Home / Pernikahan / Suami kedua Lebih Berasa / 18. Berusaha Merahasiakan

Share

18. Berusaha Merahasiakan

Author: Mimi Lita
last update Last Updated: 2022-12-14 10:20:46

Selama dalam perjalanan, tante Ratna masih saja mengomel. Dia semakin kesal setelah aku menceritakan siapa tante Anggi. Di saat seperti ini aku justru merasa bersalah karena membawanya ke pasar dan membuatnya dalam keadaan yang tidak baik.

“Oh, darah tinggiku kambuh,” gumamnya dengan tangannya yang bergerak memijit keningnya.

“Maaf ya Tante, gara-gara ikut aku ke pasar malah tante jadi kayak gini,” kataku yang tak enak hati.

“Enggak apa-apa Nala, tante merasa di saat seperti ini memang harus melindungi kamu. Kenapa kamu tidak mau melawan tadi atau meneriakinya pelakor begitu?” tanya Tante Ratna masih dengan emosinya.

“Aku masih memikirkan semuanya Tante, kalau aku sendirian mungkin aku akna melakukannya. Tapi tadi kita berdua, kalau harus ada campur tangan polisi, nanti nama Tante malah terbawa. Aku tidak mau Tante, sudah cukup aku sudah banyak merepotkan anak Tante, masa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami kedua Lebih Berasa   19. Tidak mau Terinjak lagi

    “Enggak, bukan maksud aku buat bohong Yan, hanya saja Mamamu memintaku untuk seperti itu. aku juga enggak tahu kenapa dia minta aku rahasiakan ini. Memangnya ada apa diantara kalian?” tanyaku kepada Ryan.Ryan tidak menjawabku, dia hanya beranjak dari duduknya dan kemudian menyambut tante Ratna dan juga Gaffi. Aku tidak bisa memastikan ekspresi apa yang wajahnya tampilkan itu. hanya saja, dia terlihat tidak begitu menyukainya. Tatapan yang membuat tante Ratna yang beru masuk ke dalam rumah terlihat sedikit gugup.“Mama,” panggil Ryan dengan pelan namun cukup membuat tante Ratna sedikit terlonjak sebab Ryan berada di balik pintu dengan kedua tangannya yang terlipat ke dada.“Astaga!” sentak tante Ratna yang terlonjak kaget sambil menggendong Gaffi. “Ryan? Bukannya kamu kerja harusnya Sayang?” tanya tante Ratna yang terlihat begitu gugup.Ryan menyambut tangan tante Ratna lalu menciumnya. Ia dia bertakzim dan kemudian memeluk mamanya. Terlihat begitu lembut dan hangat membuatku iri seba

    Last Updated : 2022-12-17
  • Suami kedua Lebih Berasa   20. Bukan aku yang memberikan undangan

    Selesai dengan masakanku, aku kemudian mengajaknya makan. Namun tidak semuanya yang aku ambilkan ia habiskan. Aku paham, mungkin dia sudah kehilangan selera makan karena keadaan tubuhnya.Tetapi Gaffi, dia mencontohkan bagaimana caranya makan dengan lahap. Bujang kecilku itu begitu perhatian kepada Ryan dan aku akui itu saling berbalasan. Tidak seperti saat bersama ayahnya yang semenjak mengenal tante Anggi jadi tidak memperhatikan bagaimana putranya lagi dan hatiku sakit sekali setiap mengingatnya.Apa kurangnya Gaffi? Apa ini hanye karena warna kulit atau ukuran tubuh putraku? Iya, suamiku memang selalu menuntut kesempurnaan. Mulutnya memang sering mengomentari tubuh gembil putraku. Hanya saja dahulu aku sama sekali tidak peka. Aku mengira semuanya baik-baik saja. Tapi nyatanya aku salah.“Yan, minum obatnya ya?” kataku yang memberikannya obat magh untuk menurunkan kadar asam lambungnya yang mulai meninggi.Dia mengangguk lalu berusaha untuk meminumnya meski sewaktu kulihat dia kesu

