Evelyn tersentak, refleks dia mundur melihat Noah yang bertindak kasar secara spontan. Wajah Evelyn berubah pucat, diam mematung, kesulitan mencerna keadaan apa yang sebenarnya kini terjadi? Apa dia sedang berkhayal karena mabuk? Suara pukulan kembali terdengar, menyadarkan Evelyn untuk segera mendorong Noah menjauh sebelum kerumunan datang dan menyaksikan tindakan memalukan yang telah dia perbuat. Alfred berlari kencang, menarik Noah untuk menjauh dan menghentikan tindakannya yang diluar nalar. “Cukup Noah! hentikan!” bentak Evelyn marah, menunjuk wajah Noah.Suara napas menderu tidak beraturan, Noah mundur terhuyung, matanya melebar melihat Evelyn sorot mata Evelyn yang menghakimi tindakannya.Noah juga tidak mengerti mengapa dia harus memulai semuanya dengan tangan dibandingkan mulut.Dua hari ini dia berkeliaran ke penjuru kota dengan penuh perjuangan, mencari keberadaan Evelyn, menyingkirkan berbagai kerisauan yang mengganggu hatinya dari berbagai kemungkinan terburuk hubungan
Siapa sebenaranya orang yang telah menerima surat Evelyn? Sudah pasti orang itu membenci hubungan Evelyn dan Noah.Namun, siapa orang yang dapat memiliki akses menggunakan email pribadi Noah untuk mengirim pesan kepada Evelyn?Evelyn sama sekali tidak berbohong, dia tidak pernah melupakan janjinya, sama sekali tidak pernah. Bahkan ketika dia jauh dengan Noah, sesekali dia memikirkan pria itu dengan berbagai alasan.Satu bulan setelah menghabiskan waktu bersama keluarganya dan ditinggal meninggal oleh ayahnya, Evelyn kembali merasa sangat patah hati, terpuruk dalam kesedihan yang begitu dalam.Kebahagiaan yang dia dapat hanya datang sekilas, kembali terenggut oleh kematian.Evelyn memutuskan melanjutkan rencananya pergi ke negara berkonflik untuk menjadi relawan medis.Kehidupan ditengah medan perang sangat berat, namun setiap moment kecil dalam tugas itu, Evelyn selalu menemukan rasa syukur yang kembali menumbuhkan semangatnya untuk tidak terpuruk dan menghabiskan sisa hidupnya dengan
Evelyn termangu mendengar sebuah tuntutan yang dulu pernah dia janjikan kepada Noah. Sebuah janji yang sempat Evelyn duga telah selesai ditunaikan.Sejujurnya Evelyn masih terkejut dan setengah tidak percaya bahwa disini, sekarang dia kembali bertemu dengan Noah untuk membahas masa depan pernikahan mereka berdua setelah terpisah sekian lama.Evelyn sadar, cintanya kepada Daniel tidak akan pernah tergantikan sejauh kemanapun dia melangkah, dengan banyak pria manapun dia memulai kehidupan barunya lagi.Namun kini, cinta itu harus Evelyn simpan dalam sejarah yang menjadi kisah indahnya, serangakaian perjalanan luar biasa yang akan selalu dia simpan ditempat tertentu, dan cukup Eveyn bersama Daniel yang tahu kisah itu.Tapi bagaimana dengan pernikahannya bersama Noah sekarang?Penantian Noah selama ini bukanlah sesuatu yang sederhana, apakah pantas penantian itu harus Evelyn kecewakan dengan penolakan?Masalahnya, Evelyn telah menyingkirkan sepenuhnya setiap harapan dan butiran perasaanny
