.
.
Alex mengantarkan Aila sampai apartemen, Alex bilang dia akan pergi ke kampusnya karena ada urusan dengan dosen. Aila sih iya iya saja, dia bahkan tidak mengerti kenapa Alex selalu melapor pada Aila jika dia mau pergi-pergi.
Mungkin Alex pikir dia mengatakan itu agar Aila tahu dimana Alex berada, kalau sewaktu-waktu Aila butuh dia tidak repot. Mungkin begitu ya? Aila hanya berpikiran positif.
Saat Aila baru selesai mandi, dia melihat ponselnya menyala, dia pun mendekat dan membukanya.
Ternyata Asri, tetangga yang baik dan sering membantu Aila. Aila sih bersyukur temannya di sekitar rumah Rendy ada meski tidak banyak, yaitu Asri, bu Tina, dan Ningsih. Mereka sangat baik dan sering membantu Aila, bahkan ayahnya Rendy Aila minta mereka yang mengawasi. Jika mengandalkan Sari dan Rendy, Aila takut sekali.
Sari sudah jelas hanya menginginkan harta ayahnya Rendy saja, sedangkan Rendy itu bodoh dan mudah dipengaruhi. Sari bahkan berniat meracuni ayahnya Rendy dengan obat yang tidak jelas. Aila kesal karena obat itu masih belum terlalu keras, tapi dia tetap menyimpan buktinya.
“Halo, Asri?” Aila mengangkat telfon dari Asri.
[Aila! Kamu tau gak sih? Di rumahmu sekarang lagi kacau banget! Seminggu kamu tinggal, Rendy hampir aja mukulin si Sari! Sekarang aja Sari kabur gak tahu kemana, Rendy udah kayak orang linglung, gak ada yang ngurusin, kalo kamu diminta balik jangan mau La!]
Aila mengernyitkan dahinya, “emang apa aja yang terjadi Sri?”
[Mereka pernah ketahuan sama warga berhubungan intim, mereka dihujat lah, tapi Rendy kan banyak kerja, yang kena hujat cuma Sari, itupun dia muka badak banget. Terus juga ya, Sari kan gak mau masak, jadi mereka beli terus, uangnya semakin menipis, baru juga seminggu uang habis, marah lah si Rendy, dia bandingin Sari sama kamu, Sari ngamuk dan nglawan, jadi Rendy mau mukulin dia, tapi karena ketahuan warga jadinya gak jad deh... kacau pokoknya mereka tuh setelah kamu tinggal] ucap Asri.
Aila memijit keningnya yang berdenyut, cerita Asri hanya membuatnya pusing saja.
“Oke, tapi aku udah gak ada urusan sama mereka, rendy udah cerin aku, aku ogah mau balik sama dia, lagian aku sama dia udah talak tiga kok, itu karmanya mereka, jadi biarin aja lah” ucap Aila, meski dalam hati dia sebenarnya khawatir juga dengan keadaan disana.
Aila sudah terbiasa mengurusi semuanya, jadi mendengar kabar rumah kacau membuatnya tidak nyaman. Aila kasihan, tapi setelah mengingat perlakuan Rendy dan Sari, mustahil Aila mau kembali, kecuali dia bodoh.
[Ya aku gak mau kamu balik juga sih, ngapain ngurusin orang brengsek kayak Rendy, mending pak dokter ganteng gak sih...] nada bicara Asri terdengar sedang menggoda Aila, membuat Aila salah tingkah.
“Asri apaan sih, aku dan Alex gak ada hubungan spesial, kita cuma temenan aja kok, orangnya emang baik banget, dia gak suka sama aku.”
[Ih, tapikan dia seganteng itu, kaya raya, perhatian, sempurna banget gak sih! Aku lihat fotonya aja gak percaya dia manusia hidup, kayak lukisan tau gak, kok bisa kamu ketemu orang kayak dia?]
“Haha, itu karena aku nganterin ayah ke rumah sakit kan? kebetulan Alex kuliah spesialis jantung, jadi ya mau gak mau ketemu” ucap Aila.
