“Bukan!” jawabnya serentak dari mereka berdua.“Maksudnya?” “Oh ... nggak ada apa-apa, mari Bu, kami permisi dulu, ayuk Mas,” ucap Susi terburu-buru pergi dari sana dan meninggalkan ibu itu dengan kebingungan.Susi mengayunkan langkahnya dengan cepat untuk pergi dari acara tersebut yang untungnya sudah mau hampir selesai.Sudah satu jam lebih acara itu berlangsung dan dia harus segera meninggalkan sekolah Ayu.“Tunggu, Susi!”“Kamu mau ke mana acaranya belum selesai, nanti kalau Ayu mencari kamu bagaimana?” tanya Suratman pura-pura polos.“Maaf Mas, aku juga harus menghadiri acara sekolahnya Hanin, aku yang biasanya datang ke sana kalau ada acara dan jika aku tidak datang Hanin akan kecewa karena dia ikut lomba membaca AlQur’an,” jelasnya sembari menuju ke halaman parkir untuk mengambil motor maticnya.“Susi, kamu tidak bisa pergi begitu saja, kasihan Ayu, bagaiamana dengan perasaannya jika dia tahu kamu sudah pergi dari sini?”“Lagian apa susahnya sih suruh Suratmin yang datang ke
“Aku juga tidak tahu kenapa ini bisa terjadi.”“Apakah karena Siska sekarang tidak pernah memperhatikan aku lagi, sehingga saat Susi hadir di tengah-tengah, membuat hatiku yang kosong sekarang terisi oleh wajah dan senyumannya?”“Bagaimana dengan Siska, apakah dia juga mau di madu, atau kami bercerai saja, toh selama ini Siska semakin hari semakin jauh dari kami!”Suratman tampak berpikir keras, kini dia dihadapkan dengan dilema yang besar.Ayu yang sedari tadi mengoceh kini kembali terdiam saat melihat papahnya tidak merespons. Ayu pun sengaja menghentikan pembicaraannya langsung dan memperhatikan papahnya dengan tersenyum.“Ayu tahu, Pah! Kalau Papah juga menyukai tante Susi, dan Ayu harap Papah bisa berusaha agar bisa mendapatkan tante Susi dan menikah dengannya.”“Dengan begitu Ayu mempunyai Mamah, Ayu tidak mau yang lain,” ucapnya dengan tersenyum bahagia.“Ayu masih menyayangi mamah Siska, tetapi Tante Susi lebih mengerti Ayu, dia yang selalu ada buat Ayu.”“Ayu yang rindu akan
“Papah kok lama banget telepon sama Mbok Jum, ada apa, Pah?” tanya Ayu seketika di sela-sela makannya.“Oh, Papah suruh Mbok Jum ke sini soalnya Papah nanti sebentar ada mau meeting di hotel ini, jadi untuk sementara Ayu nanti ditemani oleh Mbok Jum dulu, nggak apa-apa kan, Sayang?” tanya Suratman.“Iya nggak apa-apa, Pah, tetapi nanti kita jadikan jalan-jalannya, lagian ini juga hari Sabtu dan besok libur, jadi bangun kesiangan, nggak apa-apa kan, Pah?” Izinnya kepada Suratman.“Coba ya Pah, ada Tante Susi, pasti tambah seru,” ucapnya lagi.“Iya sih, tetapi mana mau Tante Susi datang, dia kan lagi di sekolahnya Hanin,' sahut Suratman menjelaskan.“Atau bagaimana kalau Papah suruh Tante Susi datang ke sini, bisa kan Pah?” tanyanya yang sangat mengejutkan Suratman.“Tidak baik, Sayang, tidak segampang itu, harus perlahan-lahan, jika kamu selalu meminta terus lama-lama Tante Susi maupun Hanin akan merasa curiga kalau kamu memang sengaja untuk memisahkan mereka berdua, untuk menjadi mama
“Mila!” panggil Pak Sugeng kepada salah satu resepsionisnya.Gadis lalu menghampiri Pak Sugeng dan langsung menyapanya.“Iya, Pak, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya dengan ramah.“Begini Mil, adakah tamu kita seperti yang ada di foto ini?” tanya Pak Sugeng sembari memperlihatkan foto yang ada di dalam ponsel milik Suratman.Gadis itu mengambil dan mengamatinya sejenak dan dia pun langsung mengenal wanita yang ada di dalam foto itu.“Oh iya Pak, ada tamu kita yang menginap di sini namanya Bu Siska Wulandari,” jelasnya.“Maaf, Mbak sudah berapa lama Bu Siska menginap di hotel ini?”“Sudah hampir seminggu, Pak, beliau juga tamu kehormatan Bapak Aris Wardana, tadi barusan mereka datang dari luar, Pak.”“Siapa Aris Wardana itu, Mbak?”“Yang ini bukan orangnya?”“Iya, Pak, maaf Bapak ini ada perlu apa ya, menanyakan hal ini semua?” “Maaf, itu bukan urusanmu, kamu tinggal jawab apa yang saya tanyakan, tidak perlu tahu siapa saya!”“Dan tolong jangan bilang dengan mereka kalau saya sudah b
