Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 415. (EXEL STORY) Keluarga untuk Hauri

Share

Bab 415. (EXEL STORY) Keluarga untuk Hauri

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 18:47:47

Setelah kembali dari taman, Exel segera membawa Hauri untuk pulang, karena Elizabeth sudah berkali-kali menghubunginya dan memintanya agar segera membawa Hauri pulang.

Sesampainya di rumah, ternyata semuanya sedang berkumpul di sana. Termasuk ada kedua orang tua Exel yang duduk berdua di ruang keluarga, mereka terlihat menanti kedatangan Exel dan Hauri.

"Exel, kemarilah..." Evan melambaikan tangannya.

Dengan hati-hati, Exel berjalan mendekati Mama dan Papanya bersama Hauri.

Elizabeth tersenyum manis saat Hauri duduk di sampingnya. Wajah pucat Hauri membuat Elizabeth merasa kasihan tiap menatap gadis ini. Melihat kondisi Hauri, Elizabeth merasa seperti bercermin pada kondisinya di masa lalu.

"Bagaimana kata dokter tadi setelah terapi, Nak?" tanya Elizabeth mengusap pipi Hauri yang memerah kedinginan.

"Exel yang bertemu Dokter William, Ma. Hauri tadi masih di ruang perawatan," jawab Hauri dengan suara lirih.

Kedua orang tuanya lantas melirik Exel dengan tatapan lekat.

"Bagaimana
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 416. (EXEL STORY) Acara Para Gadis di Tengah Malam

    Malam ini Hauri tidak bisa tidur. Gadis itu bingung memikirkan bahwa besok Exel dan keluarganya akan mengadakan pesta. Hauri juga akan ikut diajak pergi ke pesta tersebut. Dan kini, Hauri belum tertidur sampai pukul sebelas malam. Sedangkan Exel sedang pergi keluar bersama Evan dan Arthur untuk mengurus keperluan kantor."Aku pakai gaun yang mana ya, untuk besok? Aku takut salah memakai pakaian, nanti penampilanku malah membuat Exel malu," gerutu Hauri, gadis itu mengusap wajahnya bingung. Hauri kembali membuka lemari pakaiannya. Di dalam lemari kayu berwarna putih itu, berisi penuh pakaian-pakaian baru yang Elizabeth dan Exel belikan untuk Hauri. Gaun-gaun dan dress-dress mahal yang tertata rapi di dalam lemari tersebut sampai Hauri bingung ingin memakai yang mana. "Hemm ... mungkin Pauline besok akan ikut. Apa aku meminta pendapat Pauline saja, ya?" Hauri segera meraih ponselnya di atas nakas, ia mencoba mengirimkan pesan pada Pauline dan Pauline membaca pesanannya. Segera Hau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 1. Kembalinya Mantan Istri Suamiku

    "Tinggalkan Evan! Karena sebentar lagi dia akan rujuk dengan mantan istrinya!" Tubuh Elizabeth tersentak kaget, kedua matanya melebar tak percaya mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh ibu mertuanya. Elizabeth Lawrence, wanita berusia dua puluh tiga tahun itu meremas gaun pesta berwarna biru yang dia pakai. "A-apa maksud Mama mengatakan hal itu?" tanya Elizabeth dengan suara tercekat. "Apa kau tidak sadar? Sejak awal menikah hingga detik ini, Evan tidak pernah mencintaimu!” kata wanita paruh baya yang berpakaian glamor itu. “Karena cinta sejati Evan hanya Clarisa!” Elizabeth terdiam dengan perasaan campur aduk. Ia ingin menyanggah, tapi lidahnya terasa kelu sebab ia tahu ibu mertuanya benar. Suaminya tidak pernah mencintainya. "Kau lihat di sana!” ujar Melodi—ibu mertuanya—ke arah sepasang manusia yang tengah bercengkerama akrab di tengah pesta. “Bukankah mereka tampak sangat serasi? Apa Evan pernah sehangat itu denganmu?” Elizabeth menelan ludah. Kata-kata itu menohok

