik tangan kanannya dari genggaman lelaki itu. Namun, Rizky sengaja mempereratkan lagi genggaman tangannya menyebabkan Safiyya mengaduh sakit dan melepaskan rambut Rizky.
" Auhh. Sakit! Kamu benar-benar lelaki brengsek! Berani beraninya kamu menyentuhku! Tadi kamu bilang kamu tidak punya niat buruk terhadapku. Tapi kenapa kamu sengaja menyentuhku? Lepaskan tanganku! Apa kau ingin mendengar aku menjerit hingga lif ini meletup?" teriak Safiyya dengan perasaan sebal. Hatinya sangat sakit dengan perilaku lelaki yang tidak dia kenal itu. Matanya menikam tajam ke dalam anak mata jejaka aneh itu. Pandangan mereka bertemu. Dengan jelas, Safiyya dapat menebak ada perasaan sinis dan tanpa ada rasa simpati mahu pun empati di balik kilasan mata lelaki itu.
Rizky tertawa histaris secara tiba-tiba lalu dengan sengaja dia melepaskan genggaman tangannya membuatkan tangan kanan Safiyya turut terlepas. Rizky menumbuk dinding lif dengan keras untuk mengekspresikan rasa kesalnya terhadap Safiyya. Safiyya pula masih berdiri sambil memegang tangan kanannya. Jujur saja, tangan Safiyya benar-benar mati rasa buat seketika akibat digenggam terlalu kuat oleh Rizky. Safiyya menampung tangan kanannya menggunakan tangan kirinya. Sempat mata Safiyya melihat buku lima tangan kanan lelaki itu terluka dan mengeluarkan darah tetapi dia hanya mengabaikan keadaan lelaki itu. Apatah lagi, tangannya masih kebas dan tidak mampu bergerak buat seketika.
"Kamu benar-benar sudah gila! Apa yang merasuk pikiranmu, hah?" marah Safiyya dalam masa sama dia menahan kesakitan yang menjalar di tangan kanannya.
"Iya, Nona. Aku memang sudah gila sejak kamu menampar wajahku di depan semua orang dan memanggilku dengan panggilan pria brengsek! Untuk pengetahuanmu, kau sudah merusak harga diriku di depan khalayak!" kata Rizky dengan berang. Wajahnya yang berkulit cerah jelas memerah akibat menahan amarah. Malah, cuping telinganya turut bertukar warna kemerahan. Darah yang keluar dari luka di tangan kanan Rizky menetes ke lantai lif.
Bicara lelaki itu sukses memicu rasa takut serta rasa khawatir yang mulai menerpa dalam diri Safiyya. Belum sempat akal Safiyya berpikir dan mencari solusi untuk melepaskan diri, Rizky menolak tubuh langsing milik gadis itu hingga ke ujung sudut lif. Punggung tubuh Safiyya dapat merasakan betapa dinginnya dinding lif itu membuatkan tubuhnya bergidik ngeri. Mata Safiyya terpaku melihat ke dalam anak mata coklat gelap milik Rizky.
'Perempuan aneh ini kelihatan cantik juga, ya. Aku bisa menguji dirinya untuk mengetahui seberapa berani dia mau menantangku.' Rizky berbisik di dalam hati.
Mata Safiyya bergetar rasa takut saat dia menangkap pandangan dingin dari mata lelaki itu. Iris milik Rizky yang berwarna coklat gelap tidak bisa menarik Safiyya untuk terbuai dengan keindahan mata lelaki itu melainkan perasaan khawatir yang semakin berakar dan bercambah dalam jiwanya. Semakin lama, tubuh Rizky semakin mendekati tubuh Safiyya. Dengan jarak tubuh mereka hanya 15 sentimeter, tangan Rizky dengan biadap menyentuh dan melingkari pinggang kecil milik Safiyya. Gadis itu memejamkan matanya buat beberapa saat. Jujur sahaja bahawa Safiyya benar-benar ketakutan ketika itu. Apatah lagi, sepanjang Safiyya hidup dia belum pernah menghadapi situasi seperti sekarang. Safiyya dapat merasakan detak jantungnya semakin kencang dan deru nafas Rizky yang semakin memburu. Tangan Rizky semakin biadap meremas pinggul Safiyya dengan gerakan perlahan. Kali ini Safiyya terpaksa mengungkapkan kata-kata protes terhadap kelakuan cabul Rizky biarpun dia masih ketakutan. Namun, dia coba menyingkirkan rasa takut itu dengan menggunakan nada suara yang tenang.
