Jax’s PoV “Apakah kau sudah menemuinya?” tanyaku pada Ayden yang datang mengunjungi untuk ke sekian kalinya. Pria itu mengangguk. Namun, ekspresi yang tergambar di wajahnya tak bisa kuterjemahkan. “Apakah ada masalah? Ivanna baik-baik saja, kan?” Ayden menggeleng lantas menatap mataku tajam. “Dia tidak baik-baik saja, Jax. Kau harus lakukan sesuatu. Mengapa tidak meminta bantuan pada Jason? Ia pasti akan menolongmu. Kau lupa kalau kakakmu itu adalah ketua klan yang pasti akan menolongmu untuk bebas. Tak ada yang berani menentangnya.” Apa yang Ayden katakan memang benar, tetapi aku bukan tipe yang suka meminta bantuan pada kakakku. Apa lagi dengan niat dan tujuannya terhadap Ivanna, aku tidak mungkin setuju dengan itu. Dan pasti hal itu nanti yang akan menjadi syaratnya. Blood moon, ritual makan, dan memperkuat klan, itulah tujuan Jason. Meski aku tak tahu pasti apa hubungannya dengan Ivanna, tetapi aku tidak akan setuju. “Kau tahu sendiri bagaimana Jason. Tidak ada yang gratis di
Jax’s PoV“Ivanna, jawab aku apa yang ia lakukan padamu sebelum ini?” desakku pada gadis yang tampak setengah teler di hadapanku.Menurut asumsiku, Kay Lee pastilah sudah menggigitnya atau sekadar mencampurkan air liurnya ke dalam luka Ivanna yang masih belum pulih. Itu sebabnya lukanya kembali mengucurkan darah. Entah apa tujuan lelaki itu, tetapi ini sangat berbahaya bagi Ivanna jika aku tidak segera menetralkannya.Tak bisa sembarangan menjadikan manusia menjadi seorang vampir. Terlebih jika dengan cara seperti yang Kay lakukan—dengan mencampurkan air liurnya ke dalam aliran darah Ivanna. Hal itu justru akan menjadi racun baginya.Aku tentu saja panik kala mengetahui adanya keanehan yang terjadi pada Ivanna. Mungkin saja gadis itu nantinya akan berubah menjadi seperti kami, tetapi bagaimana jika justru menjadi makhluk lain yang mengerikan?Dalam dunia vampir, ada yang namanya vampir dan feral. Feral adalah makhluk pengisap darah yang berbeda dibanding vampir yang wujudnya menyerupa
Jax’s PoV Ivanna meloloskan desahan dari bibir ranumnya saat aku mengecupi setiap senti permukaan kulitnya. Dan ketika bibirku merayap turun makin ke bawah, tepat di dadanya, bermain sebentar di sana, desah itu berubah menjadi sebuah lenguhan.Aku memberinya bonus dengan memainkan lidahku di sana dan ia membalas dengan meremas rambutku. “Oh, maafkan aku, Jax. Itu hanyalah gerakan refleks karena kau—sudahlah, ayo kita lanjutkan lagi “ ucapnya dengan suara serak khas yang seksi dan membuatku makin menggila setiap mendengarnya.Aku jatuh cinta dan tergila-gila dengan segala yang Ivanna miliki. Dan itu berlangsung selama ribuan tahun hingga akhirnya sang cupid memberi kesempatan bagiku untuk mendapatkan hatinya sekarang, di reinkarnasi ketiganya. Aku melakukan seperti yang ia minta. Permainan berlanjut, kecupanku makin merembet ke bawah dan makin bawah. Tepat di bagian inti miliknya.Aku tak bisa menahan gejolak hasrat yang sudah memaksaku untuk menuju ke sajian utama. Bergantung, apak
Ivanna’s PoVJax menatapku intens dengan sepasang bola mata indahnya yang sewarna safir itu. Aku seketika hanyut seolah ia tengah menghipnotisku dengan sorot matanya yang tajam tetapi penuh cinta terhadapku. Aku tahu itu.Aku memang memaksanya untuk bercinta sekali lagi dan ia harus langsung menggigitku agar rasa sakitnya tersamarkan dengan nikmat pergumulan kami. Namun, ia terus melakukan kesalahan yang membuatku kesal.Kesal karena aku mendambakannya terus-menerus. Aku tak pernah cukup dengannya dan meski sekujur tubuhku terasa remuk redam, tetapi aku menikmatinya.“Jax, ayo lakukan sekarang. Aku siap untuk risiko apa pun yang harus kutanggung setelah aku menjadi vampir sepertimu,” desakku agar pria itu segera menggigitku. Setelah lama tertegun, ia kemudian meraih pinggulku dan mendekatkan wajahnya padaku.“Bagaimana kalau kita nikmati hidup sebelum aku menggigitmu? Karena aku tak bisa menjamin kalau kau masih mencintaiku nanti
