Share

Bab 5

Author: Rira Faradina
last update Last Updated: 2022-10-29 01:52:00

"Mas kau yakin kita akan datang?" tanya Rahma, ada keraguan di hati wanita itu.

"Iya, bukankah tak baik menolak, lagipula kita diundang ke acara itu, benar kan?"

"Lalu kita akan datang ke acara yang mana? akad nikah atau resepsinya mas? Acara akad nikahnya di gelar di rumah, sedang resepsinya di Hotel Venus." Kembali, Rahma bertanya.

"Undangannya bagaimana?"

"Dua duanya mas, aku bahkan sudah diberi seragam oleh Nia," tutur Rahma mende$ah.

"Ya berarti, kita akan hadir di acara akad nikah dan juga resepsinya, lumayan kan kita bisa makan enak, dan jalan jalan ke hotel bagus," gurau Yudha menggoda istrinya. Membuat wajah Rahma cemberut.

"Keenakan dong Mbak Widya nanti mengejekku, mas," Rahma mengeluh, sungguh dirinya malas bertemu dengan wanita menyebalkan itu, seringkali Rahma mengump4t Deni, kakak sulungnya yang bisa- bisanya memiliki istri seperti Widya.

"Aku hanya tak ingin mendengar mereka menghinamu lagi mas, apalagi di tempat ramai, membuatku kesal dan marah saja," ujar Rahma menunduk.

Yudha memandang istrinya dengan tatapan teduh, diangkatnya dagu Rahma dengan pelan. Wajah wanita itu kini memerah, seakan sedang menahan tangis.

"Jika kau tidak ingin datang, maka kita tidak perlu datang. Jika kau mau, kita bisa jalan jalan saja di hari akad nikah dan resepsinya digelar, bagaimana?" ujar Yudha lembut menghibur istrinya.

"Entahlah mas," balas Rahma setengah berbisik.

"Jika memang tak berniat datang, sebaiknya kembalikan seragam pernikahannya karena takut akan jadi masalah," saran Yudha yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Rahma.

Ada sedikit ketenangan di hati Rahma setelah mendengar ucapan suaminya. Mengembalikan seragam adalah hal utama yang dipikirkan Rahma saat ini karena ia malas jika nantinya kehadirannya di acara akad nikah sepupunya itu akan berakhir di tempat cuci piring dan rasa sakit hati.

Bibir Rahma kini mengulas senyum, wajah murungnya kini telah berganti sumringah, namun itu tidak berlangsung lama karena tiba tiba Rahma teringat akan perkataan Widya tadi siang yang mengatakan bahwa mereka tidak bertemu dengan Yudha saat mendatangi laundry, tempat suaminya itu bekerja, membuat mata Rahma kini menyipit memandang suaminya.

"Mas, hari ini kau pergi kemana? Mbak Widya tadi bilang bahwa saat ia dan bibi datang ke tempat kerjamu. Kata pegawai di sana, kau tidak masuk kerja hari ini?" tanya Rahma hati hati karena takut menyinggung perasaan suaminya.

Kerongkongan Yudha tercekat, ia tak menyangka jika Rahma mengetahuinya. Lelaki itu diam sesaat, mencoba memikirkan jawaban yang bisa meyakinkan istrinya.

"Oh itu, hari ini aku pergi menemani Pak Haji membeli beberapa perlengkapan," jawab Yudha berbohong, berusaha keras menyembunyikan rasa gugup yang menderanya saat ini.

"Benarkah? Pantas saja Mbak Widya tidak bertemu denganmu disana, mas," sahut Rahma mempercayai ucapan suaminya.

Yudha tersenyum kecut, dilihatnya wajah polos Rahma yang tampak begitu mempercayai alasannya. Bukan tak ingin berkata jujur, hanya saja Yudha merasa bahwa belum saatnya ia menjelaskan situasinya pada Rahma sekarang.

Selepas keluar dari rumah pagi tadi, ponselnya berdering, dan mengabarkan bahwa ada sebuah mobil yang telah menunggu didepan gang rumahnya. Tak dapat menghindar, Yudha pun naik ke dalam mobil tersebut dan mengantarnya ke sebuah rumah tempat dimana lelaki itu menghabiskan masa kecilnya dulu.