"Cukup! Kamu menang. Aku tau aku salah. Tolong hentikan. Jangan sentuh aku." Safiyya berbisik perlahan. Dia membuka kembali kelopak matanya dan memandang ke arah Rizky dengan pandangan merayu.
Rizky menghentikan perbuatan tangannya tetapi dia masih berdiri rapat dengan Safiyya. Dia masih tidak melepaskan lingkaran tangannya di pinggang kecil milik gadis itu. Dia menatap wajah Safiyya dan dia tidak terlalu bodoh untuk tidak mengesan rasa takut di balik wajah tenang milik gadis itu.
"Jika aku tidak mau mengabulkan permintaanmu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Rizky membuatkan Safiyya terdiam. Jelas sekali Safiyya tidak mampu menjawab soalan itu.
'Ya Allah, lambat sekali lif ini tiba di lantai kamarku. Tolong selamatkan kehormatan diriku, Ya Allah.' Doa Safiyya di dalam jiwanya.
Apabila Safiyya tidak membalas pertanyaan Rizky, lelaki itu semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuh Safiyya sehingga tubuh mereka benar-benar berpelukan dan tiada lagi jarak yang memisahkan tubuh mereka. Hanya pakaian yang melindungi kulit mereka dari bersentuhan. Safiyya terkejut. Wajahnya semakin memucat. Biarpun tubuh Rizky membagi rasa hangat ke tubuhnya tetapi jemari Safiyya sudah sejuk seperti es batu.
"Aku mohon, tolong lepaskan aku. Lepaskan pelukanmu." Safiyya memohon.
Rizky hanya tersenyum sinis. Dia dapat merasakan degup jantung Safiyya. Jujur saja, Rizky juga dapat meneka ukuran beha yang dipakai gadis itu. Rizky merenung wajah Safiyya dengan tatapan menggoda. Dia melihat bibir Safiyya yang tercalit sedikit lip balm dan bau parfum di tubuh Safiyya semakin menaikkan nafsu syahwatnya. Safiyya hanya mampu berdiri dan terkaku di situ dengan wajah semakin pucat karena dirinya sudah buntu dan rasa takut sudah menguasai dirinya.
'Gadis ini benar-benar menguji nafsuku.' Batin Rizky memuji gadis itu.
Jika tadi Rizky hanya ingin mengusik Safiyya untuk menikmati rasa ketakutan gadis itu tetapi kini dia sendiri yang terkena jeratnya sendiri. Rizky mendekatkan wajahnya untuk mengecup bibir Safiyya. Dia nekad. Anggap saja dia hanya ingin menguji keimanan gadis itu. Ya, kelakuan bejatnya terhadap gadis itu bukanlah karena cinta. Sangat jelas tidak wujud bunga-bunga cinta di hatinya buat g adis itu. Hanya nafsu dan bisikan iblis semata-mata.
Bab 5: KetahuanNamun tanpa sempat Rizky mengecup bibir gadis itu, tiba-tiba lif terbuka. Safiyya lega. Dia segera menolak tubuh Rizky menjauh dari tubuhnya. Tubuh Rizky yang tidak bersedia dengan tindakan pantas Safiyya itu berundur beberapa langkah ke belakang. Tapi apa yang mengejutkan Safiyya, orang yang sedang berdiri di hadapan pintu lif saat itu adalah… VIVIAN! Sahabatnya!'Ya Allah. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku bakalan mati jika Vivian mengabarkan hal ini kepada Abang Mikail!' batin Safiyya.Safiyya masih terkaku berdiri di situ. Dia dan Vivian masih berpandangan antara satu sama lain. Masing-masing memasang wajah yang penuh rasa kaget. Rizky memandang kedua gadis itu dengan pandangan bingung tetapi dia tidak berkata apa-apa."Oh maaf. Kalian pasti sedang sibuk. Aku tunggu lift yang lain saja." Vivian berbicara sambil tersenyum mengusik. Matanya tepat memandang ke arah Saf
