Saat Evan melihat perselingkuhan yang dilakukan Jojo derngan Rahul di ruangan eksekutive, Evan putuskan untuk turun satu lantai untuk menuju ruangan direksi. Di ruang direksi, Evan mengatakan niatnya untuk memecat Rahul.Setelah itu, tanpa menghiraukan pertanyaan dari direksi soal keputusannya yang sangat mendadak itu, Evan langsung pergi meninggalkan ruang direksi untuk langsung menuju lift untuk turun ke lantai basement.Saat Evan sudah berada di mobilnya dan baru saja keluar dari kantor, tiba-tiba terdengar suara telpon. Evan baru teringat dengan telpon keduanya yang berada di mobil ini setelah handphone pertamanya dia biarkan di ruangan eksekutif, setelah dia melihat perselingkuhan yang dilakukan Jojo itu.Evan sudah tahu akan maksud Rahul menelponnya ini. Rahul pasti hendak membela diri setelah melakukan perselingkuhan dengan Jojo itu. Perselingkuhan yang sangat terang benderang dilakukan Jojo setelah Evan mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya di hadapan Jojo di ruang rap
"Yaelah, Jo. Kamu nggak usah takut. Kalaupun cerai, kamu akan keluar dari pernikahanmu itu sebagai nyonya kaya raya yang memiliki banyak sekali aset. Kamu betul-betul hebat, Jojo," kata Nungki di ujung telepon."Itulah yang paling aku takutkan. Huhuhu. Mungkin aku akan ditendang dari pernikahan itu tanpa membawa apa-apa dari aset milik Evan. Huhuhu." Jojo menangis semakin kencang."Maksud kamu apa, Jojo?""Kamu masih ingat kan yang pernah aku bilang kepadamu? Begini, waktu aku nikah dengan Evan, aku bersikeras supaya ada pemisahan harta, supaya terjadi perjanjian pranikah," kata Jojo lesu."Hah! Jadi perjanjian pranikah itu memang ada? Jadi, kamu tidak bisa klaim harta kepemilikan dia saat kalian cerai nanti. Begitu?""Iya, Nungki. Itulah yang sekarang ini paling aku sesali. Huh, seharusnya aku tidak melakukan hal bodoh itu. Seharusnya aku tidak ngotot melakukan perjanjian pra nikah itu. Huhuhu.""Kenapa kamu melakukannya, Jojo? Ugh, kamu bodoh sekali. Masak sih kamu keluar dari pern
Hello. Iya, Pak Evan," terdengar suara seorang pria di ujung sana."Murphy, berikan aku nomor telpon kepala sekolah SD Internasional tempat anakku sekolah," kata Evan cepat. Murphy adalah salah satu asistennya Evan, yang juga menjadi direktur di 3 anak perusahaan dari Evaners Grup, perusahaan milik Evan. "SD Internasional San Andreas milik Anda, kan, pak?" "Ya.""Baik, pak. Segera aku kirim.""Ok."Beberapa saat kemudian, Evan sudah mendapatkan sebuah nomor. Dia segera melakukan panggilan ke nomor itu. "Halo. Ini siapa ya?" Terdengar suara seorang wanita paruh baya di ujung telpon. "Nama saya Evan, bu kepala sekolah. Saya ingin bertanya tentang ibu guru Valen. Benarkah dia baru dipindahkan? Dan aku ingin tahu dia dipindahkan kemana."Wanita di ujung telpon tidak langsung menjawab pertanyaan Evan itu. Setelah beberapa saat, barulah dia bertanya, "tunggu dulu. Apakah Anda ini, orang tua murid dari murid bernama Karly yang telah menggoda Valen untuk selingkuh dengan Anda?""Iya.
