Berhari-hari Mayang murung dan mengurung diri dalam kamarnya. Semenjak kepulangannya dari merantau di kota. Mayang masih enggan untuk bercerita pada keluarganya. Mayang juga sengaja menghindar dari Hendra dan enggan meminta penjelasan pada pria tersebut.Keluarga dibuat khawatir akan tingkah Mayang yang tiba-tiba saja berubah. Mayang berubah menjadi lebih pendiam dan lebih banyak murung tidak seperti sebelumnya yang mana ia merupakan gadis yang ceria dan suka sekali bercerita.Hari terus berganti hingga hari yang telah disepakati yang sudah dijanjikan oleh Hendra pada keluarga Mayang yang mana pemuda tersebut akan mengutamakan niatannya untuk membawa hubungan mereka menuju jenjang yang lebih serius, namun justru kabar yang semula akan menjadi kabar baik berubah menjadi kabar buruk bahkan mimpi buruk yang akhirnya berubah menjadi kenyataan.Hendra tidak pernah lagi datang seperti janjinya dan Mayang juga tidak lagi berharap dan mengharapkan kedatangan pria yang nyatanya kedatangannya h
Di tempat lain, usai berpamitan pada suaminya dan meminta izin selama beberapa hari untuk bekerja di luar kota. Adel yang rupanya tengah membohongi suami dan juga ibu mertuanya. Di sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di luar kota. Adel tengah menikmati harinya bersama pria lain yang tak lain adalah atasan di tempatnya bekerja. Pria dengan perut buncit dengan rambut sedikit botak serta uban yang mulai menghiasi kepalanya. Pada lengan pria bertubuh tambun tersebut Adel sedang bergelut manja, bukan tanpa alasan jika tidak menginginkan sesuatu dari pria tersebut. Jika dirinya tidak mendapatkan yang ia inginkan dari sang suami. Maka pada pria tersebut lah Adel mengantungkan semua keinginannya itu untuk bisa dipenuhi. Tidak ada yang gratis kecuali Adel memang telah menjanjikan dan menuruti juga apa yang pria simpanannya itu inginkan dari dirinya.Kedua berjalan beriringan bagai dia sejoli yang sedang kasmaran hingga tanpa disadari oleh keduanya jika keberadaan mereka telah mendapatkan
"Adel kamu kenapa?" Adel tiba-tiba menubruk suaminya dan memeluknya erat. Usai kejadian di mall, di mana dirinya kepergok sedang jalan dengan Suseno ternyata tanpa mereka sadari ada istri dan anak dari teman kencannya itu yang sengaja membututi mereka hingga terjadilah kejadian yang sangat memalukan bagi Adel selama hidupnya.Adel merasa sangat dipermalukan oleh Susi istri sah dari Suseno. Bukan hanya dipermalukan tapi apa yang sudah ia dapatkan dari pemberian laki-laki bernama Suseno itu akhirnya hilang sia-sia, karena diambil paksa oleh sang istri sah.Tak ada mobil dan ia pun harus kehilangan pekerjaannya. Adel pulang dengan kondisi yang mengenaskan namun dirinya masih beruntung karena anak dan istri Suseno tidak menghajarnya waktu di mall. Tapi masih begitu Adel merasa sangat marah dan sakit hati karena laki-laki yang selama ini ia puaskan nafsunya tidak bisa berbuat apa-apa di depan sang istri."Kamu kenapa sayang?" Adel semakin mengeratkan pelukannya pada Irwan tentunya itu han
