Home / Pernikahan / Suami Wasiat Kakek / Ancaman dari anak laki-laki

Share

Ancaman dari anak laki-laki

Author: YL Wanodya
last update Last Updated: 2023-05-30 07:29:21

“Berhenti!” teriak laki-laki itu dengan tegas.

Suara yang sangat Katarina kenal, beberapa orang di dalam ruangan itu menoleh ke arah sumber suara. Rafka yang berjalan dengan tegap diikuti beberapa bodyguardnya, tatapannya nyalang pada Pramana dan beberpa orang suruhannya. Tanpa sepatah kata, Rafka perlahan melepaskan ikatan yang terikat pada tangan Katarina.

Mata Katarina kini mulai buram, “Mas Raf, i-ni beneran kamu.”

Wanita itu tidak lagi sadarkan diri dengan tubuh dan wajah yang penuh lebam, dengan sigap Rafka menggendong tubuh Katarina. Langkahnya sempat terhenti sebelum ke luar ruangan itu, matanya menatap Pramana dengan nyalang.

“Ayah, nanti kita bicara!” ungkap Rafka tegas dengan langkah pelan ke luar ruangan.

Bodyguardnya dengan sigap menyiapkan mobil untuk membawa Katarina ke rumah, sepanjang perjalanan ke rumah Rafka sangat khawatir. Jika ia lengah beberapa waktu saja pasti sangat fatal.

“Bibi, tolong siapkan alat buat membersihkan luka istriku,” titah Rafka dengan menggendong Katarina ke kamar.

Dibalik sikap dinginnya yang seperti es batu itu, ia dengan telaten merawat Katarina yang masih terbaring pingsan. Sudah beberapa waktu Rafka menemani Katarina, menunggu wanita itu siuman dan kembali sadar.

“Ternyata kamu cantik sekali ya, Kata. Hm …,  maaf ya, aku belum bisa secara terang-terangan mencintaimu,” batin Rafka sembari mengusap pelan pipi Katarina yang lebam membiru.

Mata Katarina perlahan mengerjap pelan, secara tidak sengaja ia melihat Rafka yang duduk di tepi ranjang. Untuk pertama kalinya ia merasakan tangan Rafka mengusap pelan pipinya.

“Mas Rafka, kok aku ada di sini?” tanya Katarina lirih.

Seperti baru saja melihat hantu, Rafka sempat terperanjat saat ia mendapati Katarina yang baru saja siuman. Dengan reflek ia melempar satu nampan obat merah dan kapas yang sempat ia gunakan untuk mengobati Katarina.

“Pelayan, bantu dia membersihkan lukanya!” tegas Rafka dengan  beranjak meninggalkan kamar begitu saja.

Suasana hati Katarina seperti dipenuhi dengan kupu-kupu, pipinya menghangat sepertinya rona merah seperti menggunakan blush on terpancar dipipinya.

“Nona, pipimu merah,” ledek seorang pelayan yang ini melanjutkan mengobati luka lebam di pipi Katarina.

“Em, iya kah?” tanya Katarina malu-malu.

“Iya, Non. Tuan tadi sangat khawatir denganmu, bahkan saat ia membawamu ke kamar tercetak jelas sekali. Tapi, kenapa ya saat Non Katarina sudah siuman malah dingin lagi, aduh tidak paham lagi saya,” keluh pelayan itu dengan menepuk jidatnya.

***

“Dia cantik,” batin Rafka sembari berjalan dari kamar.

“Tuan, anda kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya seorang bodyguard yang menunggu di depan pintu kamar Katarina.

“Apa sih, Tok? Minta tolong panggilkan ayah dan beberapa orang yang ada di ruangan asing tadi. Suruh mereka kumpul di ruangan saya sekarang,” titah Rafka dengan tegas.

Antok berlalu begitu saja, menyisakan Rafka yang masih berdiri mematung. Beberapa waktu yang lalu ia merasakan getaran pada hatinya. Menatap Katarina yang masih terpejam dengan luka dipipinya. Ada rasa khawatir yang membuncah dihatinya.

