Walaupun Rini masih merasa hatinya sangat sakit sampai sekarang, atas ucapan penghinaan dan perlakuan yang dia terima dari ibu mertuanya. Tapi saat mendengar ibu mertuanya telah meninggal, tetap saja Rini merasa sedih."Iya Rin, ibu sudah meninggal. Ibu juga berpesan padaku untuk mencari kamu. Dia menyesali semua perbutannya, dan meminta maaf atas semua kesalahan yang ibu lakukan pada kamu." Ucap wisnu menyampajkan pesan ibunya sebelum meninggal.Rini pu mengangguk. "Iya Mas, aku maafin ibu" ucapnya dengan tulus."Terima kasih Rin, semoga ibu tenang setelah kamu memafkannya." Sahut Wisnu lirih."Iya Mas." Ujar Rini "Mas, Kamu jangan terus berlutut seperti itu, malu dilihat tetangg Mas." Lanjutnya sambil menengok kanan kiri."Tapi Rin, kamu maafin aku kan?" Tanya Wisnu kembali untuk memastikan."Iya Mas aku maafin kamu, lagi pula semua ini bukun seutuhnya kesalahan kamu. Aku juga salah, waktu itu aku yang langsung pergi tanpa memberi tahu Mas kejadian sebenarnya yang aku alami." Papar
Wisnu mengangguk. Dia tak merasa heran jika menantunya itu mampu membeli mobil. Sebab yang dia ketahui bahwa istrinya Reza adalah anak orang kaya."Rin, Kamu maukan ikut kerumah Mas? Kita tinggal bersama lagi?" Tanya Wisnu tiba-tiba mengalihkan pembicaraan."Iya Mas." Jawab Rini sambil mengangguk "Tapi, gimana dengan Reza dan istrinya? Apa mereka juga ikut? "Reza dan istrinya, untuk sementara mereka tetap tinggal disini." Jawab Wisnu dengan yakin. "Kamu juga jangan cerita dulu sama menantu kita, tentang Reza". Lanjutnya mengingatkan Rini.Rini pun mengangguk setuju dengan rencana Wisnu."Yah udah kalau begitu, Mas mau pamit pulang dulu Rin, takut keburu menantu kita pulang dan melihat Mas ada disini." Pamit Wisnun yang langsung berdiri dan menghapiri sang wanita. "Kamu siap-siap aja, besok siang Mas jemput kamu disini." Lanjutnya, dan kemudian kembali memeluk sang wanita.Rini pun menyambut pelukan dari sang lelaki yang sudah lama tidak dia rasakan. "Iya Mas, hati-hati." Ujar Rini ya
Siang hari pada saat jam makan siang. Wisnu keluar dari ruangannya, dia aka pergi untuk menjemput Rini."Reza, kamu bisa menyetir?" Tanya Wisnu pada Reza yang sedang berjaga, saat dia telah tiba di lobi kantor."Bisa Pak." Jawab Reza tegas"Bagus, kamu antar saya sekarang." Perintah Wisnu pada Reza"Siap Pak." jawab Reza lagi. "Kemana Pak" lanjutnya dengan bertanya sopan."Nanti saya beritahu dijalan" jawab Wisnu sambil memberikan kunci mobilnya kepada Reza. Rezapun menyambutnya dan langaung keparkiran untuk membawa mobil bos nya.Sesaat kemudian mobil yang dikendarai Reza pun keluar dari area gedung dan lansung meluncur ke jalan raya. Saat diperjalan Reza mulai menanyakan arah tujuan mereka."Kita akan pergi kemana Pak?" Tanya Reza dengan sopan."Kita ke rumah sakit. Tapi sebelum ke rumah sakit kita kekontrakan kamu dulu." Jawab Wisnu yang membuat Reza terkejut dengan tujuan bos nya."Ke kontrakan saya?" Tanya Reza memastikan."Iya." Jawab Wisnu "Apa kamu keberatan membawaku berkunj
