Beranda / Pernikahan / Suami Wasiat Kakek / Sebuah Perpisahan Sementara

Share

Sebuah Perpisahan Sementara

Penulis: YL Wanodya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Hai, Raf. Tumben kesini,” sapa Atalas saat melihat Rafka dan Katarina di belakangnya.

Atalas merasa sangat malu dengan wajah yang berusaha menahan diri. Pramana hanya acuh atas kedatangan Rafka dan Katarina.

“Iya, sebelum aku ke Yogyakarta selama satu minggu. Mami mau makan malam berdua dulu ceritanya, ayah tumben makan di sini?” Rafka mengalihkan pandangannya pada Pramana secara tiba-tiba.

Pramana mendongakkan kepalanya, “Cuma makan bersama Atalas,” jawabnya dengan singkat.

Rafka akhirnya beranjak ke meja yang sudah ia pesan secara kilat. Keduanya duduk berhadapan, makanan yang tersedia di atas meja. Keduanya saling diam menatap lekat, dengan mata yang teduh Katarina menatap Rafka.

“Mas, kamu tumben sekali mengajak makan di luar. Padahal aku bisa masak di rumah,” ucap Katarina lirih.

“Sesekali, nanti kamu kesepian saat aku tinggal,” ujar Rafka dingin.

“Biasa saja, mungkin akan lebih suka nonton film puas tanpa diganggu,” elak Katarina dengan terkekeh.

Rafka terlihat diam, matanya ti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Wasiat Kakek    Bekal dari Atalas

    Mata Rafka membelalak lebar, tanpa basa-basi ia berlari kencang ke boarding pass. Katarina menatap kepergian Rafka. Dengan mata berbinar ia tersenyum simpul, tanpa rasa ragu ia hanya diam saat beberapa orang menatapnya aneh.‘Untuk pertama kali,' batinnya lirih.Katarina dengan segera keluar bandara, menemui Antok dan kembali pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan pulang Katarina teringat betul wajah Rafka yang berubah. Mendadak rasa takut jika Rafka secara tiba-tiba marah padanya.***‘Bagaimana bisa itu terjadi?’ batin Rafka bertanya-tanya sembari mengusap pelan pipinya.Langkahnya terburu-buru ke kabin pesawat mencari tempat duduk. Baru 5 menit ia duduk, pikirannya melayang pada ingatan tentang kecupan Katarina di pipi kanannya. Ada rasa aneh hingga ia tidak bisa berkata apa-apa.‘’Katarina, ini masih pagi dan kamu memberi beban pikiranku seperti ini,” ucapnya lirih. sepanjang perjalanan ke Yogyakarta. Rafka sama sekali tidak tertidur barang sebentar, meskipun kantuk sudah datang de

  • Suami Wasiat Kakek    Perbuatan Katarina

    Tok tok tok!Seorang karyawati masuk ke ruangan Rafka dengan langkah pelan dan anggun, senyumnya merekah menatap Katarina dan Rengga yang ada di satu ruangan.“Permisi, Bu Katarina. Ini berkas yang kemarin diminta Pak Rafka, semua sudah saya revisi sesuai permintaan bapak.”Jeni meletakkan map di atas meja, ucapannya yang sopan membuat Katarina hanya mengangguk. Tangannya perlahan membuka berkas itu satu per satu, mata Rengga memicing ke arah Katarina.“Tau?” tanya Rengga lirih.“Sedikit,” jawab Katarina dengan terkekeh.Rengga hanya mengawasi Katarina dari jauh, Jeni yang masih berdiri menunggu jawaban Katarina hanya diam. Berulang kali ia menatap lekat ke arah Katarina.“Revisi lagi bagian ini, ini belum tepat untuk standart kantor kita,” ujar Katarina tegas.Mata Jeni membelalak lebar, ia hanya menganggukkan kepalanya pada Katarina. Rengga yang masih duduk diam itu hanya memandang.“Apa?” tanya Rengga lirih.“Saya pamit keluar dulu, Bu, Pak,” pamitnya lirih.Jeni keluar ruangan den

