Setelah keluar dari penjara, Hans tidak pergi berobat, melainkan mencariku. Ketika meminta bantuan Shane mengurus pemakamanku, aku memintanya mengubur abuku dan abu Jade di dekat laut dan gunung. Kami tidak butuh nisan atau makam. Biarkan kami perlahan-lahan menghilang di bawah tanah.Bertahun-tahun telah berlalu. Aku saja sudah lupa di mana abu kami dikubur. Hans malah ingin menemukannya."Irene ... Irene, apa kamu masih mencintaiku?" Hans menangis hingga terisak-isak. "Kalau iya, tolong biarkan aku menemukanmu ya? Aku ingin memberimu penjelasan ...."Aku tidak ingin penjelasan apa pun darinya. Hans berkeliling di gunung selama tiga hari. Dia lelah hingga tidak bisa berjalan lagi, jadi terpaksa merangkak."Aku sudah ngerti." Hans tiba-tiba memahami sesuatu. Tatapannya penuh antusiasme saat berujar, "Kamu pasti masih marah karena aku belum membalaskan dendammu dengan Jade. Kalau begitu, tunggu aku!"Hans tidak bisa menemukanku, tetapi menemukan Carol dengan mudah. Bagaimanapun, luka di
Demi menyembuhkan kanker prankeas putriku, aku menyerahkan masa hidupku yang tersisa pada sistem demi mendapat obat untuk putriku.Suamiku memakiku gila, tetapi diam-diam menyerahkan obat itu kepada cinta pertamanya untuk menyembuhkan bekas luka di wajahnya.Ketika aku berada di ambang kehancuran, suamiku malah berkata tanpa rasa malu, "Carol punya impian menjadi artis. Dia sudah 24 tahun. Usianya nggak bisa menunggu lagi.""Selain itu, bukannya kamu dapat obat ini dengan tidur bersama pria lain? Kamu cuma ibu rumah tangga, mana mungkin dapat obat sehebat ini. Kalau mau menolong putrimu, jual diri lagi saja!"Masalahnya adalah aku tidak punya masa hidup yang bisa ditukarkan lagi.....Setelah mencapai kesepakatan, sistem hanya memberiku tujuh hari untuk mengurus pemakamanku.Hari pertama, aku bertengkar dengan Hans, memaksanya untuk mengembalikan obat itu. Hari kedua, aku hanya bisa menangis sampai pingsan di bangsal putriku. Aku membenci diriku yang terlalu percaya pada Hans dan mengh
Kalau masih ada sisa hidupku, aku pasti menukarkannya dengan obat tanpa ragu sedikit pun. Sayangnya, aku hanya bisa hidup empat hari lagi. Barang termurah di sistem sekalipun tidak sanggup kubeli lagi.Tenaga Hans sangat besar. Aku merasa sesak napas. Pandanganku mulai menggelap. Ketika terbangun kembali, aku sudah berbaring di ranjang rumah sakit."Kamu cuma pura-pura, 'kan?" Hans yang menyebabkanku pingsan bertanya dengan tidak acuh. "Kamu baru 26 tahun, bukan nenek tua 86 tahun."Aku malas berdebat dengannya. Kini, aku bahkan kesulitan untuk menggenggam pisau, apalagi menggores wajah Carol."Aku mau pergi lihat Jade." Aku berusaha untuk bangkit. Namun, sebelum aku berdiri dengan stabil, Hans sontak mendorongku."Dia sudah melewati masa kritisnya." Hans mengerlingkan matanya. "Sebelum kamu mendapat obat untuk Jade, aku nggak akan membiarkanmu menemuinya. Dia tidak butuh ibu yang tak bertanggung jawab sepertimu."Menurut Hans, Jade tersiksa oleh penyakitnya karena kesalahanku, karena
"Ibu, ada yang menindasmu ya?" Jade mengejapkan matanya sambil menyentuh tanganku. Aku hampir tidak bisa merasakan berat tangannya."Kenapa bicara begitu? Jangan pikir sembarangan." Aku menahan kesedihanku sambil mengelus kepala Jade.Rambut Jade yang dicukur habis hari itu, sudah mulai tumbuh. Saat dielus, rasanya seperti ada duri yang menusuk hatiku. Aku masih ingat waktu membujuknya mencukur rambut. Aku bilang setelah dicukur, rambutnya akan tumbuh hitam dan berkilau. Sayangnya, hari itu tidak akan datang."Tapi, suster bilang aku ...." Jade menunduk dan meneruskan, "Aku anak pelakor."Jade masih kecil, jadi tidak memahami apa itu pelakor. Namun, dia bisa merasakan kebencian dari orang-orang di sekitar.Suster yang dulunya memperlakukannya dengan lembut, tiba-tiba bersikap dingin. Jade tidak tahu kesalahan apa yang dilakukannya, tetapi dia bisa menebak ada yang menindasku."Nggak apa-apa. Kita tidur saja. Semua akan membaik setelah bangun," bujukku dengan lembut. Kemudian, aku menya
