"Aku tak yakin dia mau membantu dengan percuma begitu saja," gumam Azlan. Jenifer megambil kesempatan, ia menawari Azlan bantuan, tapi Azlan tak mempercayainya. Azlan meletakkan lagi ponselnya di atas nakas lalu tidur bersama dengan istrinya. Baru juga ingin terlelap, ketukan pintu depan membuatnya terjaga. "Siapa yang datang?" gumamnya sambil membuka selimut. Azlan keluar hendak membuka pintu, rupanya Nauma pun mendengar ketukan itu. Keduanya penasaran siapa yang bertamu saat malam seperti ini? Begitu pintu terbuka, Azlan dikejutkan dengan beberapa anggota kepolisian. "Selamat malam, kami mendapatkan perintah untuk menangkap anda atas dasar penipuan," ucap salah satu polisi. "Tidak, aku mohon jangan bawa suamiku!" pinta Nauma menahan tangan Azlan. Azlan memberontak saat tangannya sudah berada di dalam genggaman para polisi. Tanpa membuang waktu, polisi memborgolnya, lalu membawanya. Nauma terus manangis melihat suaminya dibawa paksa oleh petugas polisi. Azlan memandang istrinya
"Aku ingin memilikimu, aku tak perduli dengan statusmu," balas Jenifer. Azlan menggelengkan kepala saat mendengar perkataan Jenifer. 'Dasar wanita murahan,' batinnya. "Maksudmu?" tanya Azlan memastikan. "Aku ingin memilikimu meski tanpa sebuah hubungan, aku tak perduli, aku sangat mencintaimu," balas Jenifer. Anggaplah Jenifer bodoh karena diperbudak cinta, ia sungguh mengharapkan Azlan terus berada di sisinya meski tanpa ikatan pernikahan. Jenifer juga tak memperdulikan status yang dimiliki Azlan. Azlan terdiam sejenak, ia menimbang permintaan Jenifer, ia pun tak ingin terus berada di penjara dan jauh dari istrinya. 'Apa gue terima aja ya? Gue juga nggak mungkin mendapatkan uang sepuluh milyar untuk membayar denda itu?' batin Azlan. "Baik," balas Azlan. "Sungguhkah honey?" tanyaa Jenifer tak percaya. Jenifer terlihat sangat senang sekali dengan jawaban Azlan. "Tapi ada syaratnya," ucap Azlan lagi. "Apa itu honey? Apapun akan aku lakukan asal aku bisa memilikimu," balas Jenife
"Apa yang terjadi honey?" "Tak usah banyak tanya, kau ke sini saja bantu aku mengatasi kekacauan ini," pinta Azlan. Azlan mengubungi Jenifer untuk mengatasi masalah yang telah ia perbuat. Pejalan kaki terus mengetuk pintu mobil, meminta pertanggung jawabannya. Azlan merasa takut, ia sudah tak memiliki apapun jika korban meminta biaya pengobatan. Korban yang ditabrak memiliki banyak luka di tubuhnya. Azlan memberikan lokasinya pada Jenifer, ia menunggu dengan gelisah. Azlan memberanikan diri keluar dari mobil melihat keadaan korban. Banyak pengguna jalan memakinya, tak hanya memaki, bahkan Azlan mendapat serangan berupa pukulan di perut dan wajahnya. "Mentang-mentang punya mobil bagus seenaknya saja mengebut di jalan raya! Lihat! Dia terluka karenamu!" bentak salah satu pengguna jalan. "Maaf... maafkan aku," balas Azlan sambil memegangi perutnya. "Sekarang juga kau harus tanggung jawab, bawa dia ke rumah sakit dan obati," pinta pengendara lainnya. Tak berselang lama, Jenifer data