Bab 6: PersidanganSafiyya menyelak langsir untuk melihat keindahan pemandangan Kota Jakarta pada waktu malam melalui jendela kaca kamar hotelnya. Hatinya seolah-olah terbuai saat matanya menyaksikan keindahan Kota Jakarta saat itu. Gedung-gedung hotel dan gedung lain yang berdiri megah dihiasi lampu berwarna-warni menghidupkan lagi suasana malam. Bibir Safiyya mengukir senyuman sedih. Rasa gembira saat dia tiba di Jakarta bertukar sedih dan galau. Apatah lagi dia mengenangkan peristiwa yang terjadi antara dirinya dengan lelaki tanpa nama itu. Entah mengapa dia khawatir jika lelaki itu akan bertindak di luar kawalan dan batas pergaulan jika mereka bertemu lagi.'Kenapa semua ini terjadi padaku? Apakah karena aku tidak menuruti kemahuan Umi untuk tidak datang ke Jakarta lalu aku harus menerima hukuman seperti ini? Aku benar-benar berharap bahwa aku tidak akan bertemu lagi dengan lelaki itu. Jika aku terpaksa berurusan dengan dia, aku moho
Bab 7: Zafril"Sudahlah, Fiya. Sekarang, kita harus fokus dengan persidangan ini. Dan kau jangan berkeliaran tak tentu arah di sini tanpaku. Di sini, kau akan bertemu dengan lelaki bajingan yang suka mengincar gadis perawan sepertimu dan kau juga akan bertemu dengan ramai pewaris perusahaan yang tampan dan berkeperibadian baik. Jadi, pastikan kau sentiasa berada di sisiku agar lelaki hidung belang tidak akan berani untuk menghampirimu," bisik Vivian dengan suara yang tegas."Iya, aku tau. Mereka tidak akan pernah berani untuk mengusik apa pun yang menjadi kepunyaaan Dato' Vivian Adrienne Loh, pemilik perusahaan manufaktur tekstil ternama di Malaysia dan China sepertimu, sahabat," ujar Safiyya sambil tersenyum manis memandang wajah Vivian."Bagus. Aku akan melindungi dirimu atas permintaan Abang Mikail. Tidak, jujur saja aku memang ingin melindungimu kerana kau terlalu mudah mempercayai orang. Jadi, mari kita memasang waj
Bab 8: SelingkuhRizky dan beberapa karyawan berdiri di tepi pintu masuk aula hotel. Mata Rizky memerhatikan gelagat manusia yang memegang pelbagai gelaran hebat dan status tinggi dalam dunia perusahaan internasional sedang berjalan masuk ke dalam aula hotel. Papa dan Bundanya sedari awal sudah memasuki aula untuk menyertai persidangan itu. Hanya dirinya saja yang tidak layak untuk menyertai persidangan karena statusnya hanyalah sebagai karyawan biasa di kantor milik Papanya, Tuan Syahputra Wijaya.Malang sekali nasib hidupnya. Jika rakyat marhaen berpikir putra tunggal dari keluarga millionaire bisa mendapatkan kuasa, pangkat dan harta menimbun yang tidak pernah habis hingga tujuh keturunan dengan mudah, nasib Rizky sangat bertentangan dengan pemikiran rakyat marhaen itu. Sedari kecil dia sudah diajar dan dididik untuk mandiri dalam menghadapi gelombang hidup yang penuh dugaan.Dia dipaksa untuk membuktikan kemamp
Bab 9: JodohAkhirnya persidangan perusahaan internasional telah selesai sore itu. Sewaktu persidangan berakhir, Safiyya sempat bertukar kartu bisnis dengan beberapa ahli perniagaan dari pelbagai negara untuk menambah lagi koneksi bisnis perusahaan milik abangnya, Mikail. Zafril, Safiyya dan Vivian berjalan keluar dari aula hotel. Wajah mereka tampak lelah tetapi bersalut rasa gembira karena persidangan itu telah selesai mengikut jadwal yang telah ditetapkan. Perut mereka juga sudah kenyang karena usai persidangan, mereka dijamu dengan aneka juadah minum petang yang telah disediakan oleh pihak hotel."Fiya, apa malam ini kamu ada acara?" tanya Zafril dengan nada berbisik tetapi sempat didengari Vivian."Amboi, Zaf. Apa kau mahu mengajak Fiya keluar malam ini? Hanya kalian berdua?" soal Vivian."Iya, hanya berdua. Kau harus menemani suamimu, kan? Jadi, jangan menganggu rencanaku untuk keluar b
