Share

Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku
Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku
Penulis: Fathia Rara Adinda

Bab 1

Penulis: Fathia Rara Adinda
Di tengah kobaran api, aku hanya bisa melihat suamiku dengan cemas menggendong wanita lain dan berlari keluar.

Sedangkan anak yang kulahirkan dengan susah payah, malah dengan perhatian mengiringi mereka, khawatir wanita itu akan jatuh, bahkan sesekali menopangnya.

Hingga akhir, mereka tidak menoleh ke arahku.

Hatiku terasa perih. Padahal aku adalah keluarga mereka, tetapi di saat genting, mereka tanpa ragu meninggalkanku.

Setengah jam sebelumnya, Lisa mengetuk pintu rumah kami, ingin mengajak anakku keluar untuk merayakan ulang tahunnya.

Dengan wajah dingin, aku menolak. Kendrik, anakku yang sedang mengerjakan PR di kamarnya, mendengar suara itu. Dia langsung berlari keluar, memaksa membuka pintu dan dengan wajah bahagia menarik tangan wanita itu keluar.

Hatiku sangat hancur, tetapi aku bersikeras mencoba menghentikannya.

Namun, anakku malah menggigit lenganku dengan keras, menunjukkan kebencian di tatapannya.

“Kenapa ibu melarangku pergi dengan Tante Lisa?”

“Kalau nggak ada ibu, Tante Lisa yang seharusnya jadi ibuku! Betapa baiknya kalau kamu mati saja!”

Dia pasti sangat membenciku, sampai-sampai menggigit lenganku hingga berdarah.

Saat kami bersitegang, tiba-tiba api mulai membara di lorong.

Kami semua terjebak dan dengan cemas menunggu bantuan datang.

Anakku tak pernah sekali pun melirik ke arahku. Dia hanya duduk di samping Lisa, seperti orang dewasa kecil yang menenangkannya dengan sabar,

“Jangan takut Tante Lisa. Ayah sangat peduli padamu. Dia pasti akan langsung datang menyelamatkanmu.”

Hatiku terasa hancur berkeping-keping. Tujuh tahun aku membesarkannya, bahkan kalau membesarkan anjing, anjing juga ada perasaan.

Namun tidak untuk dia, dia hanya punya kebencian padaku.

Dan alasan dia membenciku sangat konyol. Hanya karena aku tidak mau membelikannya mainan yang harganya selangit, tidak mengizinkannya bermain ponsel sebelum selesai mengerjakan PR.

Yang paling menyakitkan, aku tidak mau menyerahkan posisiku sebagai ibunya untuk Lisa.

Meskipun begitu, ketika aku melihat sebuah puing besar hampir jatuh tepat di atas kepalanya, tanpa ragu aku melindunginya dengan tubuhku.

Puing itu membuat kepalaku berdarah, tetapi dia malah mendorongku, lalu dengan khawatir meraih tangan Lisa, menanyakan apakah dia baik-baik saja.

Ketika Lukas, suamiku akhirnya masuk dengan masker gas, anakku langsung berlari ke arahnya, meraih satu-satunya masker itu dan menyerahkannya pada Lisa.

“Ayah, selamatkan Tante Lisa, dia nggak enak badan. Biar paman lain saja yang menyelamatkan ibu.”

Aku menangis sambil tersenyum pahit, lalu menunjukkan botol obat di tanganku dan berkata,

“Obatku hampir habis, aku nggak bisa bertahan lama di dalam asap tebal ini.”

Tujuh tahun lalu, pada hari ini, aku mengalami pendarahan hebat saat melahirkan dan hampir mati di meja operasi.

Sebelum pingsan, aku mencengkeram tangan Lukas dan memohon padanya untuk menyelamatkan anak kami.

Jika ada keadaan darurat, aku memintanya untuk menyelamatkan anak kami.

Namun tujuh tahun kemudian, anak yang kulahirkan dengan taruhan nyawa, kini memohon agar ayahnya menyelamatkan orang lain terlebih dulu.

Lukas dengan dingin menatapku, lalu menggendong Lisa dan berkata dengan suara dingin yang membuatku gemetaran.

