..“Stevi! Apa yang kau lakuk –” Alex yang marah itu tercekat saat melihat Aila sudah sangat marah.Tangan Aila melayang dengan cepat lalu mendarat di pipi Stevi.PLAK!Suara tamparan itu begitu renyah sampai mendapat perhatian dari tamu undangan yang lain.Stevi pun memegangi pipinya, tidak percaya jika Aila berani menamparnya.“Kau...”“Beraninya kamu mengotori dress kesayanganku? Aku harus diet dulu hanya untuk memakainya, sekarang sudah bisa ku pakai tapi kamu mengotorinya? Aku tidak masalah jika itu air mineral biasa tapi ini sirup! Minuman berwarna! Kau –”“Janda gendut gak tau diri, beraninya kau menamparku!”Alex segera menyeret Aila untuk pergi, tapi sebelumnya dia menatap Stevi dan Lexa dengan tajam.“Jika kalian berani dengan Aila lagi, aku tidak akan tinggal diam! Ayo Aila, kita cari pakaian baru...”Stevi sangat geram melihat Alex yang pergi sambil menggandeng Aila.Seharusnya posisi itu adalah miliknya.“Si gendut itu...”“Gimana ini, dia semakin kurus dan cantik, kamu
..Aila melongo mendengar si selebriti yang Aila lupa namanya itu seenaknya sendiri mengatainya, apa bedanya dia dengan pegawai yang sebelumnya jika begini?Alex sudah ingin membuka mulutnya untuk menyerang si selebriti, tapi Aila dengan cepat memberinya kode untuk diam saja.“Jadi karena mbaknya itu lebih terkenal dan lebih cantik, jadi saya gak boleh beli baju mahal? Saya sudah memilih gaun itu duluan dan akan segera saya bayar setelah mencobanya, mbak bisa milih yang lain yang jauh lebih mewah dan mahal, tidak perlu gaun saya juga kan mbak?”PLAK!Aila sangat terkejut, padahal ucapan Aila itu sudah sangat sopan, juga lembut nadanya, tapi si seleb langsung menamparnya begitu saja. Aila pun menatap si seleb dengan tatapan tidak percaya.“Kamu berani banget ya? Mana manggil mbak lagi, emang aku pembantu apa? Gak sopan banget, kamu mau aku laporin, hah?”“Ya udah kalo gak suka dipanggil dengan sopan, ku panggil buk aja mau? Lagian mbak itu –”“Siapa yang nyuruh kamu bantah ucapanku si
..Perasaan aneh menganggu Aila, dia merasa ada seseorang yang naik ke atas tubuhnya, jadi mau tak mau dia mengalahkan kantuk dan membuka matanya.“Alex?” gumam Aila, dia masih belum percaya jika Alex merangkak diatas tubuhnya. Penampilan Alex begitu kacau, rambutnya berantakan, bath robe yang dia kenakan juga berantakan, menampilkan tubuh atasnya yang sempurna.Alex terlihat sangat tampan, sepertinya Aila sedang bermimpi saat itu.Tidak ada yang bisa menjelaskan kejadian itu selain mimpi.“Aila... kamu cantik sekali, sayang....” suara berat Alex masuk ke dalam pendengaran Aila, terdengar begitu seksi, membuat Aila merasa tenang sekaligus merinding. Merindingnya itu seperti hal yang menyenangkan.Ini jelas hanya mimpi, iya kan?Aila kebingungan saat Alex mengulurkan tangan besarnya untuk membelai pipinya, kemudian bibirnya.“Alex, kamu kenapa?” tanya Aila.Alex merendahkan tubuhnya, lalu menghirup aroma wangi lembut parfum yang Aila kenakan di lehernya.Aila merinding saat bibir ding
