Share

Memecahkan Puzzle

Penulis: Basreswara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-17 19:59:05

“Em… nona apa kau melupakan sesuatu?” akhirnya Dani bertanya.

“Melupakan sesuatu? Kurasa tidak.”

“Kurasa, ya. Biasanya nona sibuk bertanya aku ingin minum apa, tanpa kujawab pun nona tahu kesukaanku.” Dani semakin mencurigai temannya. Perbedaan mereka terlalu mencolok.

Bola mata hitam Kiran bergerak ke kiri kanan – memikirkan kebohongan lagi. “Ma-mana mungkin aku lupa. Aku sengaja melakukannya untuk mengetesmu. Kukira kau tidak  akan menanyakannya.” Putri Lukman berdalih. “Baiklah, mau minum apa? Nanti aku buatkan untukmu.”

“Apa kau benar-benar nona Kiran?” tanya Dani lagi.

Kiran tertegun sesaat. “Te-tentu saja.” ia terkekeh, namun kekehan yang terkesan memaksa. “Apa wajahku ini tampak berbeda, Dani?” putri Lukman mendekatkan wajahnya – sembari terpejam.

Seketika jantung pemuda itu tak terkendali, tapi untunglah… ia berhasil kembali dalam kenormalan.

“No-nona, anda terlalu dekat.” Dengan cepat Kiran menjauh.

“Ehem…

Basreswara

sebagai bentuk apresiasi kalian, ayo dukung cerita ini berupa pemberian vote permata dan rating 5 bintang, tinggalkan komentar terbaik kalian, ya.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suddenly Become a Bride   Topik Pembicaraan

    “Halo, sayang…” keajaiban ketika Kiran menyapa lebih dulu menggunakan panggilan intim. Bahkan di luar dugaan sang pemuda seperti Wira.Istrinya sengaja membuat panggilan video di depan Linda, dia harus memanaskan kepalsuan bibinya, Kiran tidak lebih suka dari ucapan Linda yang seolah mengolok.“Sa-yang?” wajah tampan Wira kebingungan. Ia terlihat menggaruk-garuk dahi.Wira yang tanpa sadar mengembangkan senyuman, ia merasa senang, entahlah… hanya perasaan baru seorang pria seperti dirinya.“Sayang, jangan lupa menjemputku di rumah ayah besok, aku tidak mau pulang sebelum kamu jemput.” Kalimat panjang Kiran menambah kegugupan tuan muda. Panggilan intim yang ia inginkan terwujud tanpa diminta.“I-iya.”“Kamu sedang sibuk, ya? Ya sudah bekerjalah mencari uang yang banyak.” Manis sekali ucapan putri Lukman, sangat pandai membuat Linda termangu. Menjadikan alasan untuk meng

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • Suddenly Become a Bride   Pergerakan Jarum Jam

    “Nona, bukannya terlalu cepat memanggilku dua kali dalam sehari?” Dani berusaha menggapai tepian jendela – menahan tubuhnya agar tak terjatuh dari ketinggian lantai dua, kamar Kiran. Pemuda itu kemudian melompat masuk – memilih tempat semula – duduk tanpa rasa bersalah. Nona muda masih celingukan, memastikan sesuatu di luar, jalur teman lama gunakan sebagai jalan keluar masuk selama mengunjunginya. Apa benar Dani bertahan pada pijakan tepian jendela yang hanya seukuran kaki orang dewasa? Tangga pun tidak ia temukan – pemikiran putri Lukman mencari tahu kebenaran dari dugaan sederhana yang ia buat. “Dani, kau…” “Aku tidak bisa melompat ke bawah, tuan pasti menangkapku kalau aku ketahuan pergi dari sini. Jadi aku bersembunyi. Untung saja ada sedikit tempat untukku di dekat jendelamu.” Mengingat di antara jendela satu dan dua ada dinding sebagai pemisah, memungkinkan Dani menutupi seluruh anatomi tubuhnya. “Tapi, ayah tahu tentangmu. Dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-28
  • Suddenly Become a Bride   Restoran Mewah

