Beranda / Pernikahan / Suami Wasiat Kakek / Ajakan Makan Siang

Share

Ajakan Makan Siang

Penulis: YL Wanodya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kakak!” teriak Elegi keras.

Dua pasang mata yang sedari tadi sibuk mengobrol itu menatap nyalang ke arah Elegi. Rasa panik itu menyeruak di tubuh Elegi. Perlahan langkah kaki Atalas dan Pramana semakin dekat, elegi terpojok di sebuah sudut rumah. Ia tertahan di tembok pembatas antara dapur dan ruang keluarga.

“Kamu denger apa?” tanya Pramana menyelidik.

“A-ayah, aku tidak dengar apa-apa. Ha-ha-hanya nama Kak Katarina yang disebut berulang-ulang,” jawab Elegi dengan suara terbata-bata.

Elegi tidak berani menatap mata Pramana yang sedari tadi mengamatinya, ia hanya menundukkan kepala lekat. Tangannya yang perlahan ditarik Atalas, tubuhnya tertarik mendekat dengan tubuh Atalas yang lebih tinggi darinya.

“Dengarkan aku, Elegi. Jangan mengatakan apa pun pada siapa pun tentang apa yang kamu dengar. Tentang apa yang kamu lihat tanpa sengaja, tentang apa pun yang baru saja kamu ketahui. Apa kamu paham!” bisik Atalas dengan suara yang mengancam.

“I-iya, Kak.” Elegi berlari meninggalkan dua la
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Wasiat Kakek    Ujaran Kebencian

    ‘Atalas lagi,' batin Rafka kesal.Ia melihat Katarina berlari terseok-seok dari sudut pojok restoran itu, Rafka hanya menatap nyalang ke arah Atalas yang berdiri tidak jauh dari Katarina. Mengapa ada laki-laki itu di sini? Sedangkan Rafka hanya mengirim pesan ke Katarina saja.“Mas, lama banget!” gerutu Katarina.“Ban mobil sempet bocor, udah makan? Kalau udah kita pindah saja,” tanya Rafka dengan menatap nyalang ke Atalas.Menyadari tatapan nyalang Rafka pada Atalas yang tidak jauh darinya. Katarina menarik tangan Rafka, membiarkan laki-laki itu masuk ke mobilnya. Tidak menghiraukan Rafka yang wajahnya mulai datar tanpa ekspresi.“Pak Antok, jalan ya,” ujar Katarina pelan.Atas perintah Antok hanya mengikuti ujaran Katarina, meski ia tidak tahu ke mana tujuannya kali ini. Rafka yang secara tiba-tiba mengutarakan tujuannya itu membuat Antok paham.“Tuan, Non sudah sampai,” ucap Antok lirih.Katarina keluar terlebih dahulu, menunggu Rafka yang tanpa basa-basi berjalan cepat meninggalka

  • Suami Wasiat Kakek    Ucapan Karyawan Jahat!

    “Bella, jaga ucapanmu! Sopankah begitu ke istri saya?” gertak Rafka dengan keras.Semua pasang mata tertuju pada Bella yang terlihat biasa saja, pertanyaannya itu mampu membuat Katarina diam tidak berkutik. Rasa malu dalam diri Katarina seperti orang tanpa pakaian, ia tidak pernah mengira jika kedatangannya ke kantor Rafka akan membuat suasana sangat rancu.“Katarina, ayo masuk! Jangan dengarkan ucapan karyawan tidak tahu diri itu!” pekik Rafka keras.Langkahnya yang diikuti Katarina di di belakangnya, Bella yang masih diam tidak berani menjawab pertanyaan Rafka. Ia hanya menatap gusar langkah Rafka yang semakin menjauh dari jangkauannya.“Bel, kalau ada apa-apa aku gak bisa bantuin ya. Kamu berani banget ngatain Bu Katarina, kalau Pak Rafka murka bisa aja kamu dipecat,” bisik Jeni dengan penuh rasa takut.“Kalau dipecat ya tinggal angkat kaki, apa susahnya cari kerja lagi. Lagian gaji di sini dikit,” bisik Bella diakhir percakapan.“Kamu gila apa! Di kantor ini gajinya paling gede, l

