Aku lompat dari genteng ke genteng. Aku melesat menuju lokasi yang ditunjukkan oleh aplikasi Go-Hero. Aku harus sesegera mungkin sampai sana. Sebab ada seseorang yang butuh bantuanku.
Aku sempat melamun dalam perjalanan. Aku tak menyangka, seorang superhero geek sepertiku menjadi superhero betulan. Dulu aku sangat menyukai komik superhero. Setiap ada film superhero tayang di bioskop kesayanganku, aku selalu menyempatkan nonton. Ini seperti mimpi yang jadi kenyataan. Dalam sehari, aku berubah jadi superhero. Secara instan, aku bisa memiliki kekuatan.
Ini adalah panggilan pertamaku sebagai superhero profesional. Aku akan melakukan penyelamatan dengan sesempurna mungkin. Tanpa cacat. Zero accident. Excellent. Aku tidak akan merusak pengalaman pertamaku.
Ketika sampai di depan rumah warga yang memanggilku, aku mengucap salam. Tapi aku mendapatkan sambutan yang kurang menyenangkan. Aku disambut seorang ibu yang rambutnya masih penuh roll. Persis tokoh ibu kos galak di sitkom-sitkom.
"Wah, maaf, Mas. Tadi kayaknya kepencet panggilan. Nggak sengaja manggil. HP-nya dimainin anak saya yang masih kecil. Main Pou, biasa, balita kekinian," ucap ibu tersebut dari balik pagar.
"Oh, gitu ya. Jadi di-cancel ya, Bu," ucapku lemas sambil memegang jeruji pagar besi yang menghalangiku dengan si ibu.
"Iya, maaf ya, Mas. Lain kali saya pasti panggil Mas Ijo lagi kalau butuh bantuan," kata si ibu mencoba menghiburku.
Bukannya terhibur, yang ada aku tersinggung. Sudah pakai kostum keren begini, masa dipanggil Mas Ijo? Aku tersinggung untuk dua hal. Pertama, aku belum jadi mas-mas. Kedua, memangnya aku sehijau itu ya? Ijo banget gitu?
Ya namanya juga ibu-ibu, bebas. Mungkin penulis kenamaan Amerika Serikat seperti John Green pun kalau tinggal di Indonesia bakal dipanggil Jojon Ijo.
Dapat panggilan pertama untuk menolong warga, ketika disamperin, ternyata salah pencet. Ini pengalaman konyol di hari pertamaku sebagai superhero profesional. Jadilah aku lesu darah. Aku sudah tidak bergairah untuk petakilan dari genteng ke genteng lagi.
Aku pulang ke kosan naik angkot. Biarlah penumpang angkot lain mengira aku sedang cosplay jadi Ranger Hijau. Aku duduk di sebelah sopir angkot.
"Nggak panas siang-siang pakai baju ketat begitu?" Tanya sopir angkot sambil menyetir.
"Nggak kok. Bahannya adem. Yang jahitnya pinter," jawabku mencoba ramah.
"Oh, kok nggak bawa tape?" Tanya sopir polos.
Biar aku cerna pertanyaannya. Aku pakai kostum nyentrik dan aku ditanyai kenapa nggak bawa tape? Mungkinkah...
"Kemaren juga saya dapat penumpang sama kayak mas begini. Tapi dia pakai kostum Masha," celoteh sopir angkot santai. "Saya minta diputerin kaset dangdut di tape yang dia bawa. Saya bilang, kalau lagunya bisa bikin saya goyang, saya gratisin naik angkot sampai lampu merah depan."
Aku hanya merengut mendengarnya.
"Eh, beneran, saya goyang. Asyik aja gitu goyang sambil nyetir begini," ungkap sang sopir bangga. Dia sempat-sempatnya melakukan reka ulang adegan kemarin.
Aku makin cemberut. Nggak suka melihat gayanya.
"Tapi karena dia turunnya di lampu merah depannya lagi, ya saya minta ongkosnya." Sopir pun tertawa. Terbahak-bahak pula.
"Kiri, Bang!" seruku akhirnya. Fix, aku dikira badut pengamen. Aku sebal.
