Bab 25: Masa lalu yang kelam.
Hari sudah menjelang pagi. Robert juga sudah pulang kembali ke hotel. Rizky pula masih berbaring di atas kasur dan merenung langit-langit kamar tidurnya dengan tatapan kecewa. Biarpun dokter memintanya untuk beristirahat karena dia masih demam, dia tidak mampu untuk melelapkan mata walau sejenak pun sejak semalam. Tanpa Rizky sadar, matanya mengeluarkan cairan bening yang hangat lalu mengalir turun ke pipinya.
Hatinya sangat sakit dan kecewa dengan keputusan Hani yang menurutnya sangat kejam dan sangat mementingkan diri sendiri. Namun, Rizky akhirnya sadar bahwa dia tidak boleh memaksa Hani untuk terus mencintainya sedangkan gadis itu telah mencintai pria lain. Dia tidak mahu Hani menderita setelah mereka menikah. Lebih baik, dia melepaskan Hani dengan lapang dada dan melindungi gadis itu dari jauh. Lagi pula, mencintai tidak semestinya memiliki. Rizky menghembus napas dengan kasar dan mengesat air mata denganBab 26: Dusta yang menyakitkan."Jadi, kamu mau membatalkan acara pernikahan ini? Apa kamu yakin, Riz? Tapi kenapa? Apa kamu sama Hani bertengkar?" Soal Pak Adi Kurniawan tanpa henti.Ketika ini Rizky berada di ruang kerja Pak Adi Kurniawan. Lelaki paruh baya itu merupakan Papi Hani Alisya yang juga sahabat baik Papanya Rizky, Tuan Syahputra Wijaya. Rizky merenung anak mata Pak Adi Kurniawan dengan tatapan tenang tanpa sebarang perasaan."Tidak, Pak. Kami berdua tidak bertengkar. Cuma…" Bicara Rizky terjeda. Dia tidak tahu apa alasan yang tepat yang harus dia katakan untuk menjaga hati Pak Adi Kurniawan agar tidak tergores."Kamu tahu kan pernikahan kamu sama Hani ini sudah diatur sejak kalian berdua masih kecil?" Pak Adi Kurniawan bertanya dengan nada tegas."Saya mengerti, Pak. Tapi saya dan Hani hanya bisa berteman saja, Pak. Bapak harus mengerti bahwa tidak ada rasa cinta dalam hati kami dan kami berdua
Bab 27: Utang Budi.Safiyya sedang beristirahat sambil membaca buku di salah satu gazebo yang terletak di tepi kolam renang. Kolam renang yang terletak di lantai lima hotel. Pasangan suami istri yaitu Robert dan Vivian sedang asyik berenang di dalam kolam renang.Pada ketika itu, tidak ramai pengunjung hotel berada di kawasan kolam renang tersebut. Beberapa pasangan lain juga sedang sibuk bermesraan di tepi kolam renang. Ada juga beberapa wanita bersama anak mereka berjalan-jalan di sekitar taman dan kebun."Fiya! Apa kamu tidak mau berenang bersamaku?" Jerit Vivian dari arah kolam renang.Safiyya memandang ke arah Vivian dan wanita itu segera melambaikan tangannya ke arah Safiyya. Safiyya hanya tersenyum sebelum menjawab."Aku tidak mau. Aku masih mau baca buku, Vivy." Jawab Safiyya sebelum menyambung semula bacaannya."Oke. Aku berenang sama Roby aja," balas Vivian.Wanita i
