Beranda / Romansa / Suami Pengawal Nona Muda / Bab 5. Identitas Sebenarnya

Share

Bab 5. Identitas Sebenarnya

Penulis: Dien Madaharsa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-06 11:56:37

“Ru-rumah? Apa maksudmu?” Gemi menatap Nakula dengan sorot bingung.

Namun pertanyaan terakhir Gemi tidak dijawab, sebab Nakula lekas keluar dari mobil dan berputar ke sisi pintu yang lain untuk mempersilakan Gemi turun.

Gadis itu menurut, dia turun dari mobil dan berdiri tegap. Wajahnya mendongak menatap sebuah rumah mewah bergaya Georgia, yang nyaris sempurna dikatakan versi mini dari sebuah istana Eropa.

Rahang Gemi jatuh. Dia menatap pemandangan itu dengan ekspresi syok.

“Ayo masuk, Nona.” Nakula tiba-tiba saja memimpin jalan ke depan, sementara Gemi yang baru saja sadar dari keterkejutannya langsung mengejar pria itu.

“Tunggu! Nakula, apa maksudmu? Rumah ini milikmu? Kamu mau membohongiku, ya?”

Langkah kaki Gemi yang lebih pendek nyaris kesusahan mengejar Nakula. Lantas dia terpaksa berlari lebih cepat, tidak memedulikan fakta bahwa dirinya sedang mengenakan sepatu hak tinggi.

Karena diliputi syok dan bingung, Gemi jadi tidak hati-hati sehingga ujung sepatunya terantuk kerikil kecil. Gadis itu limbung ke depan, nyaris ambruk mencium tanah. Namun untungnya Nakula memegangi lengannya tepat waktu.

“Ups, hampir saja,” desis Nakula, lega. “Anda tidak papa, Nona?”

Cengkeraman tangan Nakula kuat, tetapi terasa lembut. Pria itu membantu Gemi menegapkan tubuh lalu memeriksa kondisinya. Tatapan mata memindai Gemi dari ujung kepala hingga kaki, sementara tangannya yang hangat masih memegangi pundak gadis itu.

Pria ini berdiri begitu dekat, sehingga untuk sekilas saja, Gemi dapat mencium aroma kayu dan rempah manis yang menguar dari tubuh Nakula. Tiba-tiba saja dia mengingat momen pernikahannya beberapa waktu lalu; ciuman itu.

Namun, sinyal kebuasan dalam kepala Gemi mengetuk kesadarannya lagi. Gadis itu langsung merasa malu sekaligus gengsi karena membiarkan dirinya terlena dengan pengawalnya sendiri.

Akhirnya dia melayangkan protes ke Nakula sambil mendorong tubuh pria itu agar menjauh; “Nggak papa matamu! Dari tadi kamu mengabaikan panggilanku, dasar sial!”

“Maaf, saya hanya ingin Anda cepat masuk rumah karena cuaca sangat dingin.” Lalu Nakula tiba-tiba menekuk lengan kirinya dan menghadapkannya pada Gemi, seolah berharap gadis itu akan menggandengnya. “Kalau begitu, ayo. Sekarang saya temani Anda masuk.”

Gemi terpaku, secara tidak sadar pipinya merona karena Nakula bertingkah sebagai seorang pasangan. Mulanya dia ogah menerima ajakannya, tetapi saat Gemi melangkah, tubuhnya nyaris terjungkal lagi karena hak tinggi sepatunya hampir copot.

“Sepatu keparat,” desisnya.

Nakula terkekeh tipis, tetapi langsung pura-pura diam saat Gemi menatapnya sengit. “Sudah saya bilang, ayo pegang tangan saya.”

“Ingat ya, aku begini bukan karena mau terlihat mesra.” Gemi mencibir sambil memasang wajah kesal.

“Percayalah, Nona. Orang-orang di dalam rumah saya tidak akan peduli soal itu.”

"Orang-orang?” Gemi menghentikan langkah dan mendongak pada Nakula. “Hei, pengawal. Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi. Memangnya rumah ini sungguh-sungguh milikmu?”

"Ini warisan dari orang tua saya,” Nakula menjawab tenang.

“Kamu ini… memang orangtuamu sekaya apa? Siapa mereka?”

Nakula tidak menjawab, dan Gemi menjadi dongkol. Akan tetapi gadis itu tetap mencecarnya dengan pertanyaan, “Lalu orang-orang yang tadi kamu maksud itu siapa, hah? Apa di rumah ini ada orang selain kamu?”

