"Dek, ada acara apa di dalam? Rame kali nampaknya?" tanya Imron menatap Nuralima penuh dengan tanda tanya.
"Itu rombongan keluarga Bang Tohir, Bang!" jawab Nuralima, pandangannya menatap ke arah dalam rumah.
"Siapa itu Bang Tohir? Keluarga dek Ima ya?" tanya Imron.
Sarma tiba-tiba datang dari arah belakang rumah dengan tergopoh-gopoh, kemudian ia menghampiri mereka.
"Kucari ke mana-mana tak' nampak, di sini rupanya Kakak! Dipanggil mamak' dari tadi !" ucap Sarma sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
"Kau datang secara tiba-tiba, mengagetkan Kakak pula, malas kali jumpa sama mereka itu, kau saja yang kawani mereka," balas Nuralima.
"Aku pun tak' mau, ayolah Kak! Jumpai dulu sebentar, merepet pula nanti mamak', tak' sanggup kita dengar nanti, " ujar Sarma.
"Ayo Bang Ali, kawani aku." Nuralima bangkit dari duduknya.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba gawai-nya berbunyi, ada panggilan masuk dari Togar.["Halo, Gar! Apa kabar kawan? tanya Imron begitu telepon tersambung.["Aku Lilis, Bang! Bang Togar menghilang."] balas Lilis dengan suara tersedu.["Apa?"] Imron kaget mendengar jawaban Lilis.["Maksudnya, menghilang macam mana? Kok bisa handphonenya enggak dibawa?"] tanya Imron.["Iya Bang, handphonenya ketinggalan, kemarin katanya mau pergi kerja, tapi sampai malam ini belum kembali juga, tadi Lis sudah tanya sama Pak Wisnu, tapi dia bilang kalau Bang Togar enggak masuk kerja. "] Lilis terisak menahan tangis.["Kau tenang dulu, Lis! Nanti aku coba mencari informasi,"] ucap Imron mencoba untuk menenangkan Lilis.[" Sebelum dia pergi, apa ada yang dia bilang samamu, Lis? Mungkin bisa kita jadikan petunjuk,"] ujar Imron.["Bang Togar engga
"Sebenarnya, kalian mau apa dengan handphone aku yang murah itu, tak' ada bagus-bagusnya pun, ini aku ada duit kalian bisa belikan handphone, tapi kalian harus lepaskan, ucap Togar."Hei, aku tak' membutuhkan uang kamu, jangan coba merayu kami," ucap pria bertubuh gempal."Siapa bos kalian? Cepat katakan!" pekik Togar.Togar curiga dengan niat mereka yang hanya menginginkan gawai miliknya, ia mencoba mengingat-ingat.'Alamakjang! Apa Mungkin karena video itu,' batinnya.Setelah memahami permasalahannya maka ia pun segera mengatur siasat."Baiklah aku akan memberikan handphone Kepada kalian, tapi lepaskan dulu aku," ucap Togar."Jadi bagaimana caranya?" ucap pria yang berpakaian serba hitam."Aku harus pulang dulu ke rumah untuk mengambil handphonenya," jawab Togar.Ketika pria itu saling melirik satu sam
Alex duduk di kursi kemudi, Janu berada di sebelahnya, sementara Opang dan Bom-bom mengapit Togar di kursi belakang."Kemana kita, Bos?" tanya Opang."Kita lenyapkan dia," balas Alex dengan santai."Hei, mau kalian apakan aku? Lepaskan" Togar meronta berusaha melepaskan diri dari cengkeraman di kiri dan kanannya."Kau harus merasakan akibatnya, Togar!" Alex menyeringai.Tidak ada yang bisa dilakukan Togar untuk saat ini, selain meminta perlindungan kepada Yang Maha Kuasa, di dalam hati ia berdoa semoga diberikan pertolongan dan perlindungan dari segala macam bahaya.Ini adalah saat-saat yang sulit dan menegangkan bagi Togar, jika terjadi sesuatu yang buruk kepada dirinya, ia masih belum siap untuk berpisah dengan keluarga kecilnya."Kalau kalian mau ambil handphone-ku itu, ambillah; tapi lepaskan aku," ucap Togar lirih.