  • Suami Wasiat Kakek    Kadal Mesir

    Mas Rafka : Kata, Jeni tadi salah apa?Katarina yang membaca pesan singkat dari suaminya itu hanya melongo, ia keheranan dari mana Rafka tahu kalau Jeni bersalah.“Ada apa sih? Diminta revisi saja mengadu, tapi emang berkas yang di kasih Jeni banyak salahnya,” gerutu Katarina kesal.“Ada apa?” tanya Rengga secara tiba-tiba.Katarina masih diam, ia masih bertanya-tanya siapa yang mengatakan Jeni revisi ke Rafka. Ia merasa malu dan menyalahi aturan Rafka karena Jeni revisi.“Em, Mas Rafka kirim pesan, siapa yang ngadu ke Mas Rafka? Kamu?” todong pertanyaan dari Katarina.Arengga diam dengan menggaruk tengkuknya, ia tidak ingin berkata jujur pada Katarina. Namun, apa yang ditebak Katarina benar. Rengga hanya mengangguk pelan, rasanya ingin sekali ia segera beranjak dari ruangan Rafka.“Arengga!” Katarina berteriak sangat keras.Katarina : Eh, Mas, Maaf. Aku bukannya lancang, tapi banyak typo dan juga kesalahan di berkas yang diserahkan Jeni. Jadi aku minta dia revisi sedikit, hanya beber

  • Suami Wasiat Kakek    Rok Tutu

    Atalas dan Katarina merasa canggung, setelah buku itu ia terima. Keduanya hanya diam tanpa banyak kata. Hingga Atalas yang secara tiba-tiba menyentuh puncak kepala Katarina.“Kak, ma-maaf.” Tangan kanan Atalas menyentuh puncak kepala Katarina pelan.Katarina membelalakkan matanya bulat, tidak nyaman dengan perlakuan Atalas. Ia hanya bisa diam tanpa berkutik sama sekali. Matanya masih membelalak lebar dengan tatapan aneh.“Ta!” teriaknya keras.“Ini.” Atalas menunjukkan sebuah daun yang sempat menempel di rambut Katarina.Tanpa banyak basa basi, Katarina beranjak pergi meninggalkan Atalas begitu saja. Ia sudah terlalu malu untuk berada di depan Atalas. Rasa salah tingkah yang dibuat Atalas membuat Katarina mabuk kepayang.‘Duh, dia lihat gak ya aku salah tingkah?’ batin Katarina lirih.“Kak!” seru Elegi keras.“Dari mana kamu muncul, El? Aku kaget kamu tiba-tiba ada di sini,” gerutu Katarina lirih.“Dari tadi! Kakak aja yang gak peka!” teriak Elegi dengan keras.Dengan wajah cengonya K

  • Suami Wasiat Kakek    Ternyata Itu

    “Pikiranmu sudah dipenuhi Katarina ya!” gertak Pramana keras.“Ah, Paman. Katarina terlalu menggoda untuk dimiliki, sudah pasti aku tertarik dengan dia. Memangnya salah?” gerutu Atalas dengan bersedekap di depan dada.“Terserah kamu, Ta. Penting harta itu kembali padaku,” ucap Pramana dengan senyum liciknya.Bibi yang mendengar percakapan dua lelaki itu hanya bisa menelan pil pahit dari kenyataan. Sepanjang yang ia lihat mulai dari kebaikan Atalas pada Katarina, ternyata ada motif yang terselubung.‘Kasian Non Katarina,' batinnya lirih.“Bi,” panggil Pramana keras.“Iya, Tuan.” Bibi mendongak dengan cepat saat namanya dipanggil.Pramana seperti berpikir keras sebelum melanjutkan ucapannya, Atalas hanya mengulas senyum tipis.“Tolong buatkan jus apel ya, BI,” seru Atalas secara tiba-tiba.“Iya, Bi. Buatkan juga jus buah naga,” tambah Pramana.Bibi hanya menganggukkan kepalanya, meninggalkan dua laki-laki yang sempat ia dengar percakapannya. Ada rasa iba untuk Katarina dalam dirinya, ta

