Share

Radit VS Mertua

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suara Hantu di Kamar Tamu

Part 16 : Radit VS Mertua

Aku tertegun di meja kerja sambil membolak-balik ponsel. Pikiran mendadak jadi tak tenang setelah mendapat pesan WhatsApp dari Riko tentang Syilvina. Kuusap wajah lalu memijat dahi, tak bisa kupunggkiri, aku khawatir juga mendengar kabar mantan istriku itu masuk rumah sakit. Dia kenapa? Apa yang terjadi kepadanya?

Kuhela napas panjang sambil menatap pas fotoku bersama tiga anak-anak. Mereka sudah terluka dengan kepergian Syilvina, semoga dia baik-baik saja. Walau hati ini terasa sakit mengingat wanita murah** itu, tapi tetap saja aku tak ingin dia sampai kenapa-kenapa. Aku ikhlaskan dia untuk Riko, adik bungsuku yang mungkin lebih membutuhkan dia. Aku juga tak mau memaksakan cinta kepada satu-satunya wanita yang ada di dalam hidupku itu. Dia berselingkuh, artinya dia sudah tak menginnginkan berumah tangga lagi bersamaku. Untuk apa aku masih saja memikirkannya, biarlah dia mendapatkan apa maunya.

Untuk saat ini, aku harus fokus kepada
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Berunding

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 17 : Berunding"Semua bisa diselesaikan dengan cara baik-baik, bertindak itu dipikirkan dulu! Jangan hanya menuruti rasa sakit hati saja, rumah tangga kalian sudah belasan tahun." Papa Syilvina menatapku geram."Kalau Papa jadi saya, apa yang akan Papa lakukan?" tanyaku dengan tetap menatapnya."Syilvina memang salah, tapi tindakmu menalak dan langsung menikahkannya juga salah. Kamu berdosa, Radit! Kamu menikahkan istrimu yg belum resmi bercerai denganmu!" Mata pria berjenggot putih itu semakin melotot kepadaku, tatapannya begitu sengit."Lebih berdosa mana dengan perselingkuhan?" Tatapanku juga tak kalah sengit."Kamu juga bersalah dalam hal ini, kenapa kamu bisa membiarkan adikmu yang bukan mahrom dengan Syilvina tinggal di sini?" Dia mengacungkan jari telunjuknya ke hadapan wajahku, nadanya tinggi. Napasnya naik turun dengan rahang yang mengeral. Tangannya juga mengepal, seakan siap melayangkan bogem mentahnya."Oke, kesalahan awal memang terletak pad

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Tentang Vika

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 18 : Tentang Vika"Permisi, Bu Vika, apakah anda memanggil saya?" tanyaku dengan wajah datar."Iya, silakan masuk Pak Radit!" jawab Vika sambil membalik badan dan melangkah menuju meja kerjanya.Aku melangkah masuk dan mengekor di belakangnya. Aku sudah bersiap jika manager jutek ini mengomeliku seperti yang ia lakukan kepada karyawan lainnya."Silakan duduk!" Dia duduk di kursinya dengan menatapku sekilas dan kemudian menyibukan diri dengan laptop di hadapannya.“Terima kasih, Bu,” jawabku sambil duduk di hadapan wanita yang umurnya dua tahun lagi genap 30 tahun itu, begitu menurut Hilman yang begitu ngefans dengannya. Dia itu keponakan Pak Sofian, lulusan dari LA, jadi wajar kalau emang pintar dan langsung naik daun dalam karirnya.Aku menautkan alis, menunggu dia berbicara. Apakah dia sedang mengetik surat peringatan untukku? Ah, jantung sedikit berdebar karena selama sepuluh tahun bekerja di perusahaan ini belum pernah aku berbuat salah sekali pun.“

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Temu Kangen

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 19 : Temu KangenDengan perasaan cemas, kupacu mobil menuju arah pulang. Debaran di dada terasa bergemuruh, aku sebenarnya tak mau ada hal buruk yang terjadi tapi semua ini tetap harus terjadi dan diselesaikan. Yang kutakutkan hanya kesehatan ibu, aku tak mau penyakitnya kambuh gara-gara berita mengejutkan ini.Berkali-kali, kuhela napas berat. Semua ini sungguh membuatku tertekan dan bimbang. Aku tak berani membayangkan hal terburuk yang akan menimpa keluargaku. Ah, aku ikhlaskan Syilvina untuk Riko. Akan tetapi, semua ini tak sesimpel itu. Kalau orangtua kami sudah tak ada, mungkin aku takkan sebimbang ini.Ya Tuhan, tunjukkan jalan penyelesaian terbaik! Kutarik napa panjang dan menghembuskannya perlahan. Syilvina akan tetap menjadi menantu ayah dan ibu, hanya saja ... dia sekarang bukan istriku lagi, tapi istri Riko. Apa aku sanggup mengatakan hal ini?Tanpa terasa, mobilku telah tiba di depan rumah. Debaran jantung semakin tak terkontrol saja. Langsu