Dia berkata,

“Erni, ini adalah hutangmu pada Lisa. Tunggu saja, rekanku akan segera datang.”

Harapan untuk bertahan hidup membuatku menarik lengan bajunya dan memohon dengan putus asa.

“Lukas, aku hamil! Kamu bisa membenciku, tapi nggak boleh mengabaikan anak dalam kandunganku!”

Mata Lukas menunjukkan keterkejutan. Akhir-akhir ini dia jarang pulang dan aku juga belum sempat memberitahunya.

Melihat ayahnya ragu-ragu, Kendrik dengan marah mulai membuka jari-jari ayahnya.

“Ibu, jangan egois! Bagaimana bisa ibu berbohong pada ayah?”

Lisa pun menangis tersedu-sedu di pelukan suamiku.

Rasa kasihan di mata Lukas langsung menghilang. Dia mendorongku hingga terjatuh, lalu membawa Lisa keluar.

Asal tebal menyelimutiku, napasku semakin sesak.

Botol obat asma di tanganku hampir habis.

Aku menarik napas panjang untuk terakhir kalinya, lalu menutup mata dengan putus asa.

Hatiku dipenuhi kepahitan.

Seandainya saja aku tidak pernah memulai hubungan terkutuk ini.

Bab terkait

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 2

    Sejak awal, aku sudah tahu Lukas tidak mencintaiku.Selama empat tahun kuliah, semua orang tahu bahwa aku menyukainya.Sayangnya, dia sudah punya kekasih. Jadi, tentu saja dia tidak pernah peduli padaku.Menjelang kelulusan, Lisa, wanita yang dia cintai menerima tawaran keluarganya untuk melanjutkan studi ke luar negeri.Pada hari kepergian Lisa, Lukas datang kepadaku dalam keadaan mabuk.Dia memelukku dengan mata sayu karena mabuk, tetapi yang dia panggil adalah nama Lisa.Aku terlalu mencintainya. Meskipun tahu dia salah orang, aku tetap membiarkan dirinya terhanyut dalam gairah sesaat.Namun itu tetaplah sebuah kesalahan. Keesokan paginya, dia menatapku dengan dingin, melemparkan pakaian ke kakiku dan mengusirku.Kupikir itu hanya sebuah hubungan sesaat, tapi tak kusangka, aku malah hamil.Lukas memberiku sebuah pernikahan agar aku bisa melahirkan anak kami dan memberi nama Kendrik.Mungkin karena dia benar-benar tidak mencintaiku, jadi saat Lisa kembali, dia membiarkan wanita itu t

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 3

    Sampai titik ini, penjelasan sudah tidak ada gunanya lagi.Aku mengangguk pelan.“Terserah kalian mau berpikir apa. Kalian pasti kecewa melihat aku masih hidup, ‘kan?”“Tapi nggak masalah … ”Aku menatap mata Lukas yang tetap tenang tanpa gelombang.“Lukas, kita cerai saja.”“Aku akan membebaskanmu, biar kamu bisa mengejar cinta sejatimu.”Aku lalu beralih menatap Kendrik.“Dan kamu juga, seperti yang kamu inginkan, aku nggak akan menjadi ibumu lagi.”Melihat wajah mereka yang terkejut, aku tersenyum pelan.Betapa leganya, akhirnya kita semua terbebas.Aku berbalik ingin pergi, tetapi Lukas meraih pergelangan tanganku.Suaranya sedikit bergetar.“Erni, apa maksudmu? Hanya karena aku menyelamatkan Lisa dulu, kamu mau menceraikanku?”“Kamu bahkan nggak terluka, kamu juga nggak benar-benar hamil. Aku belum sempat menyalahkanmu, malah kamu yang meminta cerai denganku? Haruskah begitu?”Aku malas berdebat, hanya diam dan berusaha melepaskan diri.Namun cengkeramannya semakin erat, hingga pe

