Share

Dukungan Sahabat

Penulis: ZB
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Memiliki sahabat meski hanya sedikit, tetapi saling membantu di kala susah dan selalu memberi dukungan supaya semangat lagi di saat membutuhkan adalah anugerah yang patut disyukuri. Bermanfaat bagi dunia dan akhirat lebih baik daripada banyak teman hanya di kala senang saja, bermain sampai lupa waktu dan kewajiban. 

Haziya menyambut mereka dengan gembira, mempersilakan Miska, Anis dan Zaweel memasuki rumah. Meski baru tadi pagi ketiganya pulang dari rumah, dan sorenya kembali lagi, tetapi tetap saja ibu Haziya memperlakukan mereka seperti tamu. 

"Dimakan dulu ya nasi gorengnya, masih enak daging rendangnya kok. Ini kacang rendang kesukaan Lidya, empuk. Yuk dimakan!" Ibu mempersilakan mereka yang tidak tega menolak meski sudah makan siang tadi. Demi menghormati tuan rumah, mereka duduk melingkar di kursi meja makan untuk menyantap hidangan.

"Ziya nggak makan?" tanya Anis menegur Haziya yang sibuk mengambil lauk untuk mereka.

"Sudah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Persidangan Kedua

    Sidang yang direncanakan akan dimulai pada pukul sepuluh pagi dimundrukan jadi setengah sebelas. Meski hanya tiga puluh menit lebih lama karena kabarnya hakim sedikit terlambat, gegara macet, tetapi keluarga Haziya dan sahabatnya sudah sejam lalu hadir ke kantor mahkamah Syariah.Mereka begitu semangat untuk mendukung Haziya, supaya cepat dibebaskan dari statusnya sebagai istri dari Shabir. Lelaki itu bahkan sampai detik ini tidak tampak batang hidung. Haziya sudah bisa menduganya karena di persidangan pertama pun mantan suaminya itu tidak datang.Dia berharap segala proses bisa berjalan lancar, mudah dan cepat kelar supaya Haziya bisa beraktivitas dengan normal. Menjadi guru tanpa harus disibukkan dengan segala proses perceraian yang begitu rumit dan melelahkan.Batin Haziya sudah terguncang sejak perpisahannya dengan Shabir, ditambah kehadiran Vina sang istri baru Shabir yang begitu terang-terangan menganca

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Traktiran Zaweel

    Zaweel mengajak semuanya singgah di Freshrock Caffe untuk mengisi perut dulu karena sudah memasuki waktu makan siang. "Pesan yang banyak, Ziya biar kuat!" seru Anis."Iya, Kak, kenapa cuma pesan dua menu saja. Pesan lain juga biar Kakak punya tenaga, buktikan pada mereka kalau Kakak bisa baik-baik saja setelah terlepas dari lelaki itu," imbuh Lidya, dia tidak suka melihat kakaknya bersedih berkelanjutan apalagi jika menangisi lelaki macam Shabir. Buang-buang waktu saja."Sudah cukup, Dek," kata Haziya, tetapi Miska malah langsung menulis menu tambahan untuk Haziya.""Miska, hapus saja daripada mubazir," usul Haziya, tetapi Lidya malah melarangnya."Mbak, ini ya jangan lama," ujar Miska seraya menyerahkan buku menu kepada pelayan cafe."Baik, ditunggu dulu ya, Dik," tandasnya sebelum berlalu menuju pantry."Mereka benar, Nak, kamu harus makan yang banyak," tutur ayahnya yang disetujui oleh sang ibu."Anak ibu

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Zaweel Diam-diam Balik Ke Kota

