Menjelang pagi hari Bu Ratna hampir tidak bisa memejamkan kedua matanya. Naya sekarat dan Arman juga berada dalam tahanan. Bu Ratna stres karena beban hidupnya terlalu berat. Ditambah lagi Devan beberapa hari ini tidak pulang menemuinya sama sekali. "Kenapa hidupku seperti ini, kedua anakku tidak bisa diandalkan." Bu Ratna sama sekali belum menerima nasibnya sekarang. Drrtt Drtt Panggilan dari rumah sakit yang menginformasikan bahwa Naya sudah siuman dari komanya. Gegas Bu Ratna menuju ke rumah sakit untuk membesuk anaknya dan berharap segera sembuh supaya bisa seperti sediakala menghasilkan uang untuknya. Naya menatap sekelilingnya sepi tak ada orang yang mendampinginya. Ibu yang selalu dia banggakanpun tidak ada di sampingnya. Tak terasa air mata mengalir begitu saja, perjalanan hidup begitu pahit dia nikmati karena perbuatan yang dia lakukan. Ingin mengusap air matanya namun tangan Naya seperti tak bisa digerakkan. Naya mencoba sekuat tenaga menggerakkan tangannya namun tetap s
Sore ini dewi fortuna berpihak pada Naya. hasil mengemis lebih banyak dari kemarin. Bu Ratna segera menjemput Naya di saat hari sudah menjelang sore. Naya mendapatkan hasil sekitar tujuh ratus ribuan dan tentu saja membuat Bu Ratna senang sekali bisa mendapatkan uang tanpa bersusah payah. Bu Ratna membeli dua bungkus nasi sesuai janjinya pada Naya. Bu Ratna membelikan Naya nasi ayam plus sambal sedangkan dirinya sendiri membeli nasi padang lauk daging rendang plus ayam.Ingin Naya protes dengan perlakuan Ibunya, namun apa daya kondisi Naya tidaklah memungkinkan. Usai makan, Naya gegas mandi dan beristirahat. Cukup lelah untuk hari ini karena harus mengemis di dua tempat. Kembali terlintas bayangan ketika dia mengejek Amanda sembari mengibas - kibaskan ponsel terbarunya untuk memanasi Amanda. Air mata menetes begitu saja ketika mengingat semua itu.CeklekNaya lupa jika dirinya belum mengunci pintunya karena terbuai oleh penyesalan atas kesalahannya yang dulu. Naya terkejut ketika meli
Usai shalat berjamaah, Amanda tak lupa mencium punggung telapak tangan Bara. Kedua mata Bara tak hentinya menatap kedua mata Amanda, Istri yang sangat dicintainya. Bara melepas mukenah yang dipakai Amanda, nafasnya mulai memburu ketika wajahnya mulai mendekat ke wajah Amanda."Sayang.""Iya.""Bolehkah aku meminta sekarang?""Semua sudah menjadi milikmu." Bara bahagia sekali ketika Amanda sudah menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk suaminya. Bara perlahan mencium bibir Amanda begitu pula Amanda yang merespon sentuhan Bara.Tok tok tokSuara ketukan dari luar membuat Bara dan Amanda terkejut dan gagal melakukan kewajibannya. Amanda segera merapikan baju dan mukenahnya begitu juga dengan Bara. Amanda segera membuka pintu dan Bu Maya sudah berada di depan pintu."Makan dulu, yuk!" Amanda mengikuti Bu Maya ke ruang makan. Ruang makan untuk mereka berada di lantai dua tepat di samping ruang mereka beristirahat. Sedangkan untuk karyawan, ruang makan ada di sebelah dapur di lantai bawah.
