Ayu pun menutup pintu lalu mengikuti mereka yang langsung menyapa Bu Salwa mertua Ayu."Assalamualaikum!""Wa’alaikumsalam! "Maaf dengan siapa ya?" tanya Bu Salwa yang lupa tentang sosok Pakdhe Sukirman."Siapa mereka Ayu, kalau nggak kenal jangan disuruh masuk langsung bahaya zaman sekarang, bilangnya keluarga ternyata pencuri," celetuk Bu Salwa sewot.Seketika Ayu tertawa mendengar mertuanya mengatakan kalau Pakdhe Sukirman itu pencuri, namun wajah mereka menahan malu karena dianggap seperti itu."Walah, kok kami dibilang pencuri toh Bu, nggak ingat sama kami?" tanya Pakdhe Sukirman bingung dan sedikit marah."Mah, ini namanya Pakdhe Sukirman, itu istrinya Budhe Sri dan ini anaknya yang menikah sama Rangga itu loh Mah!" jelas Ayu tersenyum."Oh gitu, maaf ya Bapak, Ibu ayuk silakan duduk!" "Terima kasih, ini kami bawakan buah tangan ala kadarnya, ini buah-buahan segar cocok buat Ibu untuk masa pemulihan," ucap Pakdhe Sukirman basa-basi."Aduh nggak usah repot-repot, tetapi terima k
"Sayang kamu kenapa, boleh Abang masuk?" tanya Rizki terlihat panik."Uek ...uek!" terdengar dari dalam kamar mandi di dapur."Tok! Tok!"Nduk, buka pintunya ada apa toh, jangan buat Ibu khawatir!" ucap Bu Yati ikutan panik.Bu Salwa hanya tersenyum melihat mereka panik, beliau sudah yakin kalau sebentar lagi Ayu memberikan seorang cucu."Mungkin dia masuk angin kali, kerok saja badannya pasti hilang anginnya," celetuk Budhe Sri.Tak lama Ayu keluar dari kamar mandi, lalu Bu Yati memberikan segelas air putih hangat kepada Ayu."Ada apa Nduk, sudah mendingan?" tanya Bu Yati melihat wajah Ayu sedikit pucat."Kita ke dokter ya Dek, Abang takut terjadi apa-apa sama kamu!" ucapnya sambil memeluk istrinya.Seketika Ayu muntah lagi ketika dipeluk suaminya, dia pun berlari ke kamar mandi lagi."Ki, lebih baik kamu mandi sana, sepertinya Ayu nggak suka kamu bau, cepatan!" perintah Mamahnya dengan sigap."Mamah ini aneh, Ayu lagi di kamar mandi lagi mual, masa Iki tinggal mandi, gimana sih Mama
"Assalamualaikum!"Wa’alaikumsalam!"Mari silakan masuk Pak, Ibu!" ajak Pak Fauzi ramah."Terima kasih Pak!" jawabnya semringah.Pakdhe Sukirman, Budhe Sri dan Lia sangat kagum dengan rumah yang di tempati Pak Fauzi, tak kalah mewahnya dengan rumah milik Pak Aldi.Beliau pun menelisik setiap sudut ruangan. Bangunan yang berlantai dua ini terlihat seperti hotel, bahkan luas seperti lantai berdansa, warna putih gading yang di padu padankan sedikit warna hitam untuk pernak perniknya menambah elegan rumah tersebut.Di hiasi dengan bunga hidup yang selalu di petik setiap tiga hari sekali di ganti, menambah alaminya wangi dari rumah itu.Seketika mereka di buat terpana dengan keindahannya, dan ingin lama-lama tinggal di sana, tetapi tidak dengan Pakdhe Sukirman, beliau mempunyai tujuan yang lebih baik untuk ke depannya."Maaf Pak, Bu begini ada yang mau saya sampaikan, berhubung kalian adalah orang tua menantu saya yang baru, saya ingin mengatakan sesuatu yang mungkin kalian sudah dengar da
Pakdhe Sukirman akan dipindahkan di kamar rawat. Beliau sudah mendapat penanganan pertama. Untuk pemeriksaan lebih lanjut terpaksa harus menginap di rumah sakit.Budhe Sri bingung biaya yang akan di tanggung, tanpa basa-basi beliau meminta Rangga membayar biaya pengobatan suaminya.Rangga hanya tersenyum tipis, bahkan dia sendiri sudah enggan bertemu dengan keluarga Lia, sama halnya Rangga menikahi Maya karena menginginkan harta sedangkan Lia menikahi Rangga selain harta juga bisa menutupi kehamilan dengan orang lain.Pakdhe Sukirman masih tertidur, sesekali matanya mengeluarkan air mata apakah mungkin beliau meratapi nasibnya?"Rangga kamu mau ke mana?" tanya Budhe Sri yang sedang kalut."Saya mau pulang Bu!""Kok sekarang panggilnya bukan Mamah, malah Ibu kenapa Nak?" tanyanya dengan bingung."Iya Bu soalnya saya akan menceraikan Lia setelah anak itu lahir," jawabnya spontan.Mas, maafkan aku, sungguh aku minta maaf kalau aku tidak berkata jujur, berilah aku satu kesempatan lagi ya