    "Bang, katakan tadi nelpon siapa?" tanya Miska tiba-tiba ketika Zaweel mulai menginjak pedal gas menjauh dari depan rumah Haziya."Papa," jawab Zaweel singkat, Miska semakin curiga sesuatu hal besar sedang terjadi karena ekspresi wajah Zaweel ketika berbicara dengan Om Zacky di restoran tadi mengundang penasaran."Ada apa? Abang disuruh balik ke Jakarta?" tebak Miska sangat tepat sasaran. Biasanya dua saudara ini tidak pernah seserius ini mengobrol, apalagi Miska yang terkesan ikut campur.Namun, Miska mencemaskan sesuatu jika dugaannya benar. Keluarga Zaweel tidak terlalu setuju jika dia ke Aceh, meskipun mereka tidak sepenuhnya mengetahui tujuan Zaweel ke mari. Karena Zaweel hanya beralasan untuk menjenguk saudaranya di kampung dan berliburan. Meskipun sekarang papa dan mamanya sudah mengetahui alasan utama putra mereka rela terbang ke Aceh, meninggalkan pekerjaannya di sana sebagai pengacara dengan bayaran termahal.***"Mama enggak

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Liburan Ke Lhokseumawe

    Haziya dan Lidya singgah dulu di waroeng makan yang terkenal dengan menu sate Apaleh. Kuah kacang khas aroma menghidu aroma penciuman keduanya ketika melewati jalan protokol Banda-Medan itu. Beberapa kilometer sebelum sampai kota Lhokseumawe.Puluhan warung kupi berjejeran dengan dua muka setiap toko diisi oleh satu rak sate. Para pekerja memakai batik khas Aceh yang berbeda setiap warungnya. Selain sate, juga ada Abang penjual mie goreng Aceh yang tak kalah sedap memanjakan lidah para wisatawan. Mereka bahkan ada yang sengaja pergi dari Banda Aceh ke Lhokseumawe hanya untuk mencicipi sate Apaleh ini.Perjalanan enam jam lebih terbayarkan ketika kelezatan daging sapi yang diolah menjadi sate membuat mereka ingin berkunjung kembali nantinya."Pakai nasi dua ya, Bang sama es teh manis," pesan Lidya ketika Abang penjual sate menanyakan pesanan mereka."Baik, silakan ditunggu dulu ya, Dik."Keduanya duduk di salah satu kursi yang dise

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Apa Makanan Kesukaan Zaweel?

    Zaweel tidak mau membuang waktu meski beberapa menit saja untuk istirahat setelah sampai di Jakarta. Dia langsung ke kantor mememui papa untuk membahas soal pekerjaan, dibandingkan pulang ke rumah hanya sekadar makan ataupun mandi. "Mas Zaweel, apa kabar Mas?" sapa asisten pribadinya yang sudah lama tidak melihat lelaki berkarismatik itu menginjakkan kaki ke perusahaan. Meskipun sebelumnya Zaweel juga sangat jarang ke kantor karena dia sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengacara, tetapi tetap saja Safia selalu mengharapkan kedatangan bos tampan ini dan sangat merindukannya untuk waktu yang lama tidak melihat Zaweel. "Alhamdulillah, baik. Papa ada di ruangannya?" Zaweel belum menghubungi sang papa untuk memberitahu kalau dia sudah sampai di sini, bukan karena niatnya untuk memberikan kejutan, tetapi dia merasa tidak terlalu penting jika sekadar mengabari posisinya sekarang. "Ada, baru saja selesai rapat. Mas Zaweel mau dibuatkan kopi sep

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Namanya Haziya, Bukan Janda

    "Zaweelku!" Mama menyambut Zaweel di teras, dia langsung memeluk putranya seolah baru saja pulang dari sekolah."Kamu kehilangan berapa kilo berat badan?" Mama menilik penampilan anaknya dari atas hingga bawah."Jangan bilang karena kamu terlalu memikirkan kasus si janda itu, kamu--""Ma, aku mau mandi dulu abis ini makan. Lapar banget, mama masakin apa?" Zaweel sengaja memotong ucapan sang mama, dia tidak ingin mereka berdebat hal tidak penting di teras."Ayo, mama sudah masakin banyak makanan kesukaanmu. Kamu mandi dulu, mama hangatkan sebentar."Zaweel menaiki tangga, dia tidak membenci mamanya yang bersikap berlebihan dan kurang menyukai Haziya padahal belum mengenal perempuan itu secara formal. Mamanya bukan orang jahat, bahkan begitu menyayanginya karena itu Zaweel sangat menghormati perempuan yang telah melahirkannya itu.Dia mencoba