“Andai aku datang lebih awal, mungkin kamu akan baik-baik saja, Katarina. Duh, apa sih ini! Kenapa kepalaku jadi penuh dengan bayang-bayang Katarina!” gerutu Rafka sembari berjalan ke ruang kerjanya.

“Ngapain kamu memanggil ayah ke sini?” tanya Pramana tanpa rasa bersalah.

Rafka terlihat menghela napasnya panjang sebelum melontarkan beberapa kata pada ayahnya. Perlahan tatapannya nyalang pada Pramana yang berdiri tidak jauh dari tubuhnya.

“Kenapa?” tanya Pramana sekali lagi pada Rafka yang masih diam.

“Apa ayah tidak merasa bersalah sama sekali?” pertanyaan dengan nada yang cukup tinggi Rafka lontarkan pada Pramana.

“Memangnya aku melakukan apa?” lelai paruh baya itu memang dengan sengaja memancing emosi Rafka saat itu.

Suasana mulai memanas disaat perdebatan antara Rafka dan Pramana. Lelaki paruh baya yang sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang ia lakukan.

“Ayah, apa yang kamu lakukan hari ini termasuk kejahatan!” pekik Rafka dengan tegas dan keras.

“Memangnya ayah melakukan apa? ayah hanya bermain dengan anak pungut itu,” kekeh Pramana pelan.

“Ayah, hal yang kamu lakukan hari ini bisa dilaporkan ke polisi atas dasar tindak kejahatan. Ini bisa dilaporkan sebagai penculikan berencana loh!” sekali lagi Rafka memberikan peringatan pada Pramana.

Nihil, laki-laki paruh baya itu hanya terkekeh tanpa rasa takut. Rafka yang sudah geram dengan tingkah ayahnya. Bug! Satu pukulan dari Rafka pada sisi lengan Pramana, hingga laki-laki itu sempat terhuyung ke belakang.

“Kamu ini tidak ada sopan santun sama sekali dengan ayah!”  teriak Pramana keras.

“Bagaimana aku harus sopan pada ayah yang memiliki otak kriminal?” tanya Rafka dengan berjalan  mendekati Pramana.

“Rafka, ingatlah aku ini ayahmu! Bagaimana bisa kamu semena-mena memperlakukan ayah begini!” pekik Pramana keras yang mulai ketakutan dengan anaknya sendiri.

“Ayah, kali ini aku tidak meminta banyak darimu, aku hanya minta tolong. Jangan pernah mengganggu ketenangan istriku, aku tidak peduli dia cucu pungut atau anak jalanan sekalipun. Ditanganku dia adalah istriku dan tangan ayah ini, jangan sampai melukai dia!” Rafka menatap lekat bola mata Pramana sembari menunjuk tangan ayahnya itu.

“Apa maksudmu, Rafka? Atas dasar apa kamu melarang ayah mengganggu hidup cucu pungut itu?!” tanya Pramana terkekeh.

“Jika suatu hari ayah melakukan hal yang sama, aku tidak segan melaporkan ayah ke polisi!” satu ucapan Rafka dengan penuh ketegasan.

Ancaman Rafka kali ini membuat Pramana yang tempramen itu sangat marah, dengan cepat tangan kanan itu menarik lengan Rafka secara paksa. Tangan itu sudah siap menampar pipi Kanan Rafka, namun tidak sempat ia layangngkan saat itu juga. Rafka yang hanya menatap mata Pramana sembari bersiap menampis jika tangan itu akan menamparnya.

“Setelah ini jangan kaget jika akan ada hal baru yang lebih menghancurkan keluargamu, nak,” batin Pramana.

“Kenapa ayah? Lakukan jika ini membuatmu lega!” Rafka kini mulai menantang Pramana secara terang-terangan.

Tanpa menjawab satu kata pun, Pramana keluar dari ruang kerja Rafka diikuti beberapa orang suruhannya. Rafka menghela napas panjang, ia sangat mengkhawatirkan Katarina saat ini.