Bab 28: Rahasia LamaRizky sedang meringkuk dalam selimut di atas kasur. Matanya sedang ralit melihat akun Instagram Hani melalui ponselnya. Hati Rizky sangat pilu dan sakit saat melihat kebahagiaan mantan tunangannya bersama pria lain yang akan menjadi suami Hani nantinya. Dia mendengus kasar dan segera meletakkan ponsel di atas nakas bersebelahan ranjang.Dia memejamkan mata untuk mengusir rasa kecewa dari singgasana jiwa. Lagipula, dia tahu bahwa tidak ada gunanya untuk dia mengingat gadis yang sudah memutuskan ikatan janji dan cinta mereka berdua. Tiba-tiba pintu kamar Rizky terbuka."Riz, kamu udah tidur?" Panggil Bunda Yasmin.Rizky memandang ke arah pintu. Satu sosok tubuh milik Bunda Yasmin berdiri di hadapan pintu kamar."Belum, Bunda. Tapi, Riz mau tidur awal malam ini," jawab Rizky sopan."Riz, tumben malam ini kamu udah mau tidur setelah sholat Isya. Apa kamu lagi ada masalah?" Tanya Bunda Ya
Bab 29: SeranganJam 10 malam. Safiyya sedang berendam di dalam jacuzzi yang dipenuhi air hangat. Sesekali dia menggosok tubuhnya dengan sabun mandian. Setelah dia puas berendam, dia segera bangun dan keluar dari jacuzzi. Dia membilas tubuhnya dengan air sebelum mengambil handuk dan mengeringkan setiap inci tubuhnya. Kemudian, dia memakai bath robe dengan rapi lalu keluar dari kamar mandi.Rambutnya masih lembap biarpun Safiyya sudah mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil. Dia sengaja melepaskan rambut panjang yang separas dadanya. Safiyya duduk bersandar di kursi sembari menonton televisi. Tiba-tiba ponselnya berdering. Safiyya segera menjawab panggilan tersebut tanpa melihat nomor sang pemanggil."Hello. Assalamualaikum. Ini siapa, ya?" Ucap Safiyya dengan tenang. Matanya masih lekat menonton televisi.Namun, yang anehnya pemanggil itu segera menamatkan panggilan secara tiba-tiba membuatkan darah Safiyya mendidih akiba
Bab 30: Sahabat LamaRizky berenang dengan tenang di dalam kolam renang yang terletak di luar rumah orang tuanya. Setelah dia puas , dia keluar dari kolam renang lalu menuju ke gazebo. Dia meraih handuk dan mengeringkan rambutnya. Rizky mengambil ponselnya lalu menelepon Robert."Halo, Roby. Apa kabar, Bro?" Sapa Rizky dengan nada ramah."Yah, kabar aku baik-baik aja. Mau apa kau telepon aku? Jangan-jangan kau mau bertanya soal Fiya? Riz, aku mohon sama kau. Jangan dekati Safiyya lagi. Gadis itu bukan gadis murahan yang bisa kau mainkan," tegas Robert."Tenang, Bro. Ngapain kau menyerang aku seperti ini. Apa aku ada lakukan kesalahan sama dia?" Tanya Rizky pura-pura bego."Riz, jangan bohong sama aku. Apa yang kau lakukan pada Safiyya semalam? Fiya tidak berhenti menangis sejak semalam dan bibirnya tidak putus menyebut nama kau. Bila aku dan Vivian bertanya padanya, dia hanya bisa diam dan terus menangis hingga Vi
Bab 31: Sandiwara Yang Cukup Sempurna.Rizky memetik gitarnya dan mula menyanyikan lagu berjudul Rindu Pengubat Luka yang dinyanyikan oleh Toi. Orang ramai mula mengerumuni mereka dan membentuk bulatan sembari merekam persembahan Rizky."Tak ku ulangi… Kesilapan itu…Maafkan aku… Mengguris hatimu…Berilah aku ruang, Perbaiki diriku,Aku merayu… Kembali kepadaku,Rindu pengubat luka.Ku masih memerlukan belaian kasih,Dan tawa mesramu,Kau seretku ke dalam rongga hatimu,Bersalut kerinduan,Menggamit menusuk ke kalbuku,Terangi hidupku dengan cahaya mu. Ohh…Tak ku ulangi… Kesilapan itu…Maafkan aku… Mengguris hatimu…Berilah aku ruang, Perbaiki diriku,Aku merayu… Kembali kepadaku,Rindu pengubat luka.Walau ku dilupakan,Namun jangan kau lupakan detik bersama…Tak ulangi kesilapa