"Bagaimana ini siapa yang akan membayar semua biaya rumah sakit, sedangkan kami tidak punya uang sepeser pun?" ucapnya sembari melirik kearah Rizki.Rizki yang tidak tega dengan Pakdhe Sukirman walaupun dia sering menjadi bahan obrolan hangat, ingin membiayai semuanya, namun saat hendak mengatakannya Ayu langsung berbicara duluan.Ayu pun tak mau suaminya diperalat oleh Lia ataupun Budhe Sri."Tenang Budhe, bukannya Pakdhe Sukirman banyak tabungannya, beliau kan juragan tanah, nggak mungkin lah Pakdhe nggak punya uang?" jawab Ayu mengejek."Kamu itu tahu apa sih Yu, kalau kamu memang mau dianggap keluarga kita bantu dong Pakdhemu ini, kalian kan banyak duitnya tidak akan habis sampai tujuh turunan, dan Budhe minta pindahkan Pakdhemu di kamar VIP gengsi dong di kamar biasa," sewot Budhe Sri."Eh Mbak Sri memang siapa yang mau bayar, memang Mbak ingat apa sewaktu kami butuh uang seratus ribu saja Mbak nggak mau memberi kami padahal saya tahu Mbak baru menjual tanah peninggalan Bapak say
"Ya namanya juga Budhe Sri Bu, mau enaknya saja," celetuk Ayu."Oh ya Nak Iki, Ayu tinggal di rumahmu atau di rumah orang tuamu?" tanya Pak Sugimin bingung."Kita ke rumah istri Iki Pak," jawabnya singkat."Ma-maksud Abang apa?""Sayang rumah yang Abang bangun itu dan pertama kali kita menginjakkan kaki di rumah itu adalah milik kamu, sengaja Abang buat untuk kamu," jawab Rizki tersenyum."Kamu nggak lagi bercanda kan Nak Iki?" tanya Bu Yati untuk memastikan."Iya Pak, Bu kalian adalah orang tua Iki juga, jadi kalian harus tinggal di sini juga, kasihan Ayu Bu, Pak sendirian.""Memang ada keluarga Iki di sini, tetapi mungkin Ayu lebih enak jika ada orang terdekatnya yang bisa menemaninya, lagian Iki masih khawatir dengan ...""Iya Ki, Bapak paham maksudmu Nak, kamu khawatir dengan rencana licik Lia dan Budhe Sri kan?” sahut Pak Sugimin.“Kok Bapak tahu, Bapak dukun ya?” jawab Ayu mencairkan suasana.Mereka pun tertawa bersama-sama, lalu Pak Sugimin memberikan nasehat kembali kepada men
Mereka berdua kembali seperti anak muda, bernostalgia dengan kenangan masa lalu mereka.Bersama-sama berjuang dari titik nol, dari yang tidak punya apa-apa, lalu di beri kekayaan yang berlimpah, setelah itu diambil lagi kenikmatan yang Allah berikan, kembali menjadi orang sederhana, kemudian diuji lagi terus menerus sampai akhirnya mereka kembali fitrah.Anak-anak Pak Sugimin belum mendapatkan pembalasan yang setimpal dari Rizki, padahal Doni sudah merasakannya namun kenyataannya Doni masih bisa bernapas dengan tenang.Menjelang subuh Ayu sudah bangun, dia tidak ingin bermalas-malasan hanya karena hamil.Setelah salat berjamaah Ayu dan Bu Yati segera menyiapkan sarapan pagi.Hari ini adalah penentuan nasib Doni dan Lukman.Disela sarapan pagi Rizki memberitahukan kalau Lukman telah menggelapkan dana perusahaan sebanyak dua milyar, jumlah yang fantastis bukan?“Maaf Pak, memang Bang Lukman adalah kakak ipar Iki, tetapi di perusahaan kami tetap profesional di luar kekeluargaan, jadi mun