Rini menangis bahagia saat menyaksiakan semua itu. Yang tak pernah sama sekali dia bayanag. Lalu dia pun menghampiri kedua. "Za, maafkan ibu juga yang tak pernah mau mengatakan kepadamu tentang ayah kandungmu." ucapnya setelah mendekati keduanya."Iya bu" jawab Reza lalu memeluk sang ibu. Kemudian mereka pun kembali duduk dan berbincang dengan hangat.Setelah cukup lama mereka mengobrol bercerita tentang masalalu dan bercanda. Mereka pun memutuskan pergi kerumah sakit untuk melaukan tes DNA."Yah, kenapa juga kita harus kerumah sakit untuk melakukan tes DNA? Padahal sudah jelas aku adalah anak kandung ayah dan Ayahpun mengakuinya." Tanya Reza yang penasaran kepada Wisnu saat mereka sedang diperjalan menuju rumah sakit."Reza, tes DNA hanya untuk penguat bukti untuk menghidari hal-hal yang tak di inginkan dari orang-orang yang tak bertanggung jawab dan iri pada keluarga kita." jawab Wisnu menjelaskan tujuannya. "Sebab, kamu akan mewarisi semua harta yang ayah miliki. Terutana perusahaa
Reza mengkerutkan keningnya sambil menengok ke arah pelayan itu dengan penuh tanda tanya."Ada apa ya Mbak?" Reza bertanya penasaran pada pelayan itu."Maaf Mas, sata kurang tahu. Saya cuma disuruh memanggil Mas aja." Jawab pelayan itu."Ok Mbak. Saya nanti keruangan Tuan Besar" Ujar Reza"Ya Mas. Saya pamit kedalam lagi." Pamit pelayan itu sambil membungkuk hormat pada Reza."Oh iya Mbak. Terima kasih." Sahut Reza. Lalu dia menatap ke arah Dion.Dion yang ditatap oleh Reza pun hanya mengedikkan bahunya. "Om tahu ruangan kerja opa?" Tany Dion pada guru bela dirinya.Reza yang ditanya oleh Dion hanya menggelengkan kepala pertanda dia tidak tahu. Sebab dia memang belum pernah memasuki rumah Wisnu."Nanti Aku antar Om keruangan kerja opa." Ujar Dion saat melihat gelengan kepala dari Reza."Ok." Sahut Reza sambil tersenyum. Kemudian mereka pun kembali menikmati jus jeruk yang terasa sangat segar sambil bercanda untuk menghilangkan rasa lelah disisi lapangan tempat mereka berlatih bela dir
Didalam ruangan. Setelah kepergian Baskara, kini hanya Wisnu bersama istri dan anaknya yang masih ada didalam."Apa ini Yah?" Tanya Reza saat disodorkan sebuah tas kecil oleh Wisnu kehadapanya."Disini ada tabungan beserta kartu kreditnya, yang telah Ayah siapkan untuk kamu." Jawab Wisnu membeei tahu isi dalam tas kecil itu. "Semoga semu ini bisa berguna dan bermanfaat buat kamu. ini bermanfaat buat kamu." Lanjutnya."Terima kasih Yah atas semunya. Ini lebih dari cukup buat Reza." Ucap Reza dengan haru, saat mengetahui semuanya telah disiapkan untuknya oleh sang Ayah."Ayah hanya berharap semua yang telah ayah siapkan dan ayah kasih kekamu, semua itu bisa menebus semua kesalah ayah dimasa lalu, yang tak pernah ada untuk mendampingi dan menjaga kamu di masa kecil." Papar WianuReza pun dibuat semakin terharu, hingga dia tak sadar meneteskan air matanya. Saat mendengar pemaparan Ayah nya barusan. Lalu dia pun bangkit dan berjalan menghampiri sang ayah."Terima kasih banyak Yah!" Ucap Re
Saat sampai di teras samping rumah, Reza pun melihat Dion yang masih berlatih di lapangan."Dion." Tegur Reza pada muridnya. "Latihannya sudah selesai. Kita lanjut lagi minggu depan." Lanjutnya.Dion pun menghentikan gerakannya saat mendengar teguran dari gurunya. "Baik Om." Jawabnya sambil mengangguk hormat."Ya udah Om pamit pulang dulu. Sampai bertemu minggu depan." Ujar Reza pada muridnya."Ok om." Sahut Dion sambil melambaikan tangannya pada sang guru.Reza pun membalas dengan melambaikan tangannya pada sang murid. Lalu dia pun pergi....Setelah tiba di rumah kontrakannya, Reza langsung mandi. Karena merasa badannya terasa sangat lengket, sebab tadi setelah selesai melatih dia tak sempat mandi, cuma berganti pakaian saja. Selesai mandi dia masuk kamar dan melihat istrinya yang sedang duduk di depan laptopnya."Nia, kita jalan ke luar," ajak Reza yang memberanikan diri mengajak istrinya yang masih berkutat dengan pekerjaan."Aku lagi sibuk. Masih banyak kerjaan," jawab Nia data