..“Kita akan naik kereta, tidak masalah kan? biar ku bayarkan tiketnya” ucap Alex.Saat itu Aila melamun, dia hanya mengangguk saja, tidak menanggapi ucapan Alex. Tadinya Alex mengatakan untuk naik pesawat, tapi Aila tidak mau, dia bilang pesawat sangat mahal. Jadi Alex berinisiatif memesan tiket kereta api. Jelas tiket yang mahal, karena mendapatkan tiket kereta api dalam waku dekat itu sulit sekali.Alex tidak akan mengatakan harganya, agar Aila tidak tertekan. Lebih dari seratus ribu saja Aila bilang mahal.Alex pun duduk berjongkok di depan Aila, kemudian meraih tangan Aila, “Aila, jangan begini... aku tahu kamu sedih, tapi jika kamu sampai tidak mau makan, mantan ayah mertuamu itu pasti marah jika tahu, dia sangat menyayangimu, dia akan sedih kalau kamu jadi sakit kan?” ucap Alex.Aila melepaskan tangan kanannya dari genggaman tangan Alex, kemudian menghapus airmatanya yang tiba-tiba keluar tanpa bisa dibendung.“Maaf, aku gak nafsu makan aja, Lex.”Alex pun menangkup pipi Aila
..“Nina, jangan merekam!” ucap Aila kesal.Nina menyeringai dan itu terlihat sangat menyebalkan, “siapa yang rekam? Aku melakukan live kok, Aila, sapa penggemarmu, katanya kamu makin cantik aja setelah turun berat badan!”Aila mengernyitkan dahinya, rupanya Nina memanfaatkan berita viral tentang Aila, Rendi, Sari dan Alex hingga dia mendapatkan banyak pengikut. Anehnya, Sari tidak masalah meski masalahnya diekspos oleh temannya.Mereka memang aneh.“Begini, Sari, maaf aku tidak bisa memanggilmu mama lagi karena aku sudah cerai dengan anak tirimu, sekarang yang tidak tahu diuntung siapa? Ayahnya Rendi memungutmu dari kemiskinan dan menikahimu, hingga kamu bisa hidup enak, lalu kamu seenaknya sendiri menggoda anak tirimu, mantan suamiku, kenapa kamu tidak memiliki malu, Sari? Apa mukamu sudah sangat tebal?” ucap Aila, dia kali ini berani karena dia sudah muak selalu ditindas oleh Sari atau Nina.Mungkin juga karena ada Alex, seseorang yang selalu bisa menguatkannya, jadi dia merasa me
..Aila menatap Alex cukup lama, menunggu jawaban dari bibir lelaki tampan tersebut.“Selama ini hidupku membosankan entah itu sebelum berpacaran dengan Stevi, setelah berpacaran atau pun setelah putus, rasanya hidupku begitu-begitu saja. sebenarnya orangtuaku kurang setuju aku menjadi dokter, karena mereka menginginkan aku yang meneruskan bisnis keluarga. Aku sebenarnya tidak masalah meneruskan bisnis keluarga, tapi – apa ya? Aku ingin mengejar sesuatu yang benar-benar ku inginkan.Jadi sat aku bersemangat untuk kuliah kedokteran, aku tidak peduli kata-kata orangtuaku, mereka pun akhirnya mendukungku, kemudian keluargaku juga memiliki rumah sakit, pas sekali ada aku yang menjadi dokter. Sekarang setelah bertahun-tahun, kesenangan itu perlahan sirna, aku mulai pada titik jenuh. Bukan karena sudah malas menjadi dokter, hanya saja aku butuh sesuatu yang baru, yang bisa menggerakkan hatiku.Kemudian aku menemukanmu, Aila. Pertama aku melihatmu saat mengantar yah mertuamu, ku pikir kamu
..“Nak Alex sudah pacaran belum sama Aila? Kalo belom, tante masih ada dua anak perempuan, anak laki-laki tante, adiknya Aila lagi kerja di luar kota.”“Mama! Jangan gitu ah, Aila sama Alex itu temenan aja kok” Aila buru-buru menyahuti ucapan ibunya. Aila dan Alex sudah sepakat untuk tidak mengatakan apapun tentang hubungan mereka.Lebih tepatnya, Aila yang mendesak Alex untuk tidak mengatakan apapun, hanya boleh bilang teman atau sahabat, tidak lebih dari itu. Alex pun mau saja setelah diancam.Padahal tujuan Alex mau menginap di rumah Aila untuk mendapat restu orangtuanya Aila, sepertinya akan susah jika Aila saja tidak mau terbuka.Tapi tidak apa, itu lebih baik daripada Alex ditolak.“Apa sih Aila, mama cuma suka aja sama nak Alex, dia ganteng, bule, dokter, baik lagi! Ah, kayaknya gak cocok sama Aila deh, ya kan pa? Cocoknya sama Anita, Anita ini masih SMA, cantik kan nak Alex? Kalo Aila sih udah gendut, janda, kamu pasti gak suka kan nak?”Sungguh, hati Aila sakit dihina seper
