Share

208. Harus Diakhiri

Penulis: Pena Asmara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Bapak kenal dengan pria yang bersama istri, Bapak?" tanya salah seorang petugas saat di tempat parkir depan polsek, hendak menuju motel tempat Elvira berada.

"Tidak kenal, Pak."

"Apa gelagat istri bapak ada perubahan baru ini atau sudah sejak lama?"

"Beberapa bulan terakhir ini. Tadinya saya tidak berpikir macam-macam. Tetapi semakin hari semakin sering pergi dengan alasan yang ada saja."

Petugas kepolisian itu mengangguk, lantas menaiki mobil bersama dua petugas lainnya, Dody pun mulai menghidupkan motornya. Berjalan terlebih dahulu diikuti kendaraan petugas di belakangnya.

Setiba di motel tempat istrinya chek-in bersama seorang pemuda, mobil miliknya masih terparkir di tempat semula. Dengan ditemani petugas wanita Dody lantas menghampiri seorang petugas penjaga penginapan.

Seorang perempuan berusia belasan tahun dengan berpakaian bebas yang bertugas di lobby, tempat tamu yang ingin menyewa kamar.

Suasana motel sendiri terlihat lengang. Hanya terlihat beberapa motor di dep
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   209. Hati Dan Jiwa Yang Tulus

    Halimun masih terlihat menyelimuti Desa Cibungah selepas Adzan Subuh. Hawa dingin yang menyergap membuat sebagian orang malas untuk segera bangun, bahkan untuk menjalankan kewajiban Sholat Subuh, tapi tidak bagi yang sudah terbiasa. kebiasaan baik seperti itu sudah berjalan di rumah mewah milik Riswan dan Risma. Aktivitas rumah sudah berjalan dari pagi-pagi sekali selepas menunaikan kewajiban. Riswan sebagai pemimpin rumah tangga tidak membuat aturan untuk itu, tapi hanya mencontohkan kepada yang lain. Sholat bukan lagi dianggap sebagai sebuah kewajiban, tetapi sudah seperti kebutuhan. Layaknya manusia yang butuh makan, minum, dan bernapas. Risma, walaupun sedang mendapatkan tamu bulanan, tetap bangun pagi seperti biasa. Dan sekarang sedang mengantar Susan dan Maharani yang pagi ini akan terbang ke Semarang, guna mencari keberadaan Ibu dan adik-adiknya lewat alamat yang diberikan Elvira kemarin. Mobil yang akan mengantarkan mereka sudah menunggu, tas bawaan mereka pun sudah masuk b

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   210. Ujian Dari Orang Terdekat

    Dering suara panggilan telepon di handphone Susan kembali berbunyi, dan itu untuk kesekian kali. Susan yang sedari tadi menatap ke arah sisi jalan lantas mengambil hapenya yang dia letakan di sampingnya dan langsung mematikan. Dia merasa terganggu dengan ayahnya Dody yang terus berusaha menghubunginya."Kenapa tidak diangkat, kok malah dimatikan?" tanya Maharani pelan, Susan masih menatap ke arah sisi jalan. Kebun-kebun teh yang terbentang luas. "Tidak usah, Ran. Biarkan saja.""Iya, tapi kenapa?" Susan mulai menoleh ke arah Maharani. Berucap pelan. "Kamu 'kan tahu seperti apa papaku?" Maharani mengangguk, dia memang sangat tahu seperti apa Dody. Walaupun enam tahun terakhir ini tidak lagi bertemu Susan, tetapi dulu dia sangat tahu bagaimana Susan diperlakukan oleh sang ayah. "Tetapi tidak baik, San. Bagaimanapun beliau itu ayahmu, kamu tetap harus menghormatinya.""Setelah semua perlakuannya terhadapku?" Maharani mengangguk. Susan kembali berucap, "Dia selama ini telah menyembuny

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   211. Kerinduan Yang Terpendam