Perputaran bumi berjalan sejajar dengan pertukaran waktu. Hari-hari terus berganti Minggu dan minggu pun telah berganti dengan bulan."Mas, freezernya diletakkan di sudut kanan saja, Ya!" Seorang perempuan yang usianya tidak bisa dikatakan lagi muda namun penampilannya bisa menipu mata siaka saja yang melihatnya. Rumana memberikan interupsi pada karyawan toko elektronik tempat dirinya memesan dan membeli freezer untuk menyimpan makan beku jualannya. Semenjak perpisahannya dengan Irwan yang berjalan dua tahun lebih itu membuat Rumana semakin sadar akan penampilannya. Sebuah penyesalan pernah singgah di hatinya dan menjadi sentilan tersendiri untuk ia jadikan sebagai pengingat untuk jalan hidupnya ke depan nanti.Penampilan Rumana sudah berubah tidak lagi ada Rumana dengan tampilan buluk dan ala kadarnya dengan hanya mengenakan pakaian daster rumahan. Jika dulu dirinya selalu berpikir beberapa kali untuk memenuhi kepentingannya pribadinya demi kepentingan anak dan suami yang selalu ia d
"Mbak Ratna aku mau makan soto ayam kampung hari ini. Mbak bisa kan masakin buat aku. Aku maunya masakan rumah bukan yang biasa beli di warung. Aku juga mau ada telur sama bihun jangan lupa kerupuk udangnya juga." Halimah mendatangi kakak madunya yang sedang mencuci peralatan makan yang mereka pakai tadi malam. Pasrah bukan berarti telah menerima, itu yang saat ini dirasakan oleh hatinya Ratna. Ratna berusaha untuk kuat menghadapi ujian kehidupan yang sedang ia hadapi saat ini.Ratna membasuh tangannya yang penuh dengan busa sabun di bawah pancuran air kran wastafel di dapurnya. "Kamu memangnya gak bisa masak? Gak lihat orang lagi banyak kerjaan? Aku bukan baju di rumah ini. Jangan mentang-mentang suamiku ada di pihakmu dan kamu mau seenaknya memperlakukan aku layaknya pembantu kamu!" Ratna menoleh ke arah dner suara dan berujar dengan ketusnya pada sang adik madu. Ia sangat benci dengan kelakuan madunya yang sok lembut ketika berada di depan suaminya padahal kenyataannya ia adalah pe
"Del, siapa dia orang laki-laki yang ada di depan rumah kita?" Adel berjingkat di balik tirai rumah ibu mertuanya. Istri baru Irwan tersebut sedang mencari tahu tentang dua orang pria yang berpakaian necis dengan stelan celana jeans dan jajat kulit berwarna hitam yang sudah beberapa hari mengintai rumah ibu mertuanya."Kamu itu bikin aku kaget saja, Mas!" Adel menetap suaminya dengan sedikit kesal karena merasa jika suaminya itu sudah membuatnya kaget dan ketakutan.Beberapa Minggu ini Adel kerap kali mendapatkan telepon juga pesan yang masuk dari nomer yang terus minta bayaran cicilan atas hutang yang sudah ia ambil.Selama ini tanpa sepengetahuan suami serta ibu mertuanya ternyata diam-diam Adel mengambil pinjaman online yang menurutnya tidak beresiko dan tidak ada persyaratan yang terlalu merepotkan. Pinjaman online yang begitu mudahnya memberikan pinjaman uang kepadanya.Karena gaya hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan ditambah dirinya yang tidak lagi memiliki penghasilan send
"Alhamdulillah acaranya berjalan dengan lancar, Nduk." "Iya, Bu Alhamdulillah. Berkat doa ibu dan juga anak-anak. Kalau bukan karena kalian mana mungkin Rum bisa sampai seperti sekarang." Rumana barusan selesai mengadakan acara syukuran atas pembangunan rumah baru. Lebih tepatnya rumah orang tuanya yang sengaja ia renovasi secara total. Tidak sampai di sana. Usai menyelesaikan renovasi rumah yang mereka tinggali, Rumana juga bisa membeli kendaraan roda empat yang sudah menjadi impiannya sejak lama. Rumana hampir menguras seluruh tabungan yang selama ini ia kumpulkan demi mewujudkan impiannya tersebut. Asalkan orang yang terkasih merasa bahagia. Apa pun akan Rumana usahakan untuk mereka.."Del, bagaimana ceritanya kamu sampai bisa punya pinjaman online yang tidak sedikit jumlahnya." Irwan duduk di samping istrinya sambil memijat kepalanya yang mendadak pusing akibat sebuah fakta yang baru saja terungkap.Kedua pasangan tersebut kini berada di sofa ruang tamu."Ibu sudah bilang kan,