Walaupun masih jauh dari kosanku, aku terpaksa turun. Tak lupa aku membayar ongkos yang sudah lebih dulu dipotong biaya menghinaku. Lebih baik aku jalan kaki saja. Daripada naik angkot, tapi sopirnya ngomong mulu, bikin saya kesel. Keselnya bisa sampe sebulan nih. Labil sih.
Begitu sampai gang menuju kosan, barulah aku lompat ke genteng untuk menghindari kepergok warga. Aku tidak mau para tetangga tahu kalau ada superhero di kampung ini. Aku takut jika gosipnya bakal sampai ke gerobak tukang sayur. Jika sudah sampai gerobak tukang sayur, para ibu akan bersatu untuk menguak topengku. Identitasku bisa bocor. Berabe.
Aku masuk kamar lewat jendela. Lalu aku melepas kostumku dan melompat ke kasur. Dadaku langsung kesakitan. Ternyata aku menimpa laptop.
***
Keesokan harinya, aku mencoba mengetik paragraf pertama skripsiku di laptop yang kemarin aku tindihi. Lalu terdengar nada pemberitahuan panggilan dari smartphone yang khusus untuk menggunakan aplikasi Go-Hero.
"Marilah seluruh superhero, siapkan dirimu, dengarlah suara yang memanggilmu."
Begitu bunyi Mars Superhero Inc.
Aku kembali deg-degan.
Aku cek lokasi orang yang memanggilku. Sangat dekat dari tempatku sekarang. Selemparan batu. Batu meteor, tapi. Yang lempar juga troll gunung, kukira.
Aku buru-buru pakai kostum, lalu meluncur menuju TKP.
Sampai TKP, aku langsung mengenali orang yang memanggilku. Seorang bocah SMA yang di-bully oleh seseorang yang lebih gede badannya. Siapa lagi orang teraniaya yang butuh pertolongan, selain dia?
Mereka adu mulut di lapangan kosong yang sepi.
"Lo berani-beraninya nyerang desa gue!" kata si tukang bully.
Tukang bully tersebut menunjuk-nunjuk wajah si bocah SMA yang sudah pias. Kalau dibiarkan lama-lama, akan ada orang yang merekam pertengkaran mereka, alih-alih melerai, lalu mengunggah videonya di Facebook. Setelah viral di dunia maya, akan banyak orang yang mengeluh betapa bobroknya kelakukan anak sekolah zaman sekarang. Jangan sampai hal itu terjadi di depan mataku sendiri.
"Ampun, Bang. Saya nggak tau kalau itu desa Abang," aku si bocah cupu khas SMA. "Kalau tau bakal begini, bakal saya lewati aja tadi."
Apa yang barusan aku dengar ini sebuah lelucon? Bocah SMA cupu ini menyerang desa dari si bongsor?
"Ngomong mulu lo kayak sopir!" Bentak si bongsor tukang bully.
Aku buru-buru menengahi mereka.
"Ada apa ini, adik-adikku yang cakep?" Sapaku ramah.
"Ah, superheroku sudah datang!" Si cupu langsung bersembunyi di ketiakku.
Aku bingung. Aku memajang wajah bertanya-tanya.
"Lawan dia, superheroku! Habisi!" Seru si cupu.
"Nanti dulu. Aku perlu alasan kenapa aku harus melawannya. Ceritakan dulu kronologi permasalahannya," ucapku jengkel. "Aku ini superhero lho. Bukan algojo bayaran."
"Jadi, dia marah kepadaku. Karena aku menyerang desanya. Tapi dia tidak bisa balas menyerang desaku. Karena aku sudah memasang tameng untuk desaku," tutur si bocah cupu berapi-api.
"Kamu nyerang desa anak ini?" Tanyaku dengan nada heran.
"Iya dong. Biar aku bisa mengumpulkan modal untuk membangun desaku," kata si cupu.
"Kamu nyerang desa orang dibantu siapa?" Tanyaku dengan kepala pening.
"Sendiri juga bisa," ucapnya bangga.