Bab 10: Panggilan teleponJam 10 malam. Safiyya sedang berbaring di atas ranjang sambil menonton telivisi. Perut Safiyya tiba-tiba berkeroncong minta diisi. Dia segera turun dari ranjang dan membuka bagasinya untuk mencari mie instan. Akhirnya dia memilih satu cawan (cup) Mie Instan Maggi asam laksa yang merupakan kegemarannya. Safiyya berjalan ke ruangan kerja berhampiran jendela kaca dan dia duduk di atas kursi. Dia menuangkan air panas ke dalam cup mie instan itu dengan berhati-hati. Setelah menunggu selama tiga menit, Safiyya mulai makan mie instannya itu. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan malas, dia mencapai ponselnya dan melihat nomor pemanggil tapi yang anehnya, nomor itu nomor 'private'."Aduh, aku lagi malas untuk berbicara saat ini. Lagipula aku tidak tahu siapa yang meneleponku. Biarkan sajalah. Jika penting, dia pasti akan meneleponku lagi." kata Safiyya.Safiyya membiarkan ponselnya berhenti berdering dengan sendirinya tanpa mengangkat
Bab 11: Semakin menjauhPonsel milik Rizky berdering dengan nada yang keras tetapi pria itu masih tidak sadar dari tidurnya. Jelas saja bahwa Rizky sangat lelah karena dia telah bekerja sepanjang hari. Jam 10 malam baru dia bisa pulang ke rumah setelah membereskan pekerjaannya di persidangan. Setelah ponselnya berhenti berdering buat seketika, ponsel jenama IPhone itu kembali melagukan deringan keras. Akhirnya, roh Rizky yang bergentayangan entah ke mana masuk kembali ke dalam jasadnya. Rizky membuka kelopak matanya dengan malas. Sempat hatinya merutuk siapa pemanggil yang meneleponnya saat ini. Dia melirik ke arah jam di dinding kamarnya."Sudah jam satu pagi. Siapa sih yang meneleponku waktu begini," marah Rizky dengan kesal.Dengan berat hati, dia menjawab panggilan telepon itu tanpa melihat nama pemanggil tersebut. Namun, suara ceria milik seorang perempuan bisa ditebak oleh Rizky." Rizky sayang! Yuk ke klub. Aku udah ada di klub nih. D
Bab 12: Mr Tour GuideSafiyya sedang duduk di kursi yang terletak di lobi hotel. Dia melihat arloji di pergelangan tangannya. Baru jam 8.45 pagi. Kelibat Vivian dan suaminya, Robert masih belum kelihatan. Safiyya membuka aplikasi WhatsApp di ponselnya. Dia mencari nomor Uminya. Kemudian, jemarinya ralit menaip aksara membentuk perkataan dan ayat pada Umi kesayangannya itu.'Assalamualaikum Wr. Wb, Umi. Umi, hari ni Fiya akan berjalan-jalan di Kota Jakarta. Umi doakan Fiya, tau. Fiya sayaaaanggg Umi.' - Fiya-Balasan WhatsApp Safiyya dibalas segera oleh Uminya.'Wa'alaikumsalam, Fiya. Saat berlibur nanti, jaga kelakuan Fiya. Jangan lupa belikan Umi cenderahati dari Jakarta, ya. Umi juga sayang pada Fiya. Jaga diri baik-baik, ya.' -Umi-Safiyya tersenyum saat membaca balasan Uminya itu. Ya, Uminya itu tidak jemu untuk menasihatinya agar sentiasa menjaga perlakuan lebih-lebih lagi ket
Bab 92: Setelah Tiga Tahun Berlalu"Kau yakin mau bertemu Rizky?" Vivian bertanya pada Safiyya yang sedang sibuk menyisir rambut dua putra kembarnya yaitu Amir Syahputra dan Aariz Syahputra. Kedua nama tersebut diberi oleh bapa mertuanya. Alasan terbesar Tuan Syahputra Wijaya ketika memberikan nama tersebut adalah beliau mau cucu-cucunya itu yang akan mewarisi perusahaan Wijaya Groups dan Wijaya Properties. "Bukan aku yang mau. Dia yang hendak bertemu denganku setelah dia tahu papanya akan menyerahkan dua perusahaan kepada Amir dan Aariz," jelas Safiyya, tenang. "Terus kenapa kau mau?" Desak Vivian, tak puas hati. "Vi. Aku harus bertemu dengannya. Lagian, dia sudah berjanji untuk bercerai denganku dan menyerahkan hak asuh anak-anak jika aku bersetuju menyerahkan dua perusahaan tersebut kepadanya.""Lelaki itu betul-betul gila! Dia sanggup menceraikanmu demi harta," cemooh Vivian. "Aku tak peduli tentang harta itu, Vi. Lagian semua itu memang milik keluarganya Rizky. Almarhum ayah
