34
"Sebentar lagi saya akan menemui tamunya, Bude," jawab Risma.
"Baik, Bu," jawab Bude Ajeng, lalu meminta ijin untuk undur diri.
Risma pun kembali menatap wajah Emak, mata mereka berdua masih tergenang air sebening krista.
"Sampai kapanpun, bagi Risma, Emak tidak akan pernah terganti," ucapnya, lalu kembali mencium tangan Emak, dan meminta ijin ingin menemui tamunya terlebih dahulu. Risma pun langsung bergegas ke ruang tamu.
Seorang wanita berhijab syar'i, berwarna hijau tua terduduk sendiri di sofa, wajahnya putih bersih juga cantik, dan Risma tidak mengenalinya. Wanita itu lalu menoleh ke arah datangnya Risma, lantas langsung berdiri, tersenyum manis kepada Risma.
"Assalamualaikum," ucap salam dari Maharani.
"Waalaikum salam," jawab salam dari Risma, wanita bernama Maharani itu lantas memeluk tubuh Risma, menempelkan pipi kiri dan kanan. Risma yang memang tidak terlalu luas pergaulannya, agak sedikit canggung melakukannya. Risma l
Tekanan darah tinggi dan penyumbatan pembuluh darah ke otak, sehingga pasokan nutrisi dan oksigen terganggu, itu yang menyebabkan Pak Hasyim terkena stroke," jelas Dokter Anisa, dokter yang bertugas di Desa Cibungah pada Amran. "Separuh tubuhnya mengalami kelumpuhan. Saran saya sebaiknya pak Hasyim dibawa ke rumah sakit yang lebih besar di kota kabupaten, guna menjalani terapi," jelas Dokter Anisa lagi."Jadi, bapak saya mengalami kelumpuhan, Dok?" tanya Amran lagi."Iya, Pak Amran, tetapi hanya separuh tubuhnya, beliau pun nanti akan kesulitan bicara," jelas dokter puskesmas itu lagi."Jika bisa secepatnya ya, pak, dibawa ke rumah sakit besar," pinta dokter Anisa lagi, lalu kembali masuk ke ruang praktek-nya.Dengan dibantu beberapa warga desa, Juragan Hasyim kembali dibawa pulang ke rumah, dan diletakkan di dalam kamarnya. Sebagian warga yang membantu sudah kembali ke rumah masing-masing, dan Amran kebingungan sendiri di ruang tamu. Kabar yang dia terim
Maaf Kang, Samsiah tidak tahu," jawabnya sembari tertunduk, begitupun Ela, mereka memang ada rasa segan kepada Abang mereka yang paling tua tersebut.Pelan-pelan mereka berdua mulai mengganti celana Juragan Hasyim yang basah dengan kain sarung, terlihat ada rasa jijik pada diri mereka saat melakukannya."Dokter bilang apa?" tanya Darman, kepada kedua adiknya."Stroke Kang, ada penyumbatan pembuluh darah pada otak," jelas Ela, sambil berlalu ke kamar mandi belakang untuk membawa celana kotor bapaknya. Setelah memastikan bapak sudah dalam keadaan bersih, Darman lantas menemui adik-adiknya yang masih berkumpul di sebelah kamar bapak, ruang tamu."Dokter bilang apa lagi?" tanya Darman, tetap berdiri, sementara yang lain masih terduduk di karpet."Harus dibawa ke Rumah Sakit besar Kang, buat pengobatan lanjutan dan menjalani terapi," jelas Amran."Terus, kenapa belum dibawa?" tanya Darman lagi."Ini lagi dibicarakan, Kang," ujar Ela, beral
PART 37"Tapi Mak, sekarang Bapak terkena Stroke," jelas Darman. Sontak keterkejutan terlihat pada diri emak dan Risma."Astaghfirullah aladzim," ucap Risma, sementara emak terdiam saja."Beneran, Kang?" tanya Risma, ada getar kekhawatiran dalam pertanyaannya. "Benar, Ris. Saat akang kesana, bapak sedang tergeletak saja di kasur. Celananya basah karena air kencingnya sendiri. Ela dan Samsiah yang ada di ruang tamu malah tidak tahu, mereka sedang sibuk berencana ingin menjual rumah Bapak. Benar-benar kurang ajar mereka semua," geram Darman jengkel."Astaghfirullah." Risma seperti tidak percaya dengan apa yang didengarnya, dan Emak masih diam saja."Kasihan Bapak, Mak, nggak ada yang ngurusin. Ela dan Samsiah sepertinya kurang perduli dengan Bapak," jelas Darman lagi."Entahlah, Bapak sudah makan atau belum, akang tadi lupa menanyakan," gumamnya, lalu cepat mengambil handphone dari saku bajunya, dan menghubungi nomor yang dia tuj