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Rapat Keluarga

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 20 : Rapat Keluarga“Sebaiknya kita mulai sekarang saja rapat keluarga ini!” ujar Papa Syilvina dengan menatap kami bergantian, matanya tajam dengan tampang sangar. Ayah dan Ibu masih terlihat bingung, kasihan mereka, di usia senja masih saja direcokin masalah anak-anaknya.“Ada apa sih sebenarnya? Kita di sini akan ada rapat tentang apa?” tanya Ayah dengan nada bicaranya yang selalu bersahaja dan lemah lembut. Sungguh berbeda dengan papanya Syilvina yang tegas dan garang. Keduanya memang sama-sama pensiunan tentara, tapi dengan karakter yang berbeda.“Sebaiknya Radit saja yang menjelaskan segalanya! Ayo, Radit, ceritakan semuanya kepada kami juga kedua orangtuamu!” Papa Syilvina menatapku tajam.Jemari tanganku yang sedari tadi sudah dingin kini malah terasa kaku. Harus mulai dari mana aku? Kuhela napas panjang. Untuk beberapa saat, aku hanya diam dan berusaha mengumpulkan segala kekuatan dengan sambil berdoa agar kesehatan ibu akan baik-baik saja set

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Berpulang ke Rahmatullah

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 21 : Berpulang Ke Rahmatullah“Rez, kamu di mana?” tanyaku saat menelepon Reza, adik keduaku. “Lagi di rumah aja, Bang. Ada apa?” tanyanya terdengar cemas.“Kamu tahu ‘kan kalau ayah dan ibu pergi ke rumah Abang?” tanyaku basa-basi, bingung juga cara menyampaikan berita ini.“Iya, tahu, Bang. ‘Kan kemarin Reza yang beliin tiket pesawat juga ngantarin Ayah dan Ibu ke Bandara,” jawab Reza.“Segeralah berkemas, sekarang juga kami harus terbang ke sini! Ada hal buruk yang menimpa Ibu di sini,” ujarku dengan menarik napas panjang.“Ada apa dengan Ibu, Bang?” Nada bicara Reza mulai terdengar panik.“Ibu terkena ... serangan jantung ... dan ... dia ... telah berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa.” Dada ini terasa nyeri karena menahan kesedihan yang amat mendalam. Belum hilang kesedihan karena ulah Riko dan Syilvina, kini malah datang kesedihan baru.“Apa, Bang! Ya Allah, Ibu ..... “ ujar Reza disertai isakan tangis yang tertahan.“Aku sudah diskusikan dengan a

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   POV Riko 3 (Serba Salah)

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 22 : POV Riko 3 (Serba Salah)Semua menyalahkan dan membenci aku. Tak ada yang bisa kulakukan selain hanya diam dan menerima akibat dari segala perbuatanku. Ibu telah pergi begitu cepat dan itu juga kerena kesalahanku. Kutatap langit-langit kamar kontrakan kecil ini, sendiri, meratapi diri dalam sepi. Mbak Syil tinggal di rumah tantenya bersama kedua orangtuanya. Aku akan menerima segala keputusan nanti. Walau bagaimana pun penyesalanku, semua takkan kembali seperti semula. Perasaan Bang Radit juga ayah tetap akan terluka. Besok, sidang cerai cerai pertama Mbak Syil dan Bang Radit digelar. Malam ini, papanya Mbak Syil mengajak untuk kembali berunding yang bertempat di kediaman adiknya. Mungkin ia masih mau merayu agar Bang Radit membatalkan tuntutan cerainya.Kuraih ponsel dan melihat waktu, ternyata sudah pukul 21.32. Kuketik pesan untuk Mbak Syil, aku ingin menanyakan hasil pembicaraan mereka bersama Bang Radit.[Mbak, lagi apa?] Kutekan tombol kirim