Semua uang di tabunganku dihabiskan oleh Hans. Yang tersisa hanya 4 juta."Nggak punya uang? Cari saja Shane. Bukannya kondisi Jade bisa begini gara-gara kamu? Kalau kamu menjual diri dan memberinya obat itu, dia pasti sudah sembuh dan pulang sekarang, 'kan?" timpal Hans dengan tidak acuh."Irene, aku nggak ngerti apa hakmu menyalahkanku di sini. Aku cuma mengejar impian masa mudaku. Sementara itu, kamu cuma bisa mengancamku dengan nyawa putri kita."Begitu ucapan ini dilontarkan, terdengar suara tepuk tangan yang antusias dari ujung telepon. Orang-orang memuji keberanian Hans. Hans berani melakukan gebrakan baru untuk mengejar impiannya. Orang-orang pun mengatakan Hans adalah pahlawan Carol.Sungguh konyol! Bagaimana bisa seorang pria yang mengabaikan nyawa istri dan putrinya disebut sebagai pahlawan bagi wanita? Aku tidak ingin mendengar sorakan yang menusuk telinga itu. Aku langsung mengakhiri panggilan.Orang-orang ini seperti segerombolan nyamuk, mengisap darahku dan darah putriku
Putriku telah tiada, tetapi Hans tidak peduli. Dia bahkan tidak pergi ke rumah sakit untuk mencari tahu kebenarannya.Berita hari itu membuat Carol menjadi cukup terkenal. Dia langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk mendaftar akun video. Hingga sekarang, penggemarnya sudah mencapai puluhan ribu.Carol sedang menyiarkan acara pembukaan film. Di siaran, terlihat Hans memakai jas. Rambutnya disisir dengan sangat rapi. Penampilannya yang dipenuhi semangat membuatnya terlihat seperti berusia 20 tahun kembali. Bisa dilihat, dia sama sekali tidak peduli dengan putrinya yang sakit parah sebelum ini.Ketika Hans dan Carol menggunting pita dengan bergandengan, aku mematikan siaran langsung dan pergi mengambil abu putriku. Putriku yang seharusnya masih dalam masa pertumbuhan malah menjadi abu di dalam guci.Setelah pulang, aku mendapat panggilan telepon dari nomor tak dikenal. Itu Shane. Aku dan Shane sudah tidak bertemu tujuh tahun. Kesenjangan status membuat kami tidak punya topik yang bisa
Hans ingin mengancamku dengan pernikahan kami. Seseorang yang mengakui diri sendiri sebagai suami sekaligus ayah malah tidak tahu istri dan putrinya sudah meninggal. Hans yang seharusnya mengubur kami malah bersenang-senang dengan wanita lain.[ Kamu sudah paham? Besok bawa Jade ke tempatku! ]Setelah pesan itu terkirim, ada seseorang yang membalas. Itu bukan aku, melainkan Shane.[ Ya. ]Aku mengikuti Hans keluar, sedangkan Jade tinggal di rumah untuk mengawasi Carol. Dia khawatir Carol mengambil boneka kesayangannya.Ketika melihat Shane, Hans sontak terkejut. Selama ini, Hans merasa dirinya tidak bisa dibandingkan dengan Shane. Ketika Shane diumumkan sebagai penerus keluarga, Hans sampai mengalami depresi untuk waktu yang lama.Sekalipun aku terus menekankan bahwa pria yang kucintai adalah dia dan bukan Shane, Hans tetap takut aku meninggalkannya untuk mengejar cinta pertamaku. Siapa sangka, yang mengejar cinta pertama bukan aku, melainkan Hans."Ngapain kamu di sini? Kamu mau pamer
Setelah keluar dari penjara, Hans tidak pergi berobat, melainkan mencariku. Ketika meminta bantuan Shane mengurus pemakamanku, aku memintanya mengubur abuku dan abu Jade di dekat laut dan gunung. Kami tidak butuh nisan atau makam. Biarkan kami perlahan-lahan menghilang di bawah tanah.Bertahun-tahun telah berlalu. Aku saja sudah lupa di mana abu kami dikubur. Hans malah ingin menemukannya."Irene ... Irene, apa kamu masih mencintaiku?" Hans menangis hingga terisak-isak. "Kalau iya, tolong biarkan aku menemukanmu ya? Aku ingin memberimu penjelasan ...."Aku tidak ingin penjelasan apa pun darinya. Hans berkeliling di gunung selama tiga hari. Dia lelah hingga tidak bisa berjalan lagi, jadi terpaksa merangkak."Aku sudah ngerti." Hans tiba-tiba memahami sesuatu. Tatapannya penuh antusiasme saat berujar, "Kamu pasti masih marah karena aku belum membalaskan dendammu dengan Jade. Kalau begitu, tunggu aku!"Hans tidak bisa menemukanku, tetapi menemukan Carol dengan mudah. Bagaimanapun, luka di