  • Suami Wasiat Kakek    Perubahan Pramana

    ‘Bagaimana bisa dia bertanya seperti itu? Padahal aku hanya ingin pulang cepat karena kelelahan berkeliling di kantor bersama Rengga,' batin Katarina dalam benaknya.Saat ia sampai di lobi kantor Rafka, ia melihat sosok Atalas dengan motornya ada di halaman kantor. Katarina tidak sempat bertanya banyak, ia berjalan menghampiri Atalas dengan langkah pelan. Seperti sedang menunggu seseorang. Tanpa bertanya banyak, Atalas menyambut Katarina dengan memberikan sebuah helm. Tanpa menolak Katarina langsung naik ke motor Atalas, daripada menunggu Antok pikirnya.‘Kenapa aku asal naik ya, bagaimana kalau Atalas sudah ada janji dengan orang lain?’ tanya Katarina dalam benaknya.“Ta, kamu tadi nunggu siapa?” tanya Katarina saat motor itu sudah melaju.“Nunggu kakak, tadi sempet ngobrol sama Antok. Aku sudah bilang mau jemput kakak, jadi Antok diam di rumah,” jelasnya.Katarina hanya menganggukkan kepalanya tanda paham, tanpa banyak bicara motor itu melaju membelah jalanan kota Malang. Keduanya m

  • Suami Wasiat Kakek    Ucapan Terima Kasih

    Rafka yang baru saja datang itu membelalakkan matanya, seorang istrinya duduk berdua dengan sepupunya. Katanya ia hanya ingin pulang, namun mengapa saat ia sampai di rumah malah asik bersama sepupu? Rafka hanya diam memilih beranjak tanpa mempedulikan Katarina. “Mas, Mas!” panggil Katarian berulang. “Ada apa?” tanya Rafka singkat. “Aku harus pergi ke Yogyakarta minggu depan, Katarina,” ucapnya lirih. “Apa?” teriak Katarina nyaring. Rafka awalnya ingin membatalkan rencananya ke Yogyakarta dan menugaskan Rengga dan Eldito, namun setelah melihat Katarina asik mengobrik dengan Atalas sore ini. ia membulatkan tekadnya untuk tetap pergi ke Yogyakarta atas urusan kantor. “Ada urusan rapat di Yogyaarta, Kata. Aku tidak bisa menolak hal itu kamu tahu sendiri waktu itu aku pulang cepat. Tapi, kali ini akan lebih lama meninggalkanmu di Malang,” jelas Rafka dengan berat hati. “Mas, gak bisa ya aku ikut kamu?” matanya berkaca-kaca seolah tidak ingin ditinggal begitu saja. “Tidak bisa, Katar

  • Suami Wasiat Kakek    Teguran

    Iya, pergi saja. Istrimu aku ambil setelah kamu pulang,' batin Atalas mengulas senyum.“Kamu sering ke luar kota ya, Raf,” ujar Atalas lirih.“Banyak proyek di luar kota yang gak bisa aku tinggal, jadi ya mau gak mau harus pergi. Lagian aku juga gak begitu percaya selain Rengga, makanya aku berangkat sendiri,” jelas Rafka.Atalas menatap ke arah Katarina yang ada di sebelah Rafka, lelaki itu mengulas senyum tipis menggoda. Katarina terlihat menundukkan kepalanya, Atalas masih menatapnya lekat tanpa mempedulikan tatapan Rafka yang sinis.“Rafka, masih banyak cara agar kamu tetap di Malang,” ujar Pramana.“Tidak bisa, Ayah. Aku sudah konfirmasi semuanya untuk pemberangkatan, aku akan tetap berangkat ke Yogyakarta. Ada apa memangnya?” pertanyaan menggantung dari Pramana untuk Rafka.“Sudahlah, Ayah. Kak Rafka emang harus kerja ke Yogyakarta, gak usah dihadang atau gimana,” elak Elegi dengan tetap fokus pada makanan di hadapannya.“Ya sudahlah, mau bagaimana lagi,” Pramana pasrah.Suasana