  • Suami Wasiat Kakek    Laki-laki baru

    “El, baca!” Katarina memberikan ponselnya ke Elegi yang masih menyetir.“Apa sih, Kak? Bacain,” Elegi menggerutu dengan berbagai ekspresinya.“kata kakakmu, mau nitip oleh-oleh apa? Ha ha ha, lah dia aja masih lama di sana. Ngapain coba tanya begini,” gerutu Katarina merutuki Rafka.“Jawab aja sih,” tukas elegi singkat.Katarina hanya tersenyum sembari membaca pesan Rafka, enggan memberikan jawaban secepatnya. Katarina malah asik menatap jalanan yang ramai, mendadak rindu itu merasuki hatinya yang dalam.‘Kadang aku berpikir bagaimana hubungan kita ke depannya, Mas. Akankah ini terus berjalan seperti ini atau aku harus menjadi wanita yang selalu ikhlas dalam menghadapi sikapmu?’ batin Katarina bertanya-tanya.Tanpa disadari Katarina, mobil itu berhenti di sebuah cafe dekat pusat kota. Elegi yang masih sibuk dengan ponselnya, menatap ke sebelahnya yang masih termenung.“Kak,” panggilnya lirih.“Kak Katarina!” panggilnya lebih keras.Katarina yang masih sibuk dengan isi kepalanya yang b

  • Suami Wasiat Kakek    Pulang Bersama

    “Tapi, Kak,” ucapannya terdengar gugup.“Gak apa-apa, coba aja dulu.” Katarina menatap lekat ke arah Elegi yang masih terlihat gugup.Edgar yang ada di sampingnya hanya mengulas senyum tipis ke arah Katarina, membiarkan Elegi tetap dalam keadaan tenang di sampingnya. Tidak lama dari itu, seorang laki-laki yang tidak asing bagi Elegi dan Katarina datang secara tiba-tiba.“Hai, Elegi, Kak Kata. Senang bertemu kalian di sini, boleh bergabung?” sapa Atalas dengan mengulas senyum hangat.“I-iya, Kak.” Elegi hanya mempersilahkan Atalas.Dengan menatap nyalang ke arah Atalas, Katarina masih diam menatap ke sekeliling. Mengapa di mana-mana ada Atalas? Tidak biasanya lelaki itu ada di mana-mana.“Kenapa, Kak? Ada yang salah dari aku ya? Apa kakak tidak suka aku gabung di sini?” berondong tanya Atalas.Katarina hanya membalas dengan tatapan biasa saja, Atalas yang duduk di dekat Katarina hanya mengulas senyum tipis. Matanya menelisik ke arah Atalas dari ujung kaki hingga ujung kepala.“Dari man

  • Suami Wasiat Kakek    Penakluk Wanita

    “Maksudmu, Ta?” tanya Katarina menyelidik.Atalas terdiam dengan fokus ke gagang setir mobil, tanpa menjawab pertanyaan Katarina. Ia hanya berusaha fokus pada jalanan, gang rumah keluarga Zavier sudah ada di depan mata.“Ta, jawab!” gertak Katarina.“Aku bercanda, Kak. Jangan dimasukin hati, kalau kakak mau sih gak apa-apa,” ujar Atalas terkekeh.Katarina menghela napasnya panjang sebelum memberikan jawaban pada Atalas, ia hanya diam tanpa meminta penjelasan yang lebih detail.“Aku sudah menikah dengan sah, Ta. Jangan mengharapkan aku,” ucap Katarina lirih.“Bahkan aku sudah bilang padamu, Kak. Aku bercanda, jangan ditanggapi serius,” elaknya dengan terkekeh.Katarina masih diam, enggan memberikan tanggapan dari sebuah candaan Atalas. Sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama dengan Atalas, namun ia sadar pernikahannya dengan Rafka tidak mungkin diakhiri begitu saja. Sama saja dia ingkar janji pada Rio.“Sudah sampai, silakan turun, Kak!” ujar Atalas saat membuka pintu mobil.“Terima