“Tentu saja ada,” kata Nakula.

Tanpa terasa mereka sudah naik ke undakan rumah dan berdiri di serambinya yang mewah dan mengilat. Gemi kebingungan sejenak. Dia mengguncang lengan Nakula untuk meminta perhatian, bersamaan dengan pintu depan yang tiba-tiba terbuka dari dalam.

Rupanya seorang pria tua berseragam formal membuka pintu tersebut untuk mereka.

“Selamat datang, Tuan dan Nyonya Yudistira.” Pria itu tersenyum ramah menyambut keduanya. “Mari masuk ke dalam. Semua pelayan sudah menunggu Anda berdua.”

Nakula menunduk memandang Gemi yang masih menampakkan raut wajah syok. “Beliau adalah Pak Janu Wirawan, ketua para pelayan di rumah ini. Mari masuk.”

Gemi tidak bisa berkata-kata saking terkejutnya. Dia membiarkan dirinya digiring masuk ke dalam foyer ruangan berisi hampir selusin pelayan perempuan dan laki-laki yang berbaris di sisi kanan dan kiri, seraya membungkuk kepada mereka berdua. Semua pelayan mengenakan pakaian seragam berwarna merah dan emas, senada dengan nuansa rumah Nakula yang begitu megah.

Rumah Gemi sebetulnya hampir sama megahnya dengan rumah Nakula—kendati dia harus mengakui pelayan di rumahnya tidak sebanyak dan sededikatif ini. Akan tetapi yang paling membuat Gemi tidak menyangka adalah fakta bahwa pengawalnya memiliki semua akses kemewahan ini.

Sikap Nakula anehnya juga sedikit berbeda ketika dia sudah berada di rumahnya. Biasanya pria ini akan bersikap lembut dan melayani Gemi seperti seorang putri. Akan tetapi, di tempat ini, Nakula justru bagaikan pangeran yang lahir dari bejana emas. Dialah yang menerima pelayanan, dimanjakan, dan dianggap istimewa oleh semua orang.

Para pelayan mendekati Gemi dan Nakula lalu meminta barang-barang bawaan mereka dengan sopan. Nakula membiarkan seorang pelayan membukakan jas yang dikenakannya dan melonggarkan kancing di bagian lengannya. Bahkan ada seorang pelayan yang menunggu Nakula dan Gemi melepas sepatu untuk dibawa pergi.

Gemi menjadi merinding sekaligus takut. Apa-apaan pelayanan ini? Dia tidak sedang berada di dalam istana kerajaan, bukan?

“Nona Gemi.” Nakula tahu-tahu berpaling padanya. Dia tidak tersenyum. Wajahnya menunjukkan ketenangan dan keanggunan seorang pangeran. “Ayo kita ke kamar.”

Kamar Gemi rupanya telah disiapkan di lantai dua, bersebelahan dengan kamar utama milik Nakula. Ruangan di dalamnya, megah dan mewah seperti biasa.

Gemi kembali dibuat shock, sebab ukuran kamarnya di sini dua kali lipat lebih besar dari kamar Gemi di rumah orang tuanya. Namun gadis itu berusaha tenang dan kalem. Dia berputar menghadap Nakula yang ikut masuk ke kamar.

“Nah, Nakula….” Gemi melipat tangannya di depan dada dan bersikap angkuh seperti biasa. “Sepertinya sejak dulu aku sudah tertipu dengan penampilanmu. Melihat bagaimana pelayan di luar sana memperlakukanmu, aku semakin curiga bahwa kamu bukan orang biasa. Sebenarnya siapa kamu, hah? Mengapa kamu menipuku?”

“Saya sama sekali tidak bermaksud menipu Nona.”

“Aaagh, terserah! Cepat katakan terus terang! Untuk apa orang kaya sepertimu menjadi pengawal anak menteri sepertiku, hah? Jangan-jangan ini salah satu rencanamu untuk melakukan kejahatan, ya? Kamu pasti punya niat licik, bukan?”

Diamnya Nakula membuat Gemi dibanjiri cemas. Ragu-ragu, Gemi bertanya dengan lirih;

“Aku benar, ya? Kamu… sungguh-sungguh punya rencana jahat pada keluargaku?”