Kepala sekolah itu memberikan nomor teleponnya Valen dan Evan langsung mencatatnya. "Aku betul-betul tidak akan dipecat kan, pak? Aku sekarang menjadi tulang punggung keluarga, Pak. Bukan hanya untuk aku dan suamiku yang sudah stroke, dan gak bisa kerja lagi, tapi juga untuk cucu-cucuku dan anakku. Jadi, please..." suara kepala sekolah itu sangat memelas di ujung telepon. "Aku tidak akan memecat ibu. Dan ketahuilah, kalau masalah aku dan Valen itu, tidak sesederhana yang ibu pikir. Dan aku bukanlah seorang tua-tua keladi atau seorang buaya darat yang biasa main-main dengan gadis muda. Aku tidak seperti itu!""Iya, pak. Aku percaya, Pak."Saat ini, sebenarnya Evan ingin memberitahu tentang masalah keluarganya. Tapi tidak etis untuk memberitahu masalah keluarganya kepada sembarang orang walaupun istrinya telah menghianatinya. Karena itu, Evan cuma berkata, "yang jelas, aku amat sangat serius pada Valen. Aku ingin menikahinya sesegera mungkin. Aku ingin membangun hidup yang baru denga
Sesudah masuk ke dalam pesawat, Valen langsung menemukan nomor tempat duduknya. Dan setelah menaruh bawaannya di bagasi atas, dia pun duduk dengan anteng dekat jendela. Dia ingin melihat keadaan luar jendela untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kota yang selama ini dia tinggali. Dia tidak tahu berapa lama dia akan meninggalkan kota ini, dan dia tidak tahu kapan dia akan kembali ke kota ini, yang jelas, dia belum akan kembali karena dia malu dengan skandal antara dia dengan Evan yang mungkin sudah tersebar luas di sekolah tempat dia mengajar. Mesin pesawat sudah dinyalakan tanda Pesawat akan segera tinggal landas. Valen terus melihat ke arah luar jendela. Dia tidak memperhatikan kalau keadaan di dalam pesawat ini mulai ada perubahan. Itu dimulai ketika seorang pramugari nampak sibuk menelepon, kemudian pramugari itu mulai berdiskusi dengan teman-temannya sesama pramugari. Salah satu dari pramugari itu masuk ke dalam kokpit pesawat dan beberapa saat kemudian, aang Kapten pilot
"Sama, mbak. Kami juga tidak mengenal Bos Besar kami yang baru itu," kata pramugari itu sambil mengangkat bahunya"Jadi dia Bos Besar baru kalian?" tanya Valen penasaran. Pilot yang sebelumnya cuma berdiri di belakang kedua pramugari ini, kini maju ke depan dan berkata, "Menurut sumberku di kantor pusat maskapaiku, baru beberapa menit yang lalu terjadi kesepakatan antara Bos Besar lama dan bos besar baru. Dan menurut cerita, bos besar baru ini, membeli maskapai ini khusus untuk menahan pesawat ini.""Lalu apa hubungannya denganku?" Valen mengerinyitkan dahinya. "Kami juga tidak tahu. Tapi yang jelas, bos besar yang baru itu, akan segera naik di pesawat ini. Dialah yang sedang kami tunggu, sehingga pesawat ini menunda keberangkatan."Beberapa penumpang yang masih tersisa termasuk pria berkepala plontos dan bertubuh gemuk kini berkata, "bagaimana dengan kami? Kalau begitu, kami akan ikut di pesawat ini!""Tidak bisa, pak. Kalian harus turun dari pesawat ini untuk persiapan pindah pesa
"Terima terima!" Entah dari mana asalnya tiba-tiba sudah terdengar suara-suara seperti itu. Suara itu juga langsung diikuti oleh sang pilot dan para pramugari. Ternyata orang yang pertama kali meneriakkan kata terima itu adalah si kepala plontos bertubuh gemuk. Dia yang sebelumnya melarikan diri karena ketakutan, tiba-tiba otak liciknya mendapatkan sebuah ide. Karena tidak mau dipecat oleh bos besarnya, maka si kepala plontos bertubuh gemuk itu sudah naik lagi ke atas pesawat dan menunggu momen untuk menjilat bos besarnya. Begitu melihat bos besarnya berlutut dan mengeluarkan kotak cincin tanda sang Bos Besar akan melamar wanita pujaan bos besarnya, maka si kepala plontos bertubuh besar itu, langsung berteriak dan ini membuat pilot dan para pramugari juga mengikutinya. Evan sempat menatap ke belakang, melihat kalau orang yang berteriak seperti itu adalah si kepala plontos bertubuh gemuk, maka dia pun menetapkan dalam hatinya untuk tidak jadi memecat pria berkepala plontos yang se
Saat Jojo masih berusaha menelpon, tiba-tiba handphone miliknya yang lainnya berbunyi ternyata itu adalah telepon dari Nungki. "Iya, kenapa, Nungki? Aku sedang sibuk mencari anak-anakku, nih. Mereka pergi. Suamiku juga.""Mereka tidak bisa dihubungi?" tanya Nungki penasaran. "Iya. Semua handphone anakku ketinggalan di sini. Sementara suamiku gak mau mengangkat telponku.""Jangan-jangan, mereka pergi.""Keknya gitu, Nungki. Aku sangat menyesal selingkuh dengan Rahul. Hiks.""Ada berita heboh lainnya, Jojo," kata Nungki di ujung telepon nafasnya ngos-ngosan. Dia sepertinya terdengar panik di ujung telepon. "Apa maksudmu?""Mantan pacarku itu baru menginformasikan aku kalau Pak Evan baru saja menginstruksikan supaya nama Jojo Land, mega proyek terbesar di Asia Tenggara yang sedang dalam tahap finishing itu, kini mulai diganti menjadi Valen Land."Mendengar hal itu, Jojo jadi sangat kaget. Dia sebenarnya sudah lama mengenal tentang Jojo Land. Bahkan dia juga menjadi salah satu pihak ya