***

Pagi itu suasana meja makan keluarga Zavier terlihat sepi, Pramana dan Elegi yang entah di mana. Hanya ada Katarina dan Rafka yang hanya diam.

“Mas ayah dan Elegi kemana?” tanya Katarina pelan.

“Aku juga tidak tahu, makan saja gak usah menghiraukan mereka,” jawab Rafka dengan ketus.

“Baiklah.” Katarina kembali menikmati makanan yang ada dihadapannya.

Suasana hening meja makan tiba-tiba ada hal yang membuat ke duanya mengalihkan pandangan. Seorang laki-laki muda dan tampan datang bersama Pramana, Elegi yang baru saja ingin bergabung makan langsung menghampiri lelaki itu. Katarina masih bertanya-tanya siapa lelaki yang bersama Pramana.

“Hai, Rafka! Ini istrimu ya, salam kenal,” lelaki itu mengulurkan tangannya pada Katarina.

Related chapters

  • Suami Wasiat Kakek    Siapa itu Atalas?

    "Hai, Rafka. Apakah ini istrimu?" tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba mengulurkan tangan pada Katarina, ia gugup dan bingung saat itu.“Iya, dia istriku Katarina,” ucap Rafka dengan menjabat tangan lelaki yang baru datang itu.“Oh, hai Katarina. Aku Atalas, sepupu Rafka salam kenal ya,” sapa Atalas yang terlihat kikuk dengan perlakuan Rafka.Katarina hanya bisa tersenyum, sikap Rafka yang suka berubah-ubah membuatnya bingung. Kini ruang makan tidak lagi sepi, Atalas yang sibuk mengobrol dengan Elegi yang membahas masa kecil keduanya. Rafka masih terlihat canggung dan malas untuk berkomunikasi.“Ikut aku!” Tangan lelaki itu mulai menarik tangan Katarina secara paksa.“Ke mana sih, Mas? Jangan kasar begini, sakit!” kelit Katarina menarik tangannya dari genggaman Rafka.Secara sengaja Rafka melepaskan tangan Katarina hingga ia hampir terjatuh, tubuhnya sempat terhuyung ke belakang. Untung saja dengan sigap Rafka menarik pinggang Katarina. Tatapan mata tidak dapat ter-elakkan saat itu.

    Last Updated : 2023-05-30
  • Suami Wasiat Kakek    Satu Bentakan dari Rafka

    Deg!Jantung Katarina seperti dihunus pedang panjang secara tiba-tiba, ia tidak terbiasa mendengar gombalan lelaki selain Refaldy. Kali ini Atalas berhasil membuat Katarina tersenyum simpul dengan pipi yang merah.“Kakak ipar, kamu tidak apa-apa?” tanya Atalas sembari mengusap pelan pipi Katarina.“Tidak apa-apa, Atalas.” Seorang Katarina yang memiliki love language phisical touch mendadak luluh begitu saja.Di balik cendela, Pramana mengambil beberapa foto kemesraan Atalas dan Katarina, yang akan ia jadikan senjata untuk menjebak Katarina.“Mangsa mulai terjebak perangkap,” gumak Pramana dengan terkekeh pelan.“Ayah!” teriak Elegi saat melihat Pramana berdiri di balik cendela.“Elegi, ngapain kamu disini?!” tanya Pramana dengan ketus.“Aku baru saja mau ke dapur, seharusnya aku yang tanya kenapa ayah berdiri disini? Liatin halaman lagi,” jawab Elegi sembari ikut menatap apa yang Pramana lihat.“Ayah liatin Atalas sama Kak Kata yah?” tanya Elegi lagi.“Bukan urusanmu!” Pramana beranja