..Akhirnya Aila harus pergi lagi ke Jakarta. Bukannya terasa berat, tapi malah terasa sangat enteng. Bukan berarti Aila tidak menyayangi keluarganya, dia sayang, tapi mau bagaimana lagi, berada di rumah hanya membuat Aila merasa tertekan. Kalau pun berat mungkin Aila hanya berat pada ayahnya saja.Lagipula, Aila memiliki alasan untuk pergi ke Jakarta bersama Alex, yaitu pekerjaannya di rumah Sarah. Aila sudah menceritakan tentang pekerjaannya tersebut, ibunya jadi mendukung setelah tahu berapa gaji Aila.Diminta atau tidak, sebenarnya Aila sering mengirimkan pada ibunya, agar bisa membantu, meski tidak banyak. Meski ucapan ibunya menyakitkan, tetap saja ibunya adalah ibu yang melahirkannya. Aila memilih untuk mengalah.Aila dan Alex kali ini berangkat menggunakan pesawat, agar lebih cepat. Itu karena Alex mendapatkan pesan dari keluarganya, jika ada acara dan penyelenggara acara adalah keluarga besar Alex.Yang pasti acaranya semacam pesta, mereka mengadakannya di sekitar PIK. Kelua
Aila jarang sekali pergi berkemah, dulu pernah pergi dengan Gavin, hanya berdua saja, itupun hanya di belakang rumah nenek mereka.Sebenarnya dulu Aila iri melihat adiknya yang bisa bebas kemana saja, memiliki banyak teman. Jauh berbeda dengan Aila.Banyak juga gadis yang menyukai Gavin, itu juga membuat Aila iri. Dia hanya ingin tahu rasanya disukai oleh seseorang, sekali saja.Dan saat keinginan dia dikabulkan, malah ada dua orang yang mengaku jika menyukainya."Kak, kenapa diam aja disini?" Tanya Travis.Aila yang hanya duduk di depan kompor portabel sambil membuat s'more, menoleh pada Travis.Lelaki tampan yang memiliki mata tajam dan bibir mungil itu sedang berjongkok sambil menatap Aila.Bahkan saat Travis jongkok saja, Aila masih lebih mungil darinya. Aila bengong karena dia sedang berpikir 'mengapa anak-anak yang lebih muda darinya bertubuh besar-besar?'"Kak?" "Oh, aku lagi buat s'more, ini lho... Marshmallow yang dibakar, terus diapit diantara biskuit coklat, kamu coba deh
Aila membuka matanya perlahan. Matanya terasa berat, dan saat dia mencari cermin, dia melihat kedua matanya sudah membengkak, wajahnya pun sedikit membengkak.Menurut cara yang Aila tahu, dia hanya harus mengompresnya dengan air hangat atau kompres dingin. Aila memilih kompres dingin, baru kemudian menempelkan irisan mentimun pada matanya, sambil kembali rebahan di ranjang.Tanpa Aila sadari, dia kembali terlelap.Dalam tidurnya, teringat kembali kehidupan pernikahan yang menyakitkan bersama Rendy.Saat itu Aila masih gemuk, dia harus merasakan tatapan jijik dari suaminya. Setiap hari suaminya berkata padanya, "cewek gendut kayak kamu tuh, siapa sih yang mau nikahin kali bukan aku? Aku tuh kasihan sama kamu, harusnya kamu bersyukur punya suami kaya aku yang mau Nerima kamu apa adanya, iya kan? Coba sekarang sebutin, pernah pacaran nggak? Enggak kan? Hahaha, itu karena kamu udah kayak babi, kayak buldozer tahu nggak. Ya nggak aneh lah kalo aku nggak mau nyentuh kamu lagi, makanya diet