"Tidak, kau sangat cantik saat tanpa make up seperti ini," balas Azlan. Jenifer keluar dari kamar mandi tanpa sentuhan make up sama sekali, bahkan pakaiannya tak terbilang seksi. Ia mengunakan pakaian rumahan biasa, kaos panjang juga celana panjang. Tak telihat Jenifer seperti biasanya, kali ini hanya terlihat kelembutan di dalam dirinya. "Terima kasih honey," ucap Jenifer malu. Azlan melihat Nauma dalam diri Jenifer, sikap malu dan menggemaskan itu ada di dalam diri Jenifer. Azlan memajukan langkahnya, mendekat, lalu berdiri tepat di hadapan Jenifer. Tentu saja Jenifer merasa senang dengan reaksi yang diberikan Azlan, Jenifer pun ikut mendekat, hingga deru napas saling terasa satu sama lain. Jenifer dengan segala keberaniannya, mendekat lagi, lalu memeluk tubuh Azlan, ia juga mencium Azlan dengan segala cinta yang ia miliki. Bak gayung bersambut, Azlan menerima itu dan memberikan perlawanan. Mereka terhanyut dalam gairah cinta yang salah. Azlan melupakan pernikahannya, terhanyut
"Apa yang terjadi?" Azlan panik lalu menghampiri istrinya yang sudah tak sadarkan diri, dengan panik ia menggendong Nauma lalu membawanya ke rumah sakit. Rasa cemas melingkupi hatinya, ia tak tega melihat Nauma tanpa daya seperti ini. Tak dimunafikkan, rasa cinta untuk istrinya masih ada, meski terkikis kesalahan cinta yang baru saja ia perbuat. "Sabar ya sayang, sebentar lagi kita sampai," ucap Azlan meski tak didengar Nauma. Ia terus menggenggam tangan istrinya, sepanjang perjalanan ia terus berdoa akan keselamata Nauma. Wajah pucat Nauma terlihat jelas dalam pandangannya, membuat ia meneteskan air mata kesedihan. 'Maafkan aku Neng, kemarin aku mengkhianatimu,' sambungnya dalam hati. Begitu sampai di rumah sakit, ia langsung membawa Nauma ke ruang UGD. Petugas kesehatan langsung membawa Nauma ke ruang tindakan dan memeriksanya. Azlan menunggu dengan cemas, ia berjalan mondar-mandir di depan pintu UGD. Banyak mata memandang ke arahnya, tapi tak ia perdulikan. Tak berselang lama,
"Aku nggak marah kok, aku percaya padamu," balas Azlan. Yang terpenting baginya Nauma masih ada di hidupnya. Ia juga sudah berpikir jernih saat berada di apartemen Jenifer. Ia sangat yakin jika Nauma masih setia padanya, tapi ia tak menyesali perbuatannya kemarin bersama Jenifer. Azlan ingin hidup tenang, tanpa memikirkan uang dan pekerjaan. Uang bisa ia dapatkan dari Jenifer, bahkan jika ia penat dengan hidup, ia bisa mendatangi Jenifer dan bercinta dengannya kapan pun ia mau. "Tapi aku merasa ada yang bebeda darimu Kang," ucap Nauma. Azlan terkejut, ia langsung menghentikan laju mobilnya, lalu menoleh pada istrinya. 'Apa ini yang namanya insting seorang istri?' ucapnya dalam hati. "Kenapa kamu berkata seperti itu? Aku masih sama seperti dulu, masih menyayangimu," balas Azlan. "Ya, aku percaya. Mungkin hanya perasaanku saja." Nauma memalingkan wajahnya menghadap luar jendela. Sedangkan Azlan melajukan lagi mobilnya menuju kontrakan. Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan yang
"Tak mungkin Akang selingkuh, atau Akang belum mau memiliki anak dulu sebelum dapat pekerjaan?" tanya Nauma pada dirinya sendiri. Nauma melangkahkan kaki menemui Azlan, ia ingin mencari jawaban atas rasa penasarannya. Obat dan alat kostrasepsi sudah berada di tangannya, ia remas dengan sangat kuat. Nauma tak ingin menunda kehamilan karena memang ia menginginkan seorang anak untuk menemani hidupnya. "Kang, ini apa? Aku menemukannya di tasmu," tanya Nauma. Azlan bangkit dari posisinya, ia terkejut Nauma menemukan alat konstrasepsi yang baru saja ia beli untuk dirinya dan juga Jenifer. Matanya membulat berlari merebut kostrasepsi dari tangan Nauma. "I-ini sengaja aku beli untuk kita Neng," balas Azlan kikuk. "Untuk kita? Apakah Akang tak menginginkan kehadiran seorang anak di keluarga kita?" "Tentu saja mau, tapi aku tak ingin sekarang, sekarang aku hanya pengangguran, aku takut tak bisa menghidupinya," balas Azlan mencari alasan. "Aku tak mau menggunakan itu," tolak Nauma. "Baikl