    Last Updated : 2023-05-30
  • Suami Wasiat Kakek    Atalas lagi

    Pramana masuk ke dalam ruang keluarga dalam keadaan murka, entah apa yang membuatnya murka hingga seperti saat ini. Elegi dan Katarina hanya bisa melihat sumber suara dengan terkejut, satu teriakan Pramana membuat keduanya terdiam pasi.“Ngapain kamu?” teriak Pramana sembari menunjuk Katarina dengan jari telunjuknya.“Aku hanya menonton televisi bersama Elegi, ayah.” Katarina sedikit gugup, tubuhnya mulai bergetar perlahan.“Masuk kamar!” lagi teriakan Pramana memekik ditelinga Katarina.Tidak berselang lama dari kemurkaan Pramana, Atalas yang baru saja datang itu langsung menjadi pahlawan kesiangan. Ia berjalan mendekati Pramana dengan wajah sok peduli.“Ada apa, Paman?” tanya Atalas dengan wajah panik.“Tidak apa, aku hanya muak melihat wajahnya!” belum sempat Katarina meninggalkan ruangan itu, Pramana sudah menunjuknya lagi dan lagi.“Oh, Kak ....” ucapan Atalas terhenti.“Ya, Atalas, aku memang tidak diharapkan ada di sini, aku bisa pergi ke kamar,” pamit Katarina dengan mata yang

    Last Updated : 2023-06-01
  • Suami Wasiat Kakek    Tidak dianggap ada

    -Kak, kamu masih kesepian?- Atalas.Katarina membelalakkan dua bola matanya karena kaget dengan pesan yang dikirimkan Atalas. Ia memang sedang kesepian karena Rafka masih sibuk dengan laptopnya.“Dik, mungkin aku akan pergi ke Surabaya tiga hari,” ucap Rafka tanpa menatap lawan bicaranya.“Boleh aku ikut, Mas?” tanya Katarina pelan.Rafka kini mendongakkan kepalanya, menatap Katarina dengan penuh selidik. Satu gelengan kepala Rafka membuatnya sedikit kesal. Katarina kembali menarik napasnya pelan.“Aku akan pergi bersama Rengga untuk urusan bisnis, ngapain kamu ikutan. Nanti ngerepotin aku lagi,” keluh Rafka.Katarina menatap Rafka dengan sangat dalam, lelaki yang ada di depan laptop saat ini benar-benar pilihan Rio. Ia mengulas tawa sebagai penutup kesedihannya.“Memangnya Rengga lebih penting dari aku ya, Mas?” tanya Katarina penuh selidik.“Kamu sendiri tahu kalau Rengga itu partner bisnis aku, memangnya kenapa dengan Rengga?” kelit Rafka dengan berbagai pertanyaan.“Oh iya, Rengga

    Last Updated : 2023-06-04
  • Suami Wasiat Kakek    Sudut Cafe lencana ungu

    “Atalas, kamu beneran gak papa? Kakinya lebam dibawa ke dokter saja bagaimana? Atau mau dipanggilkan dokter aja?” tanya Katarina panjang lebar.“Kak, ini hanya lebam biasa. Dikompres juga nanti mendingan,” jawab Atalas dengan tangan kanan mengusap pipi Katarina.Katarina membelalakkan matanya, kini ia merasakan pipinya diusap oleh lelaki yang notabene saudara sepupu Rafka. Tanpa basa-basi ia menepis tangan Atalas, mengulas senyum yang sangat ia paksakan.“Atalas, maaf aku tidak nyaman.” Katarina beranjak meninggalkan Atalas.“Kak, maaf! Aku tadi reflek mengusap pipi ranummu, duh,” kelit Atalas keceplosan.“Kak Kata,” panggil Elegi yang baru saja datang dengan senyum ramahnya.“Hei, Elegi. Temani aku yuk,” ajak Katarina menarik tubuh adik iparnya itu.“Eh, Kak. Ada apa?” tanya Elegi sembari mengikuti langkah Katarina.Katarina hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Elegi, langkahnya tidak terhenti begitu saja. Ia dengan sigap mengambil tas dan ponselnya.“Kita ke cafe sebentar,” bisik Ka