"Sendirian?" Aku terheran-heran. Anak sekolah zaman sekarang begini amat. Mainnya nyerang-nyerang desa. Di sekolahnya udah nggak diajarin PPKN kali ya.
"Sekarang, kalian baikan. Dan berjanji jangan saling serang desa lagi. Pokoknya, desa siapa saja jangan kalian serang. Nanti kalian ribut lagi kayak begini," kataku coba mendamaikan dua bocah labil tersebut.
"Ya nggak bisa begitu dong, Bang. Kalau nggak nyerang, nggak asyik," sanggah si bongsor.
"Iya, nih. Aneh banget si Abang superhero," timpal si cupu.
"Emang kalian nggak dimarahin orangtua kalian kalau ketahuan nyerang-nyerang desa begitu?" Tanyaku.
"Nggak lah. Mereka juga main," jawab si cupu.
"Main? Main apaan?" Aku semakin tidak mengerti.
"Game ini," si cupu menunjukkan smartphone miliknya. Layarnya menampilkan sebuah game perang antar desa.
What the paradise! Anak-anak ini... Mungkin hanya aku di sini yang game-nya terhenti di Plants vs. Zombies.
Aku menjajal game perang tersebut. Coba nyerang sekali, ternyata seru juga. Aku ketagihan.
Si bongsor yang dari tadi diam saja, tiba-tiba meninju perutku.
Aku tidak siap dengan serangan dadakan itu. Aku langsung menyuruh si cupu menyingkir agar tidak terkena tendangan nyasar.
"Santai, Sob," ucapku menenangkannya. "Sebelum mulai, kita bacain term and condition dulu."
Aku mencoba mencairkan suasana, tapi mukanya si bongsor malah kelihatan panik parah. Selera humor dalam jiwanya telah sirna, sepertinya.
"Maaf, Bang. Aku nggak sengaja. Tanganku gerak sendiri," akunya tak masuk akal.
"Lucu lo, bocah!" Aku tertawa kering. Lawakan macam apa itu. Tangan bisa bergerak sendiri, katanya? Kalau mau bergerak sendiri itu jangan yang nyusahin orang. Lebih baik, ketika tangannya gerak sendiri, dipakai untuk menulis. Tanpa sadar, bisa jadi tujuh seri novel fantasi.
Sebelum tangan bocah ini gerak sendiri untuk kembali menonjok, buru-buru aku pasang kuda-kuda.
"Awas, Bang!" Seru si bocah cupu dan bocah bongsor hampir berbarengan.
Sekali lagi, tinju si bongsor melesat ke arahku. Tapi kali ini aku berhasil menahannya. Tangan satunya ikut beraksi, aku kunci juga. Lawan bocah SMA sih urusan kecil bagiku.
"Yang barusan juga digerakin setan?" Tanyaku sambil menahan kedua tangannya.
"Iya, Bang. Aku takut. Aku nggak bisa mengendalikan diriku lagi. Badanku bukanlah badanku." Si bocah bongsor mendadak drama.
Aku melepas tangannya. Sesaat, si bocah bongsor langsung melakukan tendangan keras ke arahku. Untungnya, aku sempat melompat ke belakang.
Kali ini aku percaya jika si bocah bongsor ini digerakkan oleh seseorang. Apa yang barusan dia lakukan kepadaku memang jahat, tapi itu tidak berasal dari niatannya sendiri. Wajahnya tampak ketakutan. Takut adalah ekspresi paling jujur.
Untuk mencegah si bocah bongsor memukulku tiba-tiba, aku tembakkan tanaman untuk melilit badannya. Badannya kini seperti mummy yang dibungkus tanaman hijau.
"Sekarang kamu bisa tenang. Nggak ada yang bakal coba menggerakkan badan kamu lagi," ucapku setelah melumpuhkan tingkah liar si bongsor.
Si bocah cupu mendekatiku dan berkata, "Bang, musuh sebenarnya memang bukan dia. Tapi orang yang sedang mendekati kita."
Terdengarlah suara tawa nyaring yang bersumber dari belakangku.