Pagi Bu Ratna memeriksa tabungan yang dia simpan. Terlihat mutasi uang dari dana pensiunan dan tunjangan almarhum suaminya. Melihat beberapa uang yang masuk ke rekeningnya, gegas Bu Ratna melajukan mobilnya ke pusat perbelanjaan. Bu Ratna terbiasa dengan hidup serba enak tanpa perlu usaha."Lumayanlah, tapi harusnya ada tambahan dari Naya jika dia kembali mengemis. Dimana anak itu sekarang." Bu Ratna mengambil troli dan mulai mengambil beberapa bahan makanan yang dia inginkan. Tak sengaja Bu Ratna menangkap sosok Riana sedang belanja dengan lelaki seusia dengannya.Deg"Ri - Riana." Bu Ratna seperti sedang ketakutan saat melihat sosok Riana yang tak jauh darinya berdiri. Bu Ratna cepat - cepat menyelsaikan belanjaannya dan membayar daftar belanja. Sengaja Bu Ratna menjauh dari Riana. Sosok Riana adalah Ibu kandung dari Arman dan Naya. Bu Ratna sengaja memisahkan mereka karena Bu Ratna mencintai mantan suami Riana, yaitu ayah dari Arman dan Naya. Bu Ratna bahkan dengan tega mengusir
Bu Ratna semakin hari semakin gelisah karena merasa tidak aman lagi. Bu Ratna berencana untuk pindah kota dari pada harus satu kota dengan Riana. Bu Ratna takut jika suatu saat Riana akan menanyakan keberadaan Arman dan Naya. Bu Ratna mulai memasang plakat jika rumahnya dijual. Bu Ratna berencana untuk membawa hasil uang penjualan rumah milik Arman untuk membeli rumah baru untuk dirinya tinggal.Yang dipikirkan Bu Ratna hanyalah keselamatan dan keamanan dirinya sendiri. Bagaimana tidak, sejak Arman ditahanpun, Bu Ratna tidak pernah membesuk kondisi Arman dalam penjara. Apalagi Naya yang terpaksa kabur karena ulah Ibunya yang keterlaluan.Bu Ratna memasang iklan di beberapa media sosial untuk menjual rumah milik Arman. Bu Ratna berharap jika secepatnya terjual dan segera kabur ke tempat lain. Tidak ada yang bisa diandalkan dari Devan, lelaki pemuas nafsunya. Sudah berhari - hari dia tidak mengunjungi Bu Ratna biarpun disaat Bu Ratna sedang butuh.TingSebuah pesan dari temannya yang
Arman menikmati semilir angin di teras mushallah. Tempat yang terjamah olehnya di masa kecil saja. Tempat yang selama ini tidak pernah lagi dia jangkau meski lokasinya cukup dekat dengan kediamannya. Bahkan saat Amanda membangunkannya shalat subuh, Adman lebih sering menarik selimut dan mengabaikannya."Melamun saja, Bro." Fatih duduk di samping Arman."Dosaku terlalu besar, apakah akan di ampuni?" Fatih hanya tersenyum mendengar keluh kesah Arman."Itulah sekarang kita harus benar - benar bersyukur karena diberi waktu untuk bertaubat. Bayangkan jika kita belum bertaubat dan dalam waktu yang dekat nyawa kita dicabut. Neraka, Bro." Arman bahkan kurang mengerti antara surga dan neraka."Neraka?""Iya, kemarikan tanganmu." Arman mengulurkan tangannya dan Fatih menyalakan korek api yang dinyalakan dan di letakkan di bawah tangan Arman."Tahan sepuluh detik." Arman diminta selama sepuluh detik untuk menahan panas api dari korek api. Arman mulai merasakan panas dan semakin panas. Belum sep
Hari ini Naya masuk pertama kali untuk bekerja di sebuah konter. Naya bertugas sebagai admin stok, bahkan Naya juga diharukan untuk melaporkan ke suplyer jika ada stok barang atau asesoris ponsel habis. Meski terlalu berrat namun Naya tetap semangat menjalani kehidupan yang baru. Naya mulai membiasakan dengan mengucap basmalah sebelum melakukan pekerjaannya. "Nay, tolong nanti kamu gantikan admin yang di konter satunya ya. Ada di lokasi pusat perbelanjaan, nanti dipesankan ojol untuk mengantarmu kesana." Salah satu atasan Naya memberikan tugas untuk menggantikan admin di konter yang lain. Naya berangkat ke pusat perbelanjaan diantar ojek online yanh sudah dipersiapkan oleh pihak konter.Naya segera menuju ke tempat yang dituju sesuai dengan alamat yang diberikan atasannya. Naya mulai mengerjakan pekerjaannya sesuai arahan atasannya. Karena di konter mendapat jatah makan siang, maka Naya tidak perlu keluar untuk membeli makan. Naya hanya keluar konter saat waktunya shalat saja karena