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Tebakan Salah

    Zaweel mengecek ponselnya ketika dia merebahkan badan di tempat tidur. Namun, dia merasa aneh dengan pesan yang belum dibalas oleh Haziya. Bahkan sekadar dibaca pun belum.Apakah terjadi sesuatu dengan Haziya?Zaweel mencoba untuk tidak berpikiran buruk, mungkin saja Haziya sedang sibuk menikmati liburannya sehingga tidak sempat membalas pesan."Bang ..."Jarang sekali Miska mengirim chat menggantung seperti itu, biasanya dia selalu langsung to the point jika ada hal penting."Iya, ada apa?" Zaweel segera membalas, perasaannya sedikit deg-degan menunggu pesan lanjutan Miska."Kangen enggak? Wkwk."Miska mengirimkan foto Haziya tersenyum memandang lautan sedang berdiri di tepi pantai yang diambil gambarnya oleh Lidya.Zaweel menghela napas lega setelah melihat Haziya baik-baik saja. 

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Perasaan Aneh

    "Aku pulang ke Jakarta tadi pagi."Saat membaca pesan terakhir dari Zaweel, Haziya merasakan desiran aneh di dada. Bahkan dia tidak langsung membalas, matanya terasa berat oleh genangan embun.Mengapa Haziya mendadak didesak oleh perasaan tak menentu? Hatinya terasa nyeri membaca kalimat itu.Haziya sadar dia hanyalah klien bagi Zaweel, tidak punya hak mengatur kapan lelaki itu kembali ke kotanya lagi. Namun, mengapa tidak ada salam pamitan sejak kemarin? Setidaknya Zaweel memberitahukan soal keberangkatan tadi pagi itu kepadanya, sekadar basa-basi?Seketika Haziya sadar, jika hubungan mereka tidak lebih dari antara klien dan pengacara. Dia tidak punya hak untuk menuntut Zaweel dengan kekecewaan diterimanya kini. Lelaki itu bebas ke mana pun, bahkan jika tidak kembali lagi ke Aceh untuk melanjutkan status seorang pengacara baginya sah-sah saja.Dia tidak tahu al

Bab terbaru

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Perpisahan Zaweel dan Haziya

    Miska menyiapkan segala keperluan untuk acara syukuran nanti malam di rumahnya. Sebagai seorang sahabat, dia senang akhirnya Haziya secara resmi berpisah dengan Shabir. Bahkan dia berencana untuk memperkenalkan Haziya dengan temannya yang masih single, nanti jika Haziya sudah terlihat lebih baik dan mulai membuka hati kembali.Namun, sebenarnya dia lebih suka jika Zaweel yang menjadi lelaki hebat untuk Haziya. Meskipun sikap Zaweel terkesan suka humoris, tetapi dia yakin jika Zaweel bisa melindungi sahabatnya dari gangguan mantan suami Haziya, apalagi dari tekanan Bu Karni, dan lain-lain.Miska sedikit tahu tentang perjodohan Zaweel dengan Safia, walaupun belum ada keputusan lebih lanjut. Monika pasti akan merencanakan perjodohan itu berjalan sesuai harapan mereka. Sekar dan Monika sudah bersahabat dan saling mengenal, serta keluarga mereka juga menjalin bisnis. Tentu saja bersatunya Zaweel dan Safia akan semakin meningkatkan hubungan persahabatan mereka.&n

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Keputusan Pengadilan

    Miska akan menginap di rumah Haziya malam ini, karena dia ingin menemani sahabatnya, serta akan ikut ke pengadilan besok. Sedangkan Zaweel sudah berpamitan sejak memasuki waktu ashar, dia shalat berjamaah di masjid terdekat bersama ayah Haziya. "Makasih ya Nak, kamu mau membantu putriku." "Sama-sama, Pak. Insya Allah besok kita pasti bisa menyudahi semua perkara ini." "Aamiin." "Kamu bakal balik ke Jakarta lagi setelah ini?" tanya Ayah Haziya ketika mereka menuju parkiran Masjid. "Iya, Pak, masih ada kerjaan di Jakarta," jawab Zaweel, dia juga enggan cepat balik ke kota karena merasa nyaman di sini. Namun, statusnya masih sebagai pengacara, dia harus profesional dan kembali melanjutkan profesinya. Ditambah perusahaan papanya yang juga membutuhkan dirinya. Meskipun dia tidak lagi bekerja di bidang pembela klien, Monika tidak akan membiarkannya menetap di Aceh. Zaweel harus menjadi penerus sang papa. "Semoga saja

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Zaweel Menepati Janjinya

    Haziya bersiap untuk ke rumah bimbingan belajar, dia akan mulai mengajar lagi hari ini. Miska menghubunginya ketika dia hendak ke Sigli."Assalamualaikum, kamu baik-baik saja, kan?" Miska terdengar khawatir di seberang. "Kenapa baru aktif nomornya?""Waalaikumsalam, Alhamdulillah baik-baik saja Miska. Maaf semalam lupa aktifkan ponsel," jawab Haziya jujur."Ada apa? Dia mencoba menghubungi kamu lagi makanya kamu harus matiin HP?"Tebakan Miska tepat sasaran, Haziya membenarkan karena dia tidak akan bisa membohongi sahabatnya yang sudah terlalu pandai membaca dirinya."Lelaki pecundang. Dia pasti mencoba menggelabui kamu lagi, pura-pura menyesal dan minta balikan padahal sudah punya istri baru. Ckck!" gerutu Miska kesal dengan sikap tak berpendirian Shabir."Masih banyak lelaki lain, jangan sampai kamu masuk ke lubang yang sama. Biarkan dia bersama Tante itu, nanti yang ada kamu malah dituduh sama Tante itu merebut sua

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Larangan Ayah Haziya

    Bu Laela berdiri di depan kompor, suasana hatinya berubah tidak karuan disebabkan kedatangan tamu tadi. Bahkan tadi dia sangat bersemangat untuk memasak rebung kala merah."Bu, biar aku saja yang masak. Ibu istirahat saja ke kamar!" saran Haziya meminta Bu Laela untuk tidak memaksakan diri memasak dalam keadaan tidak konsentrasi."Enggak apa-apa, Ibu bisa lanjutin. Kamu datang?" tanya Bu Laela seraya membuka penutup panci, memasukkan bumbu yang sudah dihaluskan untuk merebus ayam."Sekarang aku kembali harus dapat izin dari ayah dan ibu kalau mau ke mana saja, Bu. Jadi, aku bakal patuhi semua kata Ibu. Ibu jangan resah, aku enggak bakal datang tanpa izin dari kalian." Haziya tersenyum hangat memberikan ketenangan pada perempuan yang begitu disayanginya itu."Assalamualaikum, Bu!" Ayah Haziya masuk tergesa-gesa setelah mengucapkan salam. Dia langsung menuju dapur karena mencium aroma harum dari masakan yang sedang dimasak."Waalaikumsala

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Bu Karni Mengundang Haziya

    Bu Karni memandang mereka dengan senyum menyeringai, begitu juga dengan Vina di sebelahnya.Mengapa mereka datang ke sini?Suami Bu Laela sedang di luar, sedangkan Adil masih kecil tidak mungkin bisa kuat mengusir keduanya dari rumah. Bu Laela sendiri tidak mau membuat keributan yang menarik perhatian dari tetangga jika dia mengusir mereka."Ada apa?" ketus Bu Laela di tempatnya."Bu, kita duduk dulu yuk!" ajak Haziya. Dia bisa memahami ketidaksukaan Ibunya pada kehadiran Bu Karni, mantan besannya setelah perlakuan mereka terhadap Haziya selama ini. Namun, bagaimanapun mereka harus menghormati dan menghargai tamu."Ibu, sebentar ya aku ambilkan minum," tawar Haziya seraya membuat air untuk Bu Karni juga Vina. Sebagai tuan rumah dia harus menyajikan setidaknya minuman pada mereka, meskipun tamu tak diundang.&nbs

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Tamu Tak Diundang

    Lidya terpaksa harus kembali ke Lhokseumawe lagi sehari setelahnya. Haziya tidak ingin adiknya ketinggalan mata kuliah. Dia juga tidak mempermasalahkan jika Lidya tidak bisa hadir di persidangan keputusan nanti."Doakan saja Kakak, Dik. Kamu belajar yang rajin di sana, ya," pesan Haziya sebelum Lidya berangkat ke Lhokseumawe."Iya, Kak. Kabarin aku ya perkembangannya. Semoga dimudahkan dan Kakak bisa memulai hidup bahagia dengan baik.""Aamiin."Haziya memasukkan baju-baju ke dalam lemari setelah menyetrikanya. Dia berniat untuk istirahat sebentar sebelum masuk waktu shalat ashar.Namun, baru saja dia memejamkan mata, ponsel di atas nakas berdering yang menunjukkan nomor tak dikenal. Dia ragu mengangkatnya, karena khawatir jika panggilan tersebut dari Shabir, atau Vina.Haziya tidak mengangkatnya, tetapi penelepon tidak putus asa meskipun telah diabaikan hingga ke dua kali. Pada panggilan ke tiga

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Haziya Pulang Tanpa Gangguan Shabir

    Lidya membelok sepeda motor mereka ke salah satu warung di pinggir jalan ketika langit mendung pekat terlihat, bahkan rintik-rintik hujan mulai bertandang. Jika dipaksakan melanjutkan perjalanan maka mereka akan kebasahan, meskipun membawa mantel, tetap saja perjalanan masih jauh akan berbahaya karena jalanan licin. "Kak mau pesan cane durian?" tanya Lidya setelah duduk di salah satu kursi, mereka duduk bersebelahan sedangkan Hanif duduk di meja seberang. Salah satu kuliner di Kota Bireuen terkenal dengan makanan manis bernama cane durian. Warung kopi berjejeran di simpang. "Teh hangat saja," ujar Haziya menyebutkan nama minuman. "Baik. Abang Hanif mau pesan apa?" "Abang samaan saja dengan kalian, biar Abang yang pesanin, kamu duduk saja," kata Hanif memberi isyarat untuk Lidya tidak bangun dari kursi. "Baik, Bang." Haziya bersyukur selama perjalanan tadi tidak ada gangguan dari Shabir. Dia berdoa dalam hati semo

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Zaweel Dilarang Pulang Ke Aceh

    Zaweel membawa pulang kue kesukaan mamanya. Dia tahu kalau Monika masih kecewa karena penolakan pertunangan semalam. Bahkan mamanya tidak menyapanya tadi pagi di meja makan."Assalamualaikum, Mama!" salam Zaweel memasuki rumah lalu berjalan mendekati sang mama yang sedang menyiapkan makan malam."Waalaikumsalam," jawab mama tanpa menoleh pada putranya."Ma, ini aku beli kue kesukaan mama." Zaweel menyodorkan sekotak kue terang bulan isi keju dan cokelat manis."Letak di sana saja, meja sudah penuh," titah Monika seraya menunjuk pantry. Biasanya Monika akan tersenyum senang menerima pemberian Zaweel, tetapi karena masih marah dia menyembunyikan kegembiraannya."Mama masih marah ya? Kalau aku beli sekalian gerobaknya mama mau enggak maafin Zaweel?"Dengan wajah polos dan dipasang sendu, Zaweel menatap mamanya lekat.

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Haziya Pulang Bersama Lidya

    Haziya sudah berulang kali menyakinkan adiknya kalau dia bisa pulang sendirian saja, tetapi masih tidak diperbolehkan. Lidya bahkan menghubungi kedua orang tua mereka untuk menceritakan masalah Shabir kemarin.Bu Laela tidak pikir panjang mengatakan akan menjemput Haziya ke Lhokseumawe sekarang juga bersama suaminya."Mak, enggak usah. Adik gimana?""Dia biar sama Wawak yang jagain. Sekalian mamak dan ayah mau jalan-jalan juga, kan?"Haziya khawatir jika ibu dan ayahnya harus melakukan perjalanan yang jauh. Namun, jika dia memilih Lidya yang mengantarkannya pulang nanti sang adik harus balik sendiri ke kota ini untuk menuntut ilmu. Serba salah.Haziya merasa selalu menyusahkan orang lain, padahal usianya sudah dewasa. Karena alasan inilah dia tidak mau memberitahukan dulu kepada ibu dan ayah soal Shabir supaya mereka tidak terlalu cemas, apalagi sampai berencana menje

DMCA.com Protection Status