Bab terkait

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 6. Sikap Misterius

    ‘“Kamu sungguh-sungguh punya rencana jahat pada keluargaku?”Nakula menatap Gemi dengan raut penuh teka-teki. Rahang pria itu mengeras, seolah berusaha menyembunyikan sesuatu di ujung lidah. Akan tetapi tatapannya terlihat redup dan sayu, bukan raut penuh ancaman seperti yang diwaspadai Gemi. Sebenarnya apa niat pria ini? Emosinya sama sekali tidak terbaca, dan itu membuat Gemi kesal. “Hei,” Gemi menggerutu kali. “Kalau sampai kamu punya niat buruk pada keluargaku, aku enggak akan diam saja. Kamu pikir karena aku perempuan, aku enggak bisa melakukan pembalasan pada pengawal rendahan sepertimu?”Rendahan? Kata itu terdengar salah. Gemi sekejap merasa malu, tetapi berusaha tidak mengoreksi ucapannya dan tetap bersikap angkuh. Pokoknya dia tidak boleh terlihat lemah di depan Nakula. “Saya sama sekali tidak memiliki niat buruk.” Nakula membalas singkat. “Bohong!” Gemi menyulut protes. “Kalau kamu lahir dari keluarga yang begini kaya, untuk apa kamu melamar menjadi pengawal di keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 7. Badai Pertama

    Makan malam di rumah Nakula menjadi momen pertama yang menggelisahkan. Gemi harus memaksa dirinya tenang ketika melihat para pelayan tiada habisnya datang sambil membawa piring-piring makanan. Salah seorang di antara mereka bahkan bertugas mengisi gelas Gemi yang kosong. “Aku akan melayani diriku sendiri,” kata Gemi yang sudah tidak tahan lagi melihat pelayan itu mondar-mandir di sekitarnya. Nakula yang menangkap kejengkelan di mata Gemi berkata, “Anda tidak suka dengan pelayan saya? Ingin menggantinya?”Saat mengatakan kalimat terakhir, raut wajah sang pelayan yang dimaksud Gemi langsung merengus panik. Dia menunduk sopan sambil perlahan melangkah mundur. “Bukan gitu. Aku hanya enggak biasa dilayani sampai seperti ini.” Gemi berkata terus terang lalu secara halus mengusir pelayan di sampingnya dengan lirikan mata. Dia kembali menatap Nakula yang memberinya pandangan datar, kemudian terbit kejengkelan yang lebih besar. “Nakula, aku penasaran dengan sesuatu.”“Silakan tanyakan apa pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 8. Ancaman Kematian

    Situasi sungguh tidak terkendali. Setelah seorang pelayan mengadukan penemuan mayat kepada Nakula, pria itu mendesak maju ke dapur untuk membuktikan kesaksian itu. Nakula menyalip beberapa pelayan yang berdiri di dekat konter dapur, lalu menatap lantai di bawah wastafel cuci, tempat seorang pelayan perempuan muda terbujur lemas di antara kepingan piring yang pecah dan makanan yang tumpah. Kulit pelayan itu telah berubah menjadi kebiruan, dan muncul busa dari sudut mulutnya. Matanya membelalak ngeri seolah dia meregang nyawa dalam keadaan tersiksa luar biasa. Gemi menjerit syok. Tubuhnya gemetar sementara dia melihat Nakula berlutut di samping sang pelayan untuk memeriksa laju napas dan denyut nadinya. “Dia sudah tewas,” kata Nakula, seketika mengundang sentakan kehebohan dan jerit mendalam dari semua orang yang berdiri di sekitarnya. Diselingi rasa takut dan bingung, Gemi menghadap para pelayan lain dan berkata, “Gimana ceritanya dia bisa meninggal?”“Saya yang pertama menemukanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 9. Tidur Bersama

    Setelah menyaksikan insiden mengerikan di dapur tadi, dan mendengarkan betapa ricuhnya pihak yayasan rumah sakit yang datang untuk mengautopsi mayat tersebut, Gemi diserang rasa gelisah sampai tidak bisa tidur. Nakula masih keluar karena sedang berbicara bersama pihak forensik, tetapi Gemi di sini sudah kepalang rindu—bukan, maksudnya menunggu-nungu kedatangan Nakula lantaran dia takut sendirian. Dan setelah berlama-lama merenung, Gemi mendengar pintu kamarnya dibuka. “Nona. Kenapa Anda belum tidur?”“Enggak papa. Gimana tadi tentang obrolanmu? Kamu dapat informasi dari para petugas forensik?”“Racun arsenik,” kata Nakula selagi dia duduk di sebelah Gemi. “Ada di dalam kue kering yang disediakan untuk Anda. Pelayan itu memakannya dan efeknya langsung muncul dalam beberapa detik. Racun itu menyumbat pernapasan dan melumpuhkan otak—salah satu dari jenis racun terampuh untuk membunuh korbannya sebelum dia bisa dilarikan ke rumah sakit.”Gemi mengusap wajah dengan frustrasi terkejut d