  • Suami Wasiat Kakek    Tragedi Malam Itu

    Apa aku lagi mimpi?’ batin Katarina dalam lamunannya.Ia hanya mengulas senyum simpul, matanya menatap sekeliling dengan lekat. Katarina tidak sadar jika dari tadi ia menjadi tontonan, entah apa yang membuatnya tidak sadar.“Ada apa ya?” tanyanya polos.Elegi menghela napasnya panjang, ingin sekali berteriak sekeras mungkin. Akan tetapi ia sadar ini di ruang makan, ada etika yang harus ia jaga. Akhirnya ia hanya mengulas senyum simpul.“Kakak tadi melamun, dipanggil kencang pun kakak gak menoleh. Hanya fokus pada satu titik aja, pada Kak Rafka,” jelas Elegi singkat.Katarina yang merasa malu itu menutup mulutnya dengan dua tangan. Gugup resah dan gelisah ia rasakan secara bersamaan. Ia hanya bisa menatap Rafka lekat dari ekor matanya.“Emang benar begitu ya, Mas?” tanya Katarina lirih.“Iya. Kamu melamunin apa memangnya?” tanya Rafka yang menoleh ke Katarina.“Ga-gak ada,” jawab Katarina gugup.Wanita itu beranjak dari tempat duduknya, membiarkan semua orang menatapnya kembali. Ia ing

  • Suami Wasiat Kakek    Mimpi Aneh Katarina

    “Tidurlah, rapikan besok!” tegas Rafka.“Mas ....” panggilnya lirih.“Apa kamu tidak dengar? Tidurlah, rapikan besok. Sudah malam kamu tidak teliti, daripada hilang mending kamu tidur sekarang!” gertak Rafka dalam sekali napas.Deg! Tanpa basa-basi Katarina langsung mengambil langkah ke ranjang, ia tidak ingin ucapan Rafka semakin membuat hatinya terluka. Ia menarik selimut hingga menutupi ujung tubuhnya, memejamkan mata yang ingin menangis itu dengan terpaksa.***“Mas, kamu mau ngapain?” tanya Katarina menyelidik saat Rafka tiba-tiba mendekatinya.“Beberapa kali kamu meminta kepastian siapa kamu dalam hidupku, kamu istriku dan akan selalu begitu,” bisik Rafka sembari mengangkat dagu Katarina perlahan.Jari telunjuk Rafka mulai menyentuh kulit lengan Katarina perlahan dan sangat lembut. Darah dalam tubuh Katarina berdesir, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tidak paham akan apa yang terjadi dalam dirinya, ada perasaan aneh yang menggelayut dalam tubuhnya.‘Mas, aku tid

  • Suami Wasiat Kakek    Penjemputan Paksa

    Atalas berlari kencang ke arah Katarina dan Elegi, mata ibu-ibu komplek itu mulai membelalak. Cibiran tidak terhenti dari mulut ke mulut, Katarina yang melihat Atalas hanya mengulas senyum.“Pulang, Kak, El. Biarkan anjing menggonggong tidak berhenti, orang iri gak bisa diam memang,” pekik Atalas keras.“Dasar anak tidak tahu diri! Dulu kecilnya di didik baik malah pas gede belain cucu pungut!” seru salah satu ibu-ibu komplek itu.Katarina hanya menatap lekat ke arah ibu-ibu itu, tatapan nyalang yang terkesan penuh dengan emosi. Ia berjalan pelan ke arah salah satu ibu dengan postur sedikit berdiri.“Bu,aku makan tidak meminta ke ibu. Jadi, aku minta tolong ini mulutnya direm, bisa?” tanya Katarina dengan tatapan nyalang lekat ke arah ibu itu.“Mulutku, ya suka-suka aku!” teriaknya.“Oke, nih rasain!” dengan sengaja Katarina menyumpalkan tisu ke arah ibu berisi itu.Ia berlari kencang tanpa melihat ke belakang, Elegi tertawa melihat keberanian Katarina. Ketiganya berlari meninggalkan