Lilis pun menceritakan perihal Togar, Ceu Yati dan Haikal mendengarkan cerita Lilis dengan serius, mereka terkejut mendengar Alex sudah kembali."Jadi kita harus hati-hati, jangan sampai lengah, makanya saya di suruh Bang Togar untuk mengungsi dulu ke Tasik" ucap Lilis."Apa enggak sebaiknya menginap di sini saja, Neng Lilis? Kasian nanti Ucok sekolahnya kejauhan,""Enggak apa-apa, Ceu! Kebetulan Ucok masih belajar jarak jauh, jadi bisa di mana saja, lagipula Lilis sudah kangen sama Emak dan Abah di kampung," terang Lilis."Ya sudah kalau begitu, Lilis mau pamit dulu ya Ceu, Assalamualaikum!" ucap Lilis, ia pun mulai beranjak pergi."Iya Lis, Hati-hati di jalannya! Waalaikumsalam," balas Ceu yati."Biar saya bantuin Teh." Haikal membawakan tas berukuran besar."Sekalian kamu antar atuh Kal, ke terminalnya!" ucap Ceu Yati.
Tidak lama kemudian, Ceu Yati mulai siuman, tangannya mulai bergerak, perlahan matanya terbuka."Kal!" lirihya."Apa yang terjadi? Kenapa pada ngumpul semua ini." Ceu Yati berusaha untuk bangkit, kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar,Menyadari kamarnya yang sudah berantakan, ia kembali teringat kepada kejadian tadi."Astaghfirullah...! Orang-orang tadi," lirihya."Bagaimana keadaannya, Mah? Apa sekarang sudah baikan?" tanya Haikal."Masih sedikit pusing." Ceu Yati memegang kepalanya yang masih terasa berat.
["Bagaimana keadaan target?"] tanya Alex kepada Janu yang sedang memantau keadaan rumah Huma, melalui jaringan seluler.["Tadi kami sempat mengecoh mereka, Bos, anak ingusan itu tadi memanggil teman-temannya, sepertinya dia memasang sesuatu di rumahnya, tapi tidak begitu jelas apa yang dipasang,"] balas Janu.["Bagus! Pantau terus mereka jangan sampai lengah, baru kita jalankan misi kedua kita," ucap Alex.["Siap, Bos"] balas Janu.Alex segera memutuskan sambungan telepon.Alex duduk dengan santai di sebuah hiburan malam bersama seorang wanita dan dua orang pria, mereka sedang membicarakan sesuatu hal yang serius.
Pada malam yang sama, Haikal terbangun dari tidurnya, ia terkejut setelah bermimpi kalau rumahnya kebakaran, ia segera mengecek CCTV melalui laptopnya.Beberapa menit yang lalu, terdapat seorang pria tidak dikenal berjalan mondar-mandir di depan rumah catering, setelah diperhatikan berulangkali, pria tersebut membawa botol mineral berisi cairan berwarna kuning.Lelaki misterius itu kemudian menyalakan rokok kemudian melemparkannya ke tempat ia menumpahkan cairan tadi, perlahan api pun mulai menyala, pria tadi segera meninggalkan tempat itu.Melihat hal itu, Haikal segera membangunkan mamahnya, kemudian ia berlari menuju ke rumah Catering.Haikal berteriak memanggil Laura dan beberapa karyawannya lain yang berada di dalam."Kebakaran...! kebakaran...!" teriaknya.Semua yang berada di dalam, segera berlari ke luar rumah, namun Haikal tidak melihat Laura ik
"Kenapa bisa pingsan, Neng! Untung ditolong sama Haikal tadi," ucap Ceu Yati."Jadi, Haikal yang tadi nolongin Laura?" ucapnya."Iya, untung si Eneng nya nggak kenapa-napa," jawab Ceu Yati."Mamah enggak sangka, ternyatadia seberani itu," imbuhnya lagi."Ya sudahlah, Neng! Sebaiknya kita cepat tidur, ini sudah larut malam," ucapnya."Iya, Mah!" Laura membalikkan badannya, ia berusaha memejamkan mata, namun bayangan masa lalunya memenuhi pikirannya saat ini.Laura teringat kejadian beberapa tahun silam, ketika kedua orangtuanya meninggal akibat kebakaran di dalam ruko tempat mereka berjualan masakan khas Jambi.Saat itu usianya masih balita, namun ia masih mengingat peristiwa yang menewaskan kedua orang tuanya itu.Terdengar suara tabung gas meledak dari ruko lantai dasar tempat biasanya sang bunda memasak untuk ber
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p