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 4

    Aku mengangkat bahu dengan acuh tak acuh.“Tentu saja operasi aborsi.”Mendengar aku mengatakannya dengan begitu enteng, mata Lukas mulai memerah.Dia berusaha keras menahan emosinya, mencoba tetap tenang.Namun ketika bicara, tetap saja terdengar rasa sakit dari suaranya.“Erni, kenapa kamu menggugurkan anak kita? Kenapa?”Seketika, aku memandangnya seolah dia orang bodoh.“Kenapa? Lukas, kamu seorang petugas pemadam kebakaran. Kamu nggak tahu berapa banyak gas beracun dalam asap itu?”“Aku sudah memberitahumu kalau aku sedang hamil, tapi kamu tetap memberikan masker itu ke Lisa. Sekarang kamu bertanya kenapa padaku? Apa kamu pura-pura bodoh?”Aku tak ingin melihatnya lagi, bahkan sedetik lebih lama pun membuatku mual.Tangan Lukas bergetar, ingin memelukku, tapi tiba-tiba Lisa memegang kepalanya dan dengan lemah jatuh ke arah Lukas. Tepat jatuh di pelukannya.Tangan yang tadinya hendak meraihku dengan cepat ditarik kembali untuk menahan tubuh Lisa.Lisa memandangku dengan lemah, tam

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 5

    Lukas yang biasanya tenang dan terkendali pun mulai panik. Dia mencoba meraih tanganku, tetapi aku langsung menghindar, membuatnya hanya menangkap udara kosong.Mungkin dia tak pernah membayangkan aku akan menolak sentuhannya, sehingga wajahnya dipenuhi ketidakpercayaan.Suaranya sedikit gemetar, menandakan bahwa dia tengah berusaha keras menahan amarah.“Erni, kamu benar-benar sudah memikirkannya dengan matang?”“Kalau kita bercerai, Kendrik akan ikut denganku dan kamu nggak boleh bertemu dengannya lagi!”Aku menundukkan kepala, tanpa menunjukkan emosi apapun di wajahku.“Iya, lagipula kalau Lisa menjadi ibunya, Kendrik juga nggak akan mau bertemu denganku lagi.”Yang tak kusangka, tiba-tiba Kendrik menangis dan memelukku.“Bu, bukan begitu. Aku hanya nggak suka kamu mengaturku, aku nggak mau Tante Lisa menjadi ibuku.”Bagaimanapun, dia adalah anak kandungku. Setelah ragu sejenak, aku akhirnya memeluknya dengan lembut.Dia menangis tersedu-sedu dalam pelukanku, dua tangannya menggengg

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 6

    “Baiklah, aku akan menunggumu di kantor catatan sipil tiga hari lagi.”Aku turun dari mobil bersama Charles, sementara Kendrik dengan mata berkaca-kaca mencoba mengejar kami, tetapi Lukas menahannya.Dia meronta dan menangis, memohon agar aku membawanya pergi.“Ibu, aku salah. Tolong jangan tinggalkan aku.”“Aku nggak mau main game lagi, aku juga nggak mau mainan itu lagi. Ibu, tolong jangan pergi.”Pintu mobil tertutup dengan keras dan melalui jendela, aku melihat Kendrik yang masih ditahan oleh Lukas.Charles perlahan meremas tanganku.“Kenapa?”Tanyaku dengan suara setenang mungkin, sambil menunduk.Namun, suara serakku menandakan aku hampir menangis.Dia berjinjit, mengelus kepalaku dengan lembut.“Ibu, jangan sedih. Aku janji akan menjadi anak yang baik.”Akhirnya, aku tak bisa menahan diri lagi dan mulai menangis pelan sambil menutupi wajahku.Dulu, aku telah memberikan segalanya tanpa syarat. Jadi, saat harus menarik kembali perasaanku, rasanya seperti ada bagian diriku yang ter