    Laki-laki yang baru didatangkan perasaan berbeda terhadap perempuan, tersenyum malu-malu, seolah remaja yang jatuh cinta pada kekasih pertama. Wira hampir-hampir tidak menyadari raut wajahnya – yang bahkan aneh menurut pandangan orang lain. Gerakan mata Jimmy mengikuti gerakan anak asuhnya hingga tiba di hadapannya. Meja sebagai sekat mereka yang terlalu dikenali pria pengidap haphephobia. “Sampai jam berapa hari ini?” Wira menanyakan masa terapi rutinnya. “Tidak ada.” Lalu tuan muda yang semula duduk santai berganti dengan duduk tegap. “Tidak ada? Aris menyuruhku menemuimu, Jimmy. Jangan bilang-” “Dia berbohong?” potong si dokter. Sementara Wira menyeluk saku – menggapai ponselnya, Jimmy dikejutkan air muka asing putra sulung Arasatya. Wira merengut lucu. Ia tampak seperti Rakin jika melembutkan pandangan, wajah kesalnya menarik perhatian. Ekspresi yang hampir tak dijumpai dokter itu. (Iya, ada sesuatu yang dibutuhkan, tuan?) Aris men

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Suddenly Become a Bride   Penjahat Masa Lalu

    “Kau malu?” teman perempuan Wira tanpa berpikir berkata demikian. Dengan cepat Wira berbalik dan memunggungi. Berharap wajah memalukannya segera hilang. “Mengapa aku harus malu?” Wira mempertahankan nada bicaranya yang elegan sembari memperbaiki kancing-kancing tak bermoral tersebut. Seorang gadis yang belum diketahui namanya kemudian memalingkan wajah serta memperhatikan benda hias di atas meja, juga yang terpajang pada dinding. Di sayangkan, dia tak melihat pria di sana – pria yang seolah melindungi jati diri – CEO Ars Corp yang tak terjamah dan dikenal sebagai orang hebat. Midi dress hitamnya juga turut memutar mengikuti gerakan sang nona. “Apa aku bisa menyentuhmu lagi?” lalu ungkapan tulus pria yang penasaran karena aliran kehangatan dari genggaman tadi seolah menagih. Si gadis menangkap sorot mata Wira yang mengarah padanya. “Boleh.” Lalu tersenyum. “Baru kali ini aku melihat sosok anak kecil dalam diri orang dewasa.” “Kau menyam

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Suddenly Become a Bride   Sajian Minuman

    Gelombang suara jendela yang diketuk mengganggu nona muda sedang tertidur pulas. Entah sejak kapan ia berhasil membujuk mata itu agar beristirahat. Namun, saat ini Kiran begitu malas menyambut tamu laki-laki kemarin.Suara ketukan kembali terdengar, barulah pemilik kamar berancang-ancang menuju sumber pengganggu. Dengan indera penglihatan menyipit – menahan kantuk – Kiran membuka benda persegi empat tersebut dan cukup terpaksa.“Selamat pagi, nona.” Sapa penuh keriangan dari pemuda bernama Dani. “Nona, ada apa? Kau kurang tidur?” Dani mencubit dagu kecil itu, menegakkan wajah sang nona dan menghadapnya.Kemudian mata bulat hitam terbuka lebar, mendapati wajah laki-laki yang ia kenal satu hari belakangan.“Dani, apa yang kau lakukan?” Kiran berbicara dengan suara yang mencicit. Dirinya sedikit terkejut.“Nona bermimpi buruk? Lihatlah wajahmu sangat tidak pantas, ada kantong di bawah sini." Ia men

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-14
  • Suddenly Become a Bride   Pemicu Tertentu

    “Dani… apa aku bisa sepenuhnya percaya padamu?” Pria itu menegakkan pandangan. Mengamati tiap inci kecantikan gadis yang berhasil membelenggu hatinya. Sayangnya, hanya rasa sepihak, sehingga kemungkinan kecil atau bahkan tidak akan mungkin bersambut. Kemudian Dani mengangguk – penuh keyakinan. “Bagus. Kalau begitu mengapa ada keraguan padamu? Bukankah kita bersama sejak kecil?” Kiran berkata tanpa memalingkan pandangan. Pemuda itu terhanyut pada raut serius dan gerakan bola mata hitam sang nona. Lalu Dani mengangguk pelan untuk kedua kalinya, ia sempat bodoh mengikuti keraguan yang dianggap benar. Di mulai dari pertemanan mereka – di awal kedatangan Dani sebagai anak pekerja rumah Lukman. Dani kecil memiliki rambut sedikit panjang, bersembunyi di balik tubuh ibunya kala perempuan itu sedang berbicara pada pemilik rumah. Waktu itu, Kiran berumur sepuluh tahun sedangkan Dani masih delapan tahun. Menjadi anak pekerja rumah, menyadari si Dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-16
  • Suddenly Become a Bride   Piyama Tak Berkancing