Jax’s PoV“Jax, hentikan, Jax! Jax, sadarlah! Kau bisa membunuh Ivanna jika kau teruskan mengisap darahnya!” Suara itu terdengar lamat-lamat di telingaku. Aku tak bisa mengembalikan diriku menjadi Jax yang tak akan pernah menghisap darah manusia, sampai kemudian satu pukulan mendarat di pelipisku.BUGH!!!Entah sejak kapan Ayden berada di sini. Meski memang aku yang menghubunginya untuk datang agar bisa mengendalikanku untuk tidak menghabiskan darah Ivanna nantinya, tetap saja, menyadari kedatangannya aku cukup terkejut.Terlebih ketika ia menarik kerah bajuku dan hendak melayangkan pukulan lain yang mungkin bisa membuatku tewas karena ia memakai sarung tangan berduri yang menjadi senjata andalannya.“Ayden, stop! Oke, aku sudah berhenti menghisap darahnya sejak tadi. Mengapa kau masih menyerangku?!” teriakku yang membuat lelaki itu melepaskan cengkeramannya dariku.“Maafkan aku, teman. Aku hanya cemas kalau kau menghis
Ivanna’s PoVAku tertegun saat melihat apa yang ada dalam genggamanku. Rambutku sendiri, tak hanya rontok satu atau dua helai, melainkan nyaris seluruhnya.Apakah ini masih efek penyakitku? Ataukah memang seperti ini tahap setelah menerima gigitan dan menjadi seorang vampir—yang dengan kata lain, aku masih akan mengalami gejala penyakitku sampai serum itu berhasil menyebar ke seluruh tubuhku?Jax menghampiriku dan memastikan apakah pertanyaanku mengenai gejala ini adalah dikarenakan efek serum, ataukah hanyalah penyesuaian. Aku tidak tahu pasti.Aku bahkan tak ingat berapa lama aku tak sadarkan diri sebelum akhirnya membuka mata setelah Jax menggigitku.Ia memandangi gumpalan rambut dalam genggamanku. “Ivanna, apa yang terjadi?” tanya pria itu sembari mengambil ponselnya dan tampak menekan beberapa nomor di layar.Aku meraih benda itu dari tangannya, kemudian memandangi dan membelai rahang tegasnya yang mulai ditumbuhi bu
Jax’s PoVIvanna tak lagi seperti Ivanna yang kukenal. Ada banyak hal yang berbeda. Ia tidak merespon ketika namanya kupanggil bahkan berulang kali. Tak hanya itu. Perubahan fisik pun terlihat sangat signifikan dan itu membuatku cemas. Dan kemarin adalah ke sekian kalinya ia hilang kesadaran dan berubah menjadi sesuatu yang mulai membuat otakku memikirkan hal yang tidak-tidak.“Apa yang terjadi padaku?” tanya gadis itu, setelah untuk ke sekian kalinya pingsan dan kini ia telah kembali memperoleh kesadarannya. Aku meraih jemarinya yang masih terikat di ranjang.Ia menatapku dengan tatapan berbeda, seolah kami tak lagi saling mengenal. Kedua bola mata indahnya itu terbelalak liar seolah merasakan teror yang tak bisa kubaca dan kurasakan.Apa yang dilakukan oleh Dokter Avery memang sudah seharusnya ia lakukan. Ia seolah tahu kalau gejala yang Ivanna alami adalah sesuatu hal yang tidak wajar.Meski akan wajar jika mengetahui penyakitn
Jax’s PoV Aku bergegas kembali ke rumqah sakit untuk menemui Dokter Avery dan meminta Ayden untuk datang. Jika memang benar Ivanna sedang dalam proses untuk berubah menjadi feral, ia tak boleh sampai melarikan diri.Saat bulan darah, kekuatan feral akan semakin meningkat, ditambah lagi saat itu adalah waktunya mereka untuyk mencari mangsa. Berdasarkan pernyataan Jason, itu artinya nyawa Ivanna sedang berada dalam bahaya. “Apa yang terjadi, Jax? Sepertinya sangat urgent,” komentar Ayden saat tiba di rumah sakit. Ivanna masih belum sadarkan diri setelah berubah menjadi makhluk setengah mengerikan itu. “Apakah kau sudah tahu kondisi Ivanna?” Aku balik bertanya. Ia menggeleng, kemudian mengeluarkan senter kecil dari saku jasnya dan memeriksa mata juga gigi Ivanna. “Hmm ... aku seperti pernah mengenali kondisi seperti ini,” ucapnya yang kemudian terhenti saat Dokter Avery muncul dan menyapa kami serta melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap Ivanna dan mengatakan hal yang sama seper