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 7

    Charles dengan bangga mengangkat pergelangan tangannya yang mengenakan jam tangan telepon.“Ibu, aku sudah kirim lokasi ke Chelsy tadi, makanya Paman Michael bisa datang secepat ini.”Michael tersipu malu, mengusap kepala Charles dan diam-diam mengedipkan mata kepadanya di belakangku.Aku tak bisa menahan tawa.Ternyata, rasanya menyenangkan sekali diperhatikan seperti ini.Karena takut aku kehujanan, Michael bahkan melepas jaketnya dan menaruhnya di kepalaku. Dengan satu tangan lainnya melindungiku sambil mengantarku ke dalam mobil.Di kursi belakang, aku memperhatikan Charles dan Michael bercanda dan mataku mulai berkaca-kaca.Setibanya di depan apartemen, Michael bersikeras membantu membawa kantong belanjaan ke atas.Aku tak menolak, Charles berjalan di antara kami, tangannya menggenggam tangan kami berdua.Melihat bayangan kami di genangan air, tiba-tiba aku merasa hidup bertiga seperti ini juga cukup bahagia.Kami bersenda gurau sambil naik ke lantai atas. Namun, begitu keluar dar

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 8

    Namun, Lukas sama sekali tidak bergerak. Dalam ingatakanku, dia selalu tenang, tapi saat ini tiba-tiba meledak marah.Dengan penuh amarah, dia menarik kerah baju Michael dan memukulnya dengan keras.“Pergi! Ini urusan keluargaku. Kamu nggak punya hak untuk mengusirku!”Melihat sikapnya yang tak masuk akal, aku benar-benar tak bisa menahannya lagi.“Plak,” terdengar suara tamparan yang membuat suasana menjadi sunyi.Lukas menutup wajahnya, menatapku dengan ekspresi tak percaya.Aku melangkah maju, menggenggam tangan Michael.Lalu tersenyum menatap Lukas.“Aku lupa memperkenalkannya, dia Michael, pacarku.”“Jadi, kurasa dia punya hak untuk mengusirmu.”Lukas menutup mata dengan tangannya, menangis seperti anak kecil di hadapanku.Dulu setelah bercerai, aku sering membayangkan adegan Lukas menyesal.Namun sekarang, melihat dia begitu terpuruk, aku tidak merasa puas seperti yang pernah kubayangkan.Mungkin karena aku sudah benar-benar tidak peduli, sehingga apapun yang terjadi tidak lagi m

Bab terbaru

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 8

    Namun, Lukas sama sekali tidak bergerak. Dalam ingatakanku, dia selalu tenang, tapi saat ini tiba-tiba meledak marah.Dengan penuh amarah, dia menarik kerah baju Michael dan memukulnya dengan keras.“Pergi! Ini urusan keluargaku. Kamu nggak punya hak untuk mengusirku!”Melihat sikapnya yang tak masuk akal, aku benar-benar tak bisa menahannya lagi.“Plak,” terdengar suara tamparan yang membuat suasana menjadi sunyi.Lukas menutup wajahnya, menatapku dengan ekspresi tak percaya.Aku melangkah maju, menggenggam tangan Michael.Lalu tersenyum menatap Lukas.“Aku lupa memperkenalkannya, dia Michael, pacarku.”“Jadi, kurasa dia punya hak untuk mengusirmu.”Lukas menutup mata dengan tangannya, menangis seperti anak kecil di hadapanku.Dulu setelah bercerai, aku sering membayangkan adegan Lukas menyesal.Namun sekarang, melihat dia begitu terpuruk, aku tidak merasa puas seperti yang pernah kubayangkan.Mungkin karena aku sudah benar-benar tidak peduli, sehingga apapun yang terjadi tidak lagi m

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 7

    Charles dengan bangga mengangkat pergelangan tangannya yang mengenakan jam tangan telepon.“Ibu, aku sudah kirim lokasi ke Chelsy tadi, makanya Paman Michael bisa datang secepat ini.”Michael tersipu malu, mengusap kepala Charles dan diam-diam mengedipkan mata kepadanya di belakangku.Aku tak bisa menahan tawa.Ternyata, rasanya menyenangkan sekali diperhatikan seperti ini.Karena takut aku kehujanan, Michael bahkan melepas jaketnya dan menaruhnya di kepalaku. Dengan satu tangan lainnya melindungiku sambil mengantarku ke dalam mobil.Di kursi belakang, aku memperhatikan Charles dan Michael bercanda dan mataku mulai berkaca-kaca.Setibanya di depan apartemen, Michael bersikeras membantu membawa kantong belanjaan ke atas.Aku tak menolak, Charles berjalan di antara kami, tangannya menggenggam tangan kami berdua.Melihat bayangan kami di genangan air, tiba-tiba aku merasa hidup bertiga seperti ini juga cukup bahagia.Kami bersenda gurau sambil naik ke lantai atas. Namun, begitu keluar dar