Bab terbaru

  • Suami Wasiat Kakek    Bahagia Untuk Selamanya

    "Sudahlah, Ayah. Sekarang keadaan sudah lebih baik, ayah juga sekarang memiliki cucu yang lucu dan menggemaskan. Tidak perlu mengingat masalalu yang sudah-sudah," jelas Rafka panjang. "Benar juga!" Pramana menepuk pundak Rafka dengan terkekeh. Dua pria itu kini berjalan keluar dari ruangan bayi, menemui Elegi untuk bertanya ruang inap Katarina. Sepanjang koridor Rafka merasa senang sekaligus terharu. "Raf, kamu sudah mengabari Rengga? Ayah rasa dia sangat cemas denganmu yang selama beberapa jam ini sibuk menemani Katarina di ruang bersalin," ujar Pramana. Rafka hanya mengangguk, sudah beberapa jam ponsel itu tidak ia sentuh. Beberapa pesan dan telepon masuk dari Rengga. "Ayah duluan saja, ini Rengga mau telepon," ucapnya. Tidak berselang lama ponsel itu bersering, notifikasi telepon masuk dari Rengga. "Halo, ke mana aja?!" tanya Rengga dengan keras dari seberang. "Katarina lahiran, ada apa? telepon banyak banget, tadi ponselnya mati," jelas Rafka tanpa di minta. "Wah aku jadi

  • Suami Wasiat Kakek    Lahirnya bayi pewaris

    "Aku mau hidup sama kamu seumur hidup aku," bisik Rafka dengan memeluk tubuh istrinya. Katarina hanya pasrah dalam dekapan Rafka, ia menitikkan air matanya. Ucapan Rafka membuat hati Katarina tersentuh dalam. Jarang sekali Rafka mengatakan kalimat magic tersebut. "Mas, aku juga ingin bersamamu seumur hidupku, jangan lagi menjadi dingin seperti es batu, ya!" tegas Katarina terisak. Keduanya saling menguatkan satu sama lain, enggan melepas pelukan satu sama lain. Malam itu semua hal terasa sangat menguras air mata, namun dalam hati Katarina paling dalam ia ingin bahagia bersama Rafka. "Kita jaga anak ini sama-sama, dan kita akan menjadi orang tua kebanggaan mereka!" ucap Rafka dengan antusias. "Iya, mereka akan sangat bangga dengan kita, Mas!" ujar Katarina keras. *** Tiga bulan setelah perubahan Pramana, laki-laki paruh baya itu mempersiapkan semua kebutuhan acara tujuh bulanan Katarina. Dan hari ini adalah waktu acaranya, seluruh rumah didekorasi dengan sangat cantik dan Elegan

  • Suami Wasiat Kakek    Perubahan Pramana

    "Ayah, ada apa?" tanya Rafka dengan penasaran saat Pramana diam tidak melanjutkan ucapannya. "Em, Ayah sudah memikirkan sesuatu tentang ... anak kalian," ucap Pramana dengan ragu. Rafka dan Katarina berakhir saling menatap, keduanya tidak percaya akan ucapan Pramana. Sejak di awal kehamilan Katarina, Pramana terlihat acuh dan tidak peduli sama sekali. "Maksud ayah apa?"" tanya Katarina lirih. "Acara tujuh bulanan anak kembar kalian biar ayah yang persiapkan. Terus ayah juga kepikiran menyumbang nama untuk anak kalian nanti," jelas Pramana dengan antusias. "Hah! ini ayah serius?" tanya Rafka dengan penuh keraguan. Matanya masih memicing ke arah Pramana yang kini duduk di hadapannya. Laki-laki yang dulunya sangat menentang keras hubungan keduanya kini luluh karena kabar bayi kembar? "Iya, ayah sudah mencari vendor yang bagus untuk acara tujuh bulanan anak kalian. Terus ayah sudah memikirkan nama anak yang sangat lucu, sayangnya kita belum tahu ya jenis kelaminnya," keluh Pramana