"Kau bisa mendapatkan lebih dari itu, honey." "Sungguhkah honey? Sekarang juga kita ke aparteman ya," pinta Jenifer antusias. "Jangan di sana, kita ke rumahku saja,"balas Azlan. Azlan mengajak Jenifer ke rumahnya, rumah pemberian Agnes dulu. Sebenarnya sudah lama ia ingin tinggal di rumah mewah itu, tapi Nauma tak ingin tinggal di sana. Kali ini Azlan akan menempati rumah itu bersama dengan Jenifer. Azlan yakin Nauma tak akan mengetahuinya karena ia bilang pada istrinya jika rumah itu sudah dijual. Tentu saja Jenifer merasa senang, meski ia hanya seorang simpanan, tapi ia bahagia bisa hidup bersama dengan pria yang ia cintai. "Kamu mau tinggal di sini kan?" "Tentu honey, aku mau," balas Jenifer cepat lalu mencium pipi Azlan. "Tapi aku tak bisa bermalam di sini, kau tak masalah jika di rumah besar ini sendirian?" Jenifer menggelengkan kepala. "Tetntu saja tak masalah, aku pun sudah terbiasa tinggal sendiri karena kak Jhon sering pergi ke luar Negeri." Mereka masuk saling bergan
"Kenapa saat hatiku sudah memilihmu jusrtu kau yang menghilang?" gumam Nauma sambil berjalan mencari taksi.Rumah Azlan yang ia datangi ternyata sudah dijual, tapi ia tak putus asa. Nauma mengunjungi Strar Entertaint, agensi tempat Azlan bekerja. Nauma pikir Azlan masih menjadi artis dan bekerja dengan Agnes."K-kamu Nauma?" tanya Fero yang tak sengaja melihat Nauma memasuki lobi kantornya."Ya, ini aku. Sudah lama kita tak bertemu," balas Nauma."Kau sudah berubah sekali, semakin cantik dan mempesona. Oh ya, untuk apa kau ke sini?" tanya Fero."Apakah Azlan ada di sini? Aku mencari ke rumahnya tapi ia tak tinggal di sana lagi, nomor ponselnya pun sudah tak aktif lagi," tanya Nauma.Fero mengembuskan napas saat mendengar pertanyaan Nauma. "Dia sudah tak bekerja di sini lagi, sekarang dia tak memiliki pekerjaan, semua harta yang diberikan Mr. Jhon pun sudah diambil dan dia sudah tak memiliki apapun. Tapi untuk apa kau mencarinya, bukankah kau sudah menikah dengan Mr. Jhon?" tanya Fero
"Kenapa Azlan, Nak?" tanya Ibu Tomi sambil berlari karena mendengar teriakan anaknya."Kak Azlan tak sadarkan diri, Bu. Lebih baik kita bawa ke rumah sakit sekarang," balas Tomi cemas.Tomi dan ibunya membawa Azlan ke rumah sakit terdekat, sepanjang perjalanan ia merasa cemas karena keadaan Azlan. Wajahnya sudah terlalu pucat, mata menghitam dan terlihat lebih kurus dari biasanya.Ia melajukan mobil dengan kecepatan penuh tanpa memperdulikan makian pengguna jalan lainnya. Ibu Tomi pun merasa cemas karena tak biasa berada di jalan raya dengan kecepatan seperti ini."Hati-hati, Nak," ucap Ibu Tomi memperingati anaknya.Begitu sampai di rumah sakit mereka langsung melarikan Azlan ke ruang UGD. Dalam perjalanan menuju UGD mereka bertemu dengan Fero yang kebetulan sedang syuting di rumah sakit untuk film terbarunya. Fero pun membantu Tomi mendorong brangkar pasien."Apa yang terjadi? Mengapa ia jadi seperti ini?" tanya Fero."Nanti aku ceritakan, yang penting kondisi Kak Azlan membaik dulu
