# Keesokan harinya
Pagi-pagi sekali, sebelum adzan berkumandang, aku sudah terbangun, suasana nampak begitu sunyi, hanya detak jam dinding yang terdengar.
Aku segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian membuat sarapan pagi dan membereskan kekacauan di dapur.
Menjelang Subuh, terdengar suara orang mengaji dari mesjid depan rumah, aku masih sibuk berkutat di di dapur. Sambil memasak, aku pun membersihkan ruangan.
"Bikin apa, Neng!" Ceu Yuni menyapaku secara tiba-tiba, membuatku kaget.
"Nasi goreng, Mah!" jawabku.
Sadar dalam bahaya, aku menulis pesan singkat Kepada adikku Haikal dan mengaktifkan GPS, agar keberadaanku mudah untuk di lacak, lalu mengirimkan lokasi terkini kepada Haikal melalui pesan dengan logo bergambar gagang telepon berwarna hijau."Stop, Pak! Atau saya akan teriak," pekikku.Lagi-lagi sang sopir hanya terdiam, lalu akhirnya berkata,"Teriaklah! Mobil ini kedap suara," ucapnya singkat."Siapa kamu? Apa maumu? Siapa yang menyuruhmu?" Teriakku, berusaha membuka pintu mobil, namun tidak bisa di buka, aku pun memukul-mukul jendela dan berteriak meminta tolong."Tolong ... !" teriakku.
🌼🌼🌼🌼🌼 #Pov Huma Tiba-tiba pintu terbuka, dan masuklah beberapa orang pria, salah satu dari mereka memakai masker dan juga topi. "Gimana, enak makan malamnya?" ucap pria bermasker dengan tatapan tajam. "Siapa kamu, tolong bebaskan saya!" Aku menyelidiki wajahnya, namun dari matanya sepertinya aku pernah melihatnya. "Kamu akan aku bebaskan, asalkan dengan satu syarat," ucapnya Apa syaratnya? Cepat katakan, jika aku mampu, aku akan memenuhinya." Aku menatapnya, dan mencoba untuk menging
# Pov HumaSetelah menerima telepon dari Aa' Wahyu, hatiku sedikit lebih tenang.Aku sebenarnya merasa heran, kenapa pria itu seperti mengenali Aa' Wahyu, dia juga mengetahui masalah penghibahan harta itu, padahal baru kemarin malam berita itu kami terima."Calon istrinya Wahyu, cantik juga ya." Ia memandangku lekat dan hendak menyentuh wajahku, namun aku menghindar dan segera memalingkan muka."Mendingan kamu sama Aa' aja Neng geulis (cantik), nggak usah sama si Wahyu.Dia itu sudah duda, kalau Aa' masih single," ia pun terkekeh.
Polisi membawa Yanuar dan kawan-kawan ke kantor polisi, juga bapak-bapak yang tadi menolong kami pun turut ikut serta, sebagai saksi.Aku, Aa' Wahyu dan Bang Imron menaiki mobil ambulans menuju rumah sakit terdekat.Haikal, Kang Hadi dan Bang Togar mengikuti kami dari belakang, menaiki motor masing-masing.Bang Imron, terluka di bagian tangan, dan memar dibeberapa bagian, dan kini dalam keadaan pingsan.Sementara A' Wahyu duduk bersandar di dekat Bang Imrom merintih kesakitan, menahan perih di kakinya. dan aku duduk di sebelahnya,"Yang kuat, Aa sayang," Jemari kami saling bertautan.
"Neng !" Perlahan Aa' Wahyu membuka matanya."Kok malah bangun, Aa' !" Aku membulatkan mata, terkejut."Maaf, ya Sayang ! Aa' ketiduran," ucapnya."Aa' istirahat aja ya ! Neng juga sudah ngantuk ini." Mataku sudah tak bisa diajak kompromi, aku pun berkali-kali menguap."Neng, tidur disini aja ya sayang, biar Aa' yang tidur di kursi itu !" ucapnya."Ah ... ! Aa' mah ngaco !Aa' kan lagi sakit, udah biar Neng aja yang tidur di kursi." Aku pun segera beranjak menuju kursi panjangDi ruangan ini ada beberapa tempat tidur pasien, namun sudah terisi penuh, keluarga pasien yang menunggu pun sudah terlelap di atas tikar yang mereka bawa sendiri dari rumah.Walaupun aku memakai baju gamis, tapi di dalam, aku juga memakai celana panjang, jadi aku tidak terlalu khawatir jika selama tertidur, bajuku tersingkap.Tak menung
"Gimana kabarnya Bang Imron, Bang Togar ! keluarganya sudah tau belum ?" tanyaku penasaran." Belum siuman juga dia, masih transfusi darah," balasnya."Itulah ! Aku lagi bingung ini, begitu aku telepon si Laras dari Hp Imron, dia kaget, katanya akan segera terbang kemari." Bang Togar menatap kami bergantian."Katanya dia akan menuntut dan meminta pertanggungjawaban," imbuhnya lagi.Kami semua terkejut mendengarkan penuturan Bang Togar."Gimana ini A' ?" Aku menatap Aa' Wahyu."Sebenarnya wajar-wajar saja kalau pihak keluarga Bang Imron menuntut pelakunya. apalagi Bang Imron dalam keadaan kritis," ucap Aa' Wahyu."Iya, betul juga sih kata Aa' !" ucapku."Tapi masalahnya, Yanuar itu kan sodaranya Aa', nanti Laras berpikir yang tidak-tidak !Lagipula, Bang Imron seperti ini juga gara-gara menyelamatkan aku kan !" ucapku lagi.
"Alhamdulillah, stok darah buat Imron akhirnya terpenuhi, malah berlebih," gumamnya."Alhamdulillah,"ucap kami.Teman-teman Haikal pun hendak pamit, untuk pulang ke rumahnya masing-masing, setelah selesai melakukan donor darah."Jangan pulang dulu atuh ! Ini dimakan dulu kue-kuenya, biar nggak lemes." Mamah menyodorkan kue bolen pisang kepada teman-temannya Haikal.Tanpa menunggu lama, Adit dan Asep langsung menyambar kue yang tepat berada di depannya itu."Kue buatan mamahnya Haikal, ternyata sangat enak ya?" ucap Adit setelah mencicipinya sedikit."Iya betul ! rasanya jauh lebih enak daripada di toko kue yang terkenal itu," Asep menimpali, mulutnya masih mengunyah kue bolen rasa coklat keju."Ah kalian, muji-muji mulu, kalau mau nambah, masih banyak kok ! Jangan khawatir, masih banyak di rumah" ucap Haikal."Kalau dititipkan di kantin se
#Beberapa hari kemudian# pov HumairaHari ini, kami sekeluarga sedang bersiap-siap menuju rumah almarhum aki Juned di daerah Batujajar, kawasan Bandung Barat.Selain mau bertakziah, kami juga memenuhi undangan keluarga Aa' Wahyu, katanya ada hal yang sangat penting untuk dibicarakan.Setelah beberapa hari di rawat, akhirnya luka di kaki Aa' Wahyu sudah mulai membaik, kini ia sudah bisa berjalan dengan normal seperti sediakala.Kini, ia sedang melakukan video call bersama kedua anaknya, tampak rona kebahagian menghiasi wajah mereka.Anak-anaknya sudah sangat rindu kepada ayahnya.Semenjak Aa' Wahyu pulang dari Aceh, mereka belum sempat bertemu, karena keluarga Aa' Wahyu di sana sedang sibuk-sibuknya.Aa' Wahyu nampak berseri-seri hari ini, ia hanya mengatakan akan ada surprise, ketika aku menanyakan