“Seharusnya aku yang langsung menceraikannya dan dia ... “ lagi-lagi Suratman memukul-mukul kembali kemudi setir itu sehingga cairan itu kembali membasahi tangannya.Pria tinggi itu selalu membayangkan istrinya yang sedang bercumbu mesra di kamar hotel itu, merasa jijik dan tidak ingin kembali menyentuh istrinya lagi karena sudah di sentuh oleh lelaki lain.Sesaat kemudian dia kembali konsentrasi untuk melajukan mobilnya keluar dari halaman parkir itu.Suratman dengan cepat membalut luka dengan sapu tangannya tanpa dibersihkan terlebih dahulu.Tak ingin membuat putri kecilnya menunggu akhirnya dia pun memutuskan untuk menyusul mereka di mall tempat mereka belanja.Suratman lalu menghubungi Mbok Jum kalau dia lagi dalam perjalanan menuju ke sana.Ayu yang mendengar hal itu langsung menunjukkan rasa bahagianya bahkan sangking girangnya gadis kecil itu berloncatan.***Saat Ayu sudah mulai bangga dan merasa papahnya sudah kembali seperti layaknya seorang ayah, dan Suratman di rundung ma
“Itu kenapa tanganmu luka seperti itu?” tanya Suratmin yang melihat juga tangannya di balut sapu tangan.Begitu juga Ayu dan Hanin yang baru menyadari kalau tangan papahnya terluka parah.“Oh ya kenapa Ayu baru lihat tangan Papah seperti ini?”“Ini kenapa, Pah?” tanya Ayu menjadi khawatir sembari memegang tangannya.“Nggak apa-apa, Sayang, ini hanya luka biasa saja, tadi nggak sengaja jatuh dan ada pecahan beling mengenai tangan Papah, nggak dalam kok,” jelasnya walaupun sedikit menahan nyeri.“Man, kenapa nggak diobati dulu, nanti kalau infeksi bagaimana?” tanya Suratmin yang ikut khawatir.Tunggu sebentar di sini!” Tegas Susi lalu pergi ke penjaga toko mainan itu.Kedua pria tinggi itu bingung dan penasaran apa yang dilakukan oleh wanita berhijab itu.Dia mengobrol sebentar dengan tampak serius, lalu penjaga toko itu memanggil temannya dan memberitahukan sesuatu dan masuk kembali.Tak lama kemudian temannya itu membawa kotak P3K berukuran kecil. Setelah menerimanya Susi kembali ke t
“Oh iya maaf, Sus, tadi nggak sengaja ... ““Sudah-sudah nggak apa-apa, lain kali perhatikan jalan, pikiran jangan ke mana-mana,” sahut Susi dengan kesal.“Iya, sekali lagi aku minta maaf,” ucapnya lagi.“Ayuk Mas, mungkin mereka sudah menunggu kita di sana,” sahut Susi sembari kedua matanya mencari-cari keberadaan mereka.Tak lama kemudian akhirnya Susi melihat Hanin dan Ayu yang sedang mencari-cari pakaian, terlihat Ayu sudah mengantongi beberapa helai pakaian di tangannya, tetapi tidak dengan Hanin yang hanya ikut melihat-lihat saja tanpa mengambil salah satu pun pakaian yang terpajang di sana.“Kamu lihat kan, Sus, perbedaan antara Ayu dan Hanin, lihat saja pakaian yang kamu berikan oleh Hanin, sangat lusuh dan kusam, mungkin bagi anak itu adalah pakaian terbaik untuknya yang sudah berkali-kali dipakai!”“Kamu nggak malu apa, itu sama saja kamu tidak bisa membuat Hanin bahagia, kamu tidak bisa membelikan apa yang dia mau.”“Pasti di dalam hatinya ingin sekali mempunyai banyak main
“Kamu ingin ibuku, tetapi dengan cara menikahinya dengan papahmu, dan bagaimana dengan bapakku, Yu?” tanya Hanin yang tidak menyangka ternyata permintaan Ayu tidak mungkin dikabulkan.“Bapakmu kan bisa menikah lagi, iya kan?” tanya balik Ayu dengan santai.“Pikirkan baik-baik Nin, jangan menolak dulu, kamu bisa hidup mewah seperti aku, beli apa saja yang kamu inginkan, kehidupan kalian akan terjamin kok, tenang saja!”“Ah sudahlah, aku mengantuk nanti kita bicarakan lagi, aku sangat bahagia hari ini dan besok adalah hari yang baru untukku.”“Aku memberi waktu kamu untuk berpikir sampai besok pagi!”“Aku mohon Nin, kabulkan lah permintaanku ini, lagian kamu sudah mendapatkan kasih saya dari seorang ibu sudah dari kecil, sedangkan aku tidak, kamu bisa kok sesekali datang ke rumahku untuk bermain bersama Tante Susi, tetapi dia harus tinggal di rumahku, karena dia kan sebentar lagi akan menjadi mamahku, sudah nggak sabar rasanya ingin mengabarkan papah tentang ha ini,” jelas Ayu dengan w