"Mas, sakit sekali perutku ini," Halimah mengeluh sakit yang luar biasa yang ia rasakan pada daerah perutnya. Herman yang ketika itu baru saja sampai di rumah tentu saja dibuat panik karena kondisi istri keduanya tersebut.Herman segera menghampiri sang istri yang sedang berbaring di atas ranjangnya sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit itu."Kamu kenapa Imah?" tanya Herman pada istri keduanya."Aku juga gak tahu, Mas. Tiba-tiba saja perut aku sakit banget," adu Halimah pada suaminya yang tidak tahu apa penyebab dari sakit yang dia rasakan."Apa mungkin kamu salah makan?" celetuk Hendra yang mendadak memaksa otak Halimah untuk berpikir.Pikiran jahat berkelebat di benaknya. "Aku juga gak tahu pasti, Mas. Yang jelas aku tadi cuma sarapan pakai roti dan makan siangnya aku makan makanan yang dimasak sama Mbak Ratna." Tanpa rasa bersalah Halimah mencoba mengkambinghitamkan kakak madunya."Apa mungkin ini karena Mbak Ratna yang tidak suka sama aku ya, Mas. Jadi, istri pertamanya Mas
Seiring waktu terus bergulir semua keadaan pun mulai berbalik. Irwan sudah berusaha untuk menerima nasib dan keadaannya yang sekarang. Pria itu sudah mulai menerima apa yang ada di depannya saat ini karena yang sudah jauh pasti akan sangat sulit untuk bisa dijangkau kembali.Semua mulai berdamai dengan keadaan.Setelah beberapa tahun berlalu. Irwan akhirnya memutuskan untuk kembali bersatu dengan Adelia. Keduanya meresmikan hubungan secara negara dan juga agama.Ratna yang sudah lama pergi dan menghilang akhirnya kembali ditemukan meski dengan kondisi yang sangat memperihatinkan. Berbagai cara sudah diupayakan oleh Bu Nur untuk memulihkan kembali kondisi putrinya itu hingga ia sendiri tidak memperhatikan kondisi kesehatannya di usianya yang sudah lanjut itu.Setelah Ratna mulai sedikit membaik. Takdir berkehendak lain. Bu Nur harus pergi meninggalkan anak cucunya untuk menghadap Ilahi. Kesedihan tentu saja datang menyelimuti keluarga yang baru saja merasakan sedikit pulih dari keadaan
Adel yang terlihat panik segera membersihkan tumpahan yang ada di pakaian Irwan juga pakaian yang ia kenakan dengan menggunakan tisu yang sengaja sudah ia bawa dari rumah.Adel melihat ke sekeliling area itu dan tidak ada yang membuatnya curiga.Adel kembali melihat ke arah Irwan yang masih duduk di atas kursi rodanya. Nampak kedua tangan Irwan mengepal setelah melihat aka yang ada di depan matanya. Tidak bisa dibohongi bagaimana perasaan Irwan yang melihat orang yang pernah ada di dalam hidupnya berjalan dan bersanding dengan pria lain dengan pancaran penuh dengan kebahagiaan.Akhirnya luluh juga embun yang tadi menjadi kabut di mata Irwan. Sakit yang teramat kembali hadir usai luka yang sebelumnya belum mengering sempurna."Mas kamu baik-baik saja? Apa kamu kita pulang saja?"Irwan terdiam. Pria tersebut masih sibuk dengan kegundahan hatinya. Irwan ternyata masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Rumana kini telah menjadi milik orang lain.Andai saja dulu ia tidak tergoda dengan r