"Sudah malam, lebih baik kita tidur saja," ajak Yudha pada Rahma. Menyudahi pembicaraan mereka malam ini.

*****

Keesokkan harinya, Rahma terkejut dengan kedatangan Deni, sang kakak sulung. Entah mengapa, mukanya tampak begitu murung.

"Tolong tanda tangani ini, Rahma," pinta Deni, tampak begitu memohon.

Untuk beberapa saat Rahma tertegun, ditatapnya wajah Deni yang tampak murung.

Selepas Zhuhur, kakak lelakinya itu mendatangi rumahnya, membawa sebuah map kertas yang berisi beberapa dokumen.

Rahma tak mengerti, apa yang harus ditandatanganinya, karena begitu datang, Deni langsung memintanya membubuhkan tanda tangan.

"Apa ini mas? dan dokumen apa yang harus kutanda tangani?" tanya Rahma tak mengerti. Lalu menarik sebuah dokumen dan membacanya.

Yudha yang kebetulan tak bekerja, ikut duduk mendampingi Rahma. Tampak, mata lelaki itu menyipit tajam ketika melirik isi dokumen yang dipegang istrinya.

"Apa maksudnya ini, mas?" tanya Rahma pada Deni.

"Aku ingin menjaminkan tanah warisan bapak ke bank. Aku butuh uang Rahma," jelas Deni begitu lugas.

"Oh," jawab Rahma datar karena tak tahu harus berekspresi seperti apa.

"Lalu apa hubungannya denganku? Bukankah kau dan Mbak Nella yang memutuskan sendiri untuk mengurus tanah dan sawah warisan bapak? Kalian berdua hanya memberiku uang lima belas juta karena merasa aku tidak berhak atas warisan itu, bukankah begitu?" sindir Rahma.

Wajah Deni tampak pias dan gelisah, terlihat dari bahasa tubuhnya yang tidak nyaman atas pernyataan Rahma.

"Sebenarnya sebelum meninggal, tanah itu sudah dibalik nama oleh Bapak menjadi namamu, Rahma," ungkap Deni, yang membuat mata Rahma terbelalak.

"Su-sudah di ubah bapak menjadi namaku?" Ungkap Rahma terkejut.

Deni mengangguk.

"Iya, karena itu aku ingin meminta tanda tanganmu sebagai persetujuan. Pihak bank menolak menyetujuinya jika kau sebagai pemilik tanah itu tidak ..."

"Jadi, Mas Deni selama ini merahasiakannya dariku? Kenapa? Karena ingin memiliki tanah itu untuk dirimu sendiri, begitu?" potong Rahma cepat, kemarahan kini terlihat jelas di wajahnya.

"Tuhan memang adil, ia membuka kezalimanmu padaku, sungguh rasanya aku ingin tertawa! Selama ini, aku tidak tahu jika tenyata akulah pemilik tanah warisan itu," lanjut Rahma sesaat kemudian.

"Baiklah, aku minta maaf karena tidak memberi tahumu. Iya memang benar, tanah itu diberikan bapak untukmu. Jadi, tolong biarkan aku menjaminkannya, aku butuh uang, Rahma," Deni mengiba.

"Untuk apa?" tanya Rahma cepat.

"Ah tidak, jangan bilang jika kau ingin menjaminkan tanah warisan milikku demi memenuhi gaya hidup istrimu yang hedonis itu mas? " Ekor mata Rahma mendelik tajam pada kakak sulungnya.

Terlihat Deni menelan ludah kasar.