    Last Updated : 2022-12-17
  • Suami kedua Lebih Berasa   21. Terbebas

    “Terus siapa Nala?”“Bukan aku atau Ayah ibu Yan, tapi Mas Akbar yang bersikukuh ingin mengundangmu.”Aku sudah tidak bisa lagi menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini sudah cukup lama menggangguku. Waktu itu, Mas Akbar yang mengundangnya dengan niatan ingin mengejeknya dengan balutan silaturahim. Aku cukup bersyukur karena waktu itu Ryan tidak datang.“Untuk apa dia mengundangku? Tunggu, kalau begitu dia itu tahu kalau kita ini adalah mantan pacar?” cetusnya yang membuatku sedikit merasakan kegugupan.“Iya, dia tahu. Menurutmu apa sebabnya dia datang kemarin lalu sampai marah dan menghajarmu?” tanyaku kepadanya yang membuatnya sedikit termangu dalam diamnya.“Aku bilang juga apa? Manfaatkan aku saja Nala, kita ini sudah terlanjur salah,” kata Ryan yang aku bisa merasakan bahwa dia ingin menantang dan emngejek balik mas Akbar.Aku menolaknya, tidak seharusnya kita melakukan kesalahan hanya karena suatu tuduhan yang tak berdasar yang sama sekali tidak pernah kita lakukan. B

    Last Updated : 2022-12-20
  • Suami kedua Lebih Berasa   22. Panggilan untuk Gaffi

    "Apa maksdunya itu tadi Nala?" tanya Ryan kepadaku setelah aku emnggandengnya untuk pergi. "Maaf Yan, aku terpaksa menyeretmu ke dalam masalah ini. Aku tidka punya cara lain lagi. ini hanya untuk membungkamnya saja. dia itu ibu kandung Mas Akbar. Dia sama sekali tidak menyukaiku maupun Gaffi dari pertama kali kita menikah," akuku kepada Ryan dan kemudian aku menuntunnya masuk ke dalam ruang periksa. "Dia tidak menyukaimu? atas dasar apa?" tanya Ryan kepadaku. "Iya, dia ingin menjodohkan Mas Akbar dengan seorang janda kaya raya waktu itu. Aku ini bukan apa-apa di matanya. Sama sekali bukan, terlebih aku ini sama sekali tidak suka pamer Yan, bagiku apa yang miliki kedua orang tuaku itu sepenuhnya adalah hak mereka," kataku yang kemudian mendudukkannya di ruang tunggu. Sebentar aku meninggalkannya untuk melakukan pebdaftaran. Saat aku kembali lagi, aku melihat Gaffi sedang memijit lengan Ryan. Keduanya terlihat berbincang hangat meski dengan wajah pucat Ryan. "Ini, kita dapat antri

    Last Updated : 2022-12-22
  • Suami kedua Lebih Berasa   23. Keinginan Ayah Mertua

    Suara yang terakhir kali terdengar emakiku itu kini berteriak memanggil nama putraku. Jujur saja aku malah ketakutan mendengarnya. Sedari awal aku pergi dan ingin berpisah darinya, dia sama sekali tidak mengindahkan mengenai Gaffi, putra kami. Lalu sekarang dia datang malam-malam begini dengan memanggil Gaffi, ada apa ini? “Yan, aku antar kamu masuk dulu ya?” kataku pada Ryan yang saat ini masih bersandar lemas di ambang pintu emnatapku penuh dengan tatapan lesu. “Enggak usah Nala, kamu urus aja suamimu itu. Aku tidak ada hak dalam hal ini aku akan duduk di sini saja dan menunggu kalian bicara,” kata Ryan yang terdengar jauh lebih dewasa ketimbang Mas Akbar yang berteriak di depan pagar rumah orang tanpa mempunyai sopan santun. “Bunda, ayah kenapa panggil Afi? Afi takut Bunda,” rengek Gaffi yang menyatakan ketakutannya dan ini justru membuatku tergores lumayan dalam. Anak yang seharusnya merasakan rindu, saat ini justru merasa takut luar biasa. “Jangan takut, itu ‘kan ayah Gaffi, k