Waktu begitu cepat berlalu ....Dengan pertimbangan yang matang-matang Bu Nur memutuskan untuk mencari keberadaan Adel. Bukan tanpa alasan melainkan untuk bisa membantunya merawat Irwan.Dengan susah payah akhirnya Bu Nur menemukan Adel dengan kondisi yang cukup miris. Adel yang hanya sebatang kara harus hidup terkatung-katung di jajanan. Miris. Sangat berbanding terbalik dengan Adel yang sebelumnya. Kulit mulus karena rajin perawatan salon, telah berubah menjadi kulit kusam dan lebih gelap karena paparan sinar matahari dan juga debu di jalanan.Bu Nur menemukan Adel saat kondisinya memperihatinkan usai kecelakaan yang dialami oleh mantan menantunya akibat terserempet oleh mobil."Mas, kamu makan dulu." Adel menghampiri Irwan di kamarnya. Pria yang dulu dengan penampilan perlentenya itu kini sudah berubah menjadi pria dengan kulit yang membungkus tulangnya.Dengan telaten Adel merawat pria yang dulu pernah me-ratukannya. Daripada hidup di jalanan lebih baik ia tinggal kembali bersama
Karena diterpa emosi yang bertubi-tubi membuat Irwan tidak bisa berpikir dengan jernih. Tanpa pikir panjang dan mempedulikan siapapun. Irwan langsung mengusir Adel beserta dengan putrinya---Angel.Sudahlah pusing karena sakit hatinya ditinggal Rumana menikah. Terlebih yang menjadi suami baru mantan istrinya itu adalah mantan kakak iparnya. Irwan merasakan sakit hatinya yang begitu dalam.Sudah beberapa hari usai kejadian yang tidak terduga dan datangnya bersamaan. Irwan menjadi sosok yang tiba-tiba pendiam. Irwan memilih berdiam diri di dalam kamarnya. Pandangan matanya kosong. Berhari-hari Irwan bahkan tidak mau memasukkan satu apapun ke dalam lambungnya. Mantan suami Rumana itu juga nampak sering uring-uringan tanpa sebab. Kejadian tersebut berlangsung berhari-hari yang tentu saja membuat Bu Nur yang usianya tidak lagi muda menjadi kerepotan. Untung saja masih ada tetangga mereka yang bersimpati hingga ada dari mereka yang menyarankan agar Bu Nur segera membawa putranya itu untuk b
"Sah.""Sah.""Alhamdulillah ....""Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir."Di dalam ruang tamu rumah Rumana prosesi ijab kabul telah usai dan berjalan dengan lancar.Usai akad selesai, kedua mempelai dipertemukan di depan seorang penghulu dan tentunya disaksikan oleh para saksi dan tentu oleh wali.Semua tamu undangan dipersilahkan untuk menyicipi suguhan yang telah disediakan oleh tuan rumah."Rum, kamu cantik sekali," puji Hendra pada perempuan yang kini telah halal baginya. Rumana yang mendapatkan pujian dari suaminya itu sontak pipinya bersemu merah. Meski sebelumnya mereka telah saling mengenal lama. Namun kondisi dan situasi yang berbeda yang membuat keduanya sama-sama saling salah tingkah."Rum, Mas Hendra sudah ditunggu para tamu di depan," seru Nia dari balik pintu kamar Rumana. Sementara kedua anak Rumana asyik dengan teman baru mereka karena banyak tamu di rumah mereka yang membuat anak-anak kecil tersebut merasa senang karena rumah yang biasa
Di rumah Rumana. Di sana mulai banyak berdatangan tamu terkhusus keluarga dan juga tetangga dekat rumahnya. Toko yang ada di dekat rumahnya sengaja tutup untuk hari ini begitupun dengan toko onlinenya semua kegiatan transaksi sengaja diliburkan oleh Rumana atas saran dan juga nasihat dari Ibunya. Acara di rumah tersebut sudah di mulai sejak pagi tadi yakni berupa acara pengajian dan dilanjutkan sore hari yakni acara lamaran Rumana dari Hendra."Mbak Rumana cantik banget. Pangling banget loh. Gak kelihatan kalau sudah ada dua anaknya," celetuk salah satu pegawai Rumana yang memang datang untuk bantu-bantu acara di rumah tersebut."Bisa saja kamu ini, Lin.""Benar kata Lina, Rum. Kamu memang cantik banget hari ini," ucap Nia membenarkan apa yang diucapkan oleh salah satu pegawai yang bekerja di tempat Rumana."Pasti Mas Hendra pangling.""Kamu bisa saja, Nia." Rumana sengaja mengundang Nia dan juga keluarganya untuk datang ke rumahnya agar bisa menyaksikan acara penting di dalam hidupny