Evelyn dan Noah pergi menyebrangi jalanan, menghampiri Alfred dan Frederick yang telah lama menunggu mereka berdua.Evelyn tersenyum kaku, sungkan untuk membawa Noah pulang bersama Frederick yang kini babak belur karena ulah Noah, namun apa yang bisa dilakukan? Mengusir Noah untuk pergi akan sangat sulit dilakukan, bahkan kini genggaman tangan Noah sangat kuat tidak mau lepas seperti sudah terpasang lem.Sepertinya, permulaan hubungan Evelyn dan Noah tidaklah begitu buruk, namun akan sulit karena Noah sudah lebih dulu membuat kesan buruk pada keluarganya.Alfred melirik jam ditangannya yang sudah menunjukan pukul tujuh malam. “Kita harus segera pergi, jam terbang pulang setengah jam lagi,” peringat Alfred.“Kau akan pulang malam ini?” tanya Evelyn, seketika Noah menggeleng tidak membenarkan.“Dia datang ke sini dengan jet pribadi. Sudah waktunya harus pulang,” jelas Alfred.“Aku tdak akan pulang,” jawab Noah mempertegas penolakannya.Alfred terperangah, tidak percaya Noah akan kembali
Sebuah penthouse terletak di antara banyak gedung-gedung apartement wilayah selatan Macau, dekat dengan wilayah pantai, tempat itu sama sekali tidak Noah duga akan menjadi tempat Evelyn tinggal selama ini.Pantas saja, selama dua hari dia mencari, dia tidak menemukannya karena ternyata Evelyn tinggal di penthouse.“Kau,” panggil Frederick pada Noah, “kita harus berbicara.”Noah berdeham tidak nyaman, ini untuk pertama kalinya Frederick mengajak berbicara setelah pemukulan yang telah Noah lakukan. Rasanya sedikit canggung, namun Noah tidak bisa menghindarinya begitu saja apalagi berpura-pura tidak terjadi sesuatu. Jauh lebih baik dia menghadapinya dibandingkan menjadi lelaki pecundang.“Kau tidak keberatan kan Eve?” tanya Frederick meminta izin.“Tidak apa-apa,” jawab Evelyn, sekilas dia melihat Noah dengan senyuman, meyakinkan Noah untuk tidak perlu khawatir dengan apapun.Frederick bukanlah sesorang yang berbahaya meski memiliki reputasi yang kejam sebagai seorang jaksa, sebagai an
Sebuah potret photo berada ditangan Noah. Photo itu menunjukan seorang anak kecil yang berada dipangkuan Evelyn, mereka tengah duduk di depan sebuah tenda.Anak itu terlihat kurus kering, tubuhnya sangat kecil dan berpakaian kebesaran, dia memiliki mata cokelat dan rambut hitam legam.Evelyn mengatakan jika itu adalah wajah anak yang ingin dia adopsi, usianya baru tidak tahun dan kini sudah berada di tempat penampungan anak-anak korban perang.Saat pertama kali ditemukan, tidak ada yang tahu jelas identitasnya karena dia salah satu orang yang selamat dari serangan, saat ditemukan hampir semua orang dewasa terkapar meninggal.Anak itu sempat tidak berbicara karena trauma oleh suara ledakan dan kematian yang mengenaskan kedua ornag tuanya, terjadi di depan mata.Evelyn memberinya nama Edgar, sejak saat itu semua orang memanggilnya Edgar juga.Evelyn tidak memiliki banyak alasan mengapa dia ingin mengadopsi Edgar, namun saat pertama kali dia menemukan anak itu, Evelyn merasakan ada sebua
“Mahluk hidup harus bereproduksi bukan?”Wajah Noah terangkat seketika, pria itu terperangah sampai tidak bisa berkata-kata. Dia bermaksud membangun suasana panas dengan topic yang intim agar bisa melakukan malam pertama dengan alami, namun Evelyn dengan gamblangnya membicarakan seks seperti sebuah pelajaran biologi tentang kebutuhan biologis mahluk hidup.Bibir Noah merenggut. “Eve, kau sangat tidak romantis,” protesnya kesal.“Apa seks bisa dibungkus dengan kata-kata romantis? Itu hanya pertemuan dua kelamin yang memunculkan sensasi enak karena rangsangan dan pembuluh darah melebar.”“Eve! Hentikan!” lengkingan protesan Noah terdengar, seketika dia bergeser menjauh, Noah terlalu malu untuk mendengarnya lebih banyak lagi. Bukan sesuatu yang seperti ini Noah inginkan. Harusnya Evelyn membicarakan keintiman dengan perasaan, bukan sesuatu yang harus dia jabarkan secara ilmiah.Harusnya Noah yang mendominasi, sayangnya Evelyn terlalu datar. Noah malu jika dia yang berdebar sendirian, se
