Hening...
Di atas ranjang, dalam kamar Fara, Kenan dan Fara saling tatap dalam diam dengan jarak yang cukup dekat. Kedua pasang netra hitam pekat mereka saling mengunci lekat. Posisinya, Kenan menahan kedua bahu Fara dengan tangannya setelah melerai pelukan tadi. Dan kedua tangan Fara masih bertengger di kedua sisi pinggang Kenan. Lama mereka saling bersitatap. Perlahan Kenan mencondongkan wajahnya ke wajah Fara, mengikis jarak dari waktu ke waktu. Saat tinggal beberapa senti meter lagi bibir Kenan dan bibir Fara bertemu, tiba-tiba...
Ding dong...
Suara bel pintu apartemen menyadarkan Kenan dan Fara dari terbawa suasana yang hampir saja menyebabkan mereka berciuman. Malu sekaligus menyayangkan, Kenan dan Fara saling memisahkan diri dengan salah tingkah.
"Maaf." ucap Kenan dan Fara hampir bersaman dalam posisi saling memunggungi.
"Ehem..." Kenan berdehem "Gak, itu salah Kakak yang
Tak terasa waktu berlalu, perasaan baru kemarin hari senin, sekarang akhir pekan kembali menyapa yang juga menandakan usia pernikahan Kenan dan Fara sudah berjalan selama 2 minggu. Sejauh ini rumah tangga mereka berjalan cukup baik dan mengalami cukup banyak kemajuan. Baik Kenan maupun Fara sudah mulai belajar saling terbuka sejak pertengkaran kecil antara keduanya beberapa waktu yang lalu akibat dilanda kejenuhan dan kesalahpahaman serta kehadiran Gabela yang sedikit menggoyahkan kepercayaan diri Fara untuk terus mempertahankan pernikahan mereka. Memang benar kata pepatah, setiap musibah pasti ada hikmah di baliknya, tergantung bagaimana kita menyikapinya untuk membuat hikmah itu bermakna.Hari ini Kenan dan Fara akan fitting baju untuk acara resepsi pernikahan mereka yang akan diadakan 2 minggu lagi, susuai hasil rembukan keduanya bersama Farzan terakhir kali. Dengan dibantu jasa WO, Kenan dan Fara tidak terlalu sibuk mengurus persiapan resepsi pernikahan. Ter
Malam harinya, setelah makan malam bersama di kediaman Farzan, Kenan dan Fara kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan, keduanya hanya diam dalam kecanggungan. Pikiran mereka masih di usik oleh pertanyaan Farzan siang tadi yang menanyakan perihal cucu. Sungguh, jika Farzan tidak mengingatkan, Kenan dan Fara mungkin akan lupa bahwa itu juga merupakan tujuan utama adanya pernikahan, melahirkan keturunan. Sejauh ini mereka terlalu sibuk menata hubungan hingga benar-benar mengabaikan hal tersebut."Sudah sampai, tuan, nyonya." lamunan Kenan dan Fara buyar oleh laporan sang supir. Sepertinya mereka sudah cukup lama tiba di basemen apartemen, sampai-sampai sang supir yang sok cool dengan gayanya yang sangat irit berbicara itu, akhirnya buka suara juga mendapati tuan dan nyonya nya tak kunjung keluar dari mobil."Ehem..." Kenan berdehem "Terima kasih, Pak."Hening...Suasana kembali hening. Setelah beruca
Keesokan harinya...Tidak seperti biasa, pagi ini menu sarapan yang tersedia di atas meja makan hanyalah roti tawar serta beragam rasa selai, plus susu sehat. Seringnya, akan tersedia berbagai makanan sedikit berat sehat yang cocok untuk menu sarapan. Selain itu, sejak Fara tiba di ruang makan, ia juga mendapati ada yang berbeda dari Kenan. Kenan yang selalu terlihat fresh dan bugar setiap pagi, kali ini terlihat lesu dan lunglai. Bahkan kantung mata pria itu terlihat menggantung seperti orang kurang tidur dan terlihat sesekali menguap. Fara sangat terheran-heran dengan apa yang ia dapati.Bagaimana tidak demikian? Semalam Kenan baru bisa terlelap menjelang pukul 5 dini hari. Rencana untuk melakukan eksperimen pembuktian bahwa dirinya seorang laki-laki normal, ia urungkan setelah sekian komplikasi batin yang menentang keras eksperimennya. Tentu saja ia tidak akan setega itu hingga merusak masa depan Fara hanya untuk membuktikan dirinya adala