  • Suami Wasiat Kakek    Hari USG

    "Hm," singkat jawaban Pramana beranjak meninggalkan Rafka begitu saja. 'Ada apa dengan ayah? kenapa dia tidak suka aku punya anak, bukannya ini hal baik ya dia akan menimang cucu dari anak sulungnya,' gumam Rafka dalam batinnya. Rafka hanya menghela napas panjang, ia berjalan masuk ke dalam rumah. Melihat tingkah Pramana yang seolah biasa saja, membuat perasaan Rafka sedikit kacau dan takut. "Tapi ayah tidak akan berbuat yang macam-macam pada Katarina, em lagian semua asetnya sudah aku kembalikan sesuai janji. Kalau ayah masih nekat mencelakai Katarina, seharusnya dia tahu apa akibatnya," ucap Rafka sepanjang langkah ke kamar. "Kak!" seru Elegi keras. Rafka menoleh, "Ada apa, El?" tanya Rafka dengan ketus."Gak apa-apa, cuma manggil aja. Kak Kata di mana, Kak?" tanya Elegi lagi. "Kamar," singkat jawaban Rafka lalu beranjak meninggalkan adiknya. *** Saat tiba di kamar, Rafka melihat Katarina sudah bangun dari tidurnya. Hanya saja ia hanya duduk diam di ranjang, matanya menatap

  • Suami Wasiat Kakek    Calon Bapak Baru

    "Raf, maaf ganggu. Ini ada meeting yang kamu harus datang," ucap Rengga di telepon. "Emang gak bisa diwakili? biasanya juga kamu yang wakili," tanya Rafka sedikit berbisik."Enggak bisa, client pengennya kamu yang presentasi. Udah sempet aku rayu tapi tetep gak mau," jelas Rengga. "Siapa sih, Reng?" tanya Rafka dengan tegas. Rengga sejenak diam, ditelpon Rafka sudah menunggu jawaban dengan penuh tanda tanya. "Andini," singkat jawaban Rengga membuat Rafka bungkam. "Duh, aku lagi gak bisa ninggal Katarina sendirian di rumah. Reng, Katarina hamil, badannya masih belum kuat banget trimester pertama," jelas Rafka dengan antusias. "Terus ini gimana? Andini tetep minta kamu," tegas Rengga. Sejenak Rafka menghela napasnya, berpikir panjang apakah ia bisa meninggalkan Katarina 1-3 jam saja. "Gimana? aku butuh jawaban," tegas Rengga di telepon. "Bentar aku mikir!" gertak Rafka. Rafka mempertimbangkan banyak hal, meeting hanya 1-3 jam. Akan tetapi, keselamatan Katarina selama 1-3 jam i

  • Suami Wasiat Kakek    Kabar Yang Ditunggu

    "Kak!" teriak Elegi keras dari luar kamar.Mata Katarina dan Rafka kini tertuju pada pintu, percakapan itu terhenti begitu saja. Rafka segera beranjak ke pintu, menemui Elegi yang secara tiba-tiba mengetuk pintu dan berteriak sangat keras. "Ada apa?" tanya Rafka setelah membuka pintu. "Em, itu, ayah aneh banget!" gerutunya. "Terus? kamu ngapain malem-malem ke sini?" tanya Rafka dengan sedikit keras."Gak apa-apa sih, cuma pengen iseng aja," Elegi terkekeh lalu berlari ke kamarnya. Rafka hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah adiknya yang sangat aneh itu. Kini ia hanya memijit pelan pelipisnya yang terasa sakit. "Mas, ada apa?" tanya Katarina lirih. "Adik iparmu, cari ribut mulu," jawab Rafka terkekeh."Apa katanya?" Katarina berbalik tanya dengan melihat tangan Rafka yang memijit pelipisnya. pria itu hanya menggelengkan kepalanya, merebahkan tubuhnya di dekat Katarina. secara tiba-tiba Katarina ikut memijat pelipis Rafka, tanpa permisi dan basa-basi. "Pusing ya? kamu k