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Resmi Menduda

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 23 : Resmi MendudaBeberapa bulan bolak-balik Ke Pengadilan Agama cukup membuat pekerjaanku terganggu sehingga promosi jabatan tertunda. Enam bulan lamanya, barulah sidang perceraian itu selesai dan hasilnya hak asuh anak-anak jatuh kepadaku walau papanya Syilvina masih mau mengajukan banding. Akan tetapi kurasa itu nanti, setelah Syilvina melahirkan karena perutnya kian membesar, dan mungkin sudah sembilan bulan dan yang membuat gila itu, mantan mertuaku itu mengajak melakukan test DNA setelah anak itu lahir karena dia tak yakin kalau yang dikandung putrinya itu adalah anak Riko. Aku juga tak mengerti, entah apa maunya pria mirip Amitha Bachchan itu walau penyataanku sudah jelas, aku takkan pernah mau menerima Syilvina kembali.Riko, entah apakabar adik bungsuku itu? Yang kudengar, Om Qumar tak merestui dia menikahi Syilvina. Miris juga nasib keduanya, padahal aku sudah ikhlas mereka bersama. Semua memang tak seindah yang dibayangkan maka dengan itu ber

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   POV Arsha 2 (Papaku Duren)

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 24 : POV Arsha (Papaku Duren)Beberapa bulan telah berlalu tanpa mama dan kami mulai terbiasa. Arka sudah tak merengek nanyain mama melulu, begitu juga Arshi, dia mulai terbiasa bermain dengan Mbak Icha yang orangnya emang baik dan keibuan walau usianya masih muda, mungkin baru 20 tahunan.Kami menjalani hari-hari seperti biasa walau terasa ada yang kurang karena peran seorang mama memang sangat penting dalam sebuah keluarga tapi apa boleh buat, mama telah resmi berpisah dengan papa. Bercerai, itulah nama istilahnya. Mungkin setelah itu, mama akan menikah dengan Om Riko.Aku tertegun sejenak, mengingat perut buncit mama yang ternyata isinya anak dia bersama Om Riko. Aku tuh bingung bakal nyebutnya nanti, dia adikku atau sepupu ya namanya? Mama juga, cerai dari papa terus nikah dengan adik ipar. Lalu ... papa nyebut mama itu ... adik ipar atau mantan istri? Sisilah ini membuat kepalaku puyeng memikirkannya.Mama seorang ibu yang baik, terlepas dari persel

Latest chapter

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Tamat

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 35 (Tamat)“Hay!” Suara yang tak asing itu membuatku terkejut dari lamunan.Kulirik ke arah suara dari sebelah kanan kursi, seorang wanita dengan senyum manis menyambutku.“Vika!” Aku tak dapat menyembunyikan senyum bahagia saat melihatnya kini malah duduk di sampingku, padahal tadi aku sudah mendengar suara pesawat naik landas.“Ayo, pulang!” Vika tiba-tiba menggandeng tanganku dan mengajak untuk beranjak dari kursiku.Aku tak bisa berkata-kata, kuturuti saja ajakannya yang kini malah menggandengku ke tempat parkiran. Aku tersenyum, hati ini senang saat dia tak jadi pergi. Tanpa kusadari, perasaan aneh ini muncul tiba-tiba.Aku memasukkan koper milik Vika ke bagasi, lalu membukakan pintu mobil untuknya. Dia menahan senyum saat duduk di sebelahku.“Coba, katakan sekali lagi ucapan kamu di bandara tadi? Aku tak salah dengar ‘kan? Sebab tak ada tiket untuk ke kota x lagi hari ini, tiketku hangus hanya karena ingin memeriksakan telinga yang sepertinya menga

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Galau

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 34 : GalauHari terus berlalu. Semenjak kejadian Vika mengirimkan chat isi hatinya, aku belum pernah melihatnya lagi muncul di kantor ini. Sedikit bimbang juga dengan keadaannya sekarang. Apa dia tersinggung dengan penolakanku atau juga sakitnya semakin parah? Kubolak-balik ponsel di tangan ini, dilema antara menanyakan keadaannya atau tetap cuek karena aku tak mau memberinya harapan palsu jika benar dia memiliki rasa terhadapku.Jam pulang kantor pun tiba. Kulirik ruangan di depan sana, di mana ada gadis yang selalu melempar senyum jika bertemu denganku, tapi kini ruangan itu terlihat sepi. Kuusap wajah dengan kesal, karena suasana hati jadi tak menentu saat ini.Sepanjang perjalanan pulang pun, aku masih kepikiran Vika. Ada perasaan aneh yang menyelusup di relung hati ini, rasa bimbang ini seakan tak tertahan. Ah, tak seharusnya aku begini, dia bukan siapa-siapa bagiku. Dia hanya seorang atasan di kantor. Ketika sampai di rumah, kualihkan pikiran kepad