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 10. Gangguan Kecemasan

    Suara alarm dari jam digital Nakula berbunyi. Bukan bunyi melengking tajam yang merusak telinga, melainkan alunan musik klasik yang mengalun lembut. Gemi menguap lebar, menguburkan wajahnya lebih dalam, lalu menghirup aroma manis yang hangat.Gemi mengusakkan hidungnya pada sebuah permukaan yang tidak asing. Bukan seprai maupun bantal. Namun aromanya enak dan suhunya hangat. Gadis itu menempelkan pipinya dan berpikir lama. Bau ini… dia mengenalnya. Rempah manis yang harum. Perpaduan antara kayu dan cendana yang lembut sekaligus tajam. Mengapa Gemi bersandar di sini? Di … mana? Di mana dia bersandar? Gadis itu membuka mata perlahan, lalu terkejut setengah mati saat mengetahui kepalanya mendarat di dada Nakula yang masih tertidur. “Si-sial!” Gemi buru-buru menjauhkan wajah dari tubuh Nakula, berusaha menormalkan gejolak jantungnya yang bergemuruh kencang. Mengapa dia tidur bersama pria ini? Bukankah semalam Gemi berbaring di atas kasur? Gemi segera mendongak dan mendapati kasur yang t

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 11. Keluarga Nakula

    Suara keletuk sepatu Gemi menggema di seantero lorong rumah Nakula yang megah. Gadis itu berhenti di depan sebuah dinding ruang tengah yang memajang potret foto keluarga Nakula yang lengkap. “Jadi ini keluarga Nakula?” Gemi mendongak menelusuri setiap wajah yang terpampang di potret tersebut. Pak Janu, yang sejak tadi berdiri di samping Gemi, mengangguk. “Betul, Nona.”Gemi diam-diam menyumpah serapah dalam hati lantaran potret keluarga ini berhasil membuat sekujur tubuhnya merinding. Bukan karena wajah-wajah di dalam potret ini mengerikan, melainkan sebaliknya—mereka semua amat mempesona. Gemi bisa menebak bahwa darah yang mengalir dari tubuh mereka bukan hanya darah asli Indonesia, melainkan campuran. Ibu Nakula, barangkali adalah salah satu wanita tercantik yang pernah Gemi tahu. Wajahnya amat kecil, tubuhnya ramping, seperti penari yang anggun. Senyumnya memberi ketenangan yang entah bagaimana berbenturan dengan atmosfir keangkuhan para ningrat yang tercetak dari potretnya. “Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 12. Bibir yang Terluka

    Wajah Nakula semakin mendekat. Sedikit dorongan saja maka bibir mereka bisa bergesekan. “Ka-kamu ini apa-apaan, sih? Kamu mabuk, ya? PERGI DARIKU, SIALAN!” Pekat dengan kemarahan, Gemi langsung menampar Nakula sehingga wajah pria itu tersentak ke kanan. “Maafkan saya,” Nakula tiba-tiba saja berubah lagi menjadi anjing penurut. Kesadarannya kembali bagai sapuan gelombang laut. “Aku sudah bilang padamu, Nakula. Sedikit saja kamu mendekatiku, aku enggak akan segan-segan buat melukaimu!” protes Gemi terengah-engah. “Maksudmu apa melakukan hal itu tadi, hah? Kamu mau melecehkanku?”“Kadang kala saya merasa bahwa keberanian Nona Gemi patut untuk dibuktikan. Nona begitu tangguh, jadi saya barusan melakukan hal itu untuk mengecek apakah Nona mampu berbuat sesuatu bila dipepet bahaya,” Nakula menjelaskan dengan lancar. Tidak ada kebohongan di mata redupnya yang memikat. Gemi goyah di antara keputusan untuk percaya atau menolak. “Jangan mempermainkanku,” kata Gemi antara gigi-giginya yang t