Bersambung

Comments (15)
goodnovel comment avatar
Oliva Koneng
dibuka bab berikutnya
goodnovel comment avatar
Helbadri Kurniawan
kalau novel nya laris jangan ribet bukanyDeh
goodnovel comment avatar
Helbadri Kurniawan
apaan begini buka kunci aja ribet
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 6

    Rahma mendengkus kesal, nafasnya terlihat naik turun. Rahangnya mengeras menahan emosi yang seakan siap meledak kapan saja.Ingin rasanya Rahma memaki dan menyumpahi saudara laki-lakinya itu. Namun, diurungkannya karena ia masih menjaga harga diri kakaknya dihadapan suaminya. Bagaimanapun, Deni adalah saudara kandungnya, Rahma tidak ingin membuat emosi Yudha terpancing saat melihatnya bertengkar.Deni memilih memalingkan wajahnya, tak berani membalas tatapan mata Rahma yang begitu menghujam, lelaki itu masih tampak gelisah terlihat dari beberapa kali ia mengganti posisi duduknya."Katakan mas! Kau belum menjawab pertanyaanku, apa kau ingin menjaminkan tanah warisan milikku ini demi memenuhi gaya hidup istrimu yang hedonis itu?" ulang Rahma setengah berteriak."Iya! Widya meminta padaku untuk mengganti mobil lama kami dengan yang baru, Rahma." Deni menjawabnya cepat, membuat hati Rahma seketika terhempas. "Kebetulan ada salah satu temannya ingin menjual mobilnya, dan Widya memintaku m

    Last Updated : 2022-10-29
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 7

    "Pindah? Tapi, pindah ke mana, mas?" tanya Rahma tak mengerti, wajah wanita itu terlihat bingung."Tentu saja ke rumah kita, dek." Yudha menjawab santai pertanyaan istrinya."Rumah kita? Kau membuatku bingung saja, mas!?" lanjut Rahma bertanya."Nanti kau akan mengerti, lebih baik pikirkan apa rencanamu selanjutnya?""Rencana? Tentu saja mengambil sertifikat tanah itu dari tangan Mas Deni, dia mencoba memaksaku menandatangani surat persetujuan jaminan, tanpa memberitahuku apa pun tentang tanah yang sebenarnya adalah milikku." Sahut Rahma geram."Setelah kematian bapak, bertahun tahun Mas Deni menyimpan sertifikat tanah itu dan membohongiku. Tapi sekarang tidak lagi, aku akan mengambilnya, mas," lanjut Rahma dengan kilatan mata penuh amarah.Rahma terpaku sesaat dengan tangan yang mengepal erat, ia tak menyangka jika Deni bisa setega itu pada dirinya. Adik kandungnya sendiri."Mas Deni memang licik, ia memintaku menandatangani surat persetujuan jaminan, Tanpa memperlihatkan sertifikat

    Last Updated : 2022-10-29
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 8

    "Mana sertifikat tanah milikku?" tanya Rahma tanpa basa-basi saat mendatangi rumah Deni dan Widya, keesokan sorenya."Apa apaan kau Rahma? Sertifikat apa?" ketus Widya."Tentu saja sertifikat tanah warisan milikku dari bapak," balas Rahma tak kalah ketus."Tidak ada, lagipula aku tidak mengerti, tanah warisan yang mana?" teriak Widya tidak ingin kalah."Tanyakan pada suamimu itu," tunjuk Rahma pada Deni, kakak sulungnya.Rahma mendengkus kesal. Dilihatnya Widya yang berkacak pinggang, memandangnya dengan sorot mata tajam dan sinis. Membuat Rahma seakan ingin mencongkel manik mata itu keluar.Rahma tidak datang sendiri, ia mendatangi rumah kakak lelakinya itu ditemani Yudha dan Juga Syarief, seseorang yang dituakan dalam keluarga mereka, saudara laki-laki tertua bapaknya."Serahkan sertifikat itu pada Rahma, Deni! Itu bukan milikmu! Aku yang menjadi saksi bahwa tanah itu diwariskan bapak kalian untuk Rahma." Lelaki berusia enam puluh tahunan itu mulai bicara.Deni tampak bergeming, ras

    Last Updated : 2022-10-29
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 9