Bab terbaru

  • Suami Wasiat Kakek    Bahagia Untuk Selamanya

    "Sudahlah, Ayah. Sekarang keadaan sudah lebih baik, ayah juga sekarang memiliki cucu yang lucu dan menggemaskan. Tidak perlu mengingat masalalu yang sudah-sudah," jelas Rafka panjang. "Benar juga!" Pramana menepuk pundak Rafka dengan terkekeh. Dua pria itu kini berjalan keluar dari ruangan bayi, menemui Elegi untuk bertanya ruang inap Katarina. Sepanjang koridor Rafka merasa senang sekaligus terharu. "Raf, kamu sudah mengabari Rengga? Ayah rasa dia sangat cemas denganmu yang selama beberapa jam ini sibuk menemani Katarina di ruang bersalin," ujar Pramana. Rafka hanya mengangguk, sudah beberapa jam ponsel itu tidak ia sentuh. Beberapa pesan dan telepon masuk dari Rengga. "Ayah duluan saja, ini Rengga mau telepon," ucapnya. Tidak berselang lama ponsel itu bersering, notifikasi telepon masuk dari Rengga. "Halo, ke mana aja?!" tanya Rengga dengan keras dari seberang. "Katarina lahiran, ada apa? telepon banyak banget, tadi ponselnya mati," jelas Rafka tanpa di minta. "Wah aku jadi

  • Suami Wasiat Kakek    Lahirnya bayi pewaris

    "Aku mau hidup sama kamu seumur hidup aku," bisik Rafka dengan memeluk tubuh istrinya. Katarina hanya pasrah dalam dekapan Rafka, ia menitikkan air matanya. Ucapan Rafka membuat hati Katarina tersentuh dalam. Jarang sekali Rafka mengatakan kalimat magic tersebut. "Mas, aku juga ingin bersamamu seumur hidupku, jangan lagi menjadi dingin seperti es batu, ya!" tegas Katarina terisak. Keduanya saling menguatkan satu sama lain, enggan melepas pelukan satu sama lain. Malam itu semua hal terasa sangat menguras air mata, namun dalam hati Katarina paling dalam ia ingin bahagia bersama Rafka. "Kita jaga anak ini sama-sama, dan kita akan menjadi orang tua kebanggaan mereka!" ucap Rafka dengan antusias. "Iya, mereka akan sangat bangga dengan kita, Mas!" ujar Katarina keras. *** Tiga bulan setelah perubahan Pramana, laki-laki paruh baya itu mempersiapkan semua kebutuhan acara tujuh bulanan Katarina. Dan hari ini adalah waktu acaranya, seluruh rumah didekorasi dengan sangat cantik dan Elegan

  • Suami Wasiat Kakek    Perubahan Pramana

    "Ayah, ada apa?" tanya Rafka dengan penasaran saat Pramana diam tidak melanjutkan ucapannya. "Em, Ayah sudah memikirkan sesuatu tentang ... anak kalian," ucap Pramana dengan ragu. Rafka dan Katarina berakhir saling menatap, keduanya tidak percaya akan ucapan Pramana. Sejak di awal kehamilan Katarina, Pramana terlihat acuh dan tidak peduli sama sekali. "Maksud ayah apa?"" tanya Katarina lirih. "Acara tujuh bulanan anak kembar kalian biar ayah yang persiapkan. Terus ayah juga kepikiran menyumbang nama untuk anak kalian nanti," jelas Pramana dengan antusias. "Hah! ini ayah serius?" tanya Rafka dengan penuh keraguan. Matanya masih memicing ke arah Pramana yang kini duduk di hadapannya. Laki-laki yang dulunya sangat menentang keras hubungan keduanya kini luluh karena kabar bayi kembar? "Iya, ayah sudah mencari vendor yang bagus untuk acara tujuh bulanan anak kalian. Terus ayah sudah memikirkan nama anak yang sangat lucu, sayangnya kita belum tahu ya jenis kelaminnya," keluh Pramana