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 6

    “Baiklah, aku akan menunggumu di kantor catatan sipil tiga hari lagi.”Aku turun dari mobil bersama Charles, sementara Kendrik dengan mata berkaca-kaca mencoba mengejar kami, tetapi Lukas menahannya.Dia meronta dan menangis, memohon agar aku membawanya pergi.“Ibu, aku salah. Tolong jangan tinggalkan aku.”“Aku nggak mau main game lagi, aku juga nggak mau mainan itu lagi. Ibu, tolong jangan pergi.”Pintu mobil tertutup dengan keras dan melalui jendela, aku melihat Kendrik yang masih ditahan oleh Lukas.Charles perlahan meremas tanganku.“Kenapa?”Tanyaku dengan suara setenang mungkin, sambil menunduk.Namun, suara serakku menandakan aku hampir menangis.Dia berjinjit, mengelus kepalaku dengan lembut.“Ibu, jangan sedih. Aku janji akan menjadi anak yang baik.”Akhirnya, aku tak bisa menahan diri lagi dan mulai menangis pelan sambil menutupi wajahku.Dulu, aku telah memberikan segalanya tanpa syarat. Jadi, saat harus menarik kembali perasaanku, rasanya seperti ada bagian diriku yang ter

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 5

    Lukas yang biasanya tenang dan terkendali pun mulai panik. Dia mencoba meraih tanganku, tetapi aku langsung menghindar, membuatnya hanya menangkap udara kosong.Mungkin dia tak pernah membayangkan aku akan menolak sentuhannya, sehingga wajahnya dipenuhi ketidakpercayaan.Suaranya sedikit gemetar, menandakan bahwa dia tengah berusaha keras menahan amarah.“Erni, kamu benar-benar sudah memikirkannya dengan matang?”“Kalau kita bercerai, Kendrik akan ikut denganku dan kamu nggak boleh bertemu dengannya lagi!”Aku menundukkan kepala, tanpa menunjukkan emosi apapun di wajahku.“Iya, lagipula kalau Lisa menjadi ibunya, Kendrik juga nggak akan mau bertemu denganku lagi.”Yang tak kusangka, tiba-tiba Kendrik menangis dan memelukku.“Bu, bukan begitu. Aku hanya nggak suka kamu mengaturku, aku nggak mau Tante Lisa menjadi ibuku.”Bagaimanapun, dia adalah anak kandungku. Setelah ragu sejenak, aku akhirnya memeluknya dengan lembut.Dia menangis tersedu-sedu dalam pelukanku, dua tangannya menggengg

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 4

    Aku mengangkat bahu dengan acuh tak acuh.“Tentu saja operasi aborsi.”Mendengar aku mengatakannya dengan begitu enteng, mata Lukas mulai memerah.Dia berusaha keras menahan emosinya, mencoba tetap tenang.Namun ketika bicara, tetap saja terdengar rasa sakit dari suaranya.“Erni, kenapa kamu menggugurkan anak kita? Kenapa?”Seketika, aku memandangnya seolah dia orang bodoh.“Kenapa? Lukas, kamu seorang petugas pemadam kebakaran. Kamu nggak tahu berapa banyak gas beracun dalam asap itu?”“Aku sudah memberitahumu kalau aku sedang hamil, tapi kamu tetap memberikan masker itu ke Lisa. Sekarang kamu bertanya kenapa padaku? Apa kamu pura-pura bodoh?”Aku tak ingin melihatnya lagi, bahkan sedetik lebih lama pun membuatku mual.Tangan Lukas bergetar, ingin memelukku, tapi tiba-tiba Lisa memegang kepalanya dan dengan lemah jatuh ke arah Lukas. Tepat jatuh di pelukannya.Tangan yang tadinya hendak meraihku dengan cepat ditarik kembali untuk menahan tubuh Lisa.Lisa memandangku dengan lemah, tam