Bara merasa kebahagiaannya saat ini terasa lengkap. Sudah memiliki Amanda menjadi pelengkap hidupnya. Kebiasaan Bara selalu menatap wajah Amanda ketika tidur. Bara selalu membelai pipi Amanda ketika Amanda telah terlelap dalam mimpinya. Tak hentinya Bara mengucapka rasa syukur di sepertiga malamnya atas kebahagiaan yang telah diperolehnya. "Sayang, kok belum tidur." Amanda terbangun ketika tangan Bara memberlai pipinya. "Sudah bangun dari tadi, hanya sedang menunggu adzan subuh saja sembari mengusap pipi istriku." pipi Amanda mulai memerah karena malu dengan gombalan Bara."Mand.""Iya.""Aku cium kamu." "Biasanya juga tanpa izin, lebay kamu." perlahaan Bara mendekatkan wajahnya ke wajah Amanda dan pagutan bibir pun terjadi, hingga terjadi pergumulan antara pasangan suami istri yang sah."Mand, semoga saja kita segera dikaruniai titipan buah hati." Bara mencium kening Amanda usai pergumulan panas mereka."Amin." Amanda ikut mengaminkan harapan Bara. Memilili seorang anak asalah im
Tiga hari usai mendapatkan tiket pemberian Faris, Bara mengajak Amanda pergi berlibur ke Disneyland selama sepekan. Melihat kebahagiaan Amanda apalagi tawa Amanda membuat Bara tak hentinya merasa bersyukur. Bara selalu menjaga senyum Amanda tetap terjaga tanpa pernah ingin menyakitinya sedikitpun. "Sayang, jujur aku bahagia sekali." Bara memeluk Amanda dari belakang ketika Amanda berdiri dekat jendela kaca kamar hotel mereka. Bara menghirup aroma wangi parfum tubuh Amanda."Aku juga Sayang, aku sangat bahagia bersamamu. Kebahagiaanku sudah lengkap hanya saja.."Kita akan berusaha dan berdoa agar segera dikaruniai buah hati lagi, Sayang." Amanda menggenggam tangan Bara yang melingkar di perutnya.Tiga bulan setelah berlibur dari Disneyland, Amanda mendapatkan hadiah tepat dihari ulang tahun Bara. Hadiah berupa garis dua yang tertera di tespacknya, Amanda diam - diam melakukan USG untuk memastikan jika dirinya tengah hamil tanpa memberitahukan kepada Bara. Bara begitu terharu dan sanga
Tiga minggu usai pulang dari rumah sakit, Bara tak hentinya menghibur Amanda supaya tidak terlarut dalam kesedihan. Dalam hati Bara memang berkeinginan untuk memilihi buah hati hanya dari rahim Amanda namun bagaimana lagi, pemilik alam bekehendak lain. Bagaimanapun ini adalah ujian dalam rumah tangganya."Sayang, jangan melamun dong." Amanda menerawang kaca di balkon. Bara memeluknya dari belakang sembari menikmati harumnya tubuh Amanda yang terawat. Amanda merasakan pelukan suami tercintanya sembari ikut menggenggam tangan Bara yang melingkar di pinggangnya."Aku tidak melamun, Sayang. Hanya rasa syukur memiliki suami terbaik sepertimu." Amanda berbalik menatap wajah Bara, perlahan kedua tangannya menangkup ke pipi Bara. Bara seketika membawa Amanda dalam dekapannya."Tak ada yang bisa menggantikanmu, Amandaku sayang." "Kita jalan - jalan yuk!" Bara mengajak Amanda untuk jalan - jalan sekedar refresing sejenak dari musibah yang telah menimpa keluarga kecilnya. Amanda dan Bara segera