Alexa menepuk bahu kakaknya, Alex, lalu berbisik di telinganya, "kak, aku itu bukannya ingin mengejar Ricky, tapi aku ingin mengawasinya, karena aku tahu dia suatu saat akan berbuat yang lebih dari hari ini pada kak Aila."Alex hanya bergeming, dia tidak bisa mengatakan apapun untuk mengiyakan atau membantah adiknya, karena dia sendiri juga tidak tahu apakah adiknya berbohong atau tidak.Kemudian Alexa berdiri, mengambil sesuatu dari laci warna putih yang ada di meja, lalu memberikannya pada Alex."Lihat ini, aku menemukan foto-foto ini di kamar Ricky, dan itu hanya sebagian. Ricky memotret kak Aila diam-diam dan memandanginya tiap malam, aku melakukan ini semua untuk mu Alex... Aku tidak menyukai Ricky!"Alex memeriksa semua foto yang Alexa berikan padanya. Memang sebagian foto dipotret secara diam-diam, tapi sebagian lainnya pernah Alex lihat di ponsel Aila sendiri, entah itu diposting atau tidak."Tapi aku tahu kamu menyukai Ricky, Alexa... Kamu tidak perlu mengelak hal itu, karena
"Kak, kamu kenapa?"Gavin yang baru saja sampai di apartemen harus dikejutkan dengan Aila yang menangis di kamarnya tanpa suara, hanya terdengar suara ingus yang dibersihkan dengan tisu.Aila menoleh pada adiknya sebentar, lalu menggeleng pelan. Gavin menghela nafas berat. Aila memang sudah biasa memendam sendiri semua masalahnya, apa yang dia pikirkan, apa yang orang lain katakan padanya. Itu karena dari kecil, tidak ada yang mau mendengarkan ceritanya, bahkan saat ingin bercerita pada ibunya, yang ada Aila malah dibentak.Meski begitu, Aila selalu menjadi pendengar yang baik bagi adik-adiknya, Gavin juga sering bercerita pada Aila.Jadi, Gavin tidak mau membiarkan kakaknya seperti itu terus."Kak, ayo cerita... Jangan dipendam sendiri, nanti malah stress dan jadi jerawat, kulit jadi kusam, bukankah kakak bilang gitu kemarin?"Gavin duduk ditepi ranjang, tersenyum lembut pada kakak perempuannya.Aila beringsut mendekati Gavin, lalu memeluk adiknya erat, kemudian menangis lagi disana.
Ricky menghapus sedikit darah yang keluar dari sudut bibirnya, lalu dia menyeringai pada Alex."Ada apa bro? Aila ada disini, dia baik-baik saja, tidak perlu terburu-buru." Ucap Ricky santai.Dia sudah meminta Aila untuk sembunyi, karena awalnya Ricky mengira yang datang Alexa, karena jika Alexa yang datang, dia bisa mencelakai Aila."Tidak perlu pura-pura baik, aku sudah tahu tabiat burukmu, kau berpura-pura menjadi temanku tapi menusukku dari belakang!" Alex menunjukkan rekaman video yang Alexa kirimkan pada Ricky, membuat Ricky menaikkan satu alisnya."Ah, jadi dia menaruh kamera disana, aku akan membuangnya nanti. Katakan pada adikmu untuk tidak terobsesi denganku, aku hanya menyukai Aila—"Alex kembali berniat memukul Ricky, tapi Ricky dengan cepat menghindar dan menarik lengan Alex, menahannya dibalik punggung."Hei lepaskan aku!"Alex yang saat itu sedang kelelahan karena pekerjaannya, bisa kalah dengan Ricky dan dia merasa sangat kesal."Tidak, tunggu, kau harus menenangkan di
Saat itu Alex memiliki banyak pekerjaan, dia membantu dokter senior untuk menangani beberapa pasien. Dokter senior itu sangat menyukainya, jadi dia selalu meminta Alex untuk datang. Alex juga senang, dia jadi bisa banyak belajar dari dokter tersebut.Tapi akhir-akhir ini Alex diberi tugas lain, untuk membantu seorang dokter forensik yang sudah sangat terkenal, untuk menangani suatu kasus yang diduga rencana pembunuhan. Korbannya adalah selebriti, makanya tidak semudah itu.Maka dari itu, Alex jadi sangat sibuk. Padahal dia ingin sekali menemui Aila. Perasaannya tidak enak saat itu, ketika tiba-tiba ada Lexa, adiknya, menelfonnya.(Kak Alex!) Ucap Lexa dengan ceria setelah Alex akhirnya menerima panggilan tersebut."Iya, Lexa ada apa? Bagaimana dengan kerja pertamamu di cafenya Aila? Apa kamu sudah pulang?"Lexa bergumam kecil, (hmm, aku baru saja pulang dan aku ingin mengatakan sesuatu padamu, kamu mau mendengarkan ku kan, kak? Kita memang tidak seakrab itu, tapi aku tetap menyayangim