Untungnya, Hans pulang tepat waktu. Ketika kedua insan itu berpelukan dan berciuman, aku langsung menutup mata Jade."Beraninya kamu mengkhianatiku!" bentak Hans dengan murka."Kami nggak punya hubungan apa-apa. Kami cuma teman kok. Jangan sembarangan memfitnahku!" Carol bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi."Aku yang menyembuhkan wajahmu. Aku yang berinvestasi untuk filmmu. Beraninya kamu ...." Hans tentu tidak percaya.Carol menegakkan tubuhnya dan berkata, "Kamu sendiri yang melakukannya secara sukarela. Aku nggak pernah minta apa pun kok. Selain itu, sekarang kamu sudah miskin. Kamu nggak mungkin bisa berinvestasi untuk filmku lagi. Tapi, Pak Kevin bisa memberiku banyak film!"Carol tidak membutuhkan Hans lagi, makanya mendepaknya. Hans sungguh murka melihat wajah Carol yang sudah mulus sekarang. Gara-gara wajah ini, dia mencelakai putri dan istrinya!"Kembalikan Jade dan Irene kepadaku!" pekik Hans."Kamu yang berutang pada mereka, bukan aku!" hardik Carol.Ketiga orang itu
Hans ingin mengancamku dengan pernikahan kami. Seseorang yang mengakui diri sendiri sebagai suami sekaligus ayah malah tidak tahu istri dan putrinya sudah meninggal. Hans yang seharusnya mengubur kami malah bersenang-senang dengan wanita lain.[ Kamu sudah paham? Besok bawa Jade ke tempatku! ]Setelah pesan itu terkirim, ada seseorang yang membalas. Itu bukan aku, melainkan Shane.[ Ya. ]Aku mengikuti Hans keluar, sedangkan Jade tinggal di rumah untuk mengawasi Carol. Dia khawatir Carol mengambil boneka kesayangannya.Ketika melihat Shane, Hans sontak terkejut. Selama ini, Hans merasa dirinya tidak bisa dibandingkan dengan Shane. Ketika Shane diumumkan sebagai penerus keluarga, Hans sampai mengalami depresi untuk waktu yang lama.Sekalipun aku terus menekankan bahwa pria yang kucintai adalah dia dan bukan Shane, Hans tetap takut aku meninggalkannya untuk mengejar cinta pertamaku. Siapa sangka, yang mengejar cinta pertama bukan aku, melainkan Hans."Ngapain kamu di sini? Kamu mau pamer
Putriku telah tiada, tetapi Hans tidak peduli. Dia bahkan tidak pergi ke rumah sakit untuk mencari tahu kebenarannya.Berita hari itu membuat Carol menjadi cukup terkenal. Dia langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk mendaftar akun video. Hingga sekarang, penggemarnya sudah mencapai puluhan ribu.Carol sedang menyiarkan acara pembukaan film. Di siaran, terlihat Hans memakai jas. Rambutnya disisir dengan sangat rapi. Penampilannya yang dipenuhi semangat membuatnya terlihat seperti berusia 20 tahun kembali. Bisa dilihat, dia sama sekali tidak peduli dengan putrinya yang sakit parah sebelum ini.Ketika Hans dan Carol menggunting pita dengan bergandengan, aku mematikan siaran langsung dan pergi mengambil abu putriku. Putriku yang seharusnya masih dalam masa pertumbuhan malah menjadi abu di dalam guci.Setelah pulang, aku mendapat panggilan telepon dari nomor tak dikenal. Itu Shane. Aku dan Shane sudah tidak bertemu tujuh tahun. Kesenjangan status membuat kami tidak punya topik yang bisa