Hanya memakan waktu tidak lebih dari dua puluh menit Rizki telah sampai di perusahaan besarnya.Rizki dengan langkah yang mantap dan tegas mencerminkan seorang pemimpin yang tegas dan berwibawa.“Selamat pagi Pak Rizki!” ucap Bu Desi sekretaris Pak Aldi.“Selamat pagi Bu!” sahut Rizki dengan ramah.“Pak Lukman sudah datang atau belum?” tanya Rizki tegas.“Maaf Pak belum datang hanya saja ada tamu yang menunggu di ruangan Bapak, saya sudah bilang kalau tidak bisa bertemu jika belum ada janji dengan Bapak,” ucap Bu Desi.“Siapa dia Bu, apa yang dia katakan?”“Namanya Budhe Sri dan Mbak Lia, katanya mereka keluarga istri Bapak,” ucapnya sedikit ketakutan ketika melihat sorot mata Rizki dengan tajam.“Lain kali jika ada yang bilang dari keluarga istri saya selain mertua dan kakak ipar saya yang namanya Ridho, jangan dikasih masuk suruh tunggu di luar saja!” ucapnya.“Ba-baik Pak, soalnya tadi mereka mengancam akan bunuh diri di depan kantor kalau tidak diizinkan masuk Pak, jadi kami bingu
Lima bulan kemudian ....“Bagaimana sudah ada tanda-tandanya belum?” tanya Bu Yati kepada Ayu yang masih kelihatan santai, karena belum ada kontraksi apa pun.“Belum ada Bu, terus Ayu nggak ada rasa kontraksi gitu seperti kram atau sakit perut, kenapa ya Bu?” tanya Ayu balik namun masih terlihat santai.“Mungkin sebentar lagi, biasa gitu kadang perkiraan dokter atau bidan biasanya meleset dari hari yang ditentukan!” jelas Bu Yati tersenyum. “Oh gitu!”“Nonton sini saja, temani ibu sebentar, mau lihat berita dulu siapa tahu ada berita yang menarik,” celetuk Bu Yati yang sudah berada di ruang tengah.“Iya, Bu!”“Belum juga bokong Ayu mendarat di sofa empuk, tiba-tiba tanpa sengaja Ayu dan Bu Yati melihat dan mendengarkan berita di televisi bahwa ada empat narapidana kabur atau melarikan diri dari penjara dini hari tadi pagi dan betapa terkejutnya di antaranya adalah Wisnu.Seketika wajah Ayu tegang dan jantungnya pun memompa dengan cepat, Ayu langsung mengalami kontraksi.“Bu, Bu sak
Pak Aldi memandang sahabatnya dengan kesedihan. Beliau tidak menyangka kalau akhirnya seperti ini.Hanya balas dendam yang tak berujung membuat mereka saling berjauhan, menciptakan jarak diantara mereka.“Assalamu’alaikum!”“Apa kabar kamu Fauzi, lama kita tidak pernah mengobrol seperti ini, tetapi malah kamu terbaring tidak berdaya di rumah sakit ini,” ucap Pak Aldi sendu.“Aku tidak pernah membayangkan kalau Wisnu adalah anak kandungmu bersama Kania, mengapa kamu lakukan ini Zi, aku tahu kamu orang baik, aku tetap akan menjadi sahabatmu, aku tidak pernah membencimu!” jelasnya lagi.Tiba-tiba mata sayup itu perlahan-lahan terbuka dan Pak Fauzi menangis saat melihat Pak Aldi sudah ada berada di sampingnya. Tangan Pak Fauzi pun ingin memegang tangan Pak Aldi, lalu mengeluarkan suara parau namun jelas “MAAF” dengan bibir bergetar.Tangan itu semakin erat memegang tangan Pak Aldi dan ucapan kata Maaf selalu dia ucapkan di akhir-akhir napasnya secara berulang-ulang.“Pak Aldi, kenapa pap
“Kalau begitu kami pamit dulu, Assalamua’alaikum! ”ucap Tante Nurma.“Wa’alaikum salam! “sahut Pak Sugimin.Wisnu yang di gebrak oleh polisi di rumahnya, meronta-ronta, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dia kalah dari Rizki.Sebagian warga pun melihat aksi para polisi mengamankan Wisnu yang tangkap dengan tangan di borgol, warga tidak menyangka jika seorang Wisnu tega ingin menghabisi ayah kandungnya sendiri.Entah dari mana masalah ini cepat tersebar tiba-tiba ada saja wartawan yang mencari berita hangat tentang keluarga Wiranata.“Akan ku balas kalian, kamu belum menang Rizki, jika kau tidak bisa mendapatkan Ayu, kamu juga tidak boleh mendapatkannya!”“Kalian tunggu saja pembalasanku!”“Kamu Rizki, terutama kamu yang akan aku bayangi selama kamu tidak mau melepaskan Ayu, untukku hahaha ...!” ucap Wisnu mengancam.“Baik Wisnu, aku tunggu kamu sampai di mana nyalimu sama dengan perbuatanmu!” gertak Rizki kepada Wisnu.“sudah nanti saja berdebatnya kalau sudah di kantor polisi!”