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Isi Hati Vika

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 33 : Isi Hati Vika[Radit, aku mencintaimu. Bolehkah aku menjadi mama dari anak-anakmu?]Ini isi chat dari wanita yang kini sedang terbaring di hadapanku. Apa-apaan dia? Ah, kekanak-kanakan sekali. Kugaruk dahi yang tidak gatal. Apa yang harus kulakukan sekarang? Dia serius atau cuma bercanda, ya? Ada-ada saja. Aku jadi teringat kata-kata Arsha saat itu, katanya Vika suka denganku dan kupikir itu hanya bisa-bisanya putri sulungku itu saja.“Bu Vika, saya harus segera ke kantor. Hmm ... nanti Evita akan saya suruh ke sini, biar bisa menemani Bu Vika,” ujarku sambil bangkit dari kursi.Vika terlihat salah tingkah, tapi aku tetap berusaha bersikap wajar. Aku tak mau membuatnya malu, sedikit kasihan juga dengannya jika isi chat ini memang benar isi hatinya.Tanpa menunggu jawabannya, aku segera keluar dari ruangan itu dan meninggalkannya. Saat berpapasan dengan seorang perawat, aku sudah berpesan untuk menitipkan bosku itu, Vika Putri.Sesampainya di parkira

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   POV Vika 2 (Chat Nyasar)

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 32 : POV Vika 2 (Chat Nyasar)[Hey, pelakor, jangan ganggu suamiku!]Sebuah pesan dari nomor tak dikenal, masuk ke ponselku. Dahi ini langsung berkerut kala membacanya dan menganggap pesan itu hanya salah nomor sebab saat ini aku tak sedang mengganggu suami siapa pun. kuabaikan pesan itu dan melanjutkan aktifitasku yang sedang membaca sebuah novel online di KBM App dengan judul “Istri Gaib” karya Evhae Naffae. Aku mulai berkhayal jika memiliki suami gaib, ah ... mungkin asyik kali ya. Hanya aku yang dapat melihatnya, otomatis aman dari gangguan pelakor. Eh! Kok pelakor?‘Ting-ting-ting’ Beberapa pesan WhatsApp masuk kembali ke ponselku. Ah, benar-benar mengganggu saja tapi kayaknya nomor yang tadi deh yang chat, apa dia mau minta maaf karena telah salah kirim atau apa ya? Segera kubuka pesan itu dan membacanya.[Hey, pelakor, kuingatkan kepadamu, jangan pernah ganggu Bang Radit lagi. Kami akan segera rujuk, jadi jangan berharap kamu bisa menggodanya!][M

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Ulah Arsha

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 31 : Ulah ArshaAku masih sibuk mengerjakan laporan yang dipinta Pak Sofian harus selesai besok, saat getar ponsel membuyarkan konsentrasi. Segera kuraih benda pipih itu dan melihat siapa yang mengirim pesan.[Pak Radit, ajakan tadi malam, masih berlaku ‘kan? Jam berapa kita pergi?]Agghh ... itu chat dari Vika. Semua karena ulah Arsha, putri sulungku yang kini sudah pandai mengerjai papanya. Dasar! Aku tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala. Aku tak berminat pergi makan siang bersama Miss jutek itu, apalagi kalau sampai ketahuan Hilman yang sepertinya masih menyimpan rasa dengannya. Aku tak tega, lagipula aku tak mau seisi kantor heboh dengan gosipku dan Vika. Aku tak suka membuat skandal dan menjadi bahan perbincangan.Kumainkan ponsel dan memikirkan balasan yang tepat untuk Vika, aku tak mau membuatnya tersinggung. Dia gadis yang baik dan temannya Arsha pula, aku harus bisa membuat alasan yang masuk akal tapi apa, ya?‘Tok-tok’ Tiba-tiba terdenga