[Ih, kamu beruntung banget! Kayaknya itu hadiah karena selama ini kamu menderita sama Rendy, aku ceritain ke suamiku tentang masalahmu, suamiku sekarang jadi kesel banget sama Si Rendy. Sekarang warga mau ngusir Rendy juga gak bisa, soalnya dia kan punya tanah disana, tahu sendiri beberapa tanah rumah warga aja masih punya ayahnya Rendy, jadi mereka sungkan] ucap Asri.
“Oh iya, ayah baik kan, Sri?”
[Baik sih La, baru balik ke rumah lagi, makanya sekarang Rendy sama Sari gak ribut, Sari sempet kabur, tapi pas tahu ayahnya Rendy balik, dia balik juga, aku tahu dia cuma mau ngambil hartanya aja, uler banget dia itu!]
Aila hanya mendengarkan keluh kesah Asri dan menanggapinya.
Aila memang tidak terlalu suka bergunjing, tapi dia kepo juga dengan perkembangan disana.
Selesai bertelfon dengan Asri, hari sudah semakin gelap.
Aila pun memasak untuk makan malam.
Malam itu, dia menginginkan sambal hati ayam dan oseng sayur. Harum masakan membuat perutnya berbunyi protes minta diisi.
Setelah masakan selesai, Aila pun pergi untuk mandi.
Selesai mandi ponsel Aila kembali menyala, ada orang yang menelfon lagi, kali ini bukan Asri, tapi tidak disangka-sangka, Nina yang menelfon.
“Iya, Nina?”
[Heh gendut! Kamu tuh ya gak tau malu banget! Kamu guna-guna pak dokter pake apa sih?]
Aila mengernyitkan dahinya bingung, “maksudmu apa ya Nin?”
[Bentar, aku kirimin linknya, kamu tuh gak tahu malu... pak dokter itu ganteng, kaya raya, baik hati, pacarnya cantik banget, dibanding dirimu ya jauh banget, mbok ya ngaca Aila, di rumahmu ada kaca gak sih? Udah aku kirim, silahkan nikmati bully-an netizen ya, hahahaha!]
Nina memutus telfon. Aila pun segera membuka chat dari Nina, lalu membuka link yang Nina kirim.
Ternyata itu link masuk salah satu sosmed terkenal yang sedang booming.
Disana ada postingan jahat dengan gambar Aila dan Alex.
Itu adalah di siang hari saat Aila dan Alex duduk di depan cafe, ada captionnya yang sangat jahat.
‘Wanita ini adalah perebut lelaki orang, dokter tampan itu memutuskan pacarnya yang cantik karena wanita tersebut sudah mengguna-guna si lelaki, wanita itu bahkan baru cerai dengan suaminya.’
Tangan Aila gemetar tidak karuan, dia bingung dan tidak tahu harus bagaimana.
Apalagi, saat melihat komentar jahat di postingan itu, kaki Aila terasa lemas.
‘Udah gendut gak tahu malu!’
‘Cowoknya itu Alexander Pradipta gak sih? Anak pemilik rumah sakit terbesar di Jakarta?’
‘Mantan pacarnya itu Stevi Anna, seorang model dan selebgram, cantik banget lho, masa diputusin gara-gara cewe gendut gitu?’
‘Aku bukannya bodyshaming ya? Tapi level mereka jauh banget!’
‘Si dokter kena guna-guna tuh!’
‘Spill dukunnya dong!’
Aila pun meletakkan ponselnya, dia sudah tidak tahan melihat semua komentar hujatan tersebut.
Dia harus sabar, lagipula tuduhan mereka tidak ada yang benar.
Aila pun menoleh pada cermin satu badan yang ada di kamarnya, dia mendekati cermin itu dan mematut dirinya.
Aila sudah kehilangan 1,5kg dalam sepuluh hari sejak diet dengan arahan Alex, itu saja sudah sangat berat. Namun, badan Aila masih terlihat gemuk.
Aila pun menangis melihat dirinya sendiri, “kenapa aku menyedihkan begini?”
.
.