    "Kok, bisa?" tanya Maharani setelah mendengarkan ucapan Susan yang memberitahunya tentang sang ayah yang memutuskan untuk berpisah dengan Elvira. "Bokap mergokin Elvira bersama pria lain di hotel." jawab Susan langsung saja, menyebut ayah dengan kata-kata gaul yang biasa disebut di kota besar. "Astaghfirullah... selingkuhannya?" tanya Maharani memastikan kembali, dan Susan menggeleng. "Terus sama siapa jika bukan dengan selingkuhan?" tanya Maharani lagi penasaran. "Pria bayaran." Susan berucap cepat. "Gig*lo maksudnya?" Susan mengangguk, membenarkan ucapan Maharani. Susan kembali melanjutkan bicara. "Bokap udah curiga dari lama katanya, hanya kemarin dia baru niat untuk mengikuti dari belakang untuk membuktikan, ternyata benar kecurigaannya.""Terus sekarang bagaimana?""Bokap tetap ingin berpisah. Dia pun tetap akan menuntut Elvira ke polisi. Biar Elvira tau bagaimana rasanya tinggal di dalam penjara.""Itu keputusan yang beliau ambil. Semoga ada hikmah yang bisa dijadikan pel

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   212. Rindu Yang Tak Tertahan

    Andien Komala adalah adik bungsunya Susan, selain Fauzan. Saat perpisahan kedua orang tuanya 15 tahun yang lalu, Andien saat itu baru berusia dua tahun, sementara Faudzan 10 tahun. Susan sendiri masuk usia 14 tahun waktu itu. adik bungsunya ini sudah pasti tidak lagi mengenalinya, dan Susan sendiri tidak pernah lupa nama adik-adiknya, termasuk juga tanggal lahir mereka. "Kakak kok menangis?" tanya Andien dengan polosnya. Dia masih belum kepikiran jika yang ada di hadapannya itu adalah kakak kandungnya sendiri. “Mas Fauzan kemana, Dek?” tanya Susan lagi, belum mau memberitahukan tentang jati diri dia yang sebenarnya. Maharani diam saja, ikut bersedih saat melihat Susan meneteskan air mata. "Oh, Kakak ini temannya Mas Fauzan? Memangnya Kakak tidak datang waktu itu?""Datang apa, Dek?""Pernikahan Mas Faudzan Ka, tiga bulan yang lalu di Desa Sambiloto. Setengah jam dari sini. Sekarang Mas Fauzan tinggal bersama istrinya di sana?""Alhamdulillah," ucap Susan sambil memperhatikan tempat

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   213. Maafkan Ibu, Nak

    “Putri siapa, Bu?” tanya suaminya Qhodori. Sekarang mereka semua melihat ke arah Susan dan Maharani. Ratna masih terdiam, air matanya sudah luruh membasahi pipi. Bagai tersentak dari lamunan, Ratna segera berlari mendekati putri sulungnya yang lama terpisah. Berhenti tepat selangkah di depan Susan."Kamu benar 'kan, Susan Indahswari putri saya," ucap Ratna memastikan lagi. 15 tahun tidak lagi bertemu, dia mesti memastikan lagi. Meskipun paras putri sulungnya yang cantik ini tidak terlalu banyak yang berubah. Hanya terlihat lebih dewasa. Susan tidak menjawab, hanya mengangguk sembari terisak. Pipinya sudah basah dengan air mata. Ratna secara cepat langsung memeluknya. Tangisannya pecah, didekapnya anak sulungnya tersebut dengan sangat erat, seolah ingin melampiaskan segala kerinduan yang telah lama terpendam. "Maafkan Ibu, Nak. Maafkan Ibu," ucapnya berkali-kali di antara tangisnya. Susan pun sudah tidak sanggup lagi untuk berkata-kata. Dia larut dalam kebahagiaan yang selamat ini

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   214. Rasa Benci Yang Mengakar