    Last Updated : 2022-12-23
  • Suami kedua Lebih Berasa   24. Keraguan selalu ada

    24. Keraguan selalu adaLelaki tua tengah memangku cucunya, membelainya penuh kasih. Terpancar kerinduan yang mendalam beberapa kali ayah Ali menciumi wajah Gaffi. Aku, hanya membiarkannya saja, membiarkan seorang kakek melepaskan kerinduannya. "Lama kalian tidak ke rumah, ayah tidak menyangka kalau ada hal seperti ini Nala. Kenapa kamu diam saja dan tidak mengatakan apapun kepada Ayah?" tanyanya dengan raut kecewa dan aku bisa melihatnya dengan sangat jelas. Aku hanya bisa diam. Lidahku terlalu kaku, terasa kelu untuk memulai semuanya. Air mataku mewakili isi hatiku, mengucur tanpa perintah dan membasahi pipiku. "Ayah, aku bingung mau menceritakan ini kepada siapa. Mau bagaimanapun juga ayah adalah ayah kandung dari Mas Akbar. Aku tidak yakin kalau ayah akan percaya seratus persen terhadap apa yang aku katakan." "Nala, setelah menikah dengan putraku, kamu ini juga anakku. Sebagai ayah, aku harus memberikan keadilan bukan? Kalau anak ayah salah, ya katakan saja dia salah," ucap ay

    Last Updated : 2022-12-24
  • Suami kedua Lebih Berasa   25. Acara Mediasi

    Pagi ini, adzan subuh berkumandang. Terasa menggelitik di telinga dan membangunkan aku yang terlelap dalam kesedihan. Masih teringat jelas semalam aku begitu tersedu di atas telapak tangannya. Rasa malu bercampur aduk dengan segala rasa yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Oh, kepalaku bahkan terasa begitu berat pagi ini. Aku rasa tensi darahku naik lagi setelah kejadian semalam. Sikap ayah mertuaku berbanding terbalik dengan Mas Akbar, itu semua sungguh mengacaukan isi otakku. Cepat-cepat aku menuju ke dapur dengan harapan Ryan belum terbangun hingga aku tidak perlu bertemu dengannya pagi ini. Jam 8 pagi aku harus segera memnuhi panggilan pengacaraku. Dia menyarankan aku untuk datang ke mediasi ke dua ini supaya hakim bisa lebih mudah menilai dan memberikan putusan. Sayangnya, saat aku berada di dapur. Saat itu juga terdengar suara pintu kamar yang terbuka perlahan dan aku sangat yakin jika itu adalah Ryan. Benar saja, itu adalah dia dengan wajah pucatnya. “Pagi,” sapaku demi men

    Last Updated : 2023-01-04
  • Suami kedua Lebih Berasa   26. Seolah Dia yang Paling Tersakiti

    Mediasi telah berlangsung lama dan sama sekali tidak membuahkan hasil. Berkali-kali Mas Akbar menyatakan di sini bahwa dialah korban yang sesungguhnya. Iya, lelaki yang aku kenal alim ini ternyata munafik.Berdenyut kepalaku mendengarkan penuturannya dan pengacaraku pun berkali-kali membelaku sesuai dengan bukti yang aku berikan. Penolakan dan pengelakan pun berkali-kali kami dapatkan hingga pada akhirnya, pengacaraku pun merasa geram. Dia mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya muncul dalam mediasi.“Hakim seharusnya sudah bisa menilai mana hitam mana putih dari perdebatan yang sedari tadi terjadi. Di mana-mana, hanya maling yang teriak maling. Di mana-mana hanya yang bersalah yang terus berteriak mencari pembelaan dan pembenaran.” Pengacaraku setengahnya mengatakan suatu tuduhan bahwa suamiku ini tengah mencari simpatik.“Baiklah, mediasi hari ini saya tutup dan akan kembali saya adakan mediasi untuk kali terakhir minggu depan.” Hakim beranjak dari duduknya.Mas Akbar terlihat