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   POV Vika

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 30 : POV Vika[Assalammualaikum, Bu Vika, maafkan saya atas kejadian di Bandara. Bukan maksud saya ingin menolak kebaikan ibu, tapi saya hanya merasa tak enak saja karena sudah merepotkan. Sekali lagi maaf.]Kupandangi chat dari Radit, rasanya tak percaya saja dia bisa chat aku begini. Senang sekali, bunga sakura seakan berterbangan di mana-mana, padahal isi chatnya biasa saja. Dasar aku, noraknya kebangetan! Aku tersenyum sendiri sambil memeluk ponsel.Aku balas apa ya? Duh, kok jadi grogi gini mau ngebalas apa? Kuacak rambut dengan menggeleng lemas. Vika, nggak usah malu-maluin begini, kenapa? Tinggal balas ‘tidak apa-apa’ aja jari ini mendadak kaku. Begini deh akibat dari mencintai seseorang dalam diam, padahal orang dicintai itu tak tahu sama sekali, hanya aku saja yang terlalu berharap kepada sesuatu yang tak mungkin.[Waalaikumsalama. Iya, Pak Radit, tidak apa-apa, saya bisa mengerti kok.]Segera kutekan tombol sent, selesai! Segampang itu tapi aku

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Maaf

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 29 : Maaf“Papa!” seru Arsha sambil memelukku.“Hey, bagaimana bisa kamu ada di sini?” tanyaku sambil mengacak rambut sebahunya.“Mau jemput papalah,” jawab Arsha sambil melirik wanita yang tak asing lagi di kantorku. Iya, dia Vika, sang manager jutek.“Hay, Pak Radit,” sapa Vika sambil tersenyum.“Maaf, Bu Vika, kalau Arsha sudah merepotkan anda,” ujarku dengan perasaan tak enak. Walau bagaimana pun, dia atasanku di kantor. Aku tak nyaman kalau Arsha meminta bantuannya untuk menjemputku ke sini.“Nggak apa kok, Pak Radit, saya dengan Arsha ‘kan berteman jadi papanya Arsha juga papa saya, eh!” Vika menutup mulutnya. “Maksudnya ... kita semua berteman, iya ... temanan.” Dia menggaruk kepala dengan senyum salah tingkah.Aku menahan senyum melihat Vika yang terlihat aneh begitu. Kenapa dia? Typo itu masalah bisa, apalagi hanya di hadapanku dan Arsha, lain halnya jika dia sedang memimpin rapat dengan karyawan bawahannya, ia tak boleh salah bicara sedikit pun

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Lega, Sedih dan Bahagia

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 28 : Lega, Sedih, dan Bahagia[Dit, segeralah ke rumah sakit. Syilvina mencoba bunuh diri tadi pagi dan sekarang dia sedang kritis di ruang ICU.]Kuusap wajah saat membaca pesan dari mantan papa mertua. Aku tak habis pikir saja dengan tingkah Syilvina yang begitu mudah mau mengakhiri hidup. “Rik, ayo segera bersiaplah, kita harus segera ke rumah sakit!” ujarku kepada Riko yang sedang bergurau dengan anak-anak Reza.“Iya, Bang.” Riko menurunkan dua keponakan dari pangkuannya.“Ada apa, Bang?” Reza menatapku sekilas sambil sibuk dengan buku kecil untuk daftar belanjaan restorannya.“Ada masalah dengan Syilvina, kami harus segera ke rumah sakit. Titip Ayah, ya! Oh iya, Abang pinjam mobil kamu dong.” Kutadahkan tangan di hadapannya. Reza langsung mengeluarkan kunci mobil dari saku jaketnya dan memberikan kepadaku.Setelah berpamitan kepada ayah, kami bergegas berangkat ke rumah sakit untuk menemui Om Qumar yang sudah mengirim pesan tadi.Jalanan lumayan mac

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Test DNA

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 27 : Test DNATanpa basa-basi lagi, aku meminta agar segera dilakukan tes DNA sebab aku tak punya banyak waktu di Kota dan kembali ke tujuan awal karena kedatanganku memang untuk itu. Om Qumar menyetujui, walau wajahnya masih muram. Aku dan Riko mengikuti langkahnya yang kini menuju ke sebuah ruangan yang ada di rumah sakit itu. Tak butuh waktu lama, beberapa saat kemudian, kami sudah selesai diambil sampel darah untuk keperluan tes DNA. Aku sudah meminta agar hasilnya dipercepat, dan kalau bisa, besok hasilnya sudah harus keluar. Aku juga berwanti-wanti kepada sang dokter, agar hasil tesku dan Riko takkan tertukar.Kuajak Riko untuk ke ruangan rawat Syilvina. Dalam hal ini, aku memang harus menyiapkan keikhlasan yang super dan melapangkan dada seluas-luasnya, jika terdapat adegan kangen-kangenan antara adik dan mantan istriku.Aku dan Riko mengetuk pintu dengan tulisan “Ruangan Anggrek” itu. Pintu terbuka, mantan mama mertua mempersilakan kami untuk mas

DMCA.com Protection Status