"Baik lah. Lakukan apapun yang kamu mau. Jika itu bisa membuatmu bahagia," ucap Reza pada akhirna mengizinkan Nia untuk pindah ke luar kota. “Tapi…” Reza menghentikan perkataanya, karena dia melihat seseorang yang tak asing baginya, sedang berjalan menghampiri meja yang ditempati mereka berdua. "Lho, Nia? Kamu sama Reza di sini?" tanyanya seseorang itu dengan heran. Sampai Alisnya bertaut. "Eh, itu... tadi... mmhh-" Nia terlihat salah tingkah karena dia kaget dengan pertanyaan Riki seseorang yang baru datang dengan tibatiba di tempat itu dan dia juga bingung untuk mencari alasan. "Kami nggak sengaja bertemu di luar. Bu Nia ngajak saya makan di sini," potong Reza untuk menyelamatkan sang istri. "Ooh, begitu, toh. Kamu baik banget, Nia." Riki menoleh pada sang wanita. "I-iya. Lagian Reza juga suka baik, kan, sama aku. Dia selalu bawain makanan pesanan aku kalau order online," sahut Nia yang melirik sekilas pada Reza. "Terima kasih atas traktirannya, Bu. Semoga rejeki Ibu sema
. . .Sementara itu, Reza yang sudah berada di rumah kontrakannya. Dia duduk melamun di pinggiran kasur. Pikirannya melayang pada sang istri yang begitu bersemangat dalam mengejar harta dunia. Teringat dengan kata-katanya yang mengatakan hanya ingin memperbaiki kehidupan mereka."Jika kau bisa diinjak dan dihina, tapi aku tidak bisa!" kalimat itu begitu terngiang-ngiang di kepalanya. Kini, dia semakin merasakan jika yang diucapkan istrinya itu benar. Menjadi orang miskin hanya jadi bahan cacian dan hinaan. Dia sama sekali tak punya kuasa untuk membantah atau sekadar membela diri.Tapi, sekarang dia berjanji dalam hati. Bahwa ini adalah hinaan yang terakhir dalam hidupnya. Karena setelah semua rencananya selesai, dia akan menunjukan kepada semua orang siapa dirinya. Pikirnya.Reza merebahkan diri ke kasur, membayangkan wajah Nia yang kadang terlihat manis saat tersenyum. Namun, lebih sering terlihat judes dan ketus karena marah dan kecewa.Reza mengerti jika wanita yang dicintainya itu
"Hiiyaa!" Tiba-tiba Dion mempraktekan jurus yang sudah diajarkan Reza padanya.Dug!"Wow." Reza tertawa dengan tubuh terhuyung. "Sudah hebat sekarang, ya?"Dion pun ikut tertawa. Dia kemudian menyerang Reza lagi dengan jurus yang sudah dipelajarinya. Kali ini Reza bisa dengan mudah menghindar karena sudah waspada. Lalu, dia mulai memasang kuda-kuda dan bersiap menerima serangan."Hiyaaa!" Dion kembali menyerang dengan kekuatan penuh. Reza menerima serangan itu dan menunjukan bagaimana cara untuk melumpuhkan lawannya.Sukses. Dion bisa dilumpuhkan dengan beberapa gerakan tanpa menyakitinya."Om Reza memang keren!" Dion mengacungkan jempolnya. Dia kemudian kembali menyerang Reza dengan jurus-jurus yang lain."Hyaaa!" Dion menyarangkan tendangan dengan kekuatan penuh. Kali ini Reza memiringkan tubuhnya untuk menghindar, hingga tendangan Dion hanya mengenai angin.Namun, bukan hanya itu. Kaki anak itu mengenai kursi besi yang biasa dipakai untuk bersantai di pinggir lapangan.Reza tersent