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 2. Dia Berusaha Mengambil Suamiku

    Keesokan paginya... "Pakaikan baju baru untuk Exel, aku dan Clarisa akan mengajaknya pergi." Suara bariton berat dari Evander terdengar tegas pada Elizabeth yang tengah mendandani Exel pagi ini. Setelah semalaman tidak tidur di rumah, sekalinya pulang Evander kembali bersama Clarisa yang kini tengah menunggu di lantai satu. "Iya. Apa kau akan pulang di sore hari?" tanya Elizabeth sang suami. Sambil memakai tuxedo hitamnya, Evan menjawab, "Ya, agar Clarisa bisa puas bermain dengan Exel seharian." Elizabeth terdiam sejenak, merasa kini hari-harinya menjadi sangat menekan. Selain berkurangnya waktu bersama sang suami, Elizabeth mungkin akan sering kesepian karena Exel juga akan sering menghabiskan waktu dengan Clarisa. "Ma... ini Exel mau ke mana? Kok pakai baju baru?" Mungil suara Exel membuat Elizabeth tersenyum lembut, apalagi anak laki-lakinya itu cemberut menatapnya. "Exel hari ini ikut dengan Papa ya, Sayang. Ingat... tidak boleh nakal, tidak boleh nangis, dan tidak boleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 3. Kebersamaan Mereka yang Menyakitiku

    Pasca pingsan beberapa hari yang lalu, keadaan Elizabeth tidak kunjung membaik. Dia merasa tubuhnya semakin lemah, membuatnya bertanya-tanya apa yang terjadi karena tidak biasanya ia seperti ini. Dengan wajah yang tampak pucat, Elizabeth menopang tubuhnya dengan tangan yang bertumpu pada wastafel karena ingin muntah beberapa menit yang lalu. Namun, tidak ada yang keluar dari mulutnya. Setelah mencuci wajahnya dengan air dingin, gadis itu keluar dari kamar mandi dan mendapati suaminya yang sudah tampak rapi. Elizabeth mendekati Evan yang tengah berdiri bercermin sembari memasang arlojinya. "Evan, apa hari ini kau ada waktu luang?" tanya Elizabeth mendongak menatapnya. "Tidak, hari ini jadwalku sangat padat," jawab Evan dingin seperti biasa. Elizabeth meraih tuxedo hitam milik Evan di tepian ranjang dan menyerahkannya dengan sangat perhatian. "Tadinya aku ingin meminta waktumu sebentar saja untuk menemaniku—" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, terdengar dengusan pelan dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 4. Aku Istrimu, Namun Bukan Prioritasmu

    Sesampainya di rumah, Elizabeth berdiam diri di dalam ruangan pribadinya. Berjam-jam dia tenggelam dalam kesedihan yang menyesakkan. "Ternyata kehadiranku sama sekali tak berarti untuk suamiku. Apa ini yang disebut cinta lama adalah pemenang yang sesungguhnya?" ucap Elizabeth lirih dan sedih. Air mata Elizabeth menetes, namun ia menyekanya cepat. Situasi menyedihkan ini membuat Elizabeth merindukan sosok Nenek dan Bibi yang merawatnya, dan mereka kini jauh berada di Vienna. Tak lama setelah itu terdengar suara klakson mobil yang cukup keras. "Dia sudah pulang." Elizabeth membuka gorden dan mengintip ke bawah sana. Rupanya benar, itu suara dari mobil Evan. Dengan perlahan-lahan, Elizabeth beranjak berdiri meninggalkan ruangan itu dan bergegas menemui sang suami di kamarnya. Elizabeth menarik gagang pintu kamar dan melangkah ke dalam, ia melihat Evan yang tengah melepaskan tuxedo hitamnya. "Kau sudah pulang? Tumben sekali sampai larut malam…" kata Elizabeth sambil berjalan ke ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 5. Mereka Merenggut Kebahagiaanku