Part 38Mobil yang membawa Riswan memasuki halaman rumah megah miliknya, dan sang isteri tercinta sudah menunggunya di teras utama, menyambutnya dengan senyum mereka penuh pesona.Risma mencium punggung tangan Riswan, yang membalasnya dengan kecupan lembut di kening sang istri tercinta. Berjalan berpelukan memasuki ruang tamu dengan penuh kebahagiaan."Abang mau langsung makan, atau mandi dulu," ucap Risma, sesaat setelah mereka sampai di kamar pribadi mereka."Abang sudah mandi dan makan Neng, di hotel tempat pertemuan," jelas Riswan, sembari mengambil baju ganti dari almari pakaiannya. Risma terlihat cemberut manja, mendengar jawaban dari suaminya. Riswan yang menyadari perubahan pada wajah istrinya lantas menghampiri, dan memeluk sang istri."Kenapa atuh, wajahnya cemberut begitu?" tanya Riswan, sembari menjawil dagu istrinya."Habisnya Abang pakai acara makan di luar, Risma sengaja belum makan karena nunggu Abang ingin makan barengan," j
Part 39"Biar Bang Riswan yang memutuskan, apakah dia bisa bersikap adil atau tidak."Maharani tersentak, tubuhnya mendadak gemetar, dia tidak menyangka jika Risma mampu mengetahui isi hatinya."Maafkan saya, Mbak Risma, maafkan saya," lirihnya, tangisnya terdengar menyedihkan. Risma pun mulai ikut menangis."Saya tidak mungkin menolak apa yang Allah perbolehkan, para Nabi-nabi pun tidak ada yang berani menentang. Mbak Rani seseorang yang lebih dulu mengenal Bang Riswan dibandingkan saya, berhak untuk mengetahui keputusan apa yang akan diambil oleh suami saya nanti." Terdiam sesaat Risma, sebelum akhirnya melanjutkan bicara."Bang Riswan sudah memiliki kriteria untuk memiliki lebih dari satu istri, jadi biarkan Bang Riswan yang memutuskan tanpa ada tekanan dari kita berdua, hanya saya minta, apa pun keputusan suami saya nanti, kita berdua harus ikhlas ya, Mbak." Maharani mengangguk, sembari mengusap air matanya."Mari kita temui Bang Riswan
Samsiah yang memang juga sedang jengkel, membiarkan Ela menumpang menangis di rumahnya. Dia sendiri sedang kebingungan, hari ini mau masak apa. Uang simpanannya habis digunakan Gufron untuk bermabok-mabokan, walaupun dia sudah memindahkan berkali-kali tempat dia menyembunyikan, suaminya selalu bisa mengetahuinya.Beberapa saat, Samsiah pun mulai duduk di bangku samping Ela, hanya terdiam mendengar Ela menangis, dia sendiri sedang pusing dengan perilaku suaminya."Teteh tuh kesel sama Kang Tohir, ada saja barang-barang di rumah dijual-jualin. Nggak tahu uangnya buat apa, lama-lama nanti isi rumah ludes semua." Tanpa ditanya adiknya, Ela bercerita dengan sendirinya, sembari mengusap air matanya."Semakin jarang di rumah sekalinya pulang hanya untuk mencari barang-barang yang bisa dijual, lama-lama juga nanti teteh yang dia jual," ucap Ela dengan rasa kesal. Samsiah menarik nafas dalam, dadanya pun terasa sesak."Kang Gufron pun sama saja, Teh. Uang simpanan
Part 41Mobil yang membawa keluarga Riswan mulai memasuki perbatasan menuju ke desa Cisauk. Sebuah gapura besar bertuliskan nama desa tersebut menyambut siapa saja yang memasuki wilayah tersebut.50 meter memasuki wilayah desa, mobil Riswan menepi sejenak di sisi jalan yang tidak jauh dari sebuah warung sembako sederhana berukuran kecil di mana terlihat ada beberapa orang sedang berkumpul. Toni mulai turun dari mobil bermaksud untuk mendekati para warga yang sedang berkumpul di situ."Assalamualaikum.""Waalaikum salam." Hampir berbarengan semua warga yang berkumpul tersebut membalas salam dari Toni."Permisi bapak-bapak, ibu-ibu, numpang bertanya, ada yang tahu di mana rumah Ibu Saanih?" tanya Toni. Sejenak warga yang sedang berkumpul saling berpandangan, dan salah satu dari ibu-ibu yang ada di situ lantas memberi tahu, hampir semua yang ada di situ berpakaian cukup pantas dan rapih, seperti habis selesai berkunjung ke suatu tempat."Oh itu
Part 42Pagi menjelang siang di hari yang sama.Selepas mendapatkan uang, hasil dari menggadaikan sertifikat tanah sekaligus rumah milik bapak, di tengah perjalanan. Tepatnya di ladang tebu milik warga, Amran menghentikan kendaraan motornya, dan mengajak adik bungsunya Samsiah untuk turun."Kok berhenti di sini, Kang?""Iya, kita pisahin uang untuk kita berdua di sini saja. Takutnya jika di rumah, Ela bisa tahu.""Ya sudah, terserah Akang saja."Amran lantas mengajak adiknya itu untuk masuk lebih ke dalam ladang tebu, dan Samsiah lantas mengeluarkan bungkusan uang berwarna cokelat yang berisi uang 60 juta dari dalam tasnya.Amran lantas mengambil uang tersebut, berniat memisahkan uang yang sepuluh juta untuk dia bagi dua bersama Samsiah tanpa sepengetahuan adiknya yang satu lagi, Ela.Mendadak dari kerimbunan batang tebu. Tiga orang memakai topeng menyergap mereka, dengan bersenjata tajam, berupa clurit dan parang, langsu