Pandangan Evelyn mengabur berkunang-kunang, bibinya yang membengkak bernapas compang-camping, tenggorokannya kering kerontang kehausan, namun dia tidak memiliki kekuatan untuk menggerakan tubuhnya.Evelyn mual setelah diguncang tanpa ada jeda.Seluruh tenaganya terkuras tanpas sisa setelah mengarungi malam panjangnya dengan seks menggebu seperti kuda liar.Seluruh tubuh Evelyn lengket bermandi anggur, kakinya merenggang sakit dan perutnya keram.Evelyn telah meremehkan kemampuan Noah, dia tidak main-main dengan hasratnya. Alih-alih dapat meredakan gairahnya setelah satu pelepasan, pria itu semakin menggila dan kehilangan akal, tidak ada yang bisa menghentikannya meski Evelyn meintanya berhenti sejenak.Apakah Evelyn menikmati seks pertamanya dengan Noah? Evelyn menikmatinya, disisi lain dia malu karena berprilaku lebih seperti jalang liar yang hidup untuk seks.Kaki Evelyn bergerak hati-hati, bibir mungilnya gemetar menahan ringisan seperti wanita yang baru melewatkan malam pertamanya
Sudah lebih dari lima belas menit Noah menunggu, tidak ada tanda-tanda Evelyn akan segera kembali. Noah tidak menduga jika percakapan antara Evelyn dan ibunya akan jauh lebih lama dari apa yang diperkirakan.Apakah mungkin, telah terjadi suatu hal buruk dan pembicaraan tidak berjalan sesuai dengan apa yang harapkan? Noah menurunkan jendela mobilnya, dia memutuskan untuk menunggu lima menit lagi dan jika Evelyn belum kembali, maka Noah akan masuk menyusul masuk untuk memastikan keadaan.Getaran handpone terdengar disaku, Noah melihatnya sekilas sekadar membaca pesan singkat dari Paul bahwa dia telah selesai menyiapkan semua yang Noah perintahkan.Tubuh Noah menegak seketika begitu melihat sosok ibunya keluar dari restaurant seorang diri sambil mengusut matanya dengan sapu tangan.Noah segera keluar dari mobil, namun belum sempat dia memanggil ibunya. Sarah telah dipersilahkan masuk oleh sopirnya, dan mobil yang ditumpangi Sarah bergerak cepat meninggalkan area parkiran restaurant.Dil
Evelyn terpaku kaget mendengar permintaan maaf yang kembali terucap dari mulut Sarah. Seorang wanita yang selama ini begitu membencinya dan selalu merendahkan statusnya sebagai seorang janda yatim piatu.Satu tahun lebih Evelyn mengenal Noah, dan selama itu pula Sarah membencinya seakan tidak ada satu kebaikan pun yang pantas Evelyn miliki.Apakah kini Evelyn senang Sarah tiba-tiba meminta maaf padanya? Dibandingkan senang, justru Evelyn bingung, mengapa setelah sekian lama, kini tiba-tiba Sarah meminta maaf kepadanya? Apa karena pengaruh keluarga Evelyn yang mau tidak mau harus Sarah akui bahwa kini mereka sederajat.Ataukah mungkin Sarah melakukannya semata-mata hanya untuk menjaga keharmonisan hubungannya dengan NoahTangan Evelyn terkepal dibawah meja, memandangi wajah sendu Sarah yang banyak tertunduk tidak tidak seangkuh biasanya. Dapat Evelyn lihat kantung matanya yang membengkak menandakan bahwa dia tidak kurang beristirahat.“Apa yang membuat Anda bersedia meminta maaf kep