Wajah Pak Fauzi datar tidak ada ekspresinya, namun tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak seperti orang nggak waras.Membuat mereka menjadi bingung dengan tingkah laku Pak Fauzi.“Hahahaaha ... Aldi-Aldi kamu memang dari dulu sangat polos bin lugu, kamu itu terlalu gampang memaafkan orang lain!”“Kamu terlalu naif Aldi, kamu selalu mempercayaiku padahal akulah yang menjadi dalang kehancuranmu hahaha...” tawanya lagi.Wisnu suruh Aldi tanda tangan semua berkas untuk pengalihan harta warisan sebagai penebus nyawanya!”“Kamu tidak ingin kan mati sia-sia di sini?” tanya Pak Fauzi lantang.“Saya tidak akan memberikan sepeserpun kepada kalian, semua yang saya dapatkan adalah murni dari kerja keras saya, lebih baik saya sumbangkan ke yayasan kalau kalian mengambilnya secara paksa!” Rizkiansyah Wiranata adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis saya, karena dia darah daging saya, bukan kamu Wisnu!”“Kamu hanya anak angkat bukan anak kandung saya, lagian kamu mempunyai orang tua yang masih lengkap
Sementara di kediaman rumah Wisnu.Pak Aldi yang masih dalam keadaan pingsan dan terikat di kursi berada di ruang tengah. Sedangkan Wisnu menempatkan Ayu di sebuah kamar pribadi miliknya dan Bu Yati di kamar lain juga.Wisnu mengikat kedua tangan dan kaki Ayu dengan kencang di kursi kayu.Ayu masih dalam keadaan tak sadarkan diri karena masih dalam pengaruh obat bius.Ruangan kamarnya pun telah dihiasi oleh harumnya bunga mawar putih yang merupakan kesukaan Ayu. “Rahayu Wulandari, nama yang cantik sesuai dengan wajahmu yang tidak bosan aku memandangmu dengan secantik bunga mawar ini.”“Rizki itu tidak pantas untuk mendapatkan kamu, Yu!”“Saat Rizki mengatakan kalau dia menemukan tambatan hatinya dan memberikan foto kamu untuk pertama kali aku sangat menyukaimu,” ucapnya penuh semangat.Tak lama kemudian Ayu siuman dari pingsannya dan kepalanya mulai pusing dan dia pun terkejut tangan dan kakinya sudah terikat di kursi dan memandang sekeliling dengan penuh rasa heran.“Selamat datang
“Bagaimana ini Pak, Hei kalian kenapa menjaga istri dan mertuaku kalian tidak bisa, apa kerja kalian?” tanya Rizki marah.“Sudah Nak Iki jangan marah-marah, ini bukan mereka yang salah tetapi ini adalah rekayasa Bapak,” jawab Pak Sugimin tenang.“Maksud Bapak, bagaimana?” tanya Rizki bingung.“Maksudnya Bapak sebenarnya memang ini rencana nya kami, agar dapat mengetahui jejak Wisnu. Ayu sudah kami pasangkan alat perekam suara agar kami tahu tempat mereka membawa Ayu,” jelas Ridho kepada Rizki.“Kenapa harus melibatkan Ayu, Wisnu sangat menyukai Ayu Pak, aku nggak rela Ayu menjadi milik Wisnu sampai kapan pun!” sahut yang masih tersulut emosi.“Iya Bapak paham Ki, tetapi menurut Bapak ini adalah salah satu cara agar masalah ini selesai dan kalian dapat hidup dengan tenang tanpa ada orang lain yang ingin merusak kehidupan kalian lagi,” jelas Pak Sugimin berusaha membuat Rizki mengerti.“Baiklah kalau menurut Bapak itu lebih baik.”“Sekarang bagaimana selanjutnya, apa yang akan kita laku