    Dani terkejut. “Aku?” menunjuk wajahnya sendiri – sambil menahan langkah yang setengah diseret Kiran. “Tidak-tidak, aku tidak mau, Kiran. Tuan Lukman pasti menghukumku lagi kalau dia tahu aku di kamarmu.” Sontak nona muda melepaskan genggamannya. Ia melupakan rahasia Dani yang disembunyikan sejak lama. “Maaf, aku lupa. Aku cuma ingin kau melihatku pergi.” “Kalau begitu beri aku pelukan.” Celetuk si pemuda. “Sebagai bentuk permintaan maafmu.” Ia mengeles. Katakan saja bahwa ini adalah trik agar dapat mendekap tubuh kecil gadis yang ia sukai. Dengan besar hati Kiran memberikan pelukan pertama pada seorang laki-laki. Selama hidup sebagai Arina – ia bahkan menarik diri dari hubungan khusus terhadap sosok pria. Terkadang Arina merayu sahabatnya – Riana, untuk berpura-pura menjadi kakak perempuan pemarah dan jelek. Pelukan tulus ini seharusnya ia berikan pada laki-laki yang sepantasnya, Wira lebih dari berhak menerima kehangatan seorang istri. ‘Apa?

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Suddenly Become a Bride   Pukul Delapan

    (Wira, apa kau pulang telat hari ini?) laki-laki yang menerima pesan tersebut menautkan alis. “Kiran.” gumamnya. “Aris, istriku sudah di rumah?” berseru pada sekretaris yang sedang berbincang pada bawahannya. “Kenapa kau tidak memberitahuku?” ia merasa kesal. Aris menoleh sesaat. “Kau boleh pergi.” Aris meminta Ricky keluar dari ruangan. Diskusi mereka terpaksa harus diselesaikan. Sekretaris menghela napas terlebih dahulu sebelum mendekati tuan muda yang labil akhir-akhir ini. “Dua jam yang lalu aku mengantarkan nona Kiran kembali ke rumah. Sudah sewajarnya dia di sana.” “Bisa tidak kita pulang lebih cepat hari ini?” Wira tak dapat menyembunyikan raut gembiranya, perhatian kecil Kiran sangat mempengaruhi suasana hati putra tertua Arasatya. “Paling cepat pukul delapan, setelah pertemuan dengan pihak pemasok sabun tradisional sekaligus mereka ingin menjamu makan malam. Mereka ingin berterima kasih telah menerima produk-produknya.”

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22

Bab terbaru

  • Suddenly Become a Bride   Sebuah Lingkaran

    Kecelakaan tak terkira dan seolah takdir buruk bagi Wira Arasatya, harus disembunyikan dari muka publik. Wisnu yang seorang pemilik nama terpandang tidak mungkin membiarkan kasus buruk mencoreng Ars Corporation.Kecurigaan dari masyarakat yang mengamati berita tersebut terus menjadi bahan ocehan. Dan tentu saja Wisnu tidak ingin putranya menjadi konsumsi publik – sebab kasus itu merupakan berita buruk, di mana putra sulung Arasatya menyetir dalam keadaan mabuk. Mudah sekali untuk media yang haus akan kasus para konglomerat.Namun, saat itu kasus Wira seolah lenyap. Para reporter dan penulis berita juga enggan mengambil risiko.***Pagi ini tuan muda menemui Jimmy, ia semakin penasaran dengan otaknya yang terkadang sengaja mengingat kejadian memilukan. Memori perempuan bergaun merah serta seringainya membuat pria yang memiliki tekanan jiwa – akan hal itu – semakin bermunculan.“Kebiasaan barumu ya datang tanpa menelepon dulu? Tidak sulit kalau menyuruh asistenmu berbicara padaku barang

  • Suddenly Become a Bride   Kebebasan

    [SEBELUM PERNIKAHAN] “Aris. Kau pulang saja, aku bisa menyetir sendiri.” Tuan muda memerintah sekretaris. Menikmati segelas alkohol pertama sedikit membuat tenggorokan tersengat, Wira beberapa kali mendesah. Malam akhir pekan. Kala itu… untuk pertama kalinya Wira dan Aris minum bersama, tuan muda mulai merasa jenuh dengan kehidupannya yang monoton. Liburan? Ia habiskan untuk bekerja dan dituntut oleh ambisi-ambisi yang harus ia capai. “Tidak. Bisa-bisa kau mabuk. Aku tidak mau ada apa-apa denganmu!” Sembari Aris menolak tawaran minum untuk gelas keduanya. “Kau sudah bekerja keras, luangkan waktumu untuk istirahat.” Wira terdengar memaksa. Tuan muda sengaja menyewa kamar hotel – tanpa seorang pun pengganggu. Beserta botol minuman beralkohol dengan harga tinggi. Kehidupannya yang berbeda atau bahkan di mata orang-orang tampak aneh, hanya dia dan Aris. Para kolega direktur Ars Corporation mulai mempertanyakan pernikahan putra tertua Arasatya, sungguh memuakkan kata-kata yang kelua