    Last Updated : 2023-01-04

Latest chapter

  • Suami kedua Lebih Berasa   63. Membesarkannya tidak harus bersatu (END)

    Dalam sebuah kamar ketika malam tiba, seorang wanita terus saja menggerutu seorang diri sambil memijit kakinyay yang terasa sakit. Nala merasakan sakit dibagian kakinya karena benturan tadi saat di adengan nekat menabrakkan mobilnya pada mobil Akbar. Dia sudah sangat marah kali ini sikap Akbar yang kembali ingin menggodanya membuatnya muak.Terdengar suara pintu terbuka lebar, menampilkan sosok laki-laki dengan stelan jas hitam memasuki kamar tanpa sambutan. Dia hanya tersenyum simpul menatap Nala. Ryan, sama sekali tidak banyak bicara terlebih saat dia mengira bahwa istrinya tidak ada karena mobil mereka juga tidak ada di garasi.“Aku pikir kamu pergi Sayang, ternyata kamu ada di rumah. Mobilmu ke mana?” tanya Ryan sembari meletakan tas dan jasnya dan ia mendekati Nala yang masih duduk membelakanginya di tepi ranjang.“Astaga! Kenapa kakimu bengkak membiru begitu? Kenapa ini tadi Sayang? Kamu kenapa?” tanya Ryan dengan sedikit panik.“Enggak apa-apa, aku enggak sengaja nabrak aja tad

  • Suami kedua Lebih Berasa   62. Keindahan Masa Lalu tidak Akan Menghapus Luka

    "Sayang, hari ini kamu dulu ya yang jemput Gaffi, aku ada rapat dadakan. Ayah tiba-tiba sakit kepala, jadi aku tidak bisa menjemputnya, aku harus menggantikan ayah Sayang," kata Ryan kepada Nala yang tengah menatakan makan siang suaminya di meja kerja. "Loh, kenapa enggak bilang dari tadi Sayang? Hari ini Gaffi pulang cepat, kalau sampai keduluan Mas Akbar bagaimana?" kata Nala yang seketika terlihat panik. Dia segera merapikan tasnya dan mencium pipi sang suami sebelum pergi.. "Kamu nanti jangan malam-malam ya pulangnya, kita makan malem bareng!" ucap Nala dengan setengah berteriak kepada sang suami yang melambai kepadanya dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. "Iya, aku usahakan. Kamu hati-hati nyetirnya!" kata Ryan dengan setengah berseru lantaran Nala yang dnegan cepat melangkah pergi meninggalkan ruangan kerja sang suami. "Dia masih sama saja, tetap menomer satukan keluarga. Hemh ... aku merasa Akbar itu tetaplah gangguan yang besar untuk keluarga kecil kami dan aku haru

  • Suami kedua Lebih Berasa   61. Bagaimana Bersikap Dengannya

    61. “Ada apa? Kamu kenapa?” tanya Nala kepada suaminya yang hanya diam setelah penyatuan mereka. Untuk pertama kalinya Ryan menyalakan rokok yang ia bawa di dalam tasnya. Nala terkejut melihat ini. Bagaimana tidak, ini adalah kali pertama Ryan merokok di depan matanya. Mantan dokter itu tadinya sama sekali tidak menghisap benda merugikan itu. Terlihat ada raut kecemasan di wajah Ryan, pria itu terlihat stress dan mempunyai beban pikiran namun di asama sekali tidak mau membagikannya dengan Nala, istrinya. Ia memendamnya seorang diri. “Gimana aku bisa bilang sama dia kalau mantan suaminya itu tadi mengatakan sesuatu yang membuatku begitu terganggu? Akbar ingin merebut Nala kembali dengan caranya. Bukan tidak mungkin itu terjadi, mengingat masih ada Gafi diantara mereka. Gafi adalah jembatan terbaik bagi keduanya bertemu,” pikir Ryan. “Sayang, kamu kenapa? sejak kapan kamu jadi merokok begini?” tanya Nala lagi yang kali ini mendekat sambil memeluk tubuh sang suami dari belakang. Jem