  • Suami Wasiat Kakek    Penawaran Diterima

    “Raf, apa ini tidak berlebihan?” tanya Pramana dengan tatapan sendu.‘Ada masalah apa dia mengatakan ini berlebihan? Bukannya dia sendiri yang membuat ulah hingga kejadiannya seperti saat ini,’ batin Rafka bertanya-tanya.“Bagiku ini sudah tepat, ayah!” tegas Rafka.Matanya melihat Pramana yang sibuk memainkan tangannya berulang, laki-laki paruh baya itu terlihat ragu. Rafka yang tidak ada ampun mendesak ayahnya untuk memberi jawaban.“Gimana? Apakah ayah sudah memiliki jawaban?” tanya Rafka dengan suara sedikit mendesak. [“Raf … berikan ayah waktu untuk berpikir dan mempertimbangkannya sedikit lagi. Sepertinya waktu setengah jam masih kurang,” jawabnya dengan menghindari pandangan Rafka.“Tidak, ayo berikan jawaban ayah sekarang, aku tidak punya banyak waktu!” ujar Rafka dengan tegas.Pramana kini duduk menghadap Rafka, helaan napas panjang yang sempat terlihat oleh Rafka. Pria paruh baya itu hanya menunduk pilu, terlihat keresahan yang ada dalam dirinya.“Bagaimana ayah? Apa ayah m

  • Suami Wasiat Kakek    Gertakan Tanpa Ragu

    “Loh, Ra ....” Belum sempat Pramana melanjutkan ucapannya Rafka sudah menyangkal perkataan laki-laki paruh baya itu. “Bubar kalian semua!” teriak Rafka keras. Rafka saat itu hanya memijit pelipisnya pelan, tangan kanannya kini mempersilakan Katarina dan Elegi untuk masuk ke kamar. Meja ruang tamu yang kini berisi berbagai minuman dengan bau sangat menyengat. “Pamit dulu, Pram,” ujar seorang teman dengan membawa beberapa temannya. Mata Rafka hanya menatap nyalang ke arah Pramana, ia sudah keheranan dengan tingkah ayahnya yang tidak henti-hentinya berulah. “Ikut aku!” ujar Rafka dengan berjalan ke ruang kerjanya. Rafka menghela napas panjang, matanya masih tertuju pada laki-laki yang kini berdiri dengan wajah biasa saja. Pramana hanya mengulas senyum tipis tanpa banyak bicara. “Ada apa?” tanya Pramana tanpa berdosa. “Masih bisa tanya ada apa? Ayah, apa yang kamu lakukan beberapa hari setelah aku berangkat ke Yogyakarta? Pantas begitu!” dengan suara keras Rafka membentak

  • Suami Wasiat Kakek    Sudah Terjadi!

    “Jadi selama aku tidak pulang ke rumah ayah berbuat ulah ya, Kak. Seharusnya aku tidak meninggalkan rumah dan menjaga ayah,” ucap Elegi dengan suara purau.Usapan pelan pada pundak kiri Elegi dari Edgar membuatnya menoleh. Rafka yang menedengar ucapan ELegi semakin banyak beban di kepalanya.“Enggak apa-apa, semuanya sudah terjadi,” ujar Rafka.“Aku tidak paham lagi dengan maksud ayah, tapi kalau kakak butuh bantuan untuk ngobrol sama ayah aku bantu,” tegas Elegi dengan antusias.“El, terima kasih ya sudah mau membantu kakak menyelesaikan semua ini,” ucap Rafka dengan senyum yang terulas di bibirnya.Katarina hanya mendengarkan percakapan adik dan suaminya, ia merapal doa untuk apa pun yang mereka lakukan. Ia masih merasa sangat bersalah dengan apa yang sudah terjadi, mungkin jika Atalas masih hidup semua kejadian yang terjadi sekarang tidak akan terjadi.“Em, Mas, El. Maafkan aku ya, akibat dari kejadian yang bermula dari aku semuanya jadi seperti saat ini,” ungkap Katarina dengan m

DMCA.com Protection Status