"Mas, kamu kenapa? Kok cepat pulangnya?" Adel menyambut kedatangan Irwan, pria yang sudah menjadikannya istri dengan meninggalkan anak dan istrinya.Irwan yang sebelumnya berpamitan untuk pergi mencari kerja, tiba-tiba pria tersebut pulang lebih cepat dengan ekspresi wajah yang sukar untuk dilukiskan."Mas, kamu kenapa?" Adel kembali mengulangi pertanyaan yang sama pada suaminya.Irwan menjatuhkan bobotnya di ata kursi ruang tamu rumah tersebut. Kursi yang menjadi saksi satu kenangan yang ditinggalkan oleh mantan istrinya karena kursi tersebut adalah hadiah dari Rumana yang diminta oleh ibu mertuanya.Irwan memijit pelipisnya sambil menghembuskan napas dengan berat.Adel nampak memandangi tingkat laku suaminya. Perempuan tersebut menunggu respon dari sang suami. "Mas! Kamu itu dengar gak sih, Aku ngomong. Kamu dari tadi aku tanyain diam terus. Kamu kira aku ini apa? Ditanya baik-baik malah aku dicuekin."Irwan masih bergelut dengan hati dan pikirannya. Pria yang mulai merasa bosan de
"Mas ...!" jerit Adel ketika ia masih berada di dalam kamar mandi. Petang itu istri dari Irwan berniat untuk mandi. Karena terpaksa dan sebenarnya malas mau tidak mau perang itu Adel nekat untuk tetap mandi. Rasa gerah juga keringat yang sudah membasahi seluruh badannya membuat Adel terpaksa mandi di kamar mandi yang ada di rumah baru mereka.Irwan yang kebetulan berada di ruang tengah segera berlari ke arah istrinya ketika mendengar jeritan suara Adel."Mas tadi ada yang ngintip_in aku mandi." Adel berlari dan menabrak tubuh suaminya dengan hanya mengenakan handuk sebagai pembungkus tubuhnya.Rumah yang baru saja mereka tempati itu memang belum ada pagar pembatas pada bagian belakang rumahnya. Kamar mandi mereka berbatasan langsung dengan kebun milik tetangga mereka."Mengintip bagaimana maksud kamu?" Irwan merasa penasaran dengan aduan dari istrinya itu. Pria tersebut mengedarkan pandangannya ke sekitar kebun dan nihil tidak ia dapati ada orang maupun sesuatu yang mungkin mencurigak
"Bu, bagaimana pendapat ibu tentang niatan Mas Hendra yang ingin melamar Rum?" Rumana baru saja menyusun pakaian ibunya yang selesai disetrika dsn kemudian ia tata di dalam lemari perempuan yang telah melahirkannya itu.Ibu Rumana nampak mengembuskan napasnya pelan. "Kamu yang akan menjalani. Kalau kamu ragu. Kamu bisa salat istikharah untuk meminta petunjuk Allah. Apa Hendra masih sering menghubungi kamu?"Rumana mengangguk. "Iya, Bu. Hampir setiap hari Mas Hendra kirim pesan ke Rumana. Entah yang menanyakan kabar ibu, kabar anak-anak, juga kabar Rumana sendiri.""Lebih baik kamu minta petunjuk dulu sebelum mengambil keputusan. Ibu yakin sebenarnya Hendra itu baik. Hanya karena hasutan dari mantan istrinya yang sudah memisahkan dia dari kakak kamu dulu.""Apa ibu tidak punya pikiran kalau Mas Hendra hanya akan menjadikan Rumana sebagai pelampiasannya saja karena Rumana memang mirip dengan Mbak Mayang.""Kenapa kamu tidak tanyakan langsung pada Hendra?" Rumana nampak berpikir sejenak.