Bab 91: HamilMikail melihat arloji di pergelangan tangannya beberapa kali. Sebentar lagi, pesawat dari negeri tetangga akan tiba di KLIA. "Bro." Satu tangan menepuk lembut bahu Mikail. Mikail lantas menoleh ke belakang. Matanya membulat. "Kau buat apa dekat sini?" tanya Mikail dengan nada sebal. "Aku datang nak berjumpa dengan Safiyya lah," sahut Tengku Zafril enteng. Laki-laki itu tidak peduli dengan tatapan jengkel yang ditunjukkan Mikail secara terbuka. "Zaf, dah banyak kali kita berbincang tentang hal ini. Kau tak boleh berjumpa dengan adik aku buat sementara waktu. Apalagi Safiyya—""Bang Mika!" Mikail terdiam ketika dia melihat Safiyya berlari ke arah mereka. Tengku Zafril pula hanya tersenyum tipis di saat Safiyya meluru ke dalam dekapan Mikail. "Hai, Zaf." Vivian menyapa Tengku Zafril seraya tersenyum ramah. Di belakang wanita itu ada dua bagasi berukuran sederhana besar. "Oh, hai Vi. Sikitnya barang kau," seloroh Tengku Zafril. "Itu semua tak penting. Boleh kita ber
Bab 90: TerusirBRAKK!Tubuh Safiyya menegang sewaktu dia mendengar bunyi pintu kamar tidur dibanting dengan keras. Dia baru saja selesai berdoa setelah menunaikan salat Isya. Rizky langsung melabuhkan tubuh di atas ranjang. Matanya tajam merenung langit-langit kamar. Dadanya turun naik saat menarik dan membuang nafas.Selepas melipat dan meletakkan mukena di lemari, Safiyya berjalan mendekati ranjang lalu duduk di samping Rizky yang masih berbaring. Wajah suaminya terlihat gusar dan urat lehernya bahkan terlihat jelas. "Ada apa kamu ke mari, Riz?" Perlahan Safiyya membuka bicara. Rizky bangkit dari pembaringan. "Kenapa? Kamu tak suka melihatku datang? Apa kamu menyembunyikan laki-laki lain di sini?"Tuduhan tak masuk akal yang dilemparkan Rizky berhasil merobek hati Safiyya. "Aku bukan seperti kamu yang tak bisa menjaga hati, Riz. Langsung saja ke intinya. Tak usah bertele-tele."Rizky mendesah berat. "Hani keguguran.""Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un. Terus kondisi Hani se
Bab 89: Mengemis Restu Bunda"Keluar. Aku jijik melihat wajahmu," cerca Vivian seraya melempar bantal ke arah Roby. Jemarinya memegang erat selimut yang membungkus tubuhnya. "Duh, Sayang. Ternyata kamu masih galak seperti dulu." Roby terkekeh senang. "KELUAR!" Roby masih bergeming. Bibirnya mengukir senyuman mengejek. "Apa kamu lupa isi perjanjian kita? Kamu akan memuaskan dahaga batinku selama satu jam jika aku berhasil membujuk Tante Rafedah untuk membeberkan rahasia pernikahan siri Rizky dan Hani kepada Bunda Yasmin. Wanita tua itu bersetuju dan semuanya berjalan mulus. Kamu harus ingat, Vi. Aku sudah berhabis banyak uang semata-mata untuk membantumu." Nada suaranya terdengar dingin. Mata Vivian mendelik. "Membantuku? Yang benar saja. Kau sendiri tahu kalau aku melakukan ini demi Safiyya. Dia dalam kesusahan gara-gara ulah Rizky yang tak mau bercerai secara baik-baik. Fiya juga tak bisa mengurus gugatan cerai karena Mikail sialan itu tidak mau keluarga mereka dan keluarga Wij