..Tok tok tokAila segera menghapus airmatanya saat mendengar ada yang mengetuk pintunya, dia segera beranjak untuk membuka pintu.“Alex?”“Hei, kamu sudah makan malam? Aku membawakan ayam goreng bumbu pedas manis kesukaanmu, mumpung masih jam enam, ayo makan!” ucap Alex.“A-aku tidak bisa makan banyak-banyak, Alex... lagian kenapa kamu makan di tempatku? Nanti mengundang fitnah” sahut Aila.Alex mengernyitkan dahinya, “fitnah apa? Kita kan teman, kamu yang ngomong sendiri... lagian tuh ya, disini orangnya individualis, ini apartemen, Aila! Bukan komplek perumahan atau perkampungan, jangan khawatir.”Alex benar juga, kenapa pula Aila harus menyulitkan Alex hanya karena postingan tidak bertanggung jawab tersebut. Mungkin Alex belum melihatnya saja, lagipula Aila tidak cantik dan menarik, mustahil Alex menyukainya. Aila hanya kebanyakan halu.Secara logika saja sudah tidak mungkin.Alex berdecak kagum melihat masakan yang sudah siap diatas meja.“Wah, masakanmu terlihat sangat lezat,
. . “Kau yang namanya Aila?” Saat itu Aila sedang bekerja di kantor, mengerjakan beberapa pekerjaan yang deadlinenya sudah dekat, Aila sedang serius, tapi tiba-tiba saja datang seorang perempuan cantik dengan dandanan dan pakaian yang mahal dan berkelas. “Benar, anda siapa ya?” tanya Aila bingung. “Psstt! Aila, dia adiknya dokter Alex” bisik teman kerja Aila yang bernama Lia, Lia sendiri sudah lebih senior dalam pekerjaan itu dan dia sering membantu Aila. Aila buru-buru berdiri, “Ah, maaf, saya tidak mengenali anda, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Aila. “Buatkan aku coklat panas, setelah itu temui aku di lobi, aku ingin bicara denganmu” ucap nona muda itu, setelahnya dia pun pergi ke lobi. Aila menoleh pada Lia, yang menyuruhnya untuk mengerjakan saja apa yang diperintahkan nona muda. “Tapi pekerjaanku gimana?” tanya Aila. “Kamu bisa kerjakan nanti, dari pada kamu gak ladenin dia, dia bisa mecat kamu sewaktu-waktu, udah pergi aja, yang ini biar aku kerjain” ucap Lia, dia
..Berita yang sedang viral di berbagai platform media sosial adalah kisah hidup Aila.Padahal, Aila meminta Asri dan Ningsih untuk menyebar luaskan berita tentang perselingkuhan Rendy dan Sari. Memang berita itu disebarluaskan, tapi tidak mungkin nama Aila tidak disangkut pautkan.Memang Rendy dan Sari dihujat banyak orang, bahkan Sari tidak mau keluar dari rumah karena malu. Rendy juga dipecat dari pekerjaannya karena perbuatan bejatnya berselingkuh dengan istri ayahnya sendiri.Namun, netizen yang dengan mudah menelusuri berita, menemukan Aila adalah mantan istri dari Rendy. Lalu, nama Alex juga disangkutkan.Mereka mengira Aila menggoda Alex setelah cerai dari Rendy.Berita tentang Aila makin parah saja.Netizen membela Stevi yang lebih cantik dan lebih pantas bersanding dengan Alex.Pantas saja Alex kepikiran sampai sakit begitu.“Sudahlah, lebih baik aku bertanggung jawab dan merawat Alex sekarang, namaku buruk dimata orang juga tidak masalah.”Aila pun membuatkan minuman hanga