Aku menoleh dan mendapati sesosok laki-laki gondrong. Aku kira Hyde vokalis L'Arc-n-Ciel. Tapi yang ini versi kelingnya.
"Yah, udahan deh main boneka-bonekaannya," ujar si gondrong dengan raut wajah kecewa.
"Siapa kamu?" Pertanyaan standar dariku.
"Kamu nggak perlu tahu siapa aku. Yang harus kamu tahu, aku sayang kamu." Si cowok gondrong itu mengedipkan matanya genit.
"Cih." Aku merasa jijik. "Belum kenalan udah bilang sayang. Kenalan dulu dong."
"Nggak mau," tolaknya sadis.
"Oh. Ya udah," tandasku.
"Kamu udah makan?" Tanyanya mendadak perhatian.
"Sarapan udah. Tapi belum makan siang," jawabku cepat. "Eh, kamu kok nanya-nanya sih? Emang mau traktir?"
"Iya, nih, aku bawain makanan buat kamu," katanya manja.
Kemudian dari arah timur melesat sekaleng sarden menuju wajahku.
BUK!
Pipiku terhantam kaleng sarden terbang. Kaleng tersebut jatuh ke tanah setelah membuatku pipiku lecet.
"Aduh, maaf. Aku lupa kasih nasinya ya." Si cowok gondrong mengacungkan telunjuk.
Sejurus kemudian, datanglah karung beras terbang. Kali ini aku ketiban karung beras. Ampun, beratnya.
"Oh, kamu suka yang udah matang ya?" Si cowok gondrong kembali mengacungkan jarinya lagi.
Ketika jarinya bergerak ke arah kiri, bersamaan dengan itu muncul rice cooker melayang.
Aku masih berusaha bangkit dari karung beras yang menimpaku.
Sebelum kepalaku bocor terhantam rice cooker terbang, aku langsung lompat ke atas genteng rumah. Masih dengan cara mengeluarkan tanaman dari telapak tanganku.
Baru saja aku melarikan diri. Aku berdiam diri untuk menyiapkan strategi. Selanjutnya, aku akan melakukan perlawan kepada cowok misterius ini.
"Aku dari Evil Factory, by the way," ujar si cowok gondrong.
"Gawat, Bang Superhero! Evil Factory itu...!" Sebelum menyelesaikan kalimatnya, mulut si bocah cupu keburu kesumpel centong nasi yang entah dari mana asalnya.
Tanganku menembakkan tanaman rambat yang langsung terikat di batang pohon rambutan. Sejurus kemudian, aku lompat ke atas pohon tersebut. Lalu aku memetik satu buah rambutan untuk amunisi ketapel. Aku tarik ketapel dan menyasar wajah si Hyde kodian itu. Aku berdoa dalam hati, semoga tepat sasaran. Biar tahu rasa!Ketika buah rambutan melesat ke arah wajahnya, Hyde kodian mengangkat satu tangan. Seketika saja laju rambutan terhenti.Aku kaget. Sebuah rambutan membeku di udara.Hyde melihat ke arahku. Satu sentakan saja, buah rambutan yang aku tembakkan untuknya, berbalik ke arahku. Aku tertembak buah rambutan tepat di dada. Dan rasanya sakit sekali. Inikah yang namanya tuan makan senjata? Pedas juga.Kini aku tahu kekuatannya adalah mengendalikan benda-benda di sekelilingnya dengan pikiran. Telekinetis dengan upgrade. Sebab dia juga b
“Evil Factory diam-diam menyebarkan kejahatan di negeri ini. Mereka melakukan perekrutan penjahat besar-besaran. Mereka juga memberikan fasilitas kepada para penjahat dalam menjalankan aksinya. Intinya, penjahat-penjahat itu ditugaskan untuk meneror masyarakat.”“Evil Factory bisa mendapatkan sumber daya dari ketakutan masyarakat. Dari situlah pemerintah memutuskan untuk mendirikan Superhero Inc. sebagai tandingan dari Evil Factory.”“Cerita selanjutnya, kamu sudah tahu, kan? Kamu dan aku jadi superhero di sini. Tugas kita adalah memastikan warga selamat dari segala kejahatan yang dilakukan para penjahat Evil Factory.”Rock Ice menceritakan sejarah terbentuknya Evil Factory dan Superhero Inc. Kami sedang makan siang di kantin Superhero Inc. Aku ingin menanyakan sumber dana yang sekarang mengendap di rekeningku.