Karena sudah tidak ada lagi hubungan dengan Rina, Tedi pagi ini berencana menemui Naya dan keluarganya untuk melamar Naya. Tedi melajukan mobilnya ke kediaman Naya dan keluarganya. Kedatangan Tedi disambut hangag oleh kedua orang tua Naya termasuk Naya dan Sony. Naya begitu canggung bahkan untuk menatap Tedi rasanya tidak mampu."Maaf sebelumnya, Om dan Tante. Niat Tedi kemari karena Tedi memiliki rasa cinta teramat besar pada Naya sehingga Tedi memberanikan diri untuk meminta restu kepada Om dan Tante." ucapan mulai sedikit tidak nyambung karena Tedi begitu grogi bahkan keringat dingin sebesar biji jagung mengalir deras. Takut jika niat baiknya melamar Naya ditolak oleh keluarga Naya. Frans dan Riana hanya tersenyum melihat kepolosan seseorang ketika mau melamar Naya. Sony yang ikut mendengarkan bahkan menahan tawa dan sesekali menggoda Naya."Iya, saya tahu jika kamu menyukai anak saya. Tapi saya rasa kurang tepat jika kamu menyukai Naya hanya dengan rasa cinta. Jika nanti kamu mene
Pagi ini Amanda tidak seperti biasanya. Amanda setiap hari akan bangun sebelum subuh untuk menyiapkan semuanya dibantu dengan Bu Maya, Ibu mertua yang selalu terbuka padanya. Namun kali ini Amanda tidur lagi usai shalat subuh. Bara menghampirinya memastikan jika Amanda baik - baik saja."Sayang, sudah siang loh. Ayo bangun." Bara menggoyang - goyangkan tubuh Amanda dengan pelan karena takut membuat Amanda sakit atau tidak nyaman."Badanku capek semua, Sayang." Sahut Amanda yang masih berada dalam selimut. Bara meletakkan punggung telapak tangannya di dahi Amanda."Alhamdulillah tidak demam, ya sudah istirahat saja, Sayang." Bara meninggalkan Amanda dan menuju ke dapur membuatkan sarapan untuk Amanda."Amanda mana? kok gak turun." Bu Maya melihat Bara turun sendiri."Amanda sedang tidak enak badan, Ma.""Biasa ibu hamil ya begitu, Mama dulu lebih parah dari Amanda saat hamil kamu." Bara menyimak penjelasan Bu Maya saat hamil dulu. Bara akhirnya mengerti tentang apa saja yang akan terja
Bu Fatimah mengamati dari kejauhan pada lelaki yang bersama dengan Rina. Lelaki itu bahkan terlihat mesra sama seperti Rina yang bergelayut manja. Usai dari Cafe, Rina dan Dodit menuju ke sebuah hotel yang berada di sebelah Cafe tempat nongkrongnya mereka berdua. Bu Fatimah segera mengikuti mereka berdua secara diam - diam supaya tidak kehilangan jejak.Rina dan Dodit masuk ke dalam sebuah kamar. Bu Fatimah menuju ke resepsionis dan meminta nomor kamar Rina dan Dodit sekarang, akan tetapi pihak hotel tetap merahasiakan privasi pengunjung hotel. Bu Fatimah mengatakan jika pihak wanita adalah calon tunangan anaknya sehingga pihak hotel akhirnya memberikan nomor kamar yang Rina dan Dodit.Bu Fatimah segera naik ke lantai dua tepat nomor kamar yang disewa Rina dan Dodit.tok tok tokBu Fatimah mengetuk pintu dan betapa terkejutnya ketika Rina membuka pintunya dan masih memakai lingerie merah. "Ri - Rina?""Ta - Tante?" Rina terkejut sekali melihat Bu Fatimah memergokinya sedang bersama
Meskipun mendapatkan banyak dukungan dari keluarganya namun Naya tetap merasa tidak percaya diri. Masa lalu yang begitu kelam tak lebih dari pelacur murahan yang dipakai orang banyak. Naya tak bisa tidur memikirkan ekspresi Tedi nanti seandainya Naya sudah mengungkapkan isi hatinya."Bantu hamba, Ya Allah." ucapan tersebut yang selalu dia lantunkan, berharap dari kekuasaan Allah yang menentukan akan nasibnya.Ting[Bang Tedi besok mau bicara sebentar dengan Naya. Bolehkan?] sebuah pesan dari Tedi[Iya boleh, Bang] balas Naya dengan harap - harap cemas.[Istirahat besok kita makan di warung biasanya] Tedi mengacak bicara Naya di warung Bh Faridah.[Baik, Bang Tedi jangan pernah kecewa ketika mengetahui apa Naya sampaikan besok] Tedi terkejut dengan pernyataan Naya, itu artinya ada sesuatu yang disembunyikan Naya dan akan diungkapkan besok. Semalaman mereka berdua tidak ada yang bisa tidur karena memikirkan pertemuan besok. Perasaan mulai maju mundur ketika dirinya harus mengungkapkan s