  • Suddenly Become a Bride   Istimewa

    Wira merasakan lehernya tercekat, seakan udara sulit menetralkan dadanya, penyesalan dan rasa bersalah datang kian membesar.‘Apa hubungannya kejadian itu dengan Kiran?’ ia benar was-was.Putra tertua Arasatya berusaha mengontrol dirinya untuk memudahkan suara keluar dengan sempurna.“A-apa gadis di mimpimu meninggal?” cara bicaranya yang pelan sekaligus ragu.Sesuai apa yang ditakuti Wira, perempuan di depannya mengangguk. Dadanya seolah bergemuruh, namun ingatan tentang Kiran tetap di sampingnya ketika ia berbicara kisah gadis bermidi dress – memberi sedikit ruang lega.‘Ternyata kejadian memilukan itu adalah diriku sendiri, takdir hendak memberitahuku dengan cara mendatangkan mimpi tersebut. Bagaimana bisa ingatanku tentang kehidupan sebelumnya bisa terlupakan?’ Kiran semakin tidak mengerti.“Mi-mirip sekali dengan gadis yang aku tabrak.” Ucapan Wira setengah berbisik.“Apa?” Sialnya Kiran bisa mendengar. Hanya saja ia terkejut.“Lupakan.” Titah pria itu.Ada setitik curiga dalam b

  • Suddenly Become a Bride   Perlakuan Seorang Teman

    “Berapa lama lagi aku berada ditubuhmu? Kemungkinan terburuknya jiwaku akan mati mengikuti jasadku?”Gadis di balik meja menundukkan pandangan, “Aku tidak tahu. Setelah perjanjian yang kita sepakati, begitu saja aku di tempatkan di perpustakaan ini.”“Jika jiwamu terkurung di sini, bukan tidak mungkin ia akan kembali bukan? Kalau benar asumsiku, cepat atau lambat aku akan mati, Kiran. Dan perjanjian itu untuk pertama kali aku menyesalinya. Aku merasa dimanfaatkan! Tidak. Ini tidak adil bagiku.” Arina memundurkan langkah perlahan.Gadis penunggu perpustakaan klasik masih termenung, gurat wajahnya tetap datar seperti biasa. Kulit putihnya bersinar, memancarkan cahaya dalam sekejap. Tiba-tiba gadis itu berada tepat di depan jiwa Arina.“Darahmu sudah menjadi saksi perjanjian, dan kau manusia yang terpilih untuk bertukar jiwa denganku.”***“Da-darah?” Kiran berjiwa Arina terjaga dari mimpi. Dada itu seakan sesak di iringi napas yang terengah.Bayangan gadis bermidi dress hitam kemarin ke

  • Suddenly Become a Bride   Memiliki Keraguan

    “Kalau begitu kau boleh pergi.” Wira berkata cepat. Ia bisa menjadi manusia setengah mati kalau benar-benar Kiran melakukan ucapannya tadi. Membayangkannya saja membuat Wira sesak napas.‘Ternyata kau sungguh takut dengan perempuan ya?’ Kiran tersenyum miring, asumsinya semakin menunjukkan kebenaran.Kemudian tubuh mungil menurut Wira pun melenggang pergi.Sementara itu, lelaki di sofa menyambar gelas berisi air putih di samping – lalu meminumnya. Tenggorokan yang basah berhasil menyisihkan sedikit kecemasan.Kemudian hening.Rumah besar terasa kembali seperti pertama kali Wira menapakkan kaki ketika Jimmy memperbolehkannya pulang. Semua orang terlihat enggan berbicara pada si sulung. Di saat malam tiba, mimpi buruk menghantui Wira kecil.Ketakutan serta tangisan terdengar pilu bagi seorang ibu. Ningrum tak bisa berbuat apa-apa selain terisak hingga tak bersuara lagi.Rakin lah orang yang mampu mengajak s