..Aila terkejut saat pagi hari dia terbangun, ternyata Alex bangun lebih pagi darinya. Calon dokter spesialis jantung tersebut sudah berkutat di dapur, bahkan apartemen juga sudah bersih dan tertata rapih.“Alex?” panggil Aila.Alex menoleh dengan senyuman lebarnya, “oh, kamu udah bangun? Cepet mandi dan siap-siap, kita berangkat ke villa di puncak” ucap Alex dengan entengnya.“Villa?”“Iya, kan aku udah bilang, mau ngajak kamu jalan-jalan, aku punya villa lho di puncak, pemandangannya bagus banget disana, di sekitar sana juga ada kebun, taman bunga, cafe-cafe dan tempat wisata lain, kamu pasti suka deh” ucap Alex.Aila melongok pada masakan Alex, dia sudah khawatir dapur akan meledak jika Alex yang menggunakannya, ternyata Alex hanya membuat sandwich isi daging cincang goreng.“Kelihatannya enak, aku baru tau kamu bisa masak” ujar Aila.“Haha, aku cuma bisa masak yang simple, pasti jauh dari masakanmu, udah kamu mandi aja dulu... abis sarapan kita berangkat.”Terpaksa Aila pasrah,
. . Aila meneguk ludahnya, melihat semua makanan enak di depannya. Setelah berlayar dengan yacht, suami istri baik kenalan Alex mengajak untuk makan di restoran seafood bersama. Ada banyak menu yang dipesan, semuanya terlihat menggiurkan, tapi Aila khawatir jika dia banyak makan dietnya akan hancur. Kemudian dia menoleh pada Alex, dia malah asyik mengobrol dengan kenalannya tersebut. Akhirnya Aila makan satu potong sashimi. Ternyata enak! Godaan untuk memakan semuanya sangat besar. Ada king crab yang menggiurkan, ada pula gurita, cumi dan lain-lain, Aila ingin memakan semuanya tapi sungkan, yang memesan suami istri kenalan Alex, yang membayar juga mereka. “Aila makan yang banyak ya? Jangan sungkan, gak perlu mikirin diet segala...” ucap si ibu yang baik itu. Aila hanya senyum-senyum sambil mengunyah makanannya. “Kamu makan yang banyak ya... hari ini gak diet gak apa-apa” bisik Alex. Enak sekali mereka bicara, padahal Aila bernafas saja rasanya badan makin melar. Penampilan Ai
..Aila menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan, berusaha menenangkan dirinya sendiri, kemudian dia kembali menatap Alex. Tatapan mata Alex tetap sama, begitu teduh, tidak ada kebohongan di dalamnya.Namun, Aila masih belum bisa memercayainya.“Aila, kenapa kamu tidak percaya padaku? Apa menurutmu, jika seorang lelaki yang tidak suka, dia akan menolong seseorang sampai seperti ini? Aku bukannya ingin pamrih, aku juga tidak masalah jika kamu tidak membalas perasaanku, tapi rasanya sakit jika kamu tidak memercayai perasaanku” ucap Alex.Alex mengangkat tangannya, lalu meraih pipi chubby Aila, tersenyum kecil, kemudian menundukkan kepalanya.Aila yang bingung hanya mengedip-ngedipkan matanya, bingung dengan situasi yang ada, sampai kemudian kedua bibir mereka bertemu. Tentu saja Aila terkejut, dia sempat mundur namun Alex lebih cepat meraih pinggang Aila dengan tangannya yang bebas, merapatkan tubuh Aila dengan tubuhnya.Ciuman yang semula hanya saling menempel itu mulai berubah me
..“Ini dokter yang ingin ku kenalkan padamu” ucap Alex.Seperti janjinya, dia mengenalkan Aila pada seorang wanita. Mereka langsung menemui wanita itu di rumahnya. Jarak antara apartemen dan rumah itu tidak terlalu jauh, Aila bisa pergi menggunakan sepeda untuk ke rumah itu.Bahkan, Aila dan Alex hanya jalan kaki untuk pergi kesana, mereka sempat jajan siomay juga sebelum sampai rumah tujuan.Aila menjabat tangan wanita yang kelihatan seperti umur tiga puluh tahunan tersebut.“Nama saya Aila.”“Aku Sarah, Alex banyak bercerita tentangmu sampai aku penasaran, seperti apa Aila itu... ternyata seperti yang ku bayangkan selama ini” ucap wanita itu, Sarah.Aila jadi gugup, memangnya Sarah berpikiran apa tentang Aila?“Memangnya apa yang Alex ceritakan?” tanya Aila dengan nada pelan, karena dia takut Alex tersinggung, walau pada kenyataannya Alex hanya senyam senyum seperti orang bodoh.Alex terus memperhatikan Aila sejak tadi, sampai Aila takut Sarah tersinggung.Masalahnya ini di rumah