Aku resmi tersesat.Aku tersesat di sebuah toko material yang ada Anastasia Steele KW Super di dalamnya sebagai karyawan paruh waktu. Aku teringat dengan diriku di masa lalu. Dulu aku juga seorang karyawan paruh waktu di minimarket milik janda paruh baya. Dan di hari pertama kerja, aku kedatangan superhero. Entah ini hari keberapa Anastasia Steele KW Super kerja sampai kedatangan aku yang sudah jadi superhero.Sedikit-sedikit, aku bisa ngomong dalam bahasa Inggris. Jadi, aku bisa berkomunikasi dengan Anastasia Steele KW Super. Kuakui beberapa kali aku menggunakan bahasa Tarzan. Aku menjelaskan bahwa aku dibawa oleh seorang teleporter.“Aku bisa jelaskan semuanya!” ucapku dalam bahasa Inggris.“Tadi aku tidak melihatmu masuk dari pintu,” kata Anastasia Steele KW Super itu super heran. Tak lupa dia menggigit bibirnya ketika bingung.“Iya aku dibawa kesini oleh teleporter. Kau tahu, seseorang yang bisa berpindah-pindah te
“Bodoh! Kawan-kawanmu sudah aku kalahkan! Rumahmu akan hancur sehancur-hancurnya! Aku akan membakarnya sambil menari bersama teman-temanku!” Teriak Budak Getah setelah merebut handphone dariku.“Baik, aku segera kesana! Jangan bakar rumahku dulu!” Pungkas Jump Scare sambil menutup telepon.Sedetik kemudian, Jump Scare pulang, membawa Rock Ice yang bersimbah keringat.“Kurang ajar!” Rock Ice langsung membuat Jump Scare membeku total.Aku melongo demi melihat Jump Scare sudah menjadi seperti patung es.“Dia berniat menjadikanku pakan ikan piranha!” Terang Rock Ice dengan ngos-ngosan parah.“Untunglah, kami bisa mengalahkan anak buahnya yang lemah ini,” ucap Budak Getah sembari menunjuk barisan anak buah Jump Scar
Orang-orang berlarian ke luar mall. Aku mengikuti mereka. Heboh.Orang-orang berteriak histeris. Aku celingak-celinguk mencari batang hidung mungil Raia, cewek yang aku kencani.Lalu aku melihat seorang penjahat super yang menyandera warga sipil. Penjahat super dari golongan remaja. Makin banyak saja remaja yang terjerumus pergaulan bebas.Sesaat kemudian, tiba-tiba ada salju. Anak-anak girang mendapati salju turun dari langit. Apalagi ini salju betulan, bukan sterefoam yang diparut oleh tim kreatif suatu acara tivi.Datanglah Four Seasons. Lengkap dengan jubah warna ungunya yang berkibar-kibar.“Lepaskan dia!” seru Four kepada si remaja salah gaul.“Ah, padahal aku mengharapkan superhero lain yang datang,” keluh si remaja salah gaul sambil mendorong bebas sanderanya. Kebetulan sanderanya cantik seperti Sandra Dewi.Four langsung menodongkan pistol kejut kepada si remaja salah gaul. Sejurus kemudian, si remaja sa
Di saat aku dikurung di gudang, tanpa menunggu aku mengalami puber kedua, Four Seasons dan Jump Scare datang dengan berteleportasi. Aku langsung menerbitkan senyum sumringah melihat sosok dua superhero cakep itu. Kalau begitu, aku tak perlu gebrak-gebrak pintu minta dikeluarkan.“Jika kau bertanya kenapa kami bisa tahu tempatmu disekap, tanyakan padanya,” ucap Jump Scare mempersilahkanku bertanya pada Four.Four tampak pusing sesaat setelah diajak berteleportasi. Tapi karena wajahku seolah menagih jawaban, Four angkat bicara.“Yah, sewaktu menyerang Rocket Skater dengan badai salju di depan mall tadi, aku sempat menanamkan benda ini di keningnya,” terang Four Seasons sembari memamerkan benda seukuran tahi lalat komikus Tahilalats Nurfadli Mursyid. “Benda ini bisa menempel di bagian tubuh manusia seperti tahi lalat. Dan aku bisa melacak keberadaan manusia tersebut melalui aplikasi di ponsel pintarku.”“Oke. I see,&