  • Suami Wasiat Kakek    Hari USG

    "Hm," singkat jawaban Pramana beranjak meninggalkan Rafka begitu saja. 'Ada apa dengan ayah? kenapa dia tidak suka aku punya anak, bukannya ini hal baik ya dia akan menimang cucu dari anak sulungnya,' gumam Rafka dalam batinnya. Rafka hanya menghela napas panjang, ia berjalan masuk ke dalam rumah. Melihat tingkah Pramana yang seolah biasa saja, membuat perasaan Rafka sedikit kacau dan takut. "Tapi ayah tidak akan berbuat yang macam-macam pada Katarina, em lagian semua asetnya sudah aku kembalikan sesuai janji. Kalau ayah masih nekat mencelakai Katarina, seharusnya dia tahu apa akibatnya," ucap Rafka sepanjang langkah ke kamar. "Kak!" seru Elegi keras. Rafka menoleh, "Ada apa, El?" tanya Rafka dengan ketus."Gak apa-apa, cuma manggil aja. Kak Kata di mana, Kak?" tanya Elegi lagi. "Kamar," singkat jawaban Rafka lalu beranjak meninggalkan adiknya. *** Saat tiba di kamar, Rafka melihat Katarina sudah bangun dari tidurnya. Hanya saja ia hanya duduk diam di ranjang, matanya menatap

  • Suami Wasiat Kakek    Calon Bapak Baru

    "Raf, maaf ganggu. Ini ada meeting yang kamu harus datang," ucap Rengga di telepon. "Emang gak bisa diwakili? biasanya juga kamu yang wakili," tanya Rafka sedikit berbisik."Enggak bisa, client pengennya kamu yang presentasi. Udah sempet aku rayu tapi tetep gak mau," jelas Rengga. "Siapa sih, Reng?" tanya Rafka dengan tegas. Rengga sejenak diam, ditelpon Rafka sudah menunggu jawaban dengan penuh tanda tanya. "Andini," singkat jawaban Rengga membuat Rafka bungkam. "Duh, aku lagi gak bisa ninggal Katarina sendirian di rumah. Reng, Katarina hamil, badannya masih belum kuat banget trimester pertama," jelas Rafka dengan antusias. "Terus ini gimana? Andini tetep minta kamu," tegas Rengga. Sejenak Rafka menghela napasnya, berpikir panjang apakah ia bisa meninggalkan Katarina 1-3 jam saja. "Gimana? aku butuh jawaban," tegas Rengga di telepon. "Bentar aku mikir!" gertak Rafka. Rafka mempertimbangkan banyak hal, meeting hanya 1-3 jam. Akan tetapi, keselamatan Katarina selama 1-3 jam i

  • Suami Wasiat Kakek    Kabar Yang Ditunggu

    "Kak!" teriak Elegi keras dari luar kamar.Mata Katarina dan Rafka kini tertuju pada pintu, percakapan itu terhenti begitu saja. Rafka segera beranjak ke pintu, menemui Elegi yang secara tiba-tiba mengetuk pintu dan berteriak sangat keras. "Ada apa?" tanya Rafka setelah membuka pintu. "Em, itu, ayah aneh banget!" gerutunya. "Terus? kamu ngapain malem-malem ke sini?" tanya Rafka dengan sedikit keras."Gak apa-apa sih, cuma pengen iseng aja," Elegi terkekeh lalu berlari ke kamarnya. Rafka hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah adiknya yang sangat aneh itu. Kini ia hanya memijit pelan pelipisnya yang terasa sakit. "Mas, ada apa?" tanya Katarina lirih. "Adik iparmu, cari ribut mulu," jawab Rafka terkekeh."Apa katanya?" Katarina berbalik tanya dengan melihat tangan Rafka yang memijit pelipisnya. pria itu hanya menggelengkan kepalanya, merebahkan tubuhnya di dekat Katarina. secara tiba-tiba Katarina ikut memijat pelipis Rafka, tanpa permisi dan basa-basi. "Pusing ya? kamu k