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 13. Keputusan Gemilau

    “Seorang istri tidak diwajibkan mencari kerja selama suaminya masih bisa memberi nafkah, Nona.” Suara Nakula bagaikan cemeti tajam yang memecut telinga Gemi. Gadis itu praktis bangkit dari kursi ruang tamu dan menuding wajah Nakula dengan jari telunjuknya. “Aku bukan wanita yang menganut sistem patriarki sepertimu, Nakula. Ini adalah keputusanku. Pokoknya aku mau bekerja dan menghidupi diriku sendiri tanpa bergantung dengan seluruh sumber penghidupan darimu!”Nakula membuang napas sambil memijat pelipisnya dengan jemu. “Saya tidak bermaksud menjadi patriarkat, Nona. Bukannya saya melarang Nona bekerja, tapi saya tidak ingin keselamatan Nona terancam bila keluar dari rumah ini.”“Di mana-mana enggak aman. Mau aku berdiam di rumah pun masih ada kemungkinan penjahat itu kembali dan membunuhku. Lantas kenapa aku harus menutup kesempatan bekerja di luar?”“Penjahat itu pasti akan lebih mudah berkeliaran di luar,” kata Nakula, lalu memberi gagasan lain, “Begini saja, saya akan mencarikan A

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01

Bab terbaru

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 36. Telepon Mengejutkan

    “Nakula, biar kukatakan sekali lagi padamu,” sang abang melangkah mendekati Nakula sehingga jarak yang terpaut di antara mereka hanya beberapa sentimeter saja. “Kalau kamu enggak sanggup membunuh istrimu, biar aku atau Ayah kita yang turun tangan.”“Jangan,” Nakula merasakan suaranya agak gemetar. Dia memberanikan diri menatap sang abang. “A-aku sanggup. Biarkan aku yang mengambil tugas ini.”Lalu jemari tangan Dirga menyentuh dagu Nakula. “Adikku yang patuh, sejak dulu kamu tahu apa tugasmu berada di rumah menteri itu. Kamu bukan bekerja di sana untuk Gemi, kamu bekerja di sana untuk keluarga kita. Saat waktunya tepat, kamu harus turun tangan sendiri untuk berperang.”Nakula mengangguk. “Katakan padaku, Nakula,” kata Dirga. “Apa selama ini kamu benar-benar menyimpan rasa terhadap Gemi?”Nakula diam saja, dan Dirga meringis tipis. “Jadi rupanya benar apa yang dikhawatirkan Ayah selama ini.”“Apa maksudnya?”“Ayah kita sejak lama sudah menaruh curiga padamu. Dia takut kamu berkhianat

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 35. Kedatangan sang Abang

    Sekitar satu minggu kemudian, keadaan di kediaman Nakula mereda. Tidak ada lagi tangisan Gemi yang menuntut keadilan kepada ayahnya, atau masalah-masalah berarti yang membuat sepasang suami-istri ini pusing. Nakula telah menjalani sidang perihal serangan yang dia dapat dari orang asing tempo lalu, dan hasil akhirnya menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah. Sementara sang penjahat yang sempat koma kini harus mendekam di penjara selama beberapa bulan setelah bersaksi bahwa dia mabuk. “Bukan hukuman yang kita harapkan, tapi seenggaknya hal ini akan membuat penjahat itu jera,” kata Gemi sambil sesekali mengiris daging panggang dalam piringnya. Dia menatap Nakula yang terdiam di kursi makan. “Nakula, kamu dengar pendapatku barusan, kan?”“Ya,” Nakula mengangguk. “Tapi tetap saja… ada yang ganjil dari pernyataan orang itu. Aku sendiri yakin bahwa dia enggak sepenuhnya mabuk.”“Kenapa kamu yakin?”“Karena dia memukulku dengan gerakan terkoordinir. Rasanya seperti terlatih dan terbiasa memuk