Raia adalah jawaban dari plobemaku bersama Nona. Raia bisa sedikit mengalihkan perhatianku dari ‘mengganggu’ Nona. Skripsi? Sama sekali tidak membantu. Yang ada aku jadi angin-anginan dalam menggarap skripsi sejak putus dengan Nona.Ceritaku bersama Raia bermula ketika teman kampusku yang bernama Bimo mengenalkan Raia kepadaku. Kebetulan aku dan Bimo dapat dosen pembimbing yang sama. Saat menunggu giliran bimbingan, kami selalu menyisihkan waktu untuk curhat. Boy talks lah istilah kerennya.“Nih, add temen gue, Bro. Mumpung masih jomblo. Mantannya nggak ada yang ganteng kok. Jadi, lo bisa sedikit pede pas pedekate,” ucap Bimo kala itu.Terpampanglah sebuah profil Facebook dengan nama Raia Tamara. Dan aku tertarik melihat foto profil Raia yang manyun-manyun manja khas pose anak muda.Dikompori Bimo, aku semang
Aku melihat Nona dalam wujud Miss Cloudy, tampak marah. Sampai dia tidak bisa mengendalikan kekuatannya. Sehingga kekuatannya yang mengendalikan dirinya. Pohon di sebelahku pun jadi sasaran petir nyasar dari awan olahannya. Untung, meleset. Kalau sampai tersambar, bisa gosong badanku.Kemudian Nona berjalan pergi dengan hidung kembang-kempis seperti banteng ngamuk. Aku pun buru-buru minta izin ke belakang kepada Raia yang sedang sibuk memadamkan pohon yang terbakar karena tersambar petir.“Aneh. Tiba-tiba ada petir di siang bolong,” kata Raia sambil mendatangkan musim dingin di sekitar kami. Hujan turun memadamkan api pada pohon yang terbakar.“Oh ya, aku permisi ke belakang sebentar ya.” Kataku sebelum ngacir.Aku mengejar Nona yang berjalan menuju toilet. Sebelum masuk toilet cewek, aku mencegahnya.“Tunggu, Nona!” panggilku membuatnya berhenti, lalu berbalik ke arahku.“Jangan panggil nama itu, bo
“Suber?”“Suber sama seperti Go-Hero, tapi produk asing. Mitra Suber adalah superhero dari luar negeri. Mereka disebut Suber Hero.” Budak Getah menjelaskan siapa sekawanan superhero yang baru membantai pasukan reptil ini.“Singkat kata, mereka mengancam periuk nasi kita,” pungkasku.“Di Malaysia, aku bersaing dengan para Suber Hero dalam menumpas kejahatan dan melayani masyarakat.” Budak Getah curhat. “Sepertinya kalian pun akan mengalami hal serupa denganku.”“Anehnya, mengapa mereka muncul bersamaan dengan kedatangan penjahat super?” tanya Jump Scare.“Pikirkan sendiri,” jawab Budak Getah. “Sekarang kembalikan aku ke negara sebelah.”Jump Scare menghela nafas, merangkul Budak Getah, lalu keduanya menghilang. Sedetik kemudian, Jump Scare kembali di sebelah patung Rock Ice.“Bos, kamu masih di sana?” Jump Scare mengetuk kepala R