  • Suami kedua Lebih Berasa   60. Kemarahan Ryan

    60. "Aku tidak ingin melakukan apa-apa selain memberikan ucapan selamat atas pernikahan kalian," jawab Akbar dengan ketulusannya. Terlihat dengan sangat jelas raut wajah yang tidak rela itu nampak di mimik wajahnya. Si mantan suami itu separuh hatinya telah bergelut dengan rasa kecewa. Wanita yang dulu ya buang iya bohongi sinetron lihat begitu terang benderang dan menjadi pusat perhatian. "Selamat ya Selamat ya semoga awet sampai kakek-kakek dan nenek-nenek," ucap Akbar sembari mengulurkan tangannya dan Ryan pun menerimanya dengan sukarela. "Terima kasih. Aku harap ini benar-benar ucapan yang tulus dan bukan sesuatu yang modus." Ryan membalas ucapan dari Akbar dengan datar dan dingin. Mendengar apa yang Ryan katakan membuat Akbar tertegun. Sepersekian detik iya membeku dan tidak bisa berkata apa-apa. Salah semua kata-kata yang telah ia persiapkan dari rumah ke nilainya begitu saja. Belum sempat dia membalas ucapan Ryan, ayah dan ibunya sudah datang berlarian untuk mencegahnya

  • Suami kedua Lebih Berasa   59. Hari Pesta Pernikahan

    59. Hari Pesta PernikahanHiasan mawar putih tersusun begitu cantik di dalam ballroom hotel. Tema garden yang diusung begitu memanjakan mata. Nala mengenakan gaun cantiknya dan berdiri berdampingan dengan Ryan. Senyum cerah menambah cantik parasnya. Dengan begitu anggun dan terlihat mempesona Lala terus saja memamerkan cantik paras dan elok tubuhnya. Ryan pun sedari tadi merasa begitu senang dan berbahagia di hari istimewanya. Hari ini adalah hari di mana resepsi pernikahan itu tiba. Semua tamu dan kolega hadir dalam acara tersebut. Keluarga besar Ryan dan Nala semuanya turut hadir dalam acara pernikahan itu. "Cantiknya istriku," puji Ryan sembari merangkul pinggang ramping Nala. Lelah hanya tersipu membalasnya dengan senyuman kecil. Luapan perasaan bahagia sudah begitu tentara meskipun dia tidak mengutarakannya. Balutan putih di tubuh rampingnya semakin menonjolkan keelokan tubuhnya. Walaupun tadi ketika pertama kali memakainya justru protes lah yang Ryan berikan. Ryan tetap sa

  • Suami kedua Lebih Berasa   58. Ganjalan di hati Nala

    "Enggak, enggak ada. Lagi mikir aja semuanya jadi bisa seperti ini. Kita ini mantan tapi menikah, masih lucu aja bagiku. Apa lagi kalau ingat masa-masa kita pacaran dulu," kata Nala dengan senyuman dibibir tipisnya. "Masa kita pacaran?" ulang Ryan yang kemudian duduk di samping Nala. "Iya, saat kita pacaran dulu," jawab Nala yang sebenarnya hanyalah sebuah kebohongan. Saat ini sebenarnya Nala sedang memikirkan saat di mana dia yang sedang dekat dengan Akbar tiba-tiba mendapatkan fitnah dan harus segera menikah. Terang saja kedua orang tua Nala semakin menentang itu. Ayah dan ibu Nala sedikit banyak sudah menelusuri tentang latar belakang keluarga Akbar. Hal pertama yang membuat ayah dan ibu Nala menolak kala itu adalah ibu Akbar yang doyan sekali berselingkuh. Ibu kandung Akbar bahkan pernah terjerat kasus perselingkuhan dengan paman Nala yang lainnya. Hanya saja, demi menjaga perasaan Nala kala itu, ayah dan ibu masih merahasiakan hal itu sampai detik ini. Tetapi dengan Nina yan

  • Suami kedua Lebih Berasa   57. Dalang dibalik semua kejadian lalu adalah dia?