    Hari berganti, tapi kondisi Elizabeth masih belum kunjung membaik. Wanita itu baru saja terbangun dari tidurnya dengan keadaan panik. Elizabeth ketiduran selama dua jam setelah meminum obat, sampai ia lupa menjemput Exel di sekolah. "Ya Tuhan, sudah pukul berapa ini?!" Elizabeth menatap jam dinding di kamarnya. "Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Exel pasti menangis menungguku!" Buru-buru Elizabeth keluar dari dalam kamar. Meskipun tubuhnya terasa lemas dan tidak bertenaga, tapi ia tetap memaksakan diri. Langkahnya yang berat dipaksa menuruni anak tangga. Namun, saat Elizabeth belum menapaki lantai satu, pintu rumahnya pun terbuka lebar. Terdengar suara tangisan Exel yang membuat Elizabeth panik seketika. "Elizabeth!" teriakan seorang wanita memanggilnya dengan keras. "Mama..." Elizabeth menatap Mama mertuanya yang datang bersama Clarisa. Wanita itu kini tengah menggendong Exel yang memberontak dalam pelukannya. Sejenak Elizabeth terdiam. Bukankah kemarin Evan berkata kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 6. Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini

    “Apakah Nyonya sudah yakin?” Elizabeth mengangguk pasti. "Aku tidak akan menyesali keputusanku," katanya serius. Wanita itu duduk di teras belakang rumahnya bersama seorang laki-laki tua berambut putih yang meletakkan sebuah berkas. Pengacara Clinton, orang kepercayaan Elizabeth yang dua hari lalu ia hubungi untuk meminta bantuan mengurus berkas penting. "Baiklah, saya harap Nyonya baik-baik saja." Anggukan pelan Elizabeth berikan. "Ya, aku pun berharap seperti itu. Terima kasih sudah membantuku, pengacara Clinton." "Sama-sama Nyonya. Kalau begitu saya permisi." Laki-laki berbalut tuxedo abu-abu itu berdiri dari duduknya, meraih tas kulit yang kini dia bawa pergi. Sedangkan Elizabeth masih duduk di kursi teras menatap sebuah dokumen yang ia usap dengan jemari kurusnya. Kedua mata Elizabeth terpejam merasakan sejuknya semilir angin pagi yang menyapu wajah pucatnya. Ia tidak mau menimbang-nimbang lagi keputusannya, mengingat mungkin usianya juga tidak akan panjang. "Permisi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 7. Sampai Kapanpun, Tidak ada Kata Cerai!

    Elizabeth tertegun, tidak menyangka Evan akan semarah itu dengan permintaan cerai darinya. Bukankah seharusnya Evan senang karena ia bisa rujuk bersama mantan istrinya? Tapi mengapa… Evan justru tidak terima? Elizabeth berusaha menenangkan diri, lalu menatap Evan lekat. "Tapi aku ingin mengakhiri pernikahan ini, Evan." Ekspresi Evan tidak berubah, masih terlihat marah dan tak puas sekalipun berkas perceraian itu telah dirobek kecil-kecil hingga menjadi sampah. Sorot tajam mata hitam Evan tertuju pada Elizabeth yang berdiri teguh di hadapannya. Istrinya tidak pernah seperti ini sebelumnya. "Apa alasanmu menginginkan perceraian dariku?" Suara rendah Evander terdengar jelas. Elizabeth menggelengkan kepalanya, tak ingin menunjukkan air matanya di hadapan laki-laki ini. "Katakan Elizabeth," seru Evan lebih menekan. "Apakah alasanku bisa membuat hatimu berubah?" Elizabeth bertanya balik padanya. Evan mendengus lalu tawa sumbangnya kembali terdengar. Ia mengusap waj

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 416. (EXEL STORY) Acara Para Gadis di Tengah Malam