"Maaf Nyonya. Semua biaya atas nama Axcel sudah dilunasi," ucap petugas administrasi saat Nauma ingin membayar tagihan rumah sakit."Siapa yang telah membayarnya?" tanya Nauma penasaran."Pria yang mendonorkan mata untuk anak anda."Nauma terkejut dengan apa yang ia dengar. Azlan menjalankan peran sebagai Orangtua yang sesungguhnya dengan menjaga Axcel tanpa sepengetahuannya. Bahkan biaya operasi yang terbilang mahal pun Azlan lakukan. "Baiklah kalau begitu, terima kasih."Nauma pergi dengan tatapan kosong, ia masih memikirkan Azlan di hatinya. Nauma pun merogoh tas kecil yang ia bawa dan mengambil ponselnya. Ia mencari nomor Azlan hendak menelpon dan mengucapkan rasa terima kasihnya."Kenapa nomornya tidak aktif?" gumam Nauma.Nauma kembali menelpon Azlan dengan nomor yang dulu Azlan gunakan sebagai Mr. A, tapi tetap saja nomor itu tak aktif sama sepeti nomor sebleumnya. "Kenapa nomor ini juga tak aktif? Apakah ia mengganti nomornya?" gumam Nauma."Ada apa?" tanya Mr. Jhon menghamp
"Mengapa kau ada di sini?" tanya Nauma begitu seorang pria keluar dari kamar mandi.Azlan terkejut saat melihat kehadiran Nauma di ruang rawatnya, ia tak bisa menjawab pertanyaan Nauma. Nauma pun terlihat menahan kesedihannya sambil memandang wajah Azlan yang terdapat perban di bagian mata. "Apakah kau yang mendonorkan mata untuk Axcel?" tanya Nauma lagi.Azlan masih terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa, rasanya percuma ia menyembunyikan identitasnya saat Nauma mengetahui apa yang ia lakukan.Azlan mengambil ponsel Nauma di lantai dan memberikannya. Ia pun tersenyum dan berkata. "Tenang saja, aku akan pulang begitu pengobatan ini selesai, aku pun janji akan menghilang dari hidup kalian," ucap Azlan menahan sesak di hati.Nauma tak menerima ponsel yang Azlan berikan, ia masih terpaku pada wajah Azlan yang berbalut perban. Tanpa ia sadari air mata sudah jatuh begitu saja membasahi pipi. Azlan pun panik dengan kesedihan yang Nauma tampakkan. Ingin sekali rasanya memeluk wanita yang
"Tentu saja bisa, tapi kau harus melewati serangkaian tes terlebih dulu untuk melihat kecocokan mata kalian," ucap sang dokter."Baiklah, aku akan melakukan tes itu sekarang juga," balas Azlan.Azlan menjalani pemerikasaan dan ia bersyukur karena matanya cook untuk didonorkan. Tomi merasa cemas dengan keputusan yang diambil Azlan. Sedangkan Azlan memantapkan hati untuk kesempurnaan anaknya. Ia tak akan tega melihat Axcel hidup dengan kekurangan."Apakah kau serius dengan keputusanmu, Kak?" tanya Tomi."Tentu saja, kau tenanglah, bukan hal buruk hidup dengan satu mata," balas Azlan.Dokter memberikan jadwal operasi pada Azlan, serangkaian tindakan pun telah Azlan lakukan. Hari demi hari ia tinggal di rumah sakit, dan mendapati kabar bahwa operasinya telah berhasil. Rasa syukur selalu ia ucapkan.Azlan pun melihat keadaan Axcel saat malam tiba, tentunya hanya dari luar jendela. Ia tak ingin Nauma mengetahui apa yang ia lakukan untuk anaknya."Syukurlah kalau kau sudah bisa melihat denga
"Tapi mobil itu adalah mobil kesayangamu, Kak," balas Tomi."Tak ada yang lebih penting dari keselamatan anakku, aku harus segera menemuinya. Hati ini tak akan tenang jika belum melihat keadaannya dengan mata kepalaku sendiri. Sekarang juga kau temani aku ke dealer mobil," ucap Azlan.Azlan berlari menuju kamarnya mengambil kunci mobil serta berkas yang dibutuhkan, kemudian ia dan Tomi langsung menuju dealer mobil tempatnya membeli dulu. Pekatnya malam membuat jalanan semakin lengang, hingga Tomi berpikir dealer yang mereka tuju pasti sudah tidak beroperasi."Sepertinya Dealer mobil sudah tutup di jam segini, Kak. Lebih baik besok saja kita ke sana," ucap Tomi."Semoga saja belum." Azlan mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh, hingga Tomi berpegangan pada tali pengaman yang ada di tubuhnya.Harapan Azlan tak menjadi kenyataan, dealer mobil yang mereka tuju sudah tutup, tapi Azlan tak patah semangat. Ia mencari dealer mobil lainnya yang masih buka. Keberuntungan tak berpihak padanya