Bab 32: Ini salah siapa?Rizky dan Safiyya duduk di kursi yang terletak di tepi Pantai Ancol. Mereka sedang bertegang urat leher, berkeras buku lidah. Masing-masing tidak mahu mengakui kesalahan mereka sendiri."Kamu yang salah, Rizky. Apa kamu sudah gila dengan melamarku di depan semua orang? Kamu pikir, aku tidak tahu niat kamu yang sebenar? Kamu sengaja ingin menjatuhkan air muka aku, bukan?" Desis Safiyya."Dengar baik-baik ucapanku, Nona Safiyya. Aku sama sekali tidak ada salah pada kamu tetapi kamulah yang bersalah dalam hal ini. Jika kamu bersetuju untuk menikah denganku pada 'malam panas' kita di hotel tempo hari, aku tidak akan nekad untuk berbuat sejauh ini. Jadi, salahkan aja diri kamu." Bantah Rizky.Safiyya mengerutkan dahi setelah dia mendengar bicara konyol Rizky."Malam panas apa? Kita berdua tidak melakukan apa-apa, Rizky. Asal kamu tahu, ya Encik Rizky. Jika
Bab 33: Bagai sirih pulang ke gagangSafiyya sudah berada di dalam pesawat. Gadis itu merenung ke luar jendela sementara menunggu pesawat itu berlepas. Dia menghembuskan napas berat ketika pikirannya berkelana."Dalam masa satu minggu, aku sudah mengalami banyak peristiwa aneh dan gila. Apa ini balasan Tuhan kerana aku pergi ke Jakarta tanpa kerelaan hati Umi?" Keluh Safiyya dengan suara perlahan.Kelakuan Safiyya yang hanya merenung ke luar jendela menarik perhatian Vivian. Suaminya, Robert sudah tidur lena di kursinya. Wanita itu menutup majalahnya lalu menyentuh lengan Safiyya."Fiya, kau kenapa? Apa kau ada masalah?" Tanya Vivian."Aku baik-baik saja, Vivy. Cuma aku merasa perjalanan aku ke Kota Jakarta itu penuh dengan peristiwa yang tidak aku duga. Tapi, aku tetap menganggap semua itu sebagai pengalaman hidup." kata Safiyya dengan jujur tanpa berselindung lagi.Vivian terseny
Bab 92: Setelah Tiga Tahun Berlalu"Kau yakin mau bertemu Rizky?" Vivian bertanya pada Safiyya yang sedang sibuk menyisir rambut dua putra kembarnya yaitu Amir Syahputra dan Aariz Syahputra. Kedua nama tersebut diberi oleh bapa mertuanya. Alasan terbesar Tuan Syahputra Wijaya ketika memberikan nama tersebut adalah beliau mau cucu-cucunya itu yang akan mewarisi perusahaan Wijaya Groups dan Wijaya Properties. "Bukan aku yang mau. Dia yang hendak bertemu denganku setelah dia tahu papanya akan menyerahkan dua perusahaan kepada Amir dan Aariz," jelas Safiyya, tenang. "Terus kenapa kau mau?" Desak Vivian, tak puas hati. "Vi. Aku harus bertemu dengannya. Lagian, dia sudah berjanji untuk bercerai denganku dan menyerahkan hak asuh anak-anak jika aku bersetuju menyerahkan dua perusahaan tersebut kepadanya.""Lelaki itu betul-betul gila! Dia sanggup menceraikanmu demi harta," cemooh Vivian. "Aku tak peduli tentang harta itu, Vi. Lagian semua itu memang milik keluarganya Rizky. Almarhum ayah
Bab 91: HamilMikail melihat arloji di pergelangan tangannya beberapa kali. Sebentar lagi, pesawat dari negeri tetangga akan tiba di KLIA. "Bro." Satu tangan menepuk lembut bahu Mikail. Mikail lantas menoleh ke belakang. Matanya membulat. "Kau buat apa dekat sini?" tanya Mikail dengan nada sebal. "Aku datang nak berjumpa dengan Safiyya lah," sahut Tengku Zafril enteng. Laki-laki itu tidak peduli dengan tatapan jengkel yang ditunjukkan Mikail secara terbuka. "Zaf, dah banyak kali kita berbincang tentang