Milia duduk meringkuk di sudut ruangan bersama puluhan wanita lainnya, terkurung dalam sel sempit dengan berbagai orang criminal lainnya yang terlibat dalam kasus hukum. Wajahya yang babak belur masih menyisakan bekas luka meski telah berlangsung berhari-hari. Ada cekungan yang dalam di wajahnya, rambutnya terlihat kusut terikat sembarangan tanpa disisir. Milia yang selalu tampil cantik sempurna, setiap saat merawat diri, kini keadaannya nyaris tidak kenali. Baru satu malam Milia dikurung di balik jeruji besi. Begitu keadaannya sedikit membaik, pulang dari rumah sakit kedua tangan dan kakinya diborgol dan langsung digelandang ke tempat penahanan. Tidak ada waktu untuk dirinya berisirahat dan mendapatkan sedikit ketenangan. Sejak kematian Alex, setiap malam Milia selalu menangis terbayang-bayang kenangan mengerikan yang telah terjadi. Setiap kali terbayang kejadian itu, Milia sering kali menangis histeris berpikir bahwa saat ini dia telah terjebak dalam dunia mimpi. Milia m
Langit sore memantulkan cahaya yang cerah dan hangat. Edgar duduk diantara Noah dan Evelyn yang mengantarnya, anak itu memeluk erat lengan Evelyn menyalurkan kegelisahan yang kembali datang menjelang keberangkatannya yang akan pulang diantar oleh Agatha.Edgar tidak tahu apakah perpisahan ini harus dia tangisi atau justru harus dia rayakan dengan penuh rasa syukur.Edgar sedih karena harus berpisah dengan orang-orang terkasihnya, disisi lain dia begitu bahagia karena perpisahan ini akan menjadi mulai proses pengadopsiannya. Mimpinya, do’anya, Tuhan telah menjawabnya dan memberikan jauh-jauh lebih besar dari apa yang Edgar minta.Ditengah kegelisahan Edgar, Diam-diam Evelyn dan Noah saling memandang dan melempar senyuman hangat. Mungkin perpisahan sementara ini sedikit akan sedikit menyedihkan, namun mereka sangat yakin akan ada sesuatu yang luar biasa menanti.Noah mengusap bahu Edgar beberapa kali. “Nanti saat kau kembali, akan ada kamar baru untukmu. Kau mau kamar cat warna apa?” t
Hari ini, hari keberangkatan Edgar setelah beberapa hari lamanya tinggal.Kebahagiaan yang sempat hadir harus kembali Evelyn lepas utuk sementara waktu, mengikhlaskan Edgar dibawa oleh yayasan yang akan melindunginya sebelum sebelum Evelyn dan Noah berhasil mendapatkan surat putusan pengadilan bahwa Edgar menjadi anak adopsinya.Cukup berat melepaskan Edgar pergi, kehadiran anak itu sudah mewarnai hari-hari rumah tangga Evelyn bersama Noah. Melukiskan banyak kenangan indah yang sempat Evelyn mimpikan di masa kecilnya.Evelyn bahagia, begitupun dengan Noah yang selama beberapa hari terakhir ini telah berperan baik sebagai seorang ayah untuk Edgar.Perpisahan sementara ini mungkin akan sedikit menyakitkanEvelyn yakin, saat ini Edgarpun merasakan kesedihan yang sama. Sepanjang pagi ini anak itu terlihat gelisah dan lebih banyak mengurung diri di kamar. Evelyn terbangun dari lamunan kecilnya begitu mendengar suara klakson, samar keningnya mengerut melihat mobil Noah yang sudah berada di
Noah terhenyak kaget mendengar permintaan maaf yang tidak pernah dia bayangkan akan tercetus dari mulut ibunya yang selama ini selalu merasa benar sendiri dengan segala pandangan hidupnya.Apa yang telah membuat Sarah akhirnya meminta maaf? Apa dia sudah mulai menyadari kesalahannya? Atau mungkin Sarah berpura-pura?Tapi Sarah bukanlah seseorang yang suka berpura-pura dihadapan Noah, dia selalu blak-blakan karena itu juga mereka sering kali berdebat.Melihat keraguan Noah, Sarah menggenggam tanganya dengan senyuman sedih bercampur malu. Sarah mengerti jika Noah tidak percaya dengan kesungguhannya yang meminta maaf, Sarah sudah terlalu sering membuat kesalahan dan mengecewakan Noah.Dengan suara bergetar Sarah berkata, “Ibu telah salah Noah, maaf atas semua kesalahan yang sudah ibu lakukan padamu dan Eve selama ini. Ibu berjanji, ibu tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama lagi, tidak akan pernah lagi mengganggu ketentraman rumah tangggamu lagi, tidak akan pernah berbicara bur