    Last Updated : 2023-06-06
  • Suami Wasiat Kakek    Sebuah Foto Bersama Refaldy

    Langkah Katarina dan Elegi terhenti di depan pintu rumah yang masih tertutup, keduanya masih saling diam bertatapan. “Tumben banget ayah tutup pintu sore-sore,” Elegi bertanya-tanya dengan menaikkan sebelah alisnya. “Kamu mikir apa memangnya? Ayahmu memang aneh dari pertama aku ke rumah ini!” Katarina membuka pintu rumah dengan perlahan. “Ngawur kamu, Kak!” gertak Elegi. Sepi dan sunyi dirasakan Katarina, ‘Untuk apa ayah meminta kami pulang kalau dia saja tidak di rumah?’ Katarina menggumam. Katarina masih berdiri tegak di depan pintu yang sudah terbuka, ia tidak kunjung masuk ke dalam rumah yang terlihat sangat sepi itu. “Ayo masuk, ngapain berdiri depan pintu! Pamali kak!” Elegi hari ini suka sekali mengoceh panjang lebar. “Katarina,” panggil Pramana lirih. Pramana berjalan dari ruang keluarga dengan pelan, tangannya yang dilipat di depan dada itu memberikan pandangan yang berbeda dalam dirinya. Tatapannya nyalang seperti singa yang siap menerkam siapa saja mangsanya. “I-iy

    Last Updated : 2023-06-07
  • Suami Wasiat Kakek    Kepulangan Rafka Secara Tiba-tiba

    “Mas, kamu ini maunya apa sih?” gumam Katarina pelan. Dua pesan Rafka yang membuatnya menggelengkan kepala berulang, tidak biasanya lelaki itu mengirimkan pesan seperti itu. Jika dipikir-pikir dulu Rafka tidak peduli dengan Katarina yang jalan berdua dengan lelaki. Atau tanpa sengaja bertemu dengan laki-laki, seperti saat di cafe waktu itu. ‘Memangnya dia melihat aku saat itu? Sampai-sampai aku percaya kalau dia begitu peduli?’ tanyanya dalam hati. Kamar dengan nuansa biru itu sunyi tanpa adanya Rafka, biasanya Katarina sudah mendengar suara keyboard bersahutan. Mata itu mulai menilik ke arah meja kerja Rafka yang tidak ada orangnya, langkah kaki yang pelan menuju meja kerja. Ia mendudukkan dirinya di kursi itu, mencoba seberapa nyaman kursi itu hingga Rafka betah berlama-lama. “Pantas saja Mas Rafka nyaman di sini, kursinya empuk banget. Ha ha ha,” gurau Katarina terkekeh norak. “Norak kamu, Katarina!” hardiknya kepada diri sendiri. Katarina menikmati duduk di kursi kerja Rafka

    Last Updated : 2023-06-07
  • Suami Wasiat Kakek    Kegaduhan di meja makan

    “Ngapain kamu? Teriak malam-malam, nanti orang pada curiga sama kamu!” hardik Rafka keras.Katarina masih diam dan berharap Rafka akan mendekatinya, merasakan indahnya hubungan keduanya. Dekapan Rafka yang hangat dengan tatapan teduh bak kutub itu. Sepertinya Katarina terlalu berkhayal dengan suaminya yang seperti kutub utara yang enggan mencair itu. “Katarina!” teriak Rafka keras.“Kamu ini ditanya malah melamun! Jangan berisik aku mau tidur!” pekiknya keras.Katarina masih asik dengan khayalannya, tidak peduli Rafka sudah berteriak kencang pagi itu. Kehalusannya sudah tidak dapat dihentikan begitu saja. Harapannya pupus saat ia teringat jika Rafka memang se-dingin itu kata Elegi.“Kalau halu jangan ketinggian! Jatuhnya sakit,” gerutu Katarina lirih.Kini ia menarik selimut hingga setinggi dada, beberapa kali ia mengalihkan pandangannya dari atap kamar ke arah Rafka. Lelaki yang napasnya terlihat teratur itu membuat Katarina tidak mampu berkata-kata. Seorang lelaki tampan itu kenapa