Semua uang di tabunganku dihabiskan oleh Hans. Yang tersisa hanya 4 juta."Nggak punya uang? Cari saja Shane. Bukannya kondisi Jade bisa begini gara-gara kamu? Kalau kamu menjual diri dan memberinya obat itu, dia pasti sudah sembuh dan pulang sekarang, 'kan?" timpal Hans dengan tidak acuh."Irene, aku nggak ngerti apa hakmu menyalahkanku di sini. Aku cuma mengejar impian masa mudaku. Sementara itu, kamu cuma bisa mengancamku dengan nyawa putri kita."Begitu ucapan ini dilontarkan, terdengar suara tepuk tangan yang antusias dari ujung telepon. Orang-orang memuji keberanian Hans. Hans berani melakukan gebrakan baru untuk mengejar impiannya. Orang-orang pun mengatakan Hans adalah pahlawan Carol.Sungguh konyol! Bagaimana bisa seorang pria yang mengabaikan nyawa istri dan putrinya disebut sebagai pahlawan bagi wanita? Aku tidak ingin mendengar sorakan yang menusuk telinga itu. Aku langsung mengakhiri panggilan.Orang-orang ini seperti segerombolan nyamuk, mengisap darahku dan darah putriku
"Ibu, ada yang menindasmu ya?" Jade mengejapkan matanya sambil menyentuh tanganku. Aku hampir tidak bisa merasakan berat tangannya."Kenapa bicara begitu? Jangan pikir sembarangan." Aku menahan kesedihanku sambil mengelus kepala Jade.Rambut Jade yang dicukur habis hari itu, sudah mulai tumbuh. Saat dielus, rasanya seperti ada duri yang menusuk hatiku. Aku masih ingat waktu membujuknya mencukur rambut. Aku bilang setelah dicukur, rambutnya akan tumbuh hitam dan berkilau. Sayangnya, hari itu tidak akan datang."Tapi, suster bilang aku ...." Jade menunduk dan meneruskan, "Aku anak pelakor."Jade masih kecil, jadi tidak memahami apa itu pelakor. Namun, dia bisa merasakan kebencian dari orang-orang di sekitar.Suster yang dulunya memperlakukannya dengan lembut, tiba-tiba bersikap dingin. Jade tidak tahu kesalahan apa yang dilakukannya, tetapi dia bisa menebak ada yang menindasku."Nggak apa-apa. Kita tidur saja. Semua akan membaik setelah bangun," bujukku dengan lembut. Kemudian, aku menya
Kalau masih ada sisa hidupku, aku pasti menukarkannya dengan obat tanpa ragu sedikit pun. Sayangnya, aku hanya bisa hidup empat hari lagi. Barang termurah di sistem sekalipun tidak sanggup kubeli lagi.Tenaga Hans sangat besar. Aku merasa sesak napas. Pandanganku mulai menggelap. Ketika terbangun kembali, aku sudah berbaring di ranjang rumah sakit."Kamu cuma pura-pura, 'kan?" Hans yang menyebabkanku pingsan bertanya dengan tidak acuh. "Kamu baru 26 tahun, bukan nenek tua 86 tahun."Aku malas berdebat dengannya. Kini, aku bahkan kesulitan untuk menggenggam pisau, apalagi menggores wajah Carol."Aku mau pergi lihat Jade." Aku berusaha untuk bangkit. Namun, sebelum aku berdiri dengan stabil, Hans sontak mendorongku."Dia sudah melewati masa kritisnya." Hans mengerlingkan matanya. "Sebelum kamu mendapat obat untuk Jade, aku nggak akan membiarkanmu menemuinya. Dia tidak butuh ibu yang tak bertanggung jawab sepertimu."Menurut Hans, Jade tersiksa oleh penyakitnya karena kesalahanku, karena
Demi menyembuhkan kanker prankeas putriku, aku menyerahkan masa hidupku yang tersisa pada sistem demi mendapat obat untuk putriku.Suamiku memakiku gila, tetapi diam-diam menyerahkan obat itu kepada cinta pertamanya untuk menyembuhkan bekas luka di wajahnya.Ketika aku berada di ambang kehancuran, suamiku malah berkata tanpa rasa malu, "Carol punya impian menjadi artis. Dia sudah 24 tahun. Usianya nggak bisa menunggu lagi.""Selain itu, bukannya kamu dapat obat ini dengan tidur bersama pria lain? Kamu cuma ibu rumah tangga, mana mungkin dapat obat sehebat ini. Kalau mau menolong putrimu, jual diri lagi saja!"Masalahnya adalah aku tidak punya masa hidup yang bisa ditukarkan lagi.....Setelah mencapai kesepakatan, sistem hanya memberiku tujuh hari untuk mengurus pemakamanku.Hari pertama, aku bertengkar dengan Hans, memaksanya untuk mengembalikan obat itu. Hari kedua, aku hanya bisa menangis sampai pingsan di bangsal putriku. Aku membenci diriku yang terlalu percaya pada Hans dan mengh