..Aila merasa sangat bodoh, dia tidak bisa berhenti untuk tersenyum. Pada akhirnya, Aila menerima Alex untuk memasuki hatinya. Namun, Aila masih tidak memperbolehkan Alex untuk mengumbarnya ke publik. Aila masih takut... jadi hubungan mereka hanya mereka berdua saja yang mengetahuinya.Aila berjanji pada diri sendiri, dia tidak akan membocorkannya sebelum dirinya berubah. Oleh karena itu, Aila berusaha sekuat tenaga untuk berubah.Dia sudah mulai bekerja untuk Sarah karena Sarah sangat menyukai masakan Aila, menurut dia masakan Aila jauh lebih baik dari yang dia bayangkan.Sudah satu minggu berlalu.Hari itu adalah hari sabtu.Sabtu minggu Aila libur, karena Sarah sendiri di weekend malah pergi bekerja, bagaimanapun juga dia itu dokter dan ahli gizi. Sarah membuka praktek untuk berobat dan konsultasi di rumahnya jika di hari Sabtu-minggu.Aila menatap timbangan digital di depannya, meneguk kasar ludahnya.Jujur saja hal paling berat adalah menimbang tubuhnya, takut harapan tidak ses
Aila jarang sekali pergi berkemah, dulu pernah pergi dengan Gavin, hanya berdua saja, itupun hanya di belakang rumah nenek mereka.Sebenarnya dulu Aila iri melihat adiknya yang bisa bebas kemana saja, memiliki banyak teman. Jauh berbeda dengan Aila.Banyak juga gadis yang menyukai Gavin, itu juga membuat Aila iri. Dia hanya ingin tahu rasanya disukai oleh seseorang, sekali saja.Dan saat keinginan dia dikabulkan, malah ada dua orang yang mengaku jika menyukainya."Kak, kenapa diam aja disini?" Tanya Travis.Aila yang hanya duduk di depan kompor portabel sambil membuat s'more, menoleh pada Travis.Lelaki tampan yang memiliki mata tajam dan bibir mungil itu sedang berjongkok sambil menatap Aila.Bahkan saat Travis jongkok saja, Aila masih lebih mungil darinya. Aila bengong karena dia sedang berpikir 'mengapa anak-anak yang lebih muda darinya bertubuh besar-besar?'"Kak?" "Oh, aku lagi buat s'more, ini lho... Marshmallow yang dibakar, terus diapit diantara biskuit coklat, kamu coba deh
Aila membuka matanya perlahan. Matanya terasa berat, dan saat dia mencari cermin, dia melihat kedua matanya sudah membengkak, wajahnya pun sedikit membengkak.Menurut cara yang Aila tahu, dia hanya harus mengompresnya dengan air hangat atau kompres dingin. Aila memilih kompres dingin, baru kemudian menempelkan irisan mentimun pada matanya, sambil kembali rebahan di ranjang.Tanpa Aila sadari, dia kembali terlelap.Dalam tidurnya, teringat kembali kehidupan pernikahan yang menyakitkan bersama Rendy.Saat itu Aila masih gemuk, dia harus merasakan tatapan jijik dari suaminya. Setiap hari suaminya berkata padanya, "cewek gendut kayak kamu tuh, siapa sih yang mau nikahin kali bukan aku? Aku tuh kasihan sama kamu, harusnya kamu bersyukur punya suami kaya aku yang mau Nerima kamu apa adanya, iya kan? Coba sekarang sebutin, pernah pacaran nggak? Enggak kan? Hahaha, itu karena kamu udah kayak babi, kayak buldozer tahu nggak. Ya nggak aneh lah kalo aku nggak mau nyentuh kamu lagi, makanya diet
