Home / CEO / Suamiku Pangeran Muda / 76. Pesta Membawa Pataka

Share

76. Pesta Membawa Pataka

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hema berdandan cantik sekali dengan baju yang indah dan riasan yang menakjubkan. Betul-betul penampilan yang sempurna. Aku hanya menatapnya dari lantai dua karena keberadaanku akan membuat Muzammil tidak nyaman.

"Kamu akan menjadi tamu tercantik malam ini, Putri Hema. Aku yakin Muzammil akan menjadi pria beruntung dan banyak pujian karena bidadari secantik kamu mendampinginya," puji permaisuri.

Aku hanya tertegun melihat dan mendengar pembicaraan mereka. Tak lama kemudian Muzammil datang, sontak hatiku berdesir menahan sakit hati karena cemburu. Aku segera masuk ke kamar dan bergegas berbaring pura-pura tidur.

"Assalamualaikum, Sayang," sapa Muzammil yang tiba-tiba sudah muncul di kamar.

"Waalaikum salam," jawabku.

Berharap pura-pura tidur dia malah berucap salam otomatis wajib bagiku menjawabnya sebagai seorang muslim.

"Pangeran sudah pulang?" tanyaku pura-pura.

Muzammil mendekatiku kemudian membangunkan tubuhku dan mendekapny

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Pangeran Muda   77. Kebersamaan Kita

    Aku sedih melihat Iqbal dengan kemarahan dan kekecewaannya kepada Muzammil. Aku segera menutup teleponnya dan ganti menelepon Muzammil. Berkali-kali aku mencoba menghubungi Muzammil tapi tidak diangkat juga. Entah kenapa aku terus memikirkan Iqbal dan Muzammil. Tanpa berpikir panjang aku ganti gaun pesta dan meminta sopir mengantarkan aku menyusul ke pesta. Tiga puluh menit kemudian aku sudah sampai di sana. Aku melihat Iqbal sedang bicara empat mata dengan Muzammil di meja yang jauh dari keramaian. Aku juga melihat Hema dan Marwa serta Faruq sedang duduk semeja dan berbicara serius. "Umiiiiii!" teriak Iqbal yang menyadari kedatanganku. Sontak seluruh pandangan para tamu tertuju kepadaku. Muzammil beranjak berdiri dan menghampiriku seolah tak percaya. "Zhee, apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu harusnya beristirahat?" tanya Muzammil terkejut. Iqbal memeluk tubuhku dengan erat, tiba-tiba dia menangis tersedu. "Ada apa denganmu, Zh

  • Suamiku Pangeran Muda   78. Cinta Tak Berkurang

    Kenapa kepergian Iqbal dari pangkuanku sangat menyakiti hatiku. Rasanya hati ini masih merindukannya meskipun dia baru terlepas dari dekapanku. Tak terasa air mataku meleleh di pipi. "Tidurlah diatas, Zhee! Temani aku malam ini!" pinta Muzammil. "Tidak, Pangeran, biarkan malam ini ganti aku yang tidur di kamarmu!" sahut Hema meminta. "Maaf, Putri Hema, hari ini Zhee sudah merelakan kamu mendampingiku di pesta. Biarkan malam ini aku bersamanya!" pinta Muzmil. Tiba-tiba tanpa mendengar pendapat dari Hema yang masih protes, Muzammil membopong tubuh mungilku naik ke kamarnya. Aku hanya diam tanpa sepatah katapun. Tanganku melingkar manja di leher Muzammil. Pandanganku tajam menatap wajah tampan suamiku. Kusandarkan kepalaku di dadanya yang hangat dan bidang. Sambil melangkah naik meniti tangga Muzammil mencium rambutku dengan lembut. "Hatiku cemburu, saat di pesta tadi, Faruq dengan tajam menatapku tanpa berkedip. Bahkan dia berani masuk kamarmu t

  • Suamiku Pangeran Muda   79. Aku Diampuni Karena Hamil

    Dokter mulai memainkan alat USG di atas perutku. "Usia kandungan baru delapan minggu, Nyonya? Bukankah ...?" tanya dokter terputus. "Sebenarnya bayi saya yang saat itu meninggal, Dokter. Terjadi kecelakaan yang membuat saya harus kehilangan bayi saya," ujarku lirih. "Untuk kali ini Nyonya harus lebih banyak istirahat, kandungan nyonya masih terlalu lemah," pesan dokter. "Tapi kehamilannya tidak membahayakan istri saya kan, Dok?" sahut Muzammil khawatir. "Bedrest saja, Nyonya! Ini saya beri obat penguat kandungan, mohon diminum sampai habis, Nyonya!" pesannya lagi. "Tapi sekarang keadaan anak dan istriku baik-baik saja kan, Dok? Tidak ada yang mengkhawatirkan kan, Dok?" tanya Muzammi masih gelisah. "Bayinya sehat, ini detak jantungnya bagus sekali!" kata dokter. Selain penguat kandungan ini saya kasih vitamin. Oh ya untuk trimester pertama makan saja yang manis-manis, agar bayinya cepat besar!" usul dokter. "Baik,