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 3

    Sampai titik ini, penjelasan sudah tidak ada gunanya lagi.Aku mengangguk pelan.“Terserah kalian mau berpikir apa. Kalian pasti kecewa melihat aku masih hidup, ‘kan?”“Tapi nggak masalah … ”Aku menatap mata Lukas yang tetap tenang tanpa gelombang.“Lukas, kita cerai saja.”“Aku akan membebaskanmu, biar kamu bisa mengejar cinta sejatimu.”Aku lalu beralih menatap Kendrik.“Dan kamu juga, seperti yang kamu inginkan, aku nggak akan menjadi ibumu lagi.”Melihat wajah mereka yang terkejut, aku tersenyum pelan.Betapa leganya, akhirnya kita semua terbebas.Aku berbalik ingin pergi, tetapi Lukas meraih pergelangan tanganku.Suaranya sedikit bergetar.“Erni, apa maksudmu? Hanya karena aku menyelamatkan Lisa dulu, kamu mau menceraikanku?”“Kamu bahkan nggak terluka, kamu juga nggak benar-benar hamil. Aku belum sempat menyalahkanmu, malah kamu yang meminta cerai denganku? Haruskah begitu?”Aku malas berdebat, hanya diam dan berusaha melepaskan diri.Namun cengkeramannya semakin erat, hingga pe

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 2

    Sejak awal, aku sudah tahu Lukas tidak mencintaiku.Selama empat tahun kuliah, semua orang tahu bahwa aku menyukainya.Sayangnya, dia sudah punya kekasih. Jadi, tentu saja dia tidak pernah peduli padaku.Menjelang kelulusan, Lisa, wanita yang dia cintai menerima tawaran keluarganya untuk melanjutkan studi ke luar negeri.Pada hari kepergian Lisa, Lukas datang kepadaku dalam keadaan mabuk.Dia memelukku dengan mata sayu karena mabuk, tetapi yang dia panggil adalah nama Lisa.Aku terlalu mencintainya. Meskipun tahu dia salah orang, aku tetap membiarkan dirinya terhanyut dalam gairah sesaat.Namun itu tetaplah sebuah kesalahan. Keesokan paginya, dia menatapku dengan dingin, melemparkan pakaian ke kakiku dan mengusirku.Kupikir itu hanya sebuah hubungan sesaat, tapi tak kusangka, aku malah hamil.Lukas memberiku sebuah pernikahan agar aku bisa melahirkan anak kami dan memberi nama Kendrik.Mungkin karena dia benar-benar tidak mencintaiku, jadi saat Lisa kembali, dia membiarkan wanita itu t

  • Suami dan Anakku Menyesal Setelah Kepergianku   Bab 1

    Di tengah kobaran api, aku hanya bisa melihat suamiku dengan cemas menggendong wanita lain dan berlari keluar.Sedangkan anak yang kulahirkan dengan susah payah, malah dengan perhatian mengiringi mereka, khawatir wanita itu akan jatuh, bahkan sesekali menopangnya.Hingga akhir, mereka tidak menoleh ke arahku.Hatiku terasa perih. Padahal aku adalah keluarga mereka, tetapi di saat genting, mereka tanpa ragu meninggalkanku.Setengah jam sebelumnya, Lisa mengetuk pintu rumah kami, ingin mengajak anakku keluar untuk merayakan ulang tahunnya.Dengan wajah dingin, aku menolak. Kendrik, anakku yang sedang mengerjakan PR di kamarnya, mendengar suara itu. Dia langsung berlari keluar, memaksa membuka pintu dan dengan wajah bahagia menarik tangan wanita itu keluar.Hatiku sangat hancur, tetapi aku bersikeras mencoba menghentikannya.Namun, anakku malah menggigit lenganku dengan keras, menunjukkan kebencian di tatapannya.“Kenapa ibu melarangku pergi dengan Tante Lisa?”“Kalau nggak ada ibu, Tante

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status