Nauma : Entahlah, aku pun tak tahu apa yang aku rasakan. Benar apa yang kau katakan, masih ada cinta untuknya. Tapi saat mengingat pengkhianatannya aku merasakan sesak yang sangat menyakitkan. Terlebih kemarin ada seorang pria yang melamarku, pria itu yang selama ini menjagaku dan anakku.Azlan tak langsung membalas pesan itu, ia sadar jika kesalahannya tak mungkin bisa dimaafkan begitu saja. Azlan pun yakin, pria yang dimaksud Nauma adalah Mr. Jhon. Senyum pahit terukir di wajahnya, merasa tak memiliki harapan sama sekali.Azlan : Ikutilah apa yang hatimu katakan, aku doakan kebahagiaan untukmu. Semoga kau mendapatkan cinta yang tulus dan tak tersakiti lagi.Nauma : Terima kasih kau sudah mau mendengarkanku, padahal kita tak pernah saling mengenal, tapi entah mengapa rasanya nyaman sekali berbicara denganmu.Azlan : Jangan berterima kasih karena aku tak melakukan apapun. Jika kau membutuhkan teman bercerita kau bisa menghubungiku. "Ya, lebih baik kau bersama dengan Mr. Jhon, pria it
"Kau yang siapa? Mengapa pintu rumahku tak bisa dibuka seperti ini?" tanya Azlan ksal."Ini adalah rumahku, sudah dua tahun aku membeli rumah ini dari Jenifer," balas pria paruh baya yang ada di hadapan Azlan."Kakak dan adik itu membuat hidupku menderita saja, seenaknya menjual rumahku," gumam Azlan."Aku tak pernah menjual rumah ini, dan aku tak pernah menandatangani surat jual beli rumah ini," ucap Azlan pada pemilik rumahnya."Tapi aku membelinya dengan resmi, apakah kau Tuan Azlan?""Ya, benar aku Azlan.""Masuklah Tuan, aku akan tunjukkan berkas pembelianku dulu, tanda tanganmu pun ada di berkas itu."Azlan memasuki rumah dan menunggu di ruang tamu, sudah banyak perubahan di rumah ini. Bahkan barang-barang yang dulu sudah di ganti oleh pemilik barunya. Azlan menaruh kesal di hati saat mengetahui rumahnya telah dijual oleh Jenifer."Sebelumnya perkenalkan, aku Ryan," ucap pemilik rumah memperkanalkan diri."Mana berkasnya?" tanya Azlan tak sabar.Ryan mengeluarkan surat perjanjia
Azlan : Aku berasal dari Indonesia.Nauma : Kebetulan, aku juga berasal dari Indonesia, senang berkenalan denganmu.Pesan demi pesan mereka balas hingga menjelang malam. Ketenangan hadir di hati saat bisa bertukar pesan dengan wanita yang dicintainya. Azlan tidur dengan nyenyak sambil memeluk ponselnya. Berbulan-bulan sudah ia tinggal di negara orang.Berkali-kali pula ia mencoba mendekati Nauma dan Axcel, tapi hanya penolakan yang ia terima. Tabungannya pun sudah hampir habis, pekerjaan di Jakarta pun sedang menunggunya. Azlan memutuskan untuk menemui Nauma dan Axcel, ia ingin sekali lagi memperjuangkan perasaannya."Ya, ini adalah yang terkahir, jika mereka masih menolakku, maka aku akan pulang ke Indonesia," gumamnya sambil mengenakan jaket.Azlan menuju apartemen Nauma menggunakan bus, sepanjang perjalanan ia berdoa agar Nauma mau menerimanya lagi. Hanya sekedar harapan dengan kemungkinan kecil, ia tak begitu yakin jika Nauma mau menerimanya lagi. Terlebih penolakan-penolakan yang