Nia terkaget mendengar pemaparan dari ayahnya barusan. Sampai dia berdiri dari tempat duduk dan menatap heran kepada sang Ayah."Nggak Ayah. Aku nggak akan bercerai dari Reza sapai kapanpun, kecuali Reza sendiri yang menceraikan aku." Jawab Nia tegas kepada sang Ayah."Tapi Nia....""Nggak!" Potong Nia. " Walaupun Reza hanya seorang satpam, tapi dia baik, setia dan selalu menjaga aku. Dan aku sudah mulai mencintainya." Lanjutnya."Cinta dan baik aja nggak cukup Nia!" Ujar Dewangga lagi sambil dia berdiri."Maaf Ayah. Kedatangan aku kesini hanya untuk berpamitan kepada ayah, bukan untuk meminta pendapat tentang rumah tangga aku. Jadi sekarang aku pamit Ayah. Permisi." Ujar Nia yang merasa kecewa kepada Dewangga. Lalu dia pun pergi dari rumah sang ayah untuk kembali kekontrakannya."Nia!" Terika Dewangga, yang tak dihirauan oleh Nia. Dia pun hendak mengejar putrinya itu. Tapi Desi menahannya."Sudahlah Pa, jangan kamu paksa putrimu untuk bercerai dari suaminya. Dia terlihat sangat menci
Seperti permintaan Anita sebelumnya, dia pulang ke rumah Dewangga. Desi tampak semringah saat tahu jika sang putri memilih pulang ke rumahnya. Dia menyangka jika Anita kembali ke sana, maka Ardi pun akan ikut kembali ke rumah itu.Akan sangat menyenangkan bisa serumah lagi dengan sang menantu idaman, yang selalu membuat dirinya selalu terpuaskan.Namun, Desi merasa heran karena saat malam tiba, lelaki itu tak pulang ke rumah mereka. Ardi lebih memilih untuk pulang ke rumahnya."Kamu kenapa nggak nyuruh dia pulang ke sini, sih?” Desi tampak geram. Anita hanya tersenyum sinis."Kenapa memangnya? Mama kangen bercinta sama dia?" sindir Anita dengan senyum mencibir."Sstt, jaga ucapanmu. Ada Papamu di rumah. Jangan sampai dia mendengarnya." Mata Desi melotot marah."Yang harusnya dijaga tuh, kelakuan Mama. Udah tua masih aja kelakuan kaya ABG. Insyaf, Ma. Inget kalau Mama tuh, udah bau tanah.” Anita mulai berani melawan."Lancang kamu!” Desi meraih dagu sang putri dan menekannya dengan ker
Wajah Reza tampak bingung, antara ingin tertawa dan bingung dengan sikap Nia yang seperti ini. "Apa buktinya?" akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut lelaki itu."Aku melihat kalian pergi berdua, lalu berpelukan di tempat parkir restoran," ungkap Nia keceplosan.Reza lantas terbahak mendengarnya. “Hanya karena itu kau menuduhku selingkuh?" tanya Reza yang mulai merasa senang karena sepertinya Nia cemburu."Kau cemburu?” Reza semakin mendekat dan memojokan Nia yang kini berdiri membelakangi meja makan."A-apa maksudmu? Aku nggak mungkin cemburu. Jangan pikir yang aneh-aneh, deh.” Nia tampak gugup, karena kini jarak Reza dan dia hanya tinggal sejengkal saja. Tatapan Reza menghujam ke maniknya yang indah."Benarkah?" Reza mengangkat sebelah alisnya."Bagaimana kalau aku bilang jika aku cemburu melihatmu dengan lelaki lain? Apa kamu akan peduli dengan perasaanku?" tanya Reza.Nia kembali membuang muka. "Jika yang kamu maksud adalah Pak Riki, dia bukan siapa-siapa. Dia hanya atasan ba
Sintia sesekali mencuri pandang dan menyungging senyum kala melihat Reza makan dengan begitu lahapnya. Pikiran kotornya melanglang buana ke mana-mana. Dada bidang itu, pasti akan nyaman jika bersandar di sana.Di saat lamunan itu menggelayuti alam bawah sadarnya, datang dua orang yang begitu mesra. Sang lelaki merangkul pinggang wanita di sampingnya. Sang lelaki menghentikan langkahnya saat melihat ada Sintia di sana."Sintia?" sapanya seolah sengaja ingin memamerkan kemesraannya dengan wanita yang dia bawa.Sintia tersentak kaget dan mendongak. Matanya melebar. Senyumnya pun ikut memudar."Wah, ada kemajuan juga rupanya kamu," ucapnya dengan nada menyindir. Tangannya tak sedetik pun lepas dari pinggang wanita yang dibawanya. Matanya melirik sekilas pada Reza yang tak tahu apa-apa."Mas Doni?" ucapnya pelan. Sintia melirik pada wanita bertubuh seksi yang berdiri pongah di samping sang suami. Bibirnya menyungging senyum meremehkan."Ya. Sangat bagus kita bertemu di sini. Apakah kamu ma