    Malam ini Hauri tidak bisa tidur. Gadis itu bingung memikirkan bahwa besok Exel dan keluarganya akan mengadakan pesta. Hauri juga akan ikut diajak pergi ke pesta tersebut. Dan kini, Hauri belum tertidur sampai pukul sebelas malam. Sedangkan Exel sedang pergi keluar bersama Evan dan Arthur untuk mengurus keperluan kantor."Aku pakai gaun yang mana ya, untuk besok? Aku takut salah memakai pakaian, nanti penampilanku malah membuat Exel malu," gerutu Hauri, gadis itu mengusap wajahnya bingung. Hauri kembali membuka lemari pakaiannya. Di dalam lemari kayu berwarna putih itu, berisi penuh pakaian-pakaian baru yang Elizabeth dan Exel belikan untuk Hauri. Gaun-gaun dan dress-dress mahal yang tertata rapi di dalam lemari tersebut sampai Hauri bingung ingin memakai yang mana. "Hemm ... mungkin Pauline besok akan ikut. Apa aku meminta pendapat Pauline saja, ya?" Hauri segera meraih ponselnya di atas nakas, ia mencoba mengirimkan pesan pada Pauline dan Pauline membaca pesanannya. Segera Hau

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 415. (EXEL STORY) Keluarga untuk Hauri

    Setelah kembali dari taman, Exel segera membawa Hauri untuk pulang, karena Elizabeth sudah berkali-kali menghubunginya dan memintanya agar segera membawa Hauri pulang. Sesampainya di rumah, ternyata semuanya sedang berkumpul di sana. Termasuk ada kedua orang tua Exel yang duduk berdua di ruang keluarga, mereka terlihat menanti kedatangan Exel dan Hauri. "Exel, kemarilah..." Evan melambaikan tangannya. Dengan hati-hati, Exel berjalan mendekati Mama dan Papanya bersama Hauri.Elizabeth tersenyum manis saat Hauri duduk di sampingnya. Wajah pucat Hauri membuat Elizabeth merasa kasihan tiap menatap gadis ini. Melihat kondisi Hauri, Elizabeth merasa seperti bercermin pada kondisinya di masa lalu. "Bagaimana kata dokter tadi setelah terapi, Nak?" tanya Elizabeth mengusap pipi Hauri yang memerah kedinginan. "Exel yang bertemu Dokter William, Ma. Hauri tadi masih di ruang perawatan," jawab Hauri dengan suara lirih. Kedua orang tuanya lantas melirik Exel dengan tatapan lekat. "Bagaimana

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 414. (EXEL STORY) Kabar Rahasia yang Diketahui

    "Setelah acara pesta kenaikan jabatan Exel menjadi COO, bantu aku mempersiapkan acara pernikahan Exel." Suara tegas Evan membuat Jericho menoleh menatapnya yang kini duduk di kursi COO di ruangan Exel. Ia sibuk mengecek beberapa berkas untuk meeting siang ini. "Apa Tuan yakin akan segera menikahkan mereka?" tanya Jericho dengan nada tak yakin. "Mau bagaimana lagi, Exel sangat bersikeras menikahi Hauri dalam waktu dekat. Aku takut bagaimana perasaan putraku, Jer," ujar Evan dengan wajah sedih. "Aku pernah ada di posisinya. Aku hanya takut Exel menyesal di kemudian hari." "Iya Tuan. Saya menyayangkan Hauri, kenapa gadis itu bisa memiliki penyakit keras seperti itu..." Jericho memasang wajah sedih dan khawatir. Sedangkan Evan, dia duduk bersandar di kursi kerja Exel dan mendongakkan kepalanya. "Bahkan leukimia yang diderita Hauri sudah memasuki stadium tiga, Jer. Hebatnya ... gadis itu masih bisa tersenyum dan bertingkah seolah-olah dirinya sehat dan baik-baik saja. Meskipun kondis

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 413. (EXEL STORY) Keseriusan dan Kesungguhan Exel