  • Suami Wasiat Kakek    Penawaran Diterima

    “Raf, apa ini tidak berlebihan?” tanya Pramana dengan tatapan sendu.‘Ada masalah apa dia mengatakan ini berlebihan? Bukannya dia sendiri yang membuat ulah hingga kejadiannya seperti saat ini,’ batin Rafka bertanya-tanya.“Bagiku ini sudah tepat, ayah!” tegas Rafka.Matanya melihat Pramana yang sibuk memainkan tangannya berulang, laki-laki paruh baya itu terlihat ragu. Rafka yang tidak ada ampun mendesak ayahnya untuk memberi jawaban.“Gimana? Apakah ayah sudah memiliki jawaban?” tanya Rafka dengan suara sedikit mendesak. [“Raf … berikan ayah waktu untuk berpikir dan mempertimbangkannya sedikit lagi. Sepertinya waktu setengah jam masih kurang,” jawabnya dengan menghindari pandangan Rafka.“Tidak, ayo berikan jawaban ayah sekarang, aku tidak punya banyak waktu!” ujar Rafka dengan tegas.Pramana kini duduk menghadap Rafka, helaan napas panjang yang sempat terlihat oleh Rafka. Pria paruh baya itu hanya menunduk pilu, terlihat keresahan yang ada dalam dirinya.“Bagaimana ayah? Apa ayah m

  • Suami Wasiat Kakek    Gertakan Tanpa Ragu

    “Loh, Ra ....” Belum sempat Pramana melanjutkan ucapannya Rafka sudah menyangkal perkataan laki-laki paruh baya itu. “Bubar kalian semua!” teriak Rafka keras. Rafka saat itu hanya memijit pelipisnya pelan, tangan kanannya kini mempersilakan Katarina dan Elegi untuk masuk ke kamar. Meja ruang tamu yang kini berisi berbagai minuman dengan bau sangat menyengat. “Pamit dulu, Pram,” ujar seorang teman dengan membawa beberapa temannya. Mata Rafka hanya menatap nyalang ke arah Pramana, ia sudah keheranan dengan tingkah ayahnya yang tidak henti-hentinya berulah. “Ikut aku!” ujar Rafka dengan berjalan ke ruang kerjanya. Rafka menghela napas panjang, matanya masih tertuju pada laki-laki yang kini berdiri dengan wajah biasa saja. Pramana hanya mengulas senyum tipis tanpa banyak bicara. “Ada apa?” tanya Pramana tanpa berdosa. “Masih bisa tanya ada apa? Ayah, apa yang kamu lakukan beberapa hari setelah aku berangkat ke Yogyakarta? Pantas begitu!” dengan suara keras Rafka membentak

  • Suami Wasiat Kakek    Sudah Terjadi!

    “Jadi selama aku tidak pulang ke rumah ayah berbuat ulah ya, Kak. Seharusnya aku tidak meninggalkan rumah dan menjaga ayah,” ucap Elegi dengan suara purau.Usapan pelan pada pundak kiri Elegi dari Edgar membuatnya menoleh. Rafka yang menedengar ucapan ELegi semakin banyak beban di kepalanya.“Enggak apa-apa, semuanya sudah terjadi,” ujar Rafka.“Aku tidak paham lagi dengan maksud ayah, tapi kalau kakak butuh bantuan untuk ngobrol sama ayah aku bantu,” tegas Elegi dengan antusias.“El, terima kasih ya sudah mau membantu kakak menyelesaikan semua ini,” ucap Rafka dengan senyum yang terulas di bibirnya.Katarina hanya mendengarkan percakapan adik dan suaminya, ia merapal doa untuk apa pun yang mereka lakukan. Ia masih merasa sangat bersalah dengan apa yang sudah terjadi, mungkin jika Atalas masih hidup semua kejadian yang terjadi sekarang tidak akan terjadi.“Em, Mas, El. Maafkan aku ya, akibat dari kejadian yang bermula dari aku semuanya jadi seperti saat ini,” ungkap Katarina dengan m

DMCA.com Protection Status