“Eeuuh, kamu belum tau kabar burung, rahasia umumnya Bu Sintia sama Pak Doni. Pak Doni itu... doyan maen perempuan di luaran. Sama Bu Sintia itu dijodohin. Pak Doni nggak bisa nolak, karena dia merasa berhutang budi sama Pak Wisnu.""Hutang budi?" Reza mengerutkan keningnya."Iya. Pak Doni itu anak tirinya Pak Wisnu. Katanya sih, saat setelah ibunya Pak Doni meninggal Pak Wisnu baru mengetahuinya bahwa Pak Doni bukan anak kandungnya. Entahlah, apa bener atau nggak. Hidup Pak Doni itu banyak diatur sama Pak Wisnu, termasuk jodoh, karena dia takut kalau Pak Wisnu marah dan membuangnya. Dia nggak cinta sama Bu Sintia, makanya dia cari pelampiasan dengan main cewek di luaran." Ali melanjutkan kembali ceritanya.Reza hanya manggut-manggut, karena sebenarnya dia sudah mengetahui semua ceritanya langsung dari Wisnu sang ayah. Ali kembali bercerita, tetapi ujung mata Reza menangkap kehadiran Nia dari dalam lift yang membawanya turun ke lantai bawah. Dia memperhatikan langkah wanita itu dengan
"Apa ada masalah yang saya perbuat, Bu?" tanya Reza memulai obrolan. Dia sudah tidak sabar ingin mendengar kabar apa yang akan disampaikan oleh Sintia."Oh, no, no. Kamu sama sekali tidak membuat masalah. Kamu justru bagus melatih Dion. Dia sangat cocok sama kamu. Udah beberapa pelatih yang Papi Wisnu rekrut, belum pernah ada yang cocok sama dia."Reza pun manggut-manggut. “Terima kasih, kalau memang Bu Sintia dan Dion suka dengan kerjaan saya.”"Iya, tentu saja. Tapi buka hanya itu saja yang ingin saya bicarakan sama kamu sekarang." Ujar Sintia lagi yang membuat Reza heran dan juga penasaran."Minggu kemarin kamu dipanggil keruangan kerja Papi, dan saya juga melihat Pak Baskara berada disana. Apakah kamu melakuakan kesalahan besar, sehingga Papi memanggil mu dan Pak Baskara?" Tanya Sintia yang penasaran.Reza pun terkejut Sintia menanyakan hal itu. Dia juga bingung harus menjawab apa, dan tak mungkin juga dia memberi tahu yang sebenarnya pada Sintia. Sebab dia sudah berjanji untuk t
"Lalu, selama aku seperti ini, kamu akan melakukannya dengan dia, begitu?" Anita kalap meski tubuhnya lemah."Aku tidak mau, Mas. Aku sudah bosan seperti ini. tolong kembalikan aku ke rumah Mama,” pinta Anita dengan tangis yang tak berhenti.“Baik, aku akan mengantarmu ke rumah mamamu, tapi, kita pikirkan lagi soal perceraian itu. ok?" Ardi melipir keluar dari ruangan itu sambil mengambil pakaiannya yang tercecer."Aku ganti baju dulu ya. Setelah itu nganter kamu ke rumah mamamu," teriak Ardi sambil berlalu meninggalkan Anita yang masih duduk tak berdaya sambil bersandar di pintu kamar Maya.Sementara wanita bertubuh sintal itu seperti tak berdosa, dia memakai helai demi helai pakaiannya di depan Anita.“Maaf, ya, Bu. Ini semua karena Pak Ardi sudah tidak bisa menahan hasratnya. Harusnya Ibu berterima kasih sama saya, karena saya sudah melayani Bapak luar dalam. Saya juga menngurus Bu Nita tiap hari.""Kamu pembantu di sini!” teriak Anita membalas ucapan Maya. “Memang sudah sepantasny