    57. Siang itu, mereka diundang untuk datang memeriksa persiapan pesta pernikahan keduanya. Ryan dan Nala keduanya menuju ke kediaman Mama Ratna. Wanita paruh baya itu menyambut bahagia kedua anaknya tersebut. "Afi," sapa mama Ratna kepada Gaffi yang baru saja turun dari mobil. "Nenek!" Gaffi tak kalah senang melihat wanita paruh baya yang ia panggil nenek itu. "Lihat itu senang banget sama anak kecil. Kamu belum ada hasil juga? Aku udah enggak sabar," kata Ryan sembari terus mengusap lenganku. "Belum Yan, kamu kurang dalem nancepnya. Hahahaha," canda Nala sambil tertawa terbahak-bahak. "Enggak usah dalam-dalam aja kamu udah jerit-jerit. Hahaha," balas Ryan yang kemudian membuka pintu dan turun meninggalkan Nala yang hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Ih, tapi memang dia bener sih. Setelah aku rasa-rasakan, sensasinya memang beda. Jauh dan tidak seperti pada saat aku bersama Mas Akbar. Punyanya lebih besar dan panjang." Nala membayangkan ukuran milik kedua pria itu. Ryan yan

  • Suami kedua Lebih Berasa   56. Sekotak Bangkai

    Pov 3. Setelah hari di mana Gaffi mengatakan apa yang ada di dalam hatinya, setelah itu juga Akbar seolah menarik jarak dari ke duanya. Sebenarnya bukan hanya Gaffi yang Akbar rindukan, melanikan Nala juga. Rasa bersalah itu sangat besar. Membuatnya tersiksa. Terlebih setelah kejadian di mana dia berkelahi sampai di lempar dari lantai dua. Setiap malam Akbar selalu saja mengalami mimpi buruk. Tentang kejadian itu. Kejadian yang menyisakan trauma baginya. “A …!” teriak Akbar saat ia tiba-tiba terjaga. “Ada apa?” tanya bu Rohimah, ibu sambung Akbar yang menunggui Akbar di rumah sakit. “Kamu mimpi buruk itu lagi Bar?” Akbar terlihat panik dengan napasnya yang terengah-engah. Mimpi buruk itu membuat lelaki yang kaki dan tangannya patah itu ketakutan. Di setiap mimpinya dia seakan kembali pada saat kejadian. “Iya Bu, aku kembali lagi pada saat itu, sama persis dan aku melihat bagaimana lelaki itu mendorongku jatuh,” jawab Akbar masih dengan napasnya yang terengah-engah. “Semuanya ha

  • Suami kedua Lebih Berasa   55. Keputusan Gaffi

    55. Aku yakin di saat Ryan mengatakan itu, Mas Akbar pun mendengarnya. Ryan mengatakan tentang masa lalu kami dengan senyuman di wajahnya seakan senyuman itu menyiratkan bahwa dialah pemenang di akhir cerita ini. Aku tidak mengerti mengapa wajahnya tampak biasa saja tepai cara bicaranya sedikit banyak membuat Mas Akabr dan ayah Ali merasa tidak nyaman. “Sudah ini jusmu, aku di sini saja, kamu temui dan tunggui mereka,” kataku kepadanya. Ryan menatapku dan tidak banyak bicara lagi dia kembali ke meja itu dengan tangan kanannya yang memawa kue dan tangan kirinya yang membawa jus buatanku. Dari sekdar makanan saja dia seolah tidak rela bila apa yang aku buat harus diberikan kepada orang lain. Entahlah, tapi memang begitu caranya bersikap posesif. Setelahnya, aku lebih memilih menyibukan diri dengan pelanhgan kami hingga kami tidak punya waktu untuk berbincang secara intens. Sesekali aku hanya membalas senyuman suamiku dan mantan suamiku melirik tajam ke arah kami. Terlihat sekali bila

DMCA.com Protection Status