Dari lubang hitam yang menganga di udara, keluarlah sesosok makhluk sejenis reptil yang berjalan dengan dua kaki. Ternyata tidak hanya satu, jumlahnya selusin. Apakah ini boyband dari National Geographic?Kawanan alien ini mengejar orang-orang di sekitar. Yang semula orang-orang heboh dengan kedatangan youtuber kondang, mendadak berubah histeris karena penampakan makhluk-makhluk menyeramkan ini.Dari penampilan saja sudah pasti mereka ini membahayakan. Semacam ingin menjajah Bumi dan menjadikan planet ini sebagai tempat beranak-pinak bangsa mereka.Salah satu anggota boyband reptil berwujud siluman ular, menjulurkan lidahnya yang panjang untuk menjangkau seorang anak laki-laki yang kabur.“Tolong dong!” Akhirnya si anak laki-laki itu tertangkap oleh lilitan lidah si ular.“Di situasi seperti ini, yang kita butuhkan adalah Panji Sang Petualang,” ucapku bersiap menolong si bocah.“Tapi Panji sudah meninggal dunia
Setelah menumpas Evil Factory, aplikasi Go-Hero mengalami peningkatan dan semakin populer. Namun, masalahnya, tingkat kejahatan menurun drastis. Kalau dipikir-pikir, siapa juga yang mau nekat melakukan tindakan kriminal kalau sudah tahu endingnya bakalan diringkus superhero dengan mudah. Jujur saja, sebagai superhero, aku merasa abuse of power kalau harus menggunakan kekuatan superku ketika menangkap maling ayam. Sepi penjahat, pekerjaan para superhero pun menjadi sebatas ride hailing, seperti antar makanan dan pengawalan. Dan segala pekerjaan ekstrem yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh ojek online biasa. Jadi, mitra Go-Hero saat ini adalah ojek online dengan kekuatan super. Jump Scare, teman baikku yang juga mitra di Go-Hero yang memiliki kekuatan super teleportasi, biasa dapat order dari pengguna jasa untuk membelikan makanan. Misalnya, beli nasi Padang, tapi belinya di Padang langsung. Ketika sampai di Padang, Jump Scare bingung karena tidak ada
MetalGreymon pun mengamuk, membuat tujuh superhero teladan dari Superhero Inc kompak lari kocar-kacir. Missile keluar dari torsonya secara sembarangan dan mengincar siapa saja yang lengah. Cakar logamnya hampir menggaruk kepala Falcon Boy yang masih terus merekam.MetalGreymon berjalan ke arah kami. Membuat kami ketakutan setengah mati. Tapi MetalGreymon sepertinya tidak lihat ada jurang di depan. Dia main lewat saja. MetalGreymon pun terperosok jatuh ke jurang.Aku langsung mengelus dada, lega.“Dasar digimon IQ jongkok. Buat apa kuat kalau nggak cerdas?” cerca Copy Cats.Ketika Copy Cats asyik mengoceh, muncul makhluk yang terbang dari bawah jurang, yakni MetalGreymon yang telah bervolusi menjadi WarGreymon. Masih menurut Wikipedia, WarGreymon merupakan digimon berbentuk naga dan merupakan bentuk tertinggi dari spesies greymon. Meski demikian, WarGreymon cenderung berbentuk humanoid dan tidak menyerupai dinosaurus sepertiGreymond
“Super Plant, Mister Brain kabur dari penjara.” Falcon Boy memotong ucapanku.“Iya, aku sudah tahu,” ucapku kesal.“Terakhir kali, tujuh supervisor beraksi bersama-sama adalah ketika Mister Brain memimpin mereka. Yang berakhir dengan aku kehilangan pemimpin timku. Hari ini, sebagai serangan balasan untuk lenyapnya The Vortex, sepertinya Mister Brain mengajak teman sesama supervisornya untuk melawan kita,” warta Falcon Boy.“Itu buruk sekali,” komentar Miss Cloudy.“Di bawah, Jump Scare sedang melawan Rocket Skater. Dan Budak Getah bertarung dengan para anak buah Soul,” warta Falcon Boy lagi.Aku jadi khawatir dengan rekan satu timku. “Apakah Jump Scare dan Budak Getah baik-baik saja?”“Tidak usah menghawatirkan mereka. Aku percaya anggota timmu adalah superhero yang tangguh,” ucap Falcon Boy. “Yang terpenting, lawan yang ada di depan mata kita. Gundam y