“Nyonya Sarah sudah tidak masuk kerja sejak empat hari yang lalu,” ucap sang assistant, menjawab pertanyaan Noah yang mempertanyakan keberadaan ibunya karena sudah lama tidak terlihat.Pantas saja, selama empat hari ini Noah tidak bertemu dengan ibunya, biasanya Sarah sering datang berkunjung ke ruangan kerja Noah meski itu hanya sekadar mengajak makan bersama dan meminta bantuan.“Apa Ibu pergi liburan?” tanya Noah lagi.“Sepertinya tidak Pak. Semua pekerjaan nyonya Sarah saya kirim ke rumah, dan pagi harinya, sopir nyonya Sarah datang mengantar, itu artinya nyonya Sarah ada di kediamannya.”"Terima kasih informasinya," ucap Noah sebelum pergi meninggalkan keberadaan ruangan Sarah.Sejak di malam pesta keluarga Evelyn, Noah tidak pernah mencoba menghubungi Sarah.Noah berpikir bahwa ibunya perlu waktu untuk merenungkan diri tanpa perlu lagi diingatkan akan setiap kekeliruannya.Pesta di malam itu mungkin secara tidak langsung telah mempermalukan Sarah. Namun, Noah tidak pernah mengkh
Suara sirine ambulance dan mobil kepolisian terdengar dijalanan, beberapa pengendara memilih menepi memberikan ruang untuk mobil-mobil itu bergerak menuju rumah sakit.Dalam keadaan lemah dan babak belur hingga darah yang masih menodai pakaiannya, Milia duduk meratap diantara dua polisi yang menjaganya.Milia tidak dapat menjawab ketika ditanya pihak kepolisian yang meminta keterangan darinya. Milia terguncang dengan apa yang telah terjadi, tindakannya melukai Alex adalah sesuatu yang spontan sehingga Milia tidak pernah menyangka bahwa malam ini akan berakhir menjadi malam yang berdarah.Dalam keadaan kedua tangan yang terborgol, kini Milia akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan jahitan di beberapa bagian tubunya yang terluka yang terluka parah, sementara Alex harus dilakukan autopsy setelah dinyatakan meninggal.Milia menengok keluar jendela, air matanya berjatuh membasahi pipi.Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Milia, segalanya terjadi begitu cepat setelah satu jam dia
"Dokter tinggal disini?" tanya Edgar sambil melangkah terpincang-pincang menggenggam tangan Evelyn yang menuntunnya masuk.Selepas pesta, Evelyn memutuskan untuk membawa Edgar agar bisa menginap sebelum anak itu kembali ke dibawa ke panti asuhan. "Aku berharap suatu hari nanti, kau juga akan tinggal disini," jawab Evelyn.Edgar tersenyum sungkan, sudah terlalu banyak kebaikan yang dia terima dari Evelyn, cukup dengan diberi kesempatan melihat dan bertemu Evelyn kembali, Edgar sudah sangat merasa bersyukur.Sempat Edgar berpikir, bahwa selamanya dia akan ada di tanah gersang, berselimut debu panas akibat peperangan, menanti giliran seperti anak-anak lainnya yang menyerah setelah melalui berbagai kejadian menyakitkan, atau pergi menjadi budak korban perjual belian anak.Tidak pernah sedikitpun Edgar akan membayangkan bahwa dia akan di tempat indah ini.Menyaksikan setitik surga yang dimimpikan semua anak-anak korban perang seperti dirinya, Sebuah kota yang damai tanpa ledakan artileri