hal ini. Kau tak boleh berjumpa dengan adik aku buat sementara waktu. Apalagi Safiyya—""Bang Mika!" Mikail terdiam ketika dia melihat Safiyya berlari ke arah mereka. Tengku Zafril pula hanya tersenyum tipis di saat Safiyya meluru ke dalam dekapan Mikail. "Hai, Zaf." Vivian menyapa Tengku Zafril seraya tersenyum ramah. Di belakang wanita itu ada dua bagasi berukuran sederhana besar. "Oh, hai Vi. Sikitnya barang kau," seloroh Tengku Zafril. "Itu semua tak penting. Boleh kita ber
Bab 90: TerusirBRAKK!Tubuh Safiyya menegang sewaktu dia mendengar bunyi pintu kamar tidur dibanting dengan keras. Dia baru saja selesai berdoa setelah menunaikan salat Isya. Rizky langsung melabuhkan tubuh di atas ranjang. Matanya tajam merenung langit-langit kamar. Dadanya turun naik saat menarik dan membuang nafas.Selepas melipat dan meletakkan mukena di lemari, Safiyya berjalan mendekati ranjang lalu duduk di samping Rizky yang masih berbaring. Wajah suaminya terlihat gusar dan urat lehernya bahkan terlihat jelas. "Ada apa kamu ke mari, Riz?" Perlahan Safiyya membuka bicara. Rizky bangkit dari pembaringan. "Kenapa? Kamu tak suka melihatku datang? Apa kamu menyembunyikan laki-laki lain di sini?"Tuduhan tak masuk akal yang dilemparkan Rizky berhasil merobek hati Safiyya. "Aku bukan seperti kamu yang tak bisa menjaga hati, Riz. Langsung saja ke intinya. Tak usah bertele-tele."Rizky mendesah berat. "Hani keguguran.""Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un. Terus kondisi Hani se
Bab 89: Mengemis Restu Bunda"Keluar. Aku jijik melihat wajahmu," cerca Vivian seraya melempar bantal ke arah Roby. Jemarinya memegang erat selimut yang membungkus tubuhnya. "Duh, Sayang. Ternyata kamu masih galak seperti dulu." Roby terkekeh senang. "KELUAR!" Roby masih bergeming. Bibirnya mengukir senyuman mengejek. "Apa kamu lupa isi perjanjian kita? Kamu akan memuaskan dahaga batinku selama satu jam jika aku berhasil membujuk Tante Rafedah untuk membeberkan rahasia pernikahan siri Rizky dan Hani kepada Bunda Yasmin. Wanita tua itu bersetuju dan semuanya berjalan mulus. Kamu harus ingat, Vi. Aku sudah berhabis banyak uang semata-mata untuk membantumu." Nada suaranya terdengar dingin. Mata Vivian mendelik. "Membantuku? Yang benar saja. Kau sendiri tahu kalau aku melakukan ini demi Safiyya. Dia dalam kesusahan gara-gara ulah Rizky yang tak mau bercerai secara baik-baik. Fiya juga tak bisa mengurus gugatan cerai karena Mikail sialan itu tidak mau keluarga mereka dan keluarga Wij
Bab 88: Amarah Bunda YasminTiga bulan kemudian. Safiyya merenung mata Adit dengan tatapan tak percaya. "Apa benar—" Bicara Safiyya terhenti. Wanita itu menghembus nafas pelan. Dia masih tak percaya dengan kabar yang baru saja dia dengar. Sementara itu, raut wajah Adit terlihat datar biarpun hati laki-laki itu diterpa rasa bersalah yang teramat sangat. Mau tak mau, dia terpaksa memberitahu kabar ini pada Safiyya sebelum wanita itu pergi ke pengadilan agama untuk memproses gugatan cerai."Benar, Fiya. Hani sedang hamil anak Rizky. Kandungannya sudah masuk tiga minggu."Safiyya bergeming. Lelucon apakah ini? Kenapa dia harus mendengar berita ini di saat hatinya sudah mantap dan dirinya sudah kuat untuk menggugat cerai dari Rizky? Safiyya tertawa kecil tetiba. Sesungguhnya dia mentertawakan nasibnya yang malang. Seketika, dia merasa cemburu dengan kebahagiaan keluarga kecil Rizky dan Hani. Tidak! Dia tidak boleh lemah apalagi merasa iri dengan kebahagiaan orang lain. Dia harus terima