    Last Updated : 2023-06-08

Latest chapter

  • Suami Wasiat Kakek    Bahagia Untuk Selamanya

    "Sudahlah, Ayah. Sekarang keadaan sudah lebih baik, ayah juga sekarang memiliki cucu yang lucu dan menggemaskan. Tidak perlu mengingat masalalu yang sudah-sudah," jelas Rafka panjang. "Benar juga!" Pramana menepuk pundak Rafka dengan terkekeh. Dua pria itu kini berjalan keluar dari ruangan bayi, menemui Elegi untuk bertanya ruang inap Katarina. Sepanjang koridor Rafka merasa senang sekaligus terharu. "Raf, kamu sudah mengabari Rengga? Ayah rasa dia sangat cemas denganmu yang selama beberapa jam ini sibuk menemani Katarina di ruang bersalin," ujar Pramana. Rafka hanya mengangguk, sudah beberapa jam ponsel itu tidak ia sentuh. Beberapa pesan dan telepon masuk dari Rengga. "Ayah duluan saja, ini Rengga mau telepon," ucapnya. Tidak berselang lama ponsel itu bersering, notifikasi telepon masuk dari Rengga. "Halo, ke mana aja?!" tanya Rengga dengan keras dari seberang. "Katarina lahiran, ada apa? telepon banyak banget, tadi ponselnya mati," jelas Rafka tanpa di minta. "Wah aku jadi

  • Suami Wasiat Kakek    Lahirnya bayi pewaris

    "Aku mau hidup sama kamu seumur hidup aku," bisik Rafka dengan memeluk tubuh istrinya. Katarina hanya pasrah dalam dekapan Rafka, ia menitikkan air matanya. Ucapan Rafka membuat hati Katarina tersentuh dalam. Jarang sekali Rafka mengatakan kalimat magic tersebut. "Mas, aku juga ingin bersamamu seumur hidupku, jangan lagi menjadi dingin seperti es batu, ya!" tegas Katarina terisak. Keduanya saling menguatkan satu sama lain, enggan melepas pelukan satu sama lain. Malam itu semua hal terasa sangat menguras air mata, namun dalam hati Katarina paling dalam ia ingin bahagia bersama Rafka. "Kita jaga anak ini sama-sama, dan kita akan menjadi orang tua kebanggaan mereka!" ucap Rafka dengan antusias. "Iya, mereka akan sangat bangga dengan kita, Mas!" ujar Katarina keras. *** Tiga bulan setelah perubahan Pramana, laki-laki paruh baya itu mempersiapkan semua kebutuhan acara tujuh bulanan Katarina. Dan hari ini adalah waktu acaranya, seluruh rumah didekorasi dengan sangat cantik dan Elegan

  • Suami Wasiat Kakek    Perubahan Pramana

    "Ayah, ada apa?" tanya Rafka dengan penasaran saat Pramana diam tidak melanjutkan ucapannya. "Em, Ayah sudah memikirkan sesuatu tentang ... anak kalian," ucap Pramana dengan ragu. Rafka dan Katarina berakhir saling menatap, keduanya tidak percaya akan ucapan Pramana. Sejak di awal kehamilan Katarina, Pramana terlihat acuh dan tidak peduli sama sekali. "Maksud ayah apa?"" tanya Katarina lirih. "Acara tujuh bulanan anak kembar kalian biar ayah yang persiapkan. Terus ayah juga kepikiran menyumbang nama untuk anak kalian nanti," jelas Pramana dengan antusias. "Hah! ini ayah serius?" tanya Rafka dengan penuh keraguan. Matanya masih memicing ke arah Pramana yang kini duduk di hadapannya. Laki-laki yang dulunya sangat menentang keras hubungan keduanya kini luluh karena kabar bayi kembar? "Iya, ayah sudah mencari vendor yang bagus untuk acara tujuh bulanan anak kalian. Terus ayah sudah memikirkan nama anak yang sangat lucu, sayangnya kita belum tahu ya jenis kelaminnya," keluh Pramana