Alexa menepuk bahu kakaknya, Alex, lalu berbisik di telinganya, "kak, aku itu bukannya ingin mengejar Ricky, tapi aku ingin mengawasinya, karena aku tahu dia suatu saat akan berbuat yang lebih dari hari ini pada kak Aila."Alex hanya bergeming, dia tidak bisa mengatakan apapun untuk mengiyakan atau membantah adiknya, karena dia sendiri juga tidak tahu apakah adiknya berbohong atau tidak.Kemudian Alexa berdiri, mengambil sesuatu dari laci warna putih yang ada di meja, lalu memberikannya pada Alex."Lihat ini, aku menemukan foto-foto ini di kamar Ricky, dan itu hanya sebagian. Ricky memotret kak Aila diam-diam dan memandanginya tiap malam, aku melakukan ini semua untuk mu Alex... Aku tidak menyukai Ricky!"Alex memeriksa semua foto yang Alexa berikan padanya. Memang sebagian foto dipotret secara diam-diam, tapi sebagian lainnya pernah Alex lihat di ponsel Aila sendiri, entah itu diposting atau tidak."Tapi aku tahu kamu menyukai Ricky, Alexa... Kamu tidak perlu mengelak hal itu, karena
"Kak, kamu kenapa?"Gavin yang baru saja sampai di apartemen harus dikejutkan dengan Aila yang menangis di kamarnya tanpa suara, hanya terdengar suara ingus yang dibersihkan dengan tisu.Aila menoleh pada adiknya sebentar, lalu menggeleng pelan. Gavin menghela nafas berat. Aila memang sudah biasa memendam sendiri semua masalahnya, apa yang dia pikirkan, apa yang orang lain katakan padanya. Itu karena dari kecil, tidak ada yang mau mendengarkan ceritanya, bahkan saat ingin bercerita pada ibunya, yang ada Aila malah dibentak.Meski begitu, Aila selalu menjadi pendengar yang baik bagi adik-adiknya, Gavin juga sering bercerita pada Aila.Jadi, Gavin tidak mau membiarkan kakaknya seperti itu terus."Kak, ayo cerita... Jangan dipendam sendiri, nanti malah stress dan jadi jerawat, kulit jadi kusam, bukankah kakak bilang gitu kemarin?"Gavin duduk ditepi ranjang, tersenyum lembut pada kakak perempuannya.Aila beringsut mendekati Gavin, lalu memeluk adiknya erat, kemudian menangis lagi disana.
Ricky menghapus sedikit darah yang keluar dari sudut bibirnya, lalu dia menyeringai pada Alex."Ada apa bro? Aila ada disini, dia baik-baik saja, tidak perlu terburu-buru." Ucap Ricky santai.Dia sudah meminta Aila untuk sembunyi, karena awalnya Ricky mengira yang datang Alexa, karena jika Alexa yang datang, dia bisa mencelakai Aila."Tidak perlu pura-pura baik, aku sudah tahu tabiat burukmu, kau berpura-pura menjadi temanku tapi menusukku dari belakang!" Alex menunjukkan rekaman video yang Alexa kirimkan pada Ricky, membuat Ricky menaikkan satu alisnya."Ah, jadi dia menaruh kamera disana, aku akan membuangnya nanti. Katakan pada adikmu untuk tidak terobsesi denganku, aku hanya menyukai Aila—"Alex kembali berniat memukul Ricky, tapi Ricky dengan cepat menghindar dan menarik lengan Alex, menahannya dibalik punggung."Hei lepaskan aku!"Alex yang saat itu sedang kelelahan karena pekerjaannya, bisa kalah dengan Ricky dan dia merasa sangat kesal."Tidak, tunggu, kau harus menenangkan di
Saat itu Alex memiliki banyak pekerjaan, dia membantu dokter senior untuk menangani beberapa pasien. Dokter senior itu sangat menyukainya, jadi dia selalu meminta Alex untuk datang. Alex juga senang, dia jadi bisa banyak belajar dari dokter tersebut.Tapi akhir-akhir ini Alex diberi tugas lain, untuk membantu seorang dokter forensik yang sudah sangat terkenal, untuk menangani suatu kasus yang diduga rencana pembunuhan. Korbannya adalah selebriti, makanya tidak semudah itu.Maka dari itu, Alex jadi sangat sibuk. Padahal dia ingin sekali menemui Aila. Perasaannya tidak enak saat itu, ketika tiba-tiba ada Lexa, adiknya, menelfonnya.(Kak Alex!) Ucap Lexa dengan ceria setelah Alex akhirnya menerima panggilan tersebut."Iya, Lexa ada apa? Bagaimana dengan kerja pertamamu di cafenya Aila? Apa kamu sudah pulang?"Lexa bergumam kecil, (hmm, aku baru saja pulang dan aku ingin mengatakan sesuatu padamu, kamu mau mendengarkan ku kan, kak? Kita memang tidak seakrab itu, tapi aku tetap menyayangim