    Susan lalu menonaktifkan ponsel miliknya setelah menerima pesan dari Dody. Tidak ada keinginan darinya untuk menjawab pesan tersebut. Susan bisa merasakan apa yang Andien rasakan. Ayahnya memang sangat keterlaluan, padahal dia tahu tempat tinggal adik-adiknya, tetapi tidak ada keinginan sekali pun untuk bertemu secara langsung, bahkan untuk hanya sekadar berkirim pesan atau menelepon pun tidak dia lakukan. Entah, terbuat dari apa hati ayahnya tersebut. Pantas rasanya jika Andien begitu sangat membencinya. "Siapa Kak yang mengirim pesan? Pacar Kakak ya?" tanya Andien menggoda, membuat Maharani dan Ratna jadi tersenyum. "Bukan siapa-siapa, Dek." Susan beralasan, dalam hatinya merasa bimbang. Harus memberitahu rencana kedatangan ayah mereka besok hari, atau membiarkan saja. Dan Susan memilih untuk tidak memberitahukan ibunya dan Andien, mengingat ucapan Andien tadi. Yang Susan takutkan, adiknya itu akan pergi menghindar jika tahu ayah kandung mereka akan berkunjung besok, jadi dia me

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   215. Keterikatan Bathin

    Selepas Andien masuk ke dalam rumah dengan menyimpan kesal, Maharani mulai ikut berbicara, "Semua butuh waktu, Tante. Mungkin karena Andien masih remaja, jadi lebih mementingkan ego dan emosinya." "Iya, Nak Rani. Mungkin dia sakit hati dengan masa kecilnya dulu.""Sakit hati kenapa, Bu?" Susan bertanya cepat. "Sering kali dulu saat TK dan SD, setiap pulang sekolah atau pun selesai bermain, Andien pulang dalam keadaan menangis.""Kenapa, Bu?" tanya Susan lagi. "Karena sering diejek kawan-kawannya tidak punya ayah.""Ya, Allah," ucap Susan. Mungkin karena saat perpisahan orang tuanya dulu dia besar, jadi tidak ada yang berani membullynya. Berbeda dengan masa kecilnya Andien. "Ditambah lagi, ayahnya tidak pernah datang untuk mengunjunginya. Padahal dia tau alamat tempat tinggal kami. Semakin membuat Andien membenci ayahnya." Terdiam Ratna, matanya berkaca-kaca, karena mengingat kesedihan dan kekecewaan yang dialami putri bungsunya. Perceraiannya dengan Dody, membuat ketiga putra-put

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   216. Harus Pulang

    Maharani meminta ijin untuk sedikit menjauh dari Ratna dan Susan, karena ingin menelepon orang tuanya. Dari teras dia menuju ke halaman rumah, dekat tembok pagar pembatas Maharani berdiri di situ. Maharani kemudian mencoba menghubungi sang mami lewat aplikasi hijau. Dia merasa tidak enak hati telah menonaktifkan ponsel selama berhari-hari. Maharani baru ingat, jika kemarin adalah waktunya papih dan mamihnya pulang dari setelah selama ini bertugas di kantor kedutaan besar Indonesia di Swedia. Setelah hampir tiga tahun bertugas di sana. Semakin besar rasa bersalahnya kepada sang mamih. Maharani, yang biasanya selalu ikut kemanapun sang papih ditugaskan, kali ini menolak untuk ikut serta. Dia memilih untuk tetap tinggal di Jakarta. Selain karena ingin mandiri, dia pun sudah punya usaha di kota itu. Dan satu hal yang paling penting baginya, yaitu mencari keberadaan Riswan yang saat itu menghilang bagai ditelan bumi. Dan setelah bertemu, ternyata Riswan sudah punya kehidupannya sendiri,

Bab terbaru

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 394 Waktu Terbaik

    Dli, Aku mau ijin ke kamar kecil sebentar?" ucap Irma langsung berdiri dari tempat duduknya. "Lurus saja, Ma. Pintu kedua di sebelah kanan, kamar mandi buat tamu," jawab Fadli, wajahnya mengarah ke lorong dalam rumah. "Saya permisi sebentar, Tante." Si nyonya besar hanya mengangguk saja, dan Irma pun langsung berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh Fadli.Sebenarnya, Irma tidak ingin buang air kecil ataupun besar. Dia hanya ingin menghindar sebentar. Ucapan dan pertanyaan dari ibunya Fadli dan Fadlan sungguh membuatnya sangat tidak nyaman. Dirinya merasa direndahkan dan tidak dihargai hanya karena seragam dan pekerjaannya yang sekarang. Irma sangat mencintai pekerjaannya, karena dari hasil kerjanya dia bisa membantu perekonomian keluarganya. Biaya sekolah ketiga adiknya, juga untuk merenovasi rumah. Walaupun tidak sekaya jika dibandingkan dengan Fadli, tetapi Irma adalah wanita yang mandiri. Kekayaan atau harta yang dimiliki pria bukanlah prioritasnya sekarang ini dalam mencari pas