    Mendengar ucapan Rahma, senyum Yudha langsung mengembang, wajah polos istrinya yang tanpa makeup itu, terlihat sangat cantik dan menggemaskan di matanya Yudha menghela nafas panjang, pertanyaan itu sebenarnya wajar untuk ditanyakan, hanya saja, Yudha masih membutuhkan waktu untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi pada Rahma, termasuk identitasnya. Yudha takut, Rahma tak mempercayainya dan menganggapnya sebagai pembohong karena selama ini tidak jujur padanya.Tangan Yudha kini membelai lembut pucuk kepala Rahma, sebuah kecup4n kecil ia tinggalkan disana, entah mengapa rasanya hatinya merasa senang ketika melihat wajah Rahma yang polos dan sederhana itu sedang menatapnya tanpa berkedip."Apa yang ingin kau ketahui, sayang?""Semuanya. Aku ingin tahu semuanya tentang dirimu,mas! Termasuk hal sekecil apapun," Rahma mendesak."Selama ini aku hanya tahu bahwa mas di usir dari rumah karena berpindah keyakinan. Tapi, mas belum menceritakan apapun tentang keluarga mas padaku, kecuali saat m

    Last Updated : 2022-10-29
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 10

    "Kakek?" Ucap Rahma tampak bingung.Yudha mengangguk lalu tersenyum."Kau sudah menjalin hubungan kembali dengan keluargamu mas?" Tanya Rahma seakan tak percaya."Iya, beberapa hari yang lalu beliau menghubungiku," Jawab Yudha.Mendengar kabar baik itu seketika bibir Rahma tersenyum." Aku senang mendengarnya mas, apa itu artinya keluargamu sudah bisa menerima keputusanmu?" Ujar Rahma tak sabar."Tak lama lagi kau akan tahu, sudah malam, lebih baik kita tidur. Jangan lupa simpan baik-baik sertifikat tanah itu, lagipula bukankah besok kita akan pergi ke rumah Bibi Zaenab untuk mengembalikan seragam pernikahan itu," ujar Yudha mengingatkan.Rahma mengangguk," iya mas, aku akan menyimpannya sebaik mungkin, ini adalah harta yang ditinggalkan bapak untukku. Jika suatu hari nanti aku memiliki rezeki yang cukup, akan ku bangun sebuah masjid untuk bapak di tanah ini."Mendengar niat baik istrinya, spontan Yudha mengulas senyum manis," amin, semoga niat baik itu disegerakan," sahut Yudha sambil

    Last Updated : 2022-10-29
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 11

    Sebuah mobil Mercedes hitam tampak begitu garang parkir di depan pagar bambu rumahnya, yang membuat kening Rahma seketika berkerut."Mobil siapa itu Rahma?" Tanya Nella yang sedari tadi tidak mampu mengalihkan pandangannya dari Mercedez Benz S Class seharga milyaran rupiah itu. ***Mata Rahma menyipit tajam, sambil terus memperhatikan mobil mewah itu, sama seperti Nella yang tampak heran, wanita itu juga bingung melihat mobil sebagus itu tiba-tiba bisa berhenti di depan rumahnya.Untuk beberapa saat mereka berdua tak ada yang bicara, kedua pasang mata itu seakan ingin terus memandang sesuatu yang tidak jarang mereka lihat sebelumnya.Mobil itu akhirnya benar benar berhenti, seorang lelaki dengan setelan jas berwarna hitam keluar dari arah pintu kemudi, lalu berdiri di ujung mobil seolah sedang menunggu kedatangan seseorang.Baik Nella maupun Rahma masih mencoba mencari tahu siapa gerangan lelaki itu, mereka berdua sangat yakin jika lelaki itu bukan berasal dari kampung mereka, Parung

    Last Updated : 2022-10-31
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 12

    "Bawa saja barang yang penting, sertifikat tanahmu dan buku nikah kita, setelah itu tinggalkan saja," ujar Yudha begitu mereka selesai menyantap sepiring nasi goreng buatan Rahma."Bawa buku nikah dan sertifikat tanah, aku tak mengerti sebenarnya ada apa mas?" Rahma tampak berpikir."Hari ini kita pindah dari sini, dek!" "Pindah?" Mata Rahma terbelalak lebar seolah tak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya."Iya, kita pindah dari sini." Jawab Yudha tersenyum."Bukankah kita sudah bilang pada Bi Zaenab tak bisa hadir ke acara akad nikah putrinya karena mau pergi, iya kan?" lanjut Yudha mengingatkan."Ta-tapi ... nggak harus pergi dari rumah ini mas, nanti kita akan tinggal dimana?" Cemas Rahma yang bingung dengan keputusan mendadak suaminya.Sungguh, ini lebih membingungkan Rahma dari pada memikirkan harga cabe atau telur yang terus naik di pasar."Tentu saja ke rumahmu, rumah kita." Jawab Yudha santai. "Ah mas, kau membuatku bingung saja. Jangan mengajakku bercanda, lebih baik