Aku berteriak kepada Starina, “Starina!”Starina tersentak, lalu menatap mata Bad Hair Guy. Guy mengangguk. “Sebagai salam perpisahan, aku akan menolongmu, Super Plant. Anggap ini sebagai good legacy sebelum aku resign!”Di saat Kazam fokus mencekik leherku untuk menyerap air dalam tubuhku, Guy menyerang. Secara cepat, bulu hidung Guy memanjang serupa cambuk dan mencabuk pipi kanan dan kiri Kazam. Kazam mundur ke belakang dan melepaskan cekikannya di leherku. Kazam mengusap-usap kedua pipinya yang merah. Mungkin rasanya sangat pedas seperti habis cipika-cipiki dengan setan.Aku tersenyum lemah melihat kejadian barusan. Jika kemarin aku sebal dengan jurus bulu hidung Guy, hari ini aku mulai menyukainya. Sekarang aku fans berat dari jurus cambuk bulu hidung Guy. Ya, walaupun jurusnya mencontek jurus cambuk tanaman rambatku.“Kurang ajar. Berani-beraninya kamu ikut campur!” Kazam menerjang ke arah Guy. “Ini urusanku
Aku cuti lagi. Kali ini aku menyendiri dengan membaca serial Lima Sekawan karangan Enid Blyton di perpustakaan kota. Kali ini tidak ada yang kucari. Dan aku yakin tidak ada seorang pun yang mencariku. Jadi, aku bisa hilang dengan tenang.Sampai akhirnya, ponselku berdering. Starina menghubungiku.“Ada apa?” jawabku dengan nada terganggu.“Tolong aku!” kata Starina di seberang sana, panik.“Kenapa?” tanyaku tidak tertarik.“Guy, Guy dikeroyok penjahat. Dia kewalahan. Dia butuh bantuan. Aku tidak tahu harus menghubungi siapa. Aku hanya kepikiran kamu.” Starina sudah menangis di seberang sana.“Aku sedang cuti,” jawabku dingin. “Lagipula kamu sudah tahu prosedurnya, jika ingin meminta bantuan superhero harus
Ketika aku dirundung kegelapan, aku melihat setitik cahaya. Lama-lama cahaya itu membesar dan menyilaukan. Cahaya surga?“Kawan-kawan, akhirnya kita bisa keluar.” Terdengar suara perempuan di dekatku.Suara siapa itu? Bukahkah aku sedang berada di dalam black hole? Dan cahaya yang menyilaukan itu membuatku mampu melihat pemilik suara tersebut. Wajahnya familiar bagiku. Itu kan Jump Scare!“Jump Scare! Kamu berteleportasi ke dalam black hole?” kataku girang.Oh, tidak. Jump Scare yang ini tampak cantik dan rambutnya lebih panjang. Oh, ya! Berarti dia kakak perempuan Jonan yang hilang karena memutar waktu ke masa lalu. Joana.“Joana!” teriakku girang. “Ternyata kamu masih hidup!”“Kenapa kamu bisa tahu namaku?” J
Bersama Starina, aku bersinar kembali.Cahaya yang dihasilkan dari mata Starina membuatku lebih hebat. Cahayanya mampu meng-upgrade kekuatanku. Jika kekuatan Kazam mampu melumpuhkan kekuatanku, maka kekuatan Starina mampu meningkatkan kekuatanku. Membuat kemampuanku meningkat ke level selanjutnya.Jika Starina berdiri di belakangku, maka hal-hal tak terduga bisa aku lakukan. Bahkan tumbuhan yang keluar dari tanganku bisa berevolusi. Yang biasanya aku hanya bisa mengeluarkan tanaman rambat serupa cambuk, kini tanganku mampu menembakkan kacang polong sebesar bola tenis. Sebab tanganku bisa berubah menjadi serupa Peashooter di game Plants vs. Zombies.Suatu hari, terjadi tawuran antar pelajar sekolah menengah atas. Mereka saling lempar batu. Aku datang bersama Starina untuk menyelamatkan warga sipil dari amukan darah muda tersebut.Aku