“Eh ada Nak Rizki, bagaimana keadaan Bu Salwa sekarang Ibu harap tidak ada yang serius, ”tanya Bu Yati khawatir.“Alhamdulillah, Bu tidak apa-apa sudah di tangani dokter sekarang lagi istirahat dan di temani oleh Mbok Sum,” jelas Rizki sembari melihat ke arah Rangga yang duduk di lantai dengan keadaan kacau.“Sayang, kenapa dia ada di sini, apa yang dia lakukannya?” tanya Rizki kepada Ayu.“Ayu yang panggil Mas Rangga, Bang!”“Buat apa kamu memanggil dia?”“Mas Rangga ternyata belum tahu kalau Wisnu itu saudara tirinya, makanya dia shock, apalagi Tante Tania bilang kalau itu memang benar,” jelas Ayu yang merasa iba dengan Rangga.Rizki lalu menghampiri Rangga yang duduk di lantai dengan wajah berantakan dan masih terdengar suara usak tangis dalam diri Rangga.Rizki ikut duduk di lantai dan memperhatikan Rangga.Hidup itu aneh Bro, mungkin kamu masih ingat pertama kali kita bertemu, kamu selalu membanggakan diri kamu kalau kamu adalah yang terbaik, tetapi kenyataannya kamu hanya seoran
Melangkahkan kakinya dengan cepat agar Lia maupun mertuanya tidak melihat dirinya yang pergi ke kamar Ayu.Setelah sampai di kamar Ayu, Rangga pun langsung masuk karena sudah di tunggu kedatangannya oleh mereka.“Katakan apa mau kalian dariku?” tanya Rangga sinis.“Silakan duduk dulu Nak Rangga!” ucap Bu Yati ramah.“Cepat katakan apa mau kalian, aku tidak punya waktu banyak untuk kalian!” jawabnya masih sinis.“Aku hanya ingin tahu seberapa dekat kamu dekat Pak Fauzi? ”tanya balik Ayu.“Buat apa kalian menanyakan hal itu?” tanya balik lagi Rangga.“Apakah kamu sudah tahu kalau Papah Aldi di culik oleh Wisnu?” Seketika raut wajah Rangga berubah terkejut mendengar Pak Aldi di culik oleh Rangga.“Buat apa Wisnu menculik Pak Aldi?”“Apa maksudmu, apa hubungannya denganku?”“Sebenarnya apa yang ingin kalian bicarakan denganku?” tanyanya bingung.“Jika hanya basa basi seperti ini lebih baik aku pergi saja, membuang-buang waktu aku saja kalian!” hardiknya.“Aku tidak tahu apa-apa tentang p
@Pak Sugimin{Ada apa Ki, apa yang terjadi tolong ceritakan sama Bapak}@Rizki{Wisnu Pak, sudah tahu rencana kita buktinya dia berhasil menculik Papah, dan gara-gara dia Mamah pingsan tidak sadarkan diri, sekarang Iki menuju rumah sakit dulu Pak}{Iki bingung Pak, apa yang harus Iki lakukan }{Mbak Linda juga susah di hubungi ke mana mereka, tidak ada yang bisa membantu Iki, Pak}@Pak Sugimin{Siapa bilang tidak ada yang membantu kamu, ada Allah kamu lupa itu. Allah tidak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuannya}{Semua akan baik-baik saja Ki}{Tante Nurma dan Mbak Linda mu sedang sibuk, mereka Bapak tugaskan untuk menjemput Ibu Kania di rumah sakit jiwa}{Bapak juga sudah dalam perjalanan ke kota, karena firasat Bapak mengatakan kita harus bertindak cepat makanya mereka berdua Bapak tugaskan, barusan Bapak bicara dengan Bu Nurma kalau dia sudah berhasil membawa pergi ibu Kania ke tempat yang aman}@Rizki{Maksud Bapak Tante Nurma sudah berhasil membawa Ibu Kania keluar dari r