    Last Updated : 2022-10-31
  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 13

    "Tu-tuan Darren? Apa kalian saling mengenal? Dan lagi mobil siapa ini, mas?" Tanya Rahma penasaran sambil memiringkan kepalanya.***Yudha menatap Rahma sambil tersenyum tipis. Lelaki itu tak menjawabnya, dan memilih meraih tangan mungil istrinya lalu menariknya masuk ke dalam mobil, tentunya diiringi dengan pandangan penuh tanya dari para tetangganya.Mereka berdua kini duduk saling berdampingan di jok bagian belakang mobil, begitu tubuhnya menyentuh dudukan kursinya, Rahma langsung tertegun, dilihatnya interior bagian dalam mobil ini tampak begitu bagus dan mewah. Dudukannya pun sangat empuk dan nyaman, jauh berbeda sekali dengan angkot ataupun bis kota yang sering dinaikinya. Udara sejuk yang mengalir dari pendingin mobil seakan memeluk tubuhnya, rasa gerah yang dirasakan Rahma kini berganti dengan dingin menenangkan.Mata Rahma mengerjab beberapa kali dengan senyum yang mengembang di wajahnya, di tepuk pelan pipinya seolah ingin meyakinkan dirinya jika apa yang sedang terjadi sek

    Last Updated : 2022-10-31

Latest chapter

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 8

    Tiga bulan kemudian,"Selamat ya Pak Yudha, ibu Rahma positif hamil," ucap dokter wanita itu saat memeriksa Rahma."Alhamdulillah, terima kasih banyak dokter."Wajah Yudha begitu bahagia saat mendengar kabar bahagia tersebut, tak hanya dirinya, pipi Rahma pun tampak bersemu merah."Saya akan meresepkan beberapa vitamin. Jangan lupa istirahat yang cukup ya, Bu Rahma." Ujar dokter wanita tersebut, setelah pemeriksaan ultrasonografi (USG) tersebut selesai.Beberapa pesan di berikan oleh dokter wanita itu pada mereka, tak lupa juga mengingatkan agar melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Setelah berbincang sebentar, mereka pun akhirnya pamit dan bergegas pulang ke rumah dengan suasana hati yang riang. Kurang lebih setengah jam kemudian, mobil yang membawa mereka pun akhirnya menepi dan berhenti di rumah besar itu, rumah yang hampir dua tahun ini mereka tinggali.Dengan hati hati, Yudha membantu Rahma keluar dari mobil. Rona bahagia begitu terpancar dari wajahnya. Melihat wajah Yudha y

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 7

    "Bagaimana kondisi Mbak Nella?" Tanya Yudha beberapa saat setelah mendengar cerita Rahma."Mbak Nella baik baik saja," jawab Rahma lalu beranjak dari meja riasnya dan duduk di tepian ranjang mereka."Syukurlah. Uang yang hilang bisa dicari tapi jika para perampok itu sampai melukainya, entahlah, aku sulit untuk membayangkannya," sahut Yudha lalu meletakkan ponselnya ke atas nakas."Iya, kau benar, mas." "Hmm!" Yudha berdehem kecil."Besok papa mengundang kita untuk datang ke rumahnya.""Oh ya?" Tanya Rahma sembari menatap suaminya dengan pandangan tanya."Ada acara apa di rumah papa, mas?" Kembali Rahma bertanya."Tak ada, katanya sih hanya ingin berkumpul dengan kita saja sebelum berangkat umroh," jawab Yudha Mendengarnya, Rahma mengangguk pelan. "Oh, sekalian bulan madu, ya? Pengantin baru bikin gemes," sambung Rahma terkekeh."Mungkin saja, karena kudengar dari papa, katanya sih tante Miranda berharap segera diberi keturunan sepulang umroh nanti." Yudha kembali mejelaskan. "Ami