Meskipun Naya hidup bersama kedua orang tuanya yang cukup kaya, namun Naya tak serta merta memanfaatkan semua harta Ibunya. Naya tetap bekerja di tempatnya yang lama karena sudah merasa nyaman. Riana bahkan meminta sopir untuk mengantar jemput Naya ketika bekerja.Tedi selalu saja terbayang wajah Naya yang selalu tersenyum. Tedi ingin sekali bertemu dengan Naya dan menyatakan cintanya, tak peduli siapapun yang akan mencekal hubungannya dengan Naya.Seperti biasa, di waktu istirahat Tedi akan menunggu Naya di warung tempat Naya membeli minum. Tedi kali ini membawa kue brownis untuk Naya berharap Naya mau menerima pemberian sederhananya.Tak butuh waktu lama, Naya muncul dan menuju ke warung tempat Tedi berada. Perasaan Tedi mulai tak beraturan saat Naya mulai berjalan mendekati warung. Pemilik warung yang sudah lama mengenal Tedi sebagai pelanggan setia warungnya. "Suka dengannya?" celetuk Bu Farida ketika melihat tatapan Tedi mengarah pada Naya."Banget, Emak." sahut Tedi tanpa melih
Bu Ratna kembali merasakan sakit di kakinya, nanah kembali keluar dari luka bekas luka palsu. Baunya begitu amis dan anyir sehingga Bu Ratna segera ke kamar mandi membersihkannya meski harus mengesot untuk sampai ke kamar mandi. Berkali - kali Bu Ratna membersihkan lukanya dengan air, nanah itu selalu keluar kembali. Satu jam Bu membersihkan lukanya, Bu Ratna segera ke ruang tamu untuk mengoleskan salep anti septik ke dalam lukanya. Berharap jika lukanya segera sembuh seperti sedia kala.Bu Ratna merasa pengap jika pintunya ditutup dan segera membukanya supaya lebih segar dan sejuk. Namun beberapa tetangga kontrakannya merasa terganggu dengan aroma yanh ditimbulkan oleh luka Bu Ratna. Beberapa orang yang lewat bahkan sampai menutup hidungnya karena tidak kuat."Bu, tolong dong lukanya itu dibawa kerumah sakit supaya tidak bau seperti ini." Mak Rika termasuk salah satu penghuni kontrakan menegur Bu Ratna, namun bukannya menyahuti dengan baik, Bu Ratna malah bersikap sok jagoan meski ti
Pagi ini Riana beserta suami dan anak mereka pergi mengunjungi Naya di kosnya. Rencananya Bu Ratna akan mengajak Naya sekedar menikmati kebersamaan di taman."Assalamu alaikum." Riana mengucap salam di depan pintu kamar Naya. Ceklek"Waalaikum salam." Naya membuka pintu dalam posisi masih menggunakan mukenah karena habis melaksanakan shalat dhuha dan mengaji sebentar."MasyaAllah Naya." Riana menangkupkan kedua tangannya ke pipi Naya. Kecantikannya begitu natural dan manis."Ibu, ayo masuk dulu." Naya mempersilahkan masuk Riana dalam kamarnya. Riana masuk ke kamar sembari melihat - lihat kamar kos sederhana milik Naya. Hanya terdapat dipan beserta kasur berukuran single, lemari dan meja. Terdapat juga sebuah kipas dinding sebagai penghilang rasa panas. Karena kos Naya khusus untuk wanita maka Frans dan Sony menunggu di mobil."Nay, ikut Ibu, yuk!""Kemana?""Jalan - jalan, Papa kamu ada di bawah dengan Adikmu, Sony. Dia ingin sekali bertemu denganmimu, pengen tahu dengan Kakak peremp