Saat itu, Aila merasa bingung, tidak berdaya. Apalagi Ricky mendekap tubuhnya dengan sangat erat.Aila tidak tahu apa yang terjadi, jadi dia ingin tahu. Dia berusaha memberontak dari rengkuhan Ricky, tapi dia sangat lemah.Sebenarnya, ciuman Ricky sangat lembut dan penuh perasaan, sampai Aila merasa dia sudah gila karena lama-kelamaan dia menikmatinya.Ciuman yang sangat terburu-buru itu, akhirnya selesai juga dengan tiba-tiba.Aila tidak sadar, tahu-tahu dia sudah duduk manis di sofa — tidak, diatas pangkuan Ricky.Sungguh, Ricky sangat tampan.Dengan wajah setampan itu, Aila merasa sayang sekali jika Ricky menyukainya.Karena..."Ricky, kamu tahu jika aku tidak bisa menerimamu, kan? Kenapa kamu memaksaku?""Kenapa kamu tidak berontak?""Bukankah kamu yang mendekapku dengan sangat kuat? Ku rasa kamu mencengkram pinggangku terlalu kuat tadi."Ricky terlihat khawatir, dia menurunkan Aila agar duduk sendiri, "serius? Maafkan aku Aila, aku tidak bermaksud. Seharusnya kamu hentikan aku tad
Aila merasa khawatir saat Ricky mengatakan ketidaksukaan dia secara terang-terangan pada Alexa, akan membuat Alexa kembali menyebalkan seperti dulu. Tapi ternyata Alexa hanya menanggapi ucapan Ricky seakan-akan Ricky tidak pernah mengucapkannya. Yah, tidak ada masalah dengan cafe. Alexa dapat berbaur dengan mudah, apalagi ada temannya, yaitu Travis. Gavin juga mulai bisa menerima Alexa, walaupun kadang kesal dengan Alexa, karena gadis itu tidak tahu banyak tentang dunia luar. Alexa bahkan tidak tahu caranya menyapu, jadi Gavin dan Travis seperti mengajari anak TK. Mereka bahkan berpikir anak TK bahkan lebih baik daripada Alexa. "Aku akan pergi sendiri naik taxi, aku baik-baik saja." Ucap Aila pada Gavin, saat dia akan pulang sendirian. Tidak ada Ricky yang biasanya mau mengantar Aila, karena Ricky tidak betah jika ada Alexa di sekitar sana. "Dia sudah besar, biarkan dia pulang sendiri," ucap Alexa, dia menyeret Gavin kembali ke cafe karena ada banyak kerjaan menumpuk. Aila berjal
"Tunggu dulu! Adiknya kak Alex? Gak mungkin lah kalo dia mau kerja di cafe, kan orang kaya raya!"Aila tersenyum tipis, "aku juga gak tahu, dia kemarin dateng kesini, mohon-mohon biar bisa kerja di cafe. Katanya dia mau cari pengalaman aja, gitu kok. Aku nggak tega sama di, jadi... Nanti tolong dibantu, ya? Pasti dia memiliki banyak kesulitan, karena dia udah kayak putri dari lahir."Gavin mengacak-acak rambutnya yang memang sudah acak-acakan, "kak... Aku tau kamu nggak tegaan, tapi ya mikir dong! Kita butuh orang baru yang bisa langsung kerja, bukan malah ngajarin bayi!"Aila tertawa canggung, lalu dia menepuk bahu Gavin, "kamu pasti bisa, Vin! Sehari atau dua hari, kalau dia nggak betah, pasti minta keluar sendiri kok."Gavin kembali menatap kakaknya, ada ide terlintas di kepalanya, "iya juga, ya?""Nah, sekarang kamu mandi dan siap-siap ya, aku masakin sarapan dan bekal makan siang."Gavin sudah tidak terlihat kesal, dia pun pergi untuk mandi dan bersiap. Jadi, Aila pikir, adiknya