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 393 Seperti Terdakwa

    Irma bisa melihat, jika tatapan Fadli yang berdiri di sampingnya banyak menyimpan kemarahan terhadap saudara kembarnya, Fadlan. Kegeraman terlihat jelas pada wajahnya. Irma sungguh tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak dia inginkan, ditambah lagi ada ibu dari mereka berdua.Irma berucap pelan kepada Fadli, dan tidak ingin Fadlan ikut mendengarkan."Jika kamu sampai berkelahi dengan Fadlan, jangan harap aku akan sudi bertemu denganmu lagi, Dli? ucapnya tegas, lalu tersenyum manis kepada Fadli. Sesaat Fadli diam tertegun, lalu dia mengangguk."Yuk, masuk, Ma," ajaknya lagi kepada Irma, sambil tangan kanannya menuntun Niken sang keponakan. Fadli langsung masuk ke dalam rumah tanpa menegur Fadlan, berpura-pura sibuk berbicara dengan Niken sambil berjalan. Sementara Irma berhenti tepat di depan Fadlan, menegur terlebih dahulu."Bagaimana kabarmu, Fad?" tegur Irma, dan entah kenapa, hatinya mulai merasakan tidak nyaman dengan Fadlan. Mungkin penyebab utamanya karena fitnah yang dia lak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 392 Pernah Menggugat Tuhan

    Siapa yang sudah berbohong terhadap dirinya, Fadli ataukah Fadlan? Siapa pula yang harus dia percaya di antara keduanya? Jika memang Fadlan yang sudah berbohong, apa maksud dan tujuannya? Irma benar-benar dibuat bingung setelah mendengarkan penjelasan versi Fadli. Namun, jika ternyata Fadlan yang sudah berbohong dan sengaja untuk menjelekkan juga memfitnah saudara kembarnya tersebut, betapa Irma akan sangat kecewa terhadapnya. Fadlan bilang jika Fadli sudah berkeluarga dan juga memiliki satu anak perempuan yang seumuran dengan putrinya, namun Fadli bilang jika istri sudah meninggal dunia, bahkan menjelaskannya dengan mata yang berkaca-kaca. "Istrimu sudah meninggal, Dli?" tanya Irma, dia memutuskan untuk tidak lagi membahas tentang perbedaan keterangan antara Fadli dan Fadlan. Siapa yang sudah berbohong dan siapa yang sudah berbicara jujur di antara mereka. Fadli mengangguk, membenarkan pertanyaan Irma. "Meninggal bersama dengan anakku di dalam kandungan," jelas Fadli, raut kesedi

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 391 Siapa yang Harus Dipercaya

    Fadli malah terlihat seperti orang bingung, macam tidak paham apa yang sudah diucapkan oleh Irma. "Kamu sebenarnya bicara apa sih, Ma? Beneran, aku nggak paham," jawab Fadli, menatap wajah Irma dalam. Kembali dia lanjut bicara. "Benci? Musuhan? Sama siapa? Aku musuhan dan benci sama Fadlan gitu maksudnya, kamu?" tanyanya ke Irma. "Maaf, jika aku salah dan dianggap kegeeran, tapi menurut Fadlan seperti itu."Fadli menatap Irma dalam, bukan maksudnya untuk tidak mengakui, tapi itu peristiwa sudah beberapa tahun yang lalu, yang bahkan usia mereka waktu itu masih berumur belasan. "Dulu saat kita masih satu sekolah, iya, Korma. Aku memang sempat marah dengan Fadlan, karena aku yang dekat denganmu dari kelas satu, Tiba-tiba saat kelas tiga, dia main serobot aja." Fadli tertawa, ingatannya seperti sedang kembali ke masa lalu. Kembali dia bicara. "Saat dulu itu memang bukan salah