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 6

    Kabar perampokan yang terjadi di rumah Nella, akhirnya sampai juga ke telinga Rahma, meskipun sudah dua hari berselang pasca kejadian tersebut, tetap saja insiden perampokan itu masih menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan para tetangganya.Meski khawatir, Rahma menahan diri untuk tidak segera datang ke rumah kakak perempuannya tersebut. Rahma yakin pasti ada alasan mengapa Nella tidak memberitahu dirinya atas musibah yang menimpa dirinya. Berdiri di hadapannya, seorang wanita yang beberapa jam lalu di mintanya untuk mencari kabar terbaru tentang Nella. Dari laporan yang diterimanya, setidaknya Rahma bisa menghela nafas lega karena para perampok itu sudah di tangkap polisi. Dan salah satunya adalah orang yang mereka kenal baik, seseorang yang masih bertetangga dengan Nella.Ada tiga orang yang beraksi pada malam itu. Menggasak habis uang yang tersimpan di dalam lemari, untung saja pada malam sebelumnya, Nella telah memindahkan kotak yang biasa digunakannya untuk menyimpan perhi

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 5

    Deru mobil Deni perlahan terdengar menjauh dari rumah. Sesaat, terlihat Widya mematung di sana, seakan tengah mengkhawatirkan suaminya. Tak lama, ia berbalik masuk ke dalam rumah, setelah mengunci pagarnya terlebih dulu.Pandangan matanya terlihat menerawang ke sekeliling ruangan, ia tak menyangka jika tak ada satupun perabotan rumah ini yang berubah letaknya. Semuanya masih sama seperti ia tinggalkan beberapa waktu lalu. Piring, gelas maupun toples yang ada di atas meja pun hampir tak ada yang berubah letaknya, hanya isinya saja yang sudah kosong.Helaan nafasnya terdengar berat, tak lama la melangkah ke arah dapur, bersiap untuk mencuci peralatan makan dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya, karena asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mereka sebelumnya, terpaksa di berhentikan beberapa hari setelah kasus penipuan berkedok investasi yang menghabiskan semua uang mereka tersebut.Suara seseorang terdengar mengetuk pintu, sontak membuat kepala Widya menoleh, tak butuh waktu

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 4

    Deni mengulum senyum ketika di lihatnya Widya yang tampak canggung saat mereka duduk berdua saja di dalam mobil. Lelaki itu tak menyangka jika rencana Rahma untuk membuat istrinya kembali ke rumah tanpa paksaan, akan berjalan dengan sempurna.Tadinya ia sempat tak yakin, namun atas dukungan dari Nella, Deni akhirnya memberanikan diri menelpon ayah mertuanya dan meminta bantuan darinya, agar Widya bisa pulang tanpa harus membuatnya memohon dan menjatuhkan harga diri di depan istrinya.Untuk beberapa saat, suasana terasa hening, karena tak ada satupun dari mereka yang mau membuka percakapan lebih dulu, baik Deni maupun Widya, tampak masih berusaha mengatur nafas masing-masing. "Aku dengar kau sering belanja di warungnya si Mirna? Apa benar, mas?"Pertanyaan Widya akhirnya memecah keheningan di antara mereka, membuat Deni memalingkan wajahnya dari Widya sembari menyunggingkan senyum. "Kalau iya, apa ada masalah? Semua orang tahu jika dia cantik dan sendiri," Pancing Deni menggoda istri

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 3

    "A-aku mau pulang, mas."Ucapan Widya membuat tiga pasang mata yang ada di sana sontak menoleh padanya. "Benarkah?" Ceplos ibu mertuanya sambil melempar pandangan pada Sofyan, suaminya.Mata Deni tak berkedip saat mendengarnya, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja tadi didengar oleh telinganya, begitu juga dengan Sofyan, ayah mertuanya yang tanpa sadar memandang tajam pada putri sulungnya tersebut.Mungkinkah, istrinya yang keras kepala itu telah berubah? Batin Deni berbisik."Nggak lagi ngelindur kan?" "Kemarin katanya nggak mau pulang, dipaksa- paksa, tetap kekeuh bilangnya males pulang, kok sekarang beda lagi? padahal Deni nggak bilang mau ajak kamu pulang lho, Wid?" Goda ayahnya."Itu ... Ya, terserah dong," ketus Widya yang membuat lelaki paruh baya itu akhirnya terkekeh.Setelah mengatakannya, dengan wajah masam Widya angkat kaki dari sana dan bergegas masuk ke kamarnya. Wanita itu tampak kesal dengan dirinya sendiri karena bisa bisanya terpancing emosi."Sepertinya, a