  • Suami Wasiat Kakek    Hari USG

    "Hm," singkat jawaban Pramana beranjak meninggalkan Rafka begitu saja. 'Ada apa dengan ayah? kenapa dia tidak suka aku punya anak, bukannya ini hal baik ya dia akan menimang cucu dari anak sulungnya,' gumam Rafka dalam batinnya. Rafka hanya menghela napas panjang, ia berjalan masuk ke dalam rumah. Melihat tingkah Pramana yang seolah biasa saja, membuat perasaan Rafka sedikit kacau dan takut. "Tapi ayah tidak akan berbuat yang macam-macam pada Katarina, em lagian semua asetnya sudah aku kembalikan sesuai janji. Kalau ayah masih nekat mencelakai Katarina, seharusnya dia tahu apa akibatnya," ucap Rafka sepanjang langkah ke kamar. "Kak!" seru Elegi keras. Rafka menoleh, "Ada apa, El?" tanya Rafka dengan ketus."Gak apa-apa, cuma manggil aja. Kak Kata di mana, Kak?" tanya Elegi lagi. "Kamar," singkat jawaban Rafka lalu beranjak meninggalkan adiknya. *** Saat tiba di kamar, Rafka melihat Katarina sudah bangun dari tidurnya. Hanya saja ia hanya duduk diam di ranjang, matanya menatap

  • Suami Wasiat Kakek    Calon Bapak Baru

    "Raf, maaf ganggu. Ini ada meeting yang kamu harus datang," ucap Rengga di telepon. "Emang gak bisa diwakili? biasanya juga kamu yang wakili," tanya Rafka sedikit berbisik."Enggak bisa, client pengennya kamu yang presentasi. Udah sempet aku rayu tapi tetep gak mau," jelas Rengga. "Siapa sih, Reng?" tanya Rafka dengan tegas. Rengga sejenak diam, ditelpon Rafka sudah menunggu jawaban dengan penuh tanda tanya. "Andini," singkat jawaban Rengga membuat Rafka bungkam. "Duh, aku lagi gak bisa ninggal Katarina sendirian di rumah. Reng, Katarina hamil, badannya masih belum kuat banget trimester pertama," jelas Rafka dengan antusias. "Terus ini gimana? Andini tetep minta kamu," tegas Rengga. Sejenak Rafka menghela napasnya, berpikir panjang apakah ia bisa meninggalkan Katarina 1-3 jam saja. "Gimana? aku butuh jawaban," tegas Rengga di telepon. "Bentar aku mikir!" gertak Rafka. Rafka mempertimbangkan banyak hal, meeting hanya 1-3 jam. Akan tetapi, keselamatan Katarina selama 1-3 jam i

  • Suami Wasiat Kakek    Kabar Yang Ditunggu

    "Kak!" teriak Elegi keras dari luar kamar.Mata Katarina dan Rafka kini tertuju pada pintu, percakapan itu terhenti begitu saja. Rafka segera beranjak ke pintu, menemui Elegi yang secara tiba-tiba mengetuk pintu dan berteriak sangat keras. "Ada apa?" tanya Rafka setelah membuka pintu. "Em, itu, ayah aneh banget!" gerutunya. "Terus? kamu ngapain malem-malem ke sini?" tanya Rafka dengan sedikit keras."Gak apa-apa sih, cuma pengen iseng aja," Elegi terkekeh lalu berlari ke kamarnya. Rafka hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah adiknya yang sangat aneh itu. Kini ia hanya memijit pelan pelipisnya yang terasa sakit. "Mas, ada apa?" tanya Katarina lirih. "Adik iparmu, cari ribut mulu," jawab Rafka terkekeh."Apa katanya?" Katarina berbalik tanya dengan melihat tangan Rafka yang memijit pelipisnya. pria itu hanya menggelengkan kepalanya, merebahkan tubuhnya di dekat Katarina. secara tiba-tiba Katarina ikut memijat pelipis Rafka, tanpa permisi dan basa-basi. "Pusing ya? kamu k