Bab 88: Amarah Bunda YasminTiga bulan kemudian. Safiyya merenung mata Adit dengan tatapan tak percaya. "Apa benar—" Bicara Safiyya terhenti. Wanita itu menghembus nafas pelan. Dia masih tak percaya dengan kabar yang baru saja dia dengar. Sementara itu, raut wajah Adit terlihat datar biarpun hati laki-laki itu diterpa rasa bersalah yang teramat sangat. Mau tak mau, dia terpaksa memberitahu kabar ini pada Safiyya sebelum wanita itu pergi ke pengadilan agama untuk memproses gugatan cerai."Benar, Fiya. Hani sedang hamil anak Rizky. Kandungannya sudah masuk tiga minggu."Safiyya bergeming. Lelucon apakah ini? Kenapa dia harus mendengar berita ini di saat hatinya sudah mantap dan dirinya sudah kuat untuk menggugat cerai dari Rizky? Safiyya tertawa kecil tetiba. Sesungguhnya dia mentertawakan nasibnya yang malang. Seketika, dia merasa cemburu dengan kebahagiaan keluarga kecil Rizky dan Hani. Tidak! Dia tidak boleh lemah apalagi merasa iri dengan kebahagiaan orang lain. Dia harus terima
Bab 87: Istri Kedua Rizky IqbalHani menyentak tangannya dari genggaman jemari Rizky ketika mereka sudah berada di tempat parkir rumah sakit. Raut wajahnya terlihat bengis."Kenapa kamu maksa aku keluar? Aku belum selesai bicara dengan wanita munafik itu, Rizky!""Cukup, Hani. Aku tidak suka kamu marah-marah seperti ini. Aku memaksamu keluar karena aku tidak mau kalian terus-terusan bertengkar. Kamu sendiri lihat bagaimana kondisi Safiyya barusan. Kepalanya terluka! Kalau kesehatannya memburuk gara-gara kamu, papa dan bunda tidak akan pernah mau menerima kamu sebagai istriku. Aku tidak ingin hal itu terjadi," terang Rizky bersungguh-sungguh."Terus, bagaimana bisa kamu dan Safiyya berciuman? Apa kamu kembali suka padanya? Sadar, Rizky! Orang yang kamu cinta dan sayang itu hanyalah aku. AKU!" Hani membentak keras."Ciuman itu hanya sandiwara Safiyya semata-
Bab 86: Kotak Ingatan Yang TerbukaVivian sedang duduk di atas kursi lipat dengan santai sambil melihat dua jasad tanpa roh terbakar di hadapannya.Api telah memakan sekujur badan dua pria malang yaitu Black Ring dan Blue Ring. Asap mengepul ke udara lalu ditiup angin. Vivian sama sekali tidak khawatir karena kawasan terpencil ini terletak jauh dari tempat tinggal penduduk. Jadi, tidak ada siapa pun yang akan memergokinya."Bagaimana bisa kalian menjadi pembunuh yang idiot? Benar-benar menjengkelkan. Blue Ring, seharusnya kau berusaha sebaik mungkin untuk melukai Safiyya agar permainan ini makin menyenangkan. Setelah itu, aku bisa menghancurkan Sarah. Malangnya, kau hanya psikopat bodoh yang dibutakan kesenangan sesaat. Yah, kau pantas mati dengan cara memalukan
Bab 85: Blue RingSetelah mendengar kabar duka tentang kematian Arvin Rafael dari Jasmine, Safiyya langsung bergegas mengajak Adit mencari tiket penerbangan ke Surabaya. Berkat bantuan Tuan Syahputra Wijaya, Safiyya dan Adit berhasil mendapatkan tiket pesawat.Tiba di bandara, seorang sopir pribadi menjemput mereka dan membawa mereka ke permakaman.Safiyya yang duduk di kursi mobil bagian penumpang berkali-kali menyeka air matanya menggunakan saputangan berwarna merah muda. Sejujurnya, amat sukar untuk dia menerima kabar kematian Arvin yang menurutnya sangat tiba-tiba."Relakan Arvin, Fiya. Dia telah berpulang ke alam baka. Rahasia rezeki dan ajal seseorang hanya Allah saja yang Maha Mengetahui. Ak
Bab 84: Berpulang ke Alam BakaMobil Arvin membelah jalan raya dengan kelajuan maksimal. Angin malam menerobos masuk jendela mobil yang sengaja dibiarkan tidak tertutup.Pria berwajah tampan itu berkali-kali mengesat air matanya tetapi cairan bening itu semakin buas menodai pipi.Dia memijit kasar pelipisnya ketika merasa kepalanya berdenyut sakit."ARGHHH! Dasar pelacur kotor! Hani, kau tunggu saja pembalasan Tuhan. Baik di dunia dan di akhirat kelak kau tidak akan pernah merasa bahagia!"Seakan belum puas melontarkan amarah, Arvin lantas memukul setir mobilnya kuat-kuat.