Bab 87: Istri Kedua Rizky IqbalHani menyentak tangannya dari genggaman jemari Rizky ketika mereka sudah berada di tempat parkir rumah sakit. Raut wajahnya terlihat bengis."Kenapa kamu maksa aku keluar? Aku belum selesai bicara dengan wanita munafik itu, Rizky!""Cukup, Hani. Aku tidak suka kamu marah-marah seperti ini. Aku memaksamu keluar karena aku tidak mau kalian terus-terusan bertengkar. Kamu sendiri lihat bagaimana kondisi Safiyya barusan. Kepalanya terluka! Kalau kesehatannya memburuk gara-gara kamu, papa dan bunda tidak akan pernah mau menerima kamu sebagai istriku. Aku tidak ingin hal itu terjadi," terang Rizky bersungguh-sungguh."Terus, bagaimana bisa kamu dan Safiyya berciuman? Apa kamu kembali suka padanya? Sadar, Rizky! Orang yang kamu cinta dan sayang itu hanyalah aku. AKU!" Hani membentak keras."Ciuman itu hanya sandiwara Safiyya semata-
Bab 86: Kotak Ingatan Yang TerbukaVivian sedang duduk di atas kursi lipat dengan santai sambil melihat dua jasad tanpa roh terbakar di hadapannya.Api telah memakan sekujur badan dua pria malang yaitu Black Ring dan Blue Ring. Asap mengepul ke udara lalu ditiup angin. Vivian sama sekali tidak khawatir karena kawasan terpencil ini terletak jauh dari tempat tinggal penduduk. Jadi, tidak ada siapa pun yang akan memergokinya."Bagaimana bisa kalian menjadi pembunuh yang idiot? Benar-benar menjengkelkan. Blue Ring, seharusnya kau berusaha sebaik mungkin untuk melukai Safiyya agar permainan ini makin menyenangkan. Setelah itu, aku bisa menghancurkan Sarah. Malangnya, kau hanya psikopat bodoh yang dibutakan kesenangan sesaat. Yah, kau pantas mati dengan cara memalukan
Bab 85: Blue RingSetelah mendengar kabar duka tentang kematian Arvin Rafael dari Jasmine, Safiyya langsung bergegas mengajak Adit mencari tiket penerbangan ke Surabaya. Berkat bantuan Tuan Syahputra Wijaya, Safiyya dan Adit berhasil mendapatkan tiket pesawat.Tiba di bandara, seorang sopir pribadi menjemput mereka dan membawa mereka ke permakaman.Safiyya yang duduk di kursi mobil bagian penumpang berkali-kali menyeka air matanya menggunakan saputangan berwarna merah muda. Sejujurnya, amat sukar untuk dia menerima kabar kematian Arvin yang menurutnya sangat tiba-tiba."Relakan Arvin, Fiya. Dia telah berpulang ke alam baka. Rahasia rezeki dan ajal seseorang hanya Allah saja yang Maha Mengetahui. Ak
Bab 84: Berpulang ke Alam BakaMobil Arvin membelah jalan raya dengan kelajuan maksimal. Angin malam menerobos masuk jendela mobil yang sengaja dibiarkan tidak tertutup.Pria berwajah tampan itu berkali-kali mengesat air matanya tetapi cairan bening itu semakin buas menodai pipi.Dia memijit kasar pelipisnya ketika merasa kepalanya berdenyut sakit."ARGHHH! Dasar pelacur kotor! Hani, kau tunggu saja pembalasan Tuhan. Baik di dunia dan di akhirat kelak kau tidak akan pernah merasa bahagia!"Seakan belum puas melontarkan amarah, Arvin lantas memukul setir mobilnya kuat-kuat.