    "Menikah, kau bilang?" Evan menatap putranya dengan serius. Laki-laki itu terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Exel menatap Papanya lekat-lekat, apakah Papanya tidak percaya? Atau mungkin ucapannya terdengar seperti lelucon? "Aku serius, Pa," kata Exel lagi. "Papa tahu kau serius, Exel. Tapi setidaknya lihatlah kondisi Hauri. Tidak hanya itu, kondisi sekitar juga sangat penting!" seru Evan menjelaskan. "Paling tidak, sampai Hauri sembuh lima puluh persen dulu. Jangan sampai terdengar orang di luaran sana kalau istrimu sakit-sakitan, apa kau tidak kasihan padanya kalau dia semakin dihujat? Kau yakin Hauri akan baik-baik saja kalau dia mendengar ocehan orang tentangmu?"Exel bungkam seketika, bibirnya mengatup rapat. Untuk pertama kali ada permintaannya yang ditolak oleh sang Papa. Namun Exel sadar bila alasan yang Papanya berikan juga yang terbaik untuknya.Tetapi, Evan yang menatap ekspresi sedih Exel saat ini membuatnya tidak tega. Evan yakin kalau Exel pasti takut. Dia

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 412. (EXEL STORY) Bolehkah Aku Menikahinya?

    Hari sudah malam, Exel dan Hauri duduk berdua di balkon lantai dua. Mereka menikmati angin malam di penghujung musim dingin. Semenjak pindah dan tinggal di Berlin, Exel melihat banyak hal dari Hauri yang kemarin-kemarin tidak pernah ia ketahui. Dari Hauri mudah tersenyum, bahkan kadang Hauri menjadi sangat cerewet saat berdebat dengan Pauline. Seperti saat ini, Exel tengah menatapnya dari samping, menikmati wajah cantik gadis itu. "Emmm ... Exel, kenapa menatapku seperti itu?" tanya Hauri menyipitkan kedua matanya. "Tidak papa, kau sangat cantik malam ini," jawab Exel mengecup pipinya. "Exel..." Hauri mendorong wajah Exel dan ia tersenyum manis. Kata-kata manis, perlakuan yang lembut, adalah hal yang selalu Exel berikan pada Hauri hampir setiap hari. Exel menarik pundak Hauri untuk bersandar padanya. Laki-laki itu memejamkan kedua matanya dengan tenang. "Apa besok ada jadwal ke rumah sakit lagi, Sayang?" tanya Exel. "Heem. Tapi siang, karena paginya Mama masih di butik," jawa

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 411. (EXEL STORY) Marah, Tetapi Sayang

    Setelah pergi dengan Pauline siang tadi, Exel mengomeli Hauri dan adiknya itu dengan kesal. Bukan tidak mengizinkan, hanya saja kondisi Hauri sedang sakit. Namun kenyataannya, Hauri justru malah memarahi Exel karena terlalu mengomeli Pauline. "Ulangi sekali lagi ya, kau mengajakmu Kak Hauri pergi tanpa sepengetahuan Kakak!" pekik Exel pada Pauline. Pauline mencebikkan bibirnya kesal berjalan di depan Exel membawa tasnya. Sementara Hauri bersama Exel, gadis itu terus memukuli lengan kekasihnya dengan kesal. "Sudah Sayang, aku yang mengajak Pauline. Kau tidak usah memarahinya seperti itu!" seru Hauri pada Exel. "Harusnya kan dia mikir, kau itu sedang sakit! Kau juga, sedang sakit kenapa malah pergi?!" pekik Exel menatapnya geram."Aku tadi—""Ada apa ini? Kenapa ribut-ribut?" Suara Elizabeth membuat Exel dan Hauri menoleh, di belakangnya ada Pauline yang memeluk sang Mama dengan erat. Tentu saja, Pauline mengadu pada Mamanya. Itulah jurus andalan Pauline saat dimarahi oleh Exel,

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 410. (EXEL STORY) Seseorang yang Selama ini Diam-diam Menyukai Exel