Saat itu, Aila merasa bingung, tidak berdaya. Apalagi Ricky mendekap tubuhnya dengan sangat erat.Aila tidak tahu apa yang terjadi, jadi dia ingin tahu. Dia berusaha memberontak dari rengkuhan Ricky, tapi dia sangat lemah.Sebenarnya, ciuman Ricky sangat lembut dan penuh perasaan, sampai Aila merasa dia sudah gila karena lama-kelamaan dia menikmatinya.Ciuman yang sangat terburu-buru itu, akhirnya selesai juga dengan tiba-tiba.Aila tidak sadar, tahu-tahu dia sudah duduk manis di sofa — tidak, diatas pangkuan Ricky.Sungguh, Ricky sangat tampan.Dengan wajah setampan itu, Aila merasa sayang sekali jika Ricky menyukainya.Karena..."Ricky, kamu tahu jika aku tidak bisa menerimamu, kan? Kenapa kamu memaksaku?""Kenapa kamu tidak berontak?""Bukankah kamu yang mendekapku dengan sangat kuat? Ku rasa kamu mencengkram pinggangku terlalu kuat tadi."Ricky terlihat khawatir, dia menurunkan Aila agar duduk sendiri, "serius? Maafkan aku Aila, aku tidak bermaksud. Seharusnya kamu hentikan aku tad
Aila merasa khawatir saat Ricky mengatakan ketidaksukaan dia secara terang-terangan pada Alexa, akan membuat Alexa kembali menyebalkan seperti dulu. Tapi ternyata Alexa hanya menanggapi ucapan Ricky seakan-akan Ricky tidak pernah mengucapkannya. Yah, tidak ada masalah dengan cafe. Alexa dapat berbaur dengan mudah, apalagi ada temannya, yaitu Travis. Gavin juga mulai bisa menerima Alexa, walaupun kadang kesal dengan Alexa, karena gadis itu tidak tahu banyak tentang dunia luar. Alexa bahkan tidak tahu caranya menyapu, jadi Gavin dan Travis seperti mengajari anak TK. Mereka bahkan berpikir anak TK bahkan lebih baik daripada Alexa. "Aku akan pergi sendiri naik taxi, aku baik-baik saja." Ucap Aila pada Gavin, saat dia akan pulang sendirian. Tidak ada Ricky yang biasanya mau mengantar Aila, karena Ricky tidak betah jika ada Alexa di sekitar sana. "Dia sudah besar, biarkan dia pulang sendiri," ucap Alexa, dia menyeret Gavin kembali ke cafe karena ada banyak kerjaan menumpuk. Aila berjal
"Tunggu dulu! Adiknya kak Alex? Gak mungkin lah kalo dia mau kerja di cafe, kan orang kaya raya!"Aila tersenyum tipis, "aku juga gak tahu, dia kemarin dateng kesini, mohon-mohon biar bisa kerja di cafe. Katanya dia mau cari pengalaman aja, gitu kok. Aku nggak tega sama di, jadi... Nanti tolong dibantu, ya? Pasti dia memiliki banyak kesulitan, karena dia udah kayak putri dari lahir."Gavin mengacak-acak rambutnya yang memang sudah acak-acakan, "kak... Aku tau kamu nggak tegaan, tapi ya mikir dong! Kita butuh orang baru yang bisa langsung kerja, bukan malah ngajarin bayi!"Aila tertawa canggung, lalu dia menepuk bahu Gavin, "kamu pasti bisa, Vin! Sehari atau dua hari, kalau dia nggak betah, pasti minta keluar sendiri kok."Gavin kembali menatap kakaknya, ada ide terlintas di kepalanya, "iya juga, ya?""Nah, sekarang kamu mandi dan siap-siap ya, aku masakin sarapan dan bekal makan siang."Gavin sudah tidak terlihat kesal, dia pun pergi untuk mandi dan bersiap. Jadi, Aila pikir, adiknya