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 34. Diusir dari Rumah

    Nakula membaca dokumen itu baik-baik. Ada yang janggal dari jumlah pesanan dan tujuannya. 50 kotak ikan? Bila tidak salah… Nakula pernah mendengar abang sulungnya berkata hal ini. Ikan adalah kode untuk penyebutan senjata di dunia mafia. “Gemi, sedang apa kamu?” Suara itu tiba-tiba membuat Nakula dan Gemi sama-sama tersentak. Mereka menatap ambang pintu yang kini dihalangi oleh tubuh ayah Gemi. Wajah pria itu menatap keduanya dengan curiga. “A-ah, Ayah sudah pulang?” Gemi secara anggun langsung menyelipkan dokumen itu ke lantai, di balik meja kerja. Lalu di saat bersamaan gadis itu mengajak ayahnya mengobrol. “Saya sedang mencari dokumen rumah yang dulu katanya Ayah janjikan. Tapi saya tidak menemukannya….”Nakula menatap Gemi penuh tanda tanya. Dokumen rumah? “Ah, rumah itu.” Ayah maju dari ambang pintu dan memasang tampang canggung, seolah pembahasan ini melucuti kehormatannya. “Begini, rumah yang dulu Ayah janjikan, sebenarnya sudah diurus sebagian oleh orang suruhan Ayah. Renc

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 33. Menyelidiki Rahasia Ayah

    “Gemi, kamu serius mau melakukan ini?” Di dalam mobil yang sedang berjalan, Nakula bertanya resah kepada istrinya. “Sudah ratusan kali kamu bertanya hal yang sama padaku. Kamu mau kupukul kali ini, ya?”Nakula mendesau napas, kemudian membelokkan mobilnya di jalanan lenggang perkotaan. Mereka memasuki kawasan elite perumahan Gemi, lalu berhenti di depan sebuah gerbang rumah tinggi yang tertutup. Seorang satpam datang dari bilik jaga dan langsung membuka gerbangnya. “Halo, Pak,” Gemi menyapa Pak Emir dengan ramah. Namun anehnya yang disapa tampak gelisah dan pucat. “No-nona Gemi… ternyata Anda datang kemari.”Gemi mengerutkan kening karena menangkap keanehan ini. “Loh, kenapa? Ini kan masih rumah saya. Saya mau ketemu Ayah di dalam. Beliau ada, kan?”“Uh, itu… Tuan sedang ada proyek sosial mengunjungi desa-desa di kawasan barat. Di rumah hanya ada Nyonya dan Nona Tiara.”Raut Gemi berubah masam. Dia benci untuk bertemu dua tikus selokan itu. Namun, tujuannya datang kemari memiliki m

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 32. Menenangkan Hati

    “Gemi, apa yang kamu lakukan di sini?”Pertanyaan Nakula membuat Gemi yang sedang duduk di bangku taman rumah sakit menoleh. Gadis itu membuang napas dan membiarkan Nakula duduk di sampingnya. Dia berkata lembut, “Maaf karena aku lari tiba-tiba.”“Bukan salahmu. Pria itu memang pantas dihajar,” kata Nakula, lalu mengetatkan rahang menahan rasa jengkel. Tidak menunggu lama setelah Gemi berlari keluar dari ruang rawat tadi, Nakula langsung meninju rahang Rajendra tanpa ampun. Untung saja Pak Wiraya segera melerainya. Kalau tidak, mungkin Rajendra akan koma lagi dan tidak bisa dimintai keterangan. “Aku takut waktu dia mengatakan hal itu,” kata Gemi lirih. “Aku mengingat bagaimana sorot matanya ketika dia hendak meraihku di dalam mobil saat itu. Mengerikan sekali… Aku takut membayangkan apa yang terjadi bila dia sempat menyentuhku.”Nakula meremas tangan Gemi dengan lembut. “Gemi,” katanya sambil menatap mata Gemi lurus-lurus. “Pegang janjiku. Aku enggak akan membiarkanmu disentuh laki-l

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 31. Musuh yang Terbangun

    Setelah mendengar orang di baliknya berkata sesuatu, Nakula mematikan sambungan telepon. Dia terpaku sebentar dan menatap meja dengan tatapan kosong, tidak memedulikan Gemi yang berseru-seru memanggilnya. “Nakula!” Gemi akhirnya mengguncang pundak Nakula hingga pria itu sadar. “Ah, maaf, Gemi,” kata Nakula, lalu memasukkan ponsel kembali ke sakunya. “Itu tadi telepon dari pihak rumah sakit. Orang yang waktu itu kupukuli sudah sadar dari koma. Dokter memanggilku untuk memastikan apakah aku bersedia menemuinya bersama polisi.”“Benarkah? Kalau begitu kita harus ke sana sekarang!” Gemi langsung bangkit dari meja makan sambil membelalak terkejut. Nakula mengangguk. “Aku akan kirim pesan ke Pak Wira untuk datang ke sana juga.” Pak Wira adalah kepala salah satu divisi di Polda yang bertugas menyelidiki kasus Nakula. Setelah itu, mereka berdua menaiki mobil untuk pergi ke rumah sakit. Sebelumnya mereka memastikan telah mengantar Clara kembali ke Pelita Kasih. Anak perempuan itu melambaik