  • Suami Wasiat Kakek    Penawaran Diterima

    “Raf, apa ini tidak berlebihan?” tanya Pramana dengan tatapan sendu.‘Ada masalah apa dia mengatakan ini berlebihan? Bukannya dia sendiri yang membuat ulah hingga kejadiannya seperti saat ini,’ batin Rafka bertanya-tanya.“Bagiku ini sudah tepat, ayah!” tegas Rafka.Matanya melihat Pramana yang sibuk memainkan tangannya berulang, laki-laki paruh baya itu terlihat ragu. Rafka yang tidak ada ampun mendesak ayahnya untuk memberi jawaban.“Gimana? Apakah ayah sudah memiliki jawaban?” tanya Rafka dengan suara sedikit mendesak. [“Raf … berikan ayah waktu untuk berpikir dan mempertimbangkannya sedikit lagi. Sepertinya waktu setengah jam masih kurang,” jawabnya dengan menghindari pandangan Rafka.“Tidak, ayo berikan jawaban ayah sekarang, aku tidak punya banyak waktu!” ujar Rafka dengan tegas.Pramana kini duduk menghadap Rafka, helaan napas panjang yang sempat terlihat oleh Rafka. Pria paruh baya itu hanya menunduk pilu, terlihat keresahan yang ada dalam dirinya.“Bagaimana ayah? Apa ayah m

  • Suami Wasiat Kakek    Gertakan Tanpa Ragu

    “Loh, Ra ....” Belum sempat Pramana melanjutkan ucapannya Rafka sudah menyangkal perkataan laki-laki paruh baya itu. “Bubar kalian semua!” teriak Rafka keras. Rafka saat itu hanya memijit pelipisnya pelan, tangan kanannya kini mempersilakan Katarina dan Elegi untuk masuk ke kamar. Meja ruang tamu yang kini berisi berbagai minuman dengan bau sangat menyengat. “Pamit dulu, Pram,” ujar seorang teman dengan membawa beberapa temannya. Mata Rafka hanya menatap nyalang ke arah Pramana, ia sudah keheranan dengan tingkah ayahnya yang tidak henti-hentinya berulah. “Ikut aku!” ujar Rafka dengan berjalan ke ruang kerjanya. Rafka menghela napas panjang, matanya masih tertuju pada laki-laki yang kini berdiri dengan wajah biasa saja. Pramana hanya mengulas senyum tipis tanpa banyak bicara. “Ada apa?” tanya Pramana tanpa berdosa. “Masih bisa tanya ada apa? Ayah, apa yang kamu lakukan beberapa hari setelah aku berangkat ke Yogyakarta? Pantas begitu!” dengan suara keras Rafka membentak

  • Suami Wasiat Kakek    Sudah Terjadi!

    “Jadi selama aku tidak pulang ke rumah ayah berbuat ulah ya, Kak. Seharusnya aku tidak meninggalkan rumah dan menjaga ayah,” ucap Elegi dengan suara purau.Usapan pelan pada pundak kiri Elegi dari Edgar membuatnya menoleh. Rafka yang menedengar ucapan ELegi semakin banyak beban di kepalanya.“Enggak apa-apa, semuanya sudah terjadi,” ujar Rafka.“Aku tidak paham lagi dengan maksud ayah, tapi kalau kakak butuh bantuan untuk ngobrol sama ayah aku bantu,” tegas Elegi dengan antusias.“El, terima kasih ya sudah mau membantu kakak menyelesaikan semua ini,” ucap Rafka dengan senyum yang terulas di bibirnya.Katarina hanya mendengarkan percakapan adik dan suaminya, ia merapal doa untuk apa pun yang mereka lakukan. Ia masih merasa sangat bersalah dengan apa yang sudah terjadi, mungkin jika Atalas masih hidup semua kejadian yang terjadi sekarang tidak akan terjadi.“Em, Mas, El. Maafkan aku ya, akibat dari kejadian yang bermula dari aku semuanya jadi seperti saat ini,” ungkap Katarina dengan m

DMCA.com Protection Status