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 2

    Deni melangkah ragu saat hendak melangkah masuk ke halaman rumah mertuanya, tampak sebuah sepeda motor matic telah terparkir di sana, menandakan jika rumah mertuanya tersebut tidak dalam keadaan kosong.Pandangan matanya mengawasi sekitar, cukup sepi, hanya suara burung peliharaan yang terdengar berkicau menyambut kedatangannya. Sesaat, Deni melihat sosok mengintip dari balik jendela.Perlahan, tangannya mengetuk pintu. Tak lama, wajah ibu mertuanya terlihat menyembul begitu pintu utama rumah itu terbuka."Nak Deni. Ayo masuk!" Ajaknya ramah.Deni tersenyum, lalu mengikuti langkah ibu mertuanya dan masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa tamu setelah lebih dulu di persilahkan oleh sang pemilik rumah."Mau bicara dengan Widya, ya?" Tanya ibu mertuanya."Tidak, aku datang ke sini karena ingin bicara dengan bapak," ucap Deni dengan penuh percaya diri."Oh maaf, ibu kira nak Deni ke sini karena ingin bicara dengan Widya. Kalau begitu tunggu sebentar, ibu panggilkan bapak dulu," pamit wani

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Extra 1

    Widya berdecak kesal. Sudah hampir satu bulan ini Deni seolah melupakannya. Ah, tidak. Pernah satu kali lelaki itu datang ke rumahnya hanya untuk mengantarkan beberapa barang miliknya yang tertinggal.Sudah berapa kali orang tuanya menyuruhnya agar segera pulang, namun wanita itu terlalu keras kepala. Entah mengapa, Deni belum mengajukan gugatan cerai ke pengadilan, seakan-akan sengaja menunggunya menggugat cerai lebih dulu.Pernah terpikirkan dalam benak Widya untuk berpisah dari Deni, hanya saja hatinya masih ragu karena beberapa kali kerabatnya memberi tahu jika keadaaan Deni saat ini jauh lebih baik. Mobil yang sebelumnya diklaim telah terjual pada Rahma, ternyata masih betah menghuni garasi rumahnya.Apakah selama ini Deni telah berbohong padanya? atau semua ini terjadi karena bantuan dari Rahma?Entahlah, kepalanya pusing memikirkannya, hanya saja Widya kesal jika memang itu benar, mengapa Deni harus berbohong padanya?Suara gerimis malam ini terdengarsyahdu di telinga Widya. B

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab 142

    "Baiklah," sahut Denisa sambil mengarahkan kamera ponselnya ke arah pelaminan, hingga beberapa menit kemudian, terdengar suara Yudha memanggilnya, membuat Denisa menoleh dan spontan memutuskan sambungan telepon mereka. "Yu-yudha!" Sapa Denisa gugup."Lho kok diputus teleponnya, Mbak?" Tanya Yudha."Ah ini, video call dari temen di rumah sakit. Katanya mau lihat pengantinnya ..." Rona gelisah terlihat samar di wajah Denisa."Oh! Ambil saja yang banyak videonya papa, Mbak. Aku yakin papa juga tidak keberatan kalau video pernikahannya jadi tontonan para dokter di rumah sakit." Wajah Yudha terlihat nyengir kuda."Ah, Iya. Kau benar juga. Papa kan orangnya sedikit narsis," balas Denisa. Tak lama mereka berdua tertawa sambil melihat ke arah Budi di kursi pelaminan."Kau tahu, mbak. Sejak kau pindah ke Surabaya, rasanya ada yang hilang.""Aku akan sering berkunjung ke Jakarta." Denisa menepuk lengan Yudha."Hmm ... Di mana Mas Arga dan Kevin?" Ekor mata Yudha mencari keberadaan kakak ipar da

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status