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 30. Sea World

    Gemi dan Nakula saling berpandangan. Keduanya ingin mengatakan bahwa Clara bukanlah anak kandung mereka, tetapi saat Gemi menatap Clara yang berdiri mengapit di antara dirinya dan Nakula, dia menangkap raut wajah Clara menjadi sumringah. Seolah dia senang dianggap menjadi putri dalam sebuah keluarga. Nakula langsung berkata pelan, “Ya, dia anak kami.” Gemi cukup terkejut, tetapi tidak membantah. Sebagai gantinya dia melihat wajah Clara menjadi malu-malu dan menahan girang. Marvel, sementara itu, akhirnya mengajak mereka berdua berkeliling sebentar di Sea World—salah satu bisnis besutannya yang terbaru. Gemi menjadi takjub saat dia melihat sebuah lorong panjang yang kanan kirinya diapit aquarium raksasa. “Kalian bersenang-senanglah di sini,” kata Marvel sambil menepuk pundak Nakula seperti sahabat lama. “Aku sudah mengatakan pada asistenku agar kalian diberikan akses gratis untuk mencicipi semuanya. Sudah pakai gelang yang kuberikan, kan? Nah, bagus. Jangan sampai hilang. Gelang itu

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 29. Kehadiran Bocah

    —Kantin (Ruang Makan) Yayasan Yatim Piatu Pelita Kasih. Senin pagi pukul 09.23“Kak Gemi! Kak Gemi! Ambil ini!”Suara seorang anak kecil mengusik Gemi pagi itu. Dia berpaling dari obrolannya bersama staf pengasuh di Rumah Yatim Pelita Kasih dan langsung berhadapan dengan Clara, gadis berusia lima tahun yang tiba-tiba mendatanginya untuk memberikan plastisin berbentuk dinosaurus. “Ah, waaah, ini buatku?” Gemi mengambil plastisin itu dan memeriksa bentuknya sekilas. “Bagus banget. Kamu bikin T-Rex ini sendiri?”Clara menggeleng. “Dibantu tadi sama Kak Bagas.” Gemi berpaling pada dua staf pengasuh yang ada di dekatnya, bermaksud mencari informasi siapa Bagas. Salah satunya menjawab, “Anak kelas 3 SMP. Dia paling dekat dengan Clara.” “Oh, gitu.” Gemi berpaling lagi pada Clara. “Kenapa kamu ngasih plastisin ini ke Kakak, hm? Kamu mau mengucapkan terima kasih ya?”Clara terkikik kecil. “Habisnya muka dinosaurusnya mirip Kak Gemi!”Jawaban itu sontak membuat dua staf di belakang Gemi tert

  • Suami Pengawal Nona Muda   Bab 28. Jawaban Gemi

    “Kutanya sekali lagi, Gemi. Apakah kamu mencintaiku?”Semenjak Nakula merebut perhatiannya di malam pertama penyatuan mereka, Gemi sebetulnya telah merelakan sebagian hatinya jatuh untuk Nakula. Dia peduli dan menyayangi pria itu, dan dia mengharapkan Nakula melakukan hal yang sama. Akan tetapi, mengapa saat ini reaksi Nakula seperti berbeda? “Aku mencintaimu,” Gemi akhirnya memilih untuk jujur, kendati dia tahu Nakula mungkin akan bereaksi berbeda. “Dan bukankah kamu juga mencintaiku, Nakula? Kamu bilang kamu sudah menyukakku sejak tujuh tahun lalu, bukan?”Gemi berharap Nakula langsung menjawab tanpa berpikir. Namun justru kebalikannya yang pria itu lakukan. Dia berpikir sebentar lalu berkata, “Ya, aku mencintaimu. Aku … menginginkan kita untuk terus bersama.”“Memang seperti itulah yang seharusnya terjadi, bukan?” Gemi mendengkus terheran-heran, lalu, “Nakula, kamu kelihatan aneh tahu enggak? Kenapa kamu mengatakan hal itu seolah-olah kita enggak akan bersama selamanya?”Nakula di

DMCA.com Protection Status