    Hari sudah sore, Exel hanya berdua dengan Lafenia di ruangan kerjanya. Gadis cantik bermata abu-abu itu sudah lama mengenalnya, dia adalah asisten pribadi yang dibawa Fredrik ke Zerenith Grup dan kini menjadi asisten pribadi Exel. "Laf, apa semua berkas-berkas hasil keputusan meeting sudah kau berikan pada Paman Jericho?" tanya Exel menatap gadis itu. "Sudah semuanya," jawab Lafenia. "Bagus." Exel mengangguk. "Ini sudah jam pulang, aku harus kembali cepat." Lafenia merapikan meja kerjanya sembari menatap Exel yang kini tengah memakai tuxedo hitamnya. Seharian ini, Exel tidak banyak bicara seperti dulu-dulu. Exel yang Lafenia kenali, dia adalah atasan yang tegas dan memberikan banyak pengarahan. Namun, setelah diangkat menjadi COO dan kembali dari Prancis, sosok Exel menjadi pendiam, juga dingin. "Pak Exel, tunggu!" pekik Lafenia mengejar Exel yang berjalan lebih dulu keluar dari dalam ruangannya. Mereka berjalan bersama, Lafenia mendongak menatap Exel dari samping. Saat hanya

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 409. (EXEL STORY) Kedatangannya yang Dinanti-nanti

    "Wah, Pak Exel sudah kembali ke sini..." "Kabarnya beliau pindah menjadi pimpinan di perusahaan Kakeknya di Prancis. Tapi rumornya dia kembali bersama seorang wanita, benarkah?" Suara-suara bisikan para karyawan di kantor menyambut kedatangan Exel pagi ini. Laki-laki tampan berbalut tuxedo hitam itu berjalan di belakang Papanya membawa beberapa map berkas di tangannya. Exel memang kembali ke Berlin, tetapi dia tidak melupakan tugasnya untuk mengawasi perusahaan milik Kakeknya yang dipegang oleh Paman Jonas, laki-laki yang menjadi satu-satunya orang kepercayaan sang Kakek. "Exel," panggil Evan lirih. "Ya, Pa?" "Kau dengar, bisikan semua orang?" tanya Evan, dia tersenyum tipis pada Exel. "Aku tidak peduli," jawab Exel santai. Evan sudah menduga hal ini. Mungkin sikapnya yang seperti ini memang menurun dari Evan. "Banyak karyawan yang galau saat Tuan Muda tidak bekerja di sini. Termasuk Lafenia, dia mencari menunggu Tuan pulang," sahut James berjalan di samping Exel. "Dia juga

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 408. (EXEL STORY) Perhatian Besar dari Keluarga Collin untuk Hauri

    "Sarapan yang banyak, semalam kau lupa minum obat, kan?" Ucapan penuh perhatian itu terucap dari bibir Exel pada sosok Hauri yang kini duduk di antara keluarganya di ruang makan. Gadis cantik berambut sebahu itu mengangguk kecil. "A-aku tertidur saat bersama Pauline. Aku lupa belum meminumnya," jawab Hauri. "Tidak papa, sekarang Hauri sarapan dulu yang kenyang. Nanti, jam sembilan ikut Mama ke rumah sakit. Mama sudah menghubunginya seorang dokter yang akan menangani Hauri," ujar Elizabeth dengan tenang dia berkata. "Ikutlah dengan Mama Elizabeth, Hau. Jangan khawatirkan kondisimu selama di sini, Papa yakin kau akan segera sembuh." Evan ikut menatap gadis itu. "Selama kau berada di antara kami, itu artinya kau sama seperti anak kami sendiri." Mendengar ungkapan Elizabeth dan Evan yang begitu tulus, Hauri merasa sedih. Mereka menganggapnya seperti anak mereka sendiri. Betapa beruntungnya Hauri masih memiliki mereka di dunia ini. Belum lagi, masih ada Pauline yang menjadi adik se

DMCA.com Protection Status