  • Suddenly Become a Bride   Penuh Perhatian

    Misteri kapan kembalinya jiwa Kiran ke tubuh yang digunakan sosok Arina saat ini semakin membuat kepala menantu keluarga Arasatya berdenyut.Rasanya ia tidak rela pergi dari tubuh ini.‘Kalau Kiran meminta badannya kembali, lalu jiwaku akan berpindah ke mana? Apa aku bisa mati mengikuti jasad seorang Arina yang terkubur?’ pikirnya. ‘Aku harus bagaimana? Jika Kiran benar-benar memaksaku memberikan tubuh ini, sama saja dia egois bukan? Tidak ada untungnya bagiku. Lebih baik dari awal aku tidak menerima tawarannya’. Ia mulai goyah pada perjanjian di antara mereka.Seperti angin menyelinap ke dalam ingatan, Kiran teringat teman dekat – Riana. Sesuatu yang mengganjal akhir-akhir ini.‘Aku tidak bisa percaya sepenuhnya sebelum melihat langsung kuburan tubuhku.’ Tubuh Arina yang ia maksud. ‘Apa aku bisa membujuk Riana?’ Kiran berpikir sambil memainkan kuku ibu jari tangan, sedikit menggigitinya pelan.

  • Suddenly Become a Bride   Mematuhi Perintah

    “KAU TIDAK TIDUR?” Wira terkejut bukan main, layaknya pencuri yang ketahuan.“Aaaa…. Kau mengejutkanku Wira!” gadis di depannya berteriak juga.Dengan segera putra tertua Arasatya kembali ke tempat tidurnya – ia tampak menyembunyikan kegelisahan.Kamar yang awalnya sunyi semakin menambah kesunyiannya, pasangan suami istri muda tidak saling sapa lagi.“Ku-kukira kau sudah mendengkur, Kiran.” Wira membuka pembicaraan mereka lebih dulu.“Mendengkur? Bagaimana bisa aku mendengkur, tidur saja tidak.” istri Wira merapatkan selimutnya – di iringi kekesalan. “Kau juga kenapa mendekatiku? Kau mau mesum ya?” Kiran menambah tuduhan.“Enak saja! Aku kan tidak bisa disentuh sembarang orang.”“Itu kan kalau kau yang disentuh. Akan berbeda jika kau menyentuh lebih dulu.” Balas istrinya. Wira pun tak bisa menyanggah. Ia termangu untuk sesaat sambil

  • Suddenly Become a Bride   Layaknya Pencuri

    “Iya, baiklah. Bisakah kau duduk terlebih dahulu. Kepalaku sakit melihat ke atas terus.” Wira meminta sembari matanya menangkap sesuatu yang kemerahan pada wajah Kiran. Ia sedari tadi sadar akan hal itu. Hanya saja pengetahuannya yang kurang – pria ini tidak tahu penyebab munculnya rona di pipi seorang gadis. “Terlalu dekat?” Kiran bertanya sesaat setelah ia duduk. Khawatir Wira memberikan peringatan lagi. “Tidak.” “Wira. Aku melakukan kesalahan, ya?” Netranya masih enggan menatap lawan bicara. Putri Lukman tetap menunduk. “Aku minta maaf. Sungguh aku tidak tahu kalau kau tidak suka denganku. Bahkan kau membuatku ketakutan, kukira kau tidak akan bangun lagi.” “Memangnya kalau aku tidak bangun lagi kau akan menangis sampai tak bersuara?” pria kaku ini melempar candaan. “Tentu saja!” diiringi pandangannya yang terangkat. “Walaupun kau aneh, kau kan suamiku.” Wira kembali terkekeh. Ternyata istrinya begitu lucu. “Bukannya ti

  • Suddenly Become a Bride   Mengambil Jemari

    “Hai, kita bertemu lagi, nona.” Teman pria di mimpi Kiran menyapa penuh senyum bersamaan lambaian tangannya. “Apa kita akan ke restoran waktu itu?”Kiran pun baru teringat kalau dirinya mengunjungi kembali dunia mimpi, dunia yang selalu membuat teka-teki.Perempuan yang diajak bicara masih termenung, berpikir sambil mengamati wajah laki-laki di depannya. Mengapa ia tidak bisa mengenali pria ini? meskipun ia sangat tahu nama dan identitas lawan bicara.“Nona, apa aku mengganggumu. Kemarin kan kau yang menemuiku lebih dulu.” Tambah si pria.“Ah, em, tidak – kau tidak mengenaliku, ya?” Kiran bertanya dengan raut muka yang menuntut.“Kenal. Bukannya kita sudah bertemu sebelumnya?” giliran laki-laki itu yang keheranan.Kiran sedang berpikir keras, dengan mengikuti alur alam bawah sadar – ia akan semakin terkunci dan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang baru. Seperti suatu l

DMCA.com Protection Status