Seperti yang Fara katakan, Gabela akan shock jika mengetahui kebenaran tentang kondisi Kenan yang terlihat kelelahan. Namun yang 'sebenarnya' versi Fara berbeda dengan yang 'sebenarnya' versi Gabela. 'Bermain kemalaman' versi Fara adalah kemarin dirinya dan Kenan keluar rumah dan pulangnya malam, sedangkan versi Gabela, kata 'bermain' ia salah artikan sebagai permainan suami istri di atas ranjang. Dan memang itulah tujuan Fara, sengaja ia menuturkan nya secara ambigu. Hasilnya, 100% sukses.Lain Gabela lain Kenan. Jika Gabela shock, maka Kenan lebih kearah kebingungan. Ia bingung sendiri tidak dapat menangkap maksud di balik penuturan Fara. Ia bertanya-tanya, 'bermain' apa yang dimaksud Fara hingga membuat Gabela benar-benar shock? Versi pendefinisian Kenan sama dengan Fara. Yang ia bingungkan, mengapa reaksi Gabela sampai seperti itu? Entah Gabela yang otaknya terlalu vulgar, atau Kenan yang terlalu lugu. Entahlah.Sementara sang supir tak
Seperti biasa, Kenan dan Fara pulang dari bekerja pukul 8 malam. Tiba di apartemen, keduanya langsung menuju kamar masing-masing untuk segera membersihkan diri dari peluh akibat aktivitas seharian.Memasuki kamarnya, Fara langsung menuju kamar mandi dan tak lupa meletakan tas kerjanya di atas meja rias yang ia lewati. Usai dengan ritual mandinya, Fara keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan jubah mandi tanpa pakaian dalam di baliknya seperti biasa. Langkahnya langsung tertuju ke meja rias, tepatnya ke arah tas kerjanya. Dibukanya tas tersebut dan mengeluarkan sebuah paper bag dari dalam sana.Fara tak langsung membuka dan mengeluarkan isi dalam paper bag. Sejenak ia terdiam sembari memandang paper bag itu dengan tatapan menimbang-nimbang. "Ayo Fara, kamu pasti bisa!" gadis itu menggigit bibir bawahnya sebelum dengan segenap tekad membuka dan mengeluarkan isi dalam paper bag.Dan tampaklah selembar lingerie berwar
"Kamu kenapa, Ken?" tanya Gabela pada Kenan. Seperti kemarin, saat ini mereka hanya makan siang berdua saja di sofa santai ruang kerja, tanpa Fara yang makan siang bersama Nabila lagi di kantin rumah sakit. Namun sejak tadi Gabela perhatikan, Kenan tak fokus dengan makanannya. Kerap kali pria itu terlihat melamun."Eh?" Kenan tersadar dari lamunannya "Tidak, aku tidak kenapa-napa." jawabnya berbohong senatural mungkin.Gabela akui bahwa Kenan adalah orang yang sangat lihai menyembunyikan perasaannya. Namun dirinya juga bukanlah orang yang mudah dibohongi "Benarkah begitu?""Hm." Kenan tersenyum tipis tak bergeming."Ayolah, Ken! Aku dan kamu bukan hanya sehari dua hari saling mengenal. Selama 9 tahun, apa kamu pikir aku tak mengetahui apapun tentang kepribadianmu?""Hmm? Benarkah? Kalau begitu coba kamu sebutkan apa saja yang kamu tahu tentang kepribadianku!" Kenan tak termakan p
Glek...Susah paya Kenan meneguk saliva. Detik ini juga ia telah benar-benar yakin, seyakin-yakinnya bahwa dirinya adalah pria normal. Darahnya mendesir hebat, suhu tubuhnya tiba-tiba memanas di malam yang sejuk ini, di bawah sana ada yang berdiri tegak tapi bukan keadilan, sebut saja si Jonny, alat tempur pemroduksi Kenan junior. Semua gejala yang sangat asing bagi Kenan itu disebabkan oleh pemandangan ilahi, penggoda iman para kaum Adam di hadapannya. Meskipun sangat asing, bagi Kenan yang notabenenya seorang dokter tentu saja memahami makna gejala-gejala tersebut. Hasrat Biologis, itulah sebutannya dalam ilmu sains, Biologi.Meskipun tidak tahu pasti alasan ia dapat menikmati pemandangan ilahi ini, Kenan tidak peduli. Yang pasti saat ini, Kenan hanya tak ingin melewatkan pemandangan tersebut barang sedetikpun. Matanya seakan enggan berkedip menatap memindai kemolekan tubuh Fara di balik piyama tipis transparan yang membalut lingerie over
"Aahh..." Fara mend*sah ketika Kenan mer*mas gunung kembarnya.Entah sejak kapan dan siapa yang memulai, Kenan dan Fara baru saja berciuman cukup panas. Beberapa waktu yang lalu, mereka tengah mencuci piring bekas makan mereka di wastafel. Berawal dari ketidaksengajaan tangan keduanya bersentuhan ketika hendak mengambil spons hampir pada waktu bersamaan. Kontak fisik antara tangan mereka membangkitkan hasrat saling mendamba terhadap satu sama lain. Dan terjadilah ciuman pertama mereka.Ya, ciuman pertama, baik bagi Kenan maupun Fara. Kenan tidak perlu dipertanyakan, sebagai seseorang yang belum pernah menjalin hubungan asmara sebelumnya, tentu saja ini adalah ciuman pertamanya. Adapun Fara, percaya atau tidak, bahkan selama 3 tahun berpacaran dengan Bagus, keintiman mereka hanya sebatas berpegangan dan bergandengan tangan. Meskipun Bagus kerap kali meminta lebih, Fara selalu beralasan tidak ingin melakukan lebih sebelum mereka menikah. Dan B