  • Suamiku Pangeran Muda   80. Cinta Mati Faruq

    "Ada apa ribut-ribut, Pangeran?" tanya permaisuri yang tiba-tiba muncul bersama Sultan Mahmud. "Sultan, bagaimana saya bisa hamil pangeran tidak pernah adil kepada saya. Dia jarang menghabiskan malam bersama saya," ketus Hema. "Apa itu benar, Zammil?" tanya sultan. "Aku kan sudah berjanji akan berbuat adil kepadamu asal kamu bisa berbuat baik kepada Zhee," hardik Muzammil. "Tapi ternyata dia banyak menyembunyikan sesuatu di belakangku," lanjutnya. "Pangeran!" pekikku sambil mengernyitkan dahiku memberi isyarat melarang pangeran berbicara. Akhirnya Muzammil diam, tapi tatapannya memendam kesal dan geram. "Ada apa, Zammil?" tanya sultan. "Tidak apa-apa, aku akan berusaha tapi karena Zhee sedang hamil aku memberi perhatian khusus dan kamu jangan sakit hati dan berulah!" kata Muzammil. "Apa maksudnya, Zammil?" tanya sultan. "Aku akan berbuat adil, Pa tapi aku minta waktu!" kata Muzammil pergi meninggalkan mereka sem

  • Suamiku Pangeran Muda   81. Tamasya Bersama Iqbal

    Aku benar-benar geram dan emosi, kata-kata Faruq seperti orang tidak waras lagi. Dret ... dret ... dret! Ponselku kembali berdering. Dengan geram aku mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon. Karena aku yakin telepon yang aku putus tadi akan membuat Faruq penasaran. "Hentikan, Tuan muda! Aku bukan Fahim, tidak ada lagi Fahimmu di tubuhku. Berhenti menggodaku!" teriakku marah. "Zhee!" panggil Muzammil. "Pangeran?" pekikku. Betapa terkejutnya aku ternyata yang menelepon bukan Faruq melainkan pangeran. Aku segera menatap layar ponselku untuk memastikan. "Maaf, Pangeran!" ucapku pelan. "Apakah Faruq masih sering menghubungi kamu, Zhee?" tanya pangeran kecewa. "Tidak, Pangeran. Nanti saja aku cerita di rumah ya?" ujarku lembut menenangkan. Waktunya makan siang, Muzammil pulang untuk melayani aku makan siang. Setelah mendengar sendiri kelicikan Hema, dia takut meninggalkan aku meskipun di rumahku sendiri

  • Suamiku Pangeran Muda   82. Tragedi Saat Berwisata

    Aku segera menyerahkan ponsel Muzammil yang masih terhubung dengan Hema. Muzammil diam hanya mendengarkan apa kata Hema. Hema tidak tahu kalau yang sedang mendengarkan pembicaraannya sekarang adalah pangeran. Entah apa yang sedang dibicarakan membuat pangeran marah besar."Hema!" bentaknya emosi. "Kamu benar-benar keterlaluan! Zhee adalah seorang istri pangeran, beraninya kamu berbicara seperti itu kepadanya!" lanjutnya menghardik.Aku segera memegang tangan Muzammil sambil menggelengkan kepalaku memberi isyarat kepada Muzammil agar lebih sabar. Aku segera meminta ponsel itu dan kumatikan. Aku tidak mau suasana liburan ini berubah sedih."Abi Zammil, kita lanjut main bolanya yuk!" teriak Iqbal mengajak Muzammil kembali bergabung bermain bola volley pantai bersama Faruq.Aku duduk sendiri sambil bermain ponsel. Marwa datang menghampiriku dengan muka sinis penuh kebencian. Kini dia duduk di sampingku."Kamu pasti puas kan?" katanya tiba-tiba.

  • Suamiku Pangeran Muda   83. Masih Ada Trauma

    Setelah makan bersama aku mengantar Iqbal pulang, aku belum melihat mobil tuan muda di garasi. Itu artinya mereka belum pulang."Ayo kita masuk, kita antarkan Iqbal sampai di rumah," tawar Muzammil."Aku takut, Pangeran," bisikku."Tidak perlu takut, Zhee! Sekarang kamu seorang putri dari Tukasha. Aku yakin mereka tidak akan meremehkan kamu lagi," ujar Muzammil.Iqbal berdiri menunggu kami di dekat mobil. Muzammil merangkul pundakku dan mengajak masuk rumah Tuan Hussein. Iqbal mengikuti kami dari belakang.Bel pintu ditekan oleh Muzammil dan tak lama keluarlah Ruby."Assalamualaikum," sapaku bersamaan dengan Muzammil."Waalaikum salam," jawab Ruby terperanjat."Abi belum pulang, Tante?" tanya Iqbal kepada Ruby."Belum, Tuan kecil," jawab Ruby."Mari masuk!" Ruby mempersilakan masuk. Matanya menatapku penuh selidik. Apakah dia tahu kalau aku operasi wajah? Apakah dia tahu kalau aku adalah Fahim, orang yang selalu d

  • Suamiku Pangeran Muda   84. Membuka Rekaman

    Setelah Hema dan dokter pergi aku segera mengambil ponselku. Muzammil memastika bahwa aku aman tanpa kepergok Hema. Sesampai di kamar aku segera membuka rekaman itu dengan penasaran. Pembicaraan rekaman: Hema: "Katakan, berapa yang harus kubayar aku akan membayarmu, Dok." Dokter: "Ini resiko besar, Putri. Kalau sampai tertangkap hukuman mati. Untuk resiko besar bayaran juga harus besar. Bayar aku dengan saham di perusahaan

Latest chapter

  • Suamiku Pangeran Muda   109. Akhir Cinta Segitiga

    Ternyata orang yang sangat kucintai menusukku dari belakang. Diam-diam dia akan mengambil Erkan dariku. Pandainya dia bersandiwara seolah dia adalah pahlawanku, pelindungku juga anak-anak. Ternyata dia ular yang berbisa. Semenjak aku mendengar telepon dari Hema itu aku harus lebih hati-hati kepada Muzammil."Faruq, berikan Erkan kepadaku!" pinta Muzammil kepada Faruq.Dengan suka hati Faruq memberikannya kepada Muzammil. Aku menatapnya dengan kecewa, "harusnya kamu menjaganya, Pangeran, bukannya malah akan menculiknya," batinku."Aku akan menyuapinya, Pangeran," kataku."Suapi saja biar kugendong," usul Muzammil.Tanpa berontak terpaksa aku menyuapi Erkan yang dalam gendongan Muzammil. Sambil bergurau riang menghibur Erkan agar mudah makan. Aku melihat Faruq terpaku menatapku, perasaan canggung mulai menghinggapiku."Assalamualaikum ...?" sapa Marwa yang tiba-tiba muncul di depan kami."Waalaikum salam," jawab kami bersamaan."Marwa?" panggil Faruq terkejut."Nyonya Marwa?" panggilku

  • Suamiku Pangeran Muda   108. Pengkhianatan Muzammil Terbongkar

    Muzammil terkejut ternyata yang menelepon pengawal istana dan mengabarkan hasil penyelidikannya. Ternyata benar wanita yang aku curigai itu adalah Marwa. Berarti Marwa ada di Indonesia? Apa yang dilakukan di negaraku? Apa karena Faruq dan Iqbal belum pulang ke Inagara? Apakah Marwa sudah tahu kalau Faruq sedang sakit? Kalau benar dia sudah tahu tapi kenapa masih mengejar-ngejar Faruq? Apa itu artinya cinta Marwa tulus kepada Faruq? Faruq tidak boleh menyia-nyiakan ketulusan hati seorang istri. Aku tahu Marwa begitu membenciku karena rasa cemburunya yang begitu buta karena takut kehilangan Faruq. Tapi kalau ternyata dia belum mengetahui kalau Faruq sedang sakit, apa yang akan terjadi bila akhirnya dia tahu? Apakah dia akan meninggalkannya?"Awasi terus jangan sampai kehilangan jejak!" perintah Muzammil kepada pengawal istana kemudian menutup teleponnya."Ternyata feeling kamu benar, dia adalah Marwa," gumam Muzammil."Aku takut, Pangeran!" ujarku lirih.Muzammil segera memelukku, hang

  • Suamiku Pangeran Muda   107. Salah Paham

    Aku sudah kembali ke rumah, betapa bahagianya melihat Iqbal dan Erkan serta adik barunya bermain dengan rukunnya.. Gadis yang manis itu akan aku adopsi dengan nama Naura. Sepertinya itu nama yang cantik dan cocok buat dia. Aku dan Muzammil menemani mereka bermain di teras rumah."Iqbal suka punya adik cantik dan manis seperti dia?" tanyaku kepada Iqbal."Suka, Umi," jawab Iqbal. "Aku senang tinggal di sini, Umi, rasanya tidak ingin kembali ke Inagara," gumamnya."Kasihan abi juga opa dan oma, Sayang," hiburku."Nanti Iqbal akan semakin sering bertemu dengan mereka, jangan khawatir!" Muzammil juga menghiburnya."Iqbal sayang kan sama adik-adik?" tanyaku."Iya Umi, aku sayang banget sama adik-adikku, mereka imut," sahut Iqbal. "Sekarang adikku ada dua iya kan, Abi?" lanjutnya bertanya Muzammil."Iya, ada dua, kamu mau nambah lagi?" kelakar Muzammil."Ih apaan sih, Pangeran, mereka masih kecil-kecil repot tahu?" selaku berbisik sambil mencubit lengan Muzammil."Auh sakit, Zhee!" tawa Muz

  • Suamiku Pangeran Muda   106. Surat Wasiat dari Ibu

    Aku segera membacanya, betapa terkejutnya hatiku membaca isinya. Ibu menginginkan aku menikah dan bahagia dengan Faruq. Karena di depan matanya Faruq banyak melakukan pengorbanan dan selalu melindungiku. Ibuku menyaksikan sendiri betapa besar cinta Faruq untukku. Sementara dengan Muzammil dia belum pernah bertemu. Meskipun Muzammil seorang sultan dari Kerajaan Tukasha ternyata tidak membuat ibuku silau dengan pangkat dan derajat."Apa isinya, Zhee?" tanya Muzammil yang ikut mengamati surat itu."Bukan apa, Pangeran," jawabku. "Untung kamu tidak mengerti bahasanya," pikirku dalam hati."Kita lihat ibuku, kamu belum pernah melihat ibu kan?" kataku sambil menggandeng tangan Muzammil mencari jenazah ibu di baringkan.Dengan penasaran dia mengikutiku menuju ruang tengah. Aku melihat jenazah ibu sudah dimasukkan keranda. Akhirnya paman dan beberapa orang membantu membuka keranda itu agar aku bisa melihatnya untuk terakhir kalinya."Jangan menangis, Fahim, jangan sampai air matamu menetes di

  • Suamiku Pangeran Muda   105. Cinta Tidak Harus Memiliki

    Entah apa yang sedang kupikirkan, tiba-tiba saja aku balik kanan dan berlari sambil menggendong Erkan. Tanpa berpikir lagi Muzammil sedang di sisiku. Juga hampir lupa bahwa Erkan sedang dalam gendonganku. "Zhee!" teriak Muzammil memanggilku. Aku tidak menggubrisnya lagi, yang ada di otakku wajah Faruq yang melemah dan butuh dukungan orang yang dicintainya. Tanpa terasa aku sudah berdiri di depan pintu ruang dokter spesialis kanker atau Dokter Onkologi. Tanpa ragu aku menerobos masuk. "Nyonya, ada apa ini?" hardik perawat spontan. Aku tidak peduli, aku terus masuk hingga akhirnya menerobos ruang periksa dokter. "Siapa dia, Tuan?" tanya dokter dalam bahasa Inggris. "Dokter, bagaimana keadaannya?" sahutku panik. "Apa dia istrimu, Tuan?" tanya dokter lagi. "Saya keluarganya, Dok," jawabku. "Kebetulan, Nyonya, silakan duduk!" perintah dokter. "Hanya dukungan keluarga yang paling dibutuhkan. Satu-satunya jalan dia harus kemoterapi, Nyonya, tapi Tuan Faruq menolaknya," ujar dokter

  • Suamiku Pangeran Muda   104. Saat Cinta Diuji

    Aku dan Faruq terbelalak kaget tidak mengira Muzammil tiba-tiba muncul. Dan kami tidak siap jawaban dengan pertanyaan itu. Aku dan Faruq saling berpandangan. Ada rasa tidak nyaman dengan kehadiran Muzammil terpancar di wajah Faruq."Ada apa kalian? Kenapa kelihatan tegang seperti itu?" tanya Muzammil sok polos."Penyusup itu, dia ... dia ... meninggal," ujarku pelan dan terbata-bata."Bagaimana bisa? Bukankah sebelumnya dia baik-baik saja?" tanya Muzammil heran. "Bagaimana bisa dengan tiba-tiba dia meninggal?" lanjutnya."Pura-pura!" sahut Faruq menggumam lirih."Maksudmu?" bentak Muzammil heran.Sontak mataku memberi isyarat agar Faruq bisa menahan diri. Belum saatnya kita membongkar kejahatan ini karena bukti belum jelas. Akhirnya Faruq pun menahan diri. Muzammil hendak membuka pintu ruang penyusup itu dirawat tapi perawat lebih dulu membuka pintu dan keluar membawa jenazah pindah ke kamar mayat."Mana mungkin? Dia satu-satunya harapan kita untuk mengungkapkan misteri kejahatan ini?

  • Suamiku Pangeran Muda   103. Curiga

    Muzammil menarik tanganku dan mengajak ke ruang keamanan. Aku hanya pasrah dan mengikutinya bahkan Faruq pun mengikuti kami berdua. "Jaga kamar anak-anakku, Burhan, jangan sampai kecolongan lagi!" pesan Muzammil sambil mempercepat langkahnya menyempatkan menghubungi bodyguard yang menjaga kamar Iqbaal dan Erkan. "Aku takut anak-anak dalam masalah, Pangeran!" sahutku. "Atau biar aku yang menunggu mereka, Zammil?" usul Faruq. "Iya, Faruq, tolong!" jawab Muzammil. Akhirnya Faruq berhenti sejenak karena terlalu lemah fisiknya, dan kami pun juga berhenti mengikuti Faruq. "Kamu baik-baik saja, Faruq?" tanya Muzammil. "Aku hanya capek," jawabnya singkat dibalik napasnya yang berpacu. "Pangeran, bolehkah aku mengantar Tuan muda ke kamarnya? Kasihan dia pucat sekali," pintaku dengan pelan agar pangeran tidak cemburu. Aku melihat dia sedang berpikir, aku tidak tahu apa yang ada dalam otaknya.Tapi aku lebih kasihan melihatnya tampak kesakitan dan melemah. "Tidak perlu, Fahim, aku tidak

  • Suamiku Pangeran Muda   102. Musuh Dalam Selimut

    Kita bertiga mendatangi kamar dimana penyusup itu dirawat. Dia masih belum sadarkan diri. Di depan pintu masuk ada empat bodyguard sedang berjaga."Dia sepertinya orang Indonesia, Fahim," gumam Faruq lirih. "Betul, Tuan muda," jawabku setuju dengan pendapat Faruq. "Tapi untuk siapa dia bekerja, apa salahku?" lanjutku meruntuk. "Kita tidak mengenalnya, bahkan aku dan ibu tidak punya musuh di sini," lanjutku sambil mengingat-ingat.Tiba-tiba dokter datang bersama perawat untuk memeriksa pasien."Pak Faruq, kenapa bapak tidak istirahat malah jalan-jalan kemari," tanya dokter begitu bertemu Faruq sedang berada di kamar pasien lain."Iya Dokter, sebentar lagi saya kembali ke kamar," jawab Faruq."Dokter Farid yang menangani anda adalah dokter terkenal di Indonesia, semoga bisa membantu masalah anda, Pak Faruq," kata dokter Bagus."Amiin," sahut Faruq dan Muzammil bersamaan."Bagaimana keadaan pasien ini, Dok?" tanya Muzammi."Keadaannya sudah stabil, dia akan segera sadar," kata dokter op

  • Suamiku Pangeran Muda   101. Penyusup Terbunuh Misterius

    Tiba-tiba dokter dan perawat gadungan itu keluar dari kamar sambil menggendong paksa Erkan. Dia menconcongkan pistol ke kepala Erkan mengancam kalau kita mengadakan perlawanan maka peluru itu akan menebus kepala Erkan. "Apa yang kalian inginkan sebenarnya? Kenapa harus menghukum bayi yang tidak berdosa? Kalau urusan kalian kepadaku atau pangeran ayo kita selesaikan kita bicara," usulku. Dua orang penjahat itu tidak merespon justru semakin kelihatan garang. Mereka semakin lari menjauh mencari jalan keluar. Yang membuat aku penasaran apa yang mereka inginkan. Kenapa selalu ingin menculik Erkan? Aku ingin lari mengikutinya, tapi sontak Muzammil menarik tanganku dan menghentikanku. "Tenangkan hatimu, Zhee!" pinta Muzammil. "Bagaimana bisa tenang, anakku dalam bahaya? Setelah hilang beberapa hari kini harus diculik lagi," tangisku menggerutu. "Dia sudah mulai berjalan keluar rumah sakit, awasi dan ikuti terus jangan sampai kehilangan jejak!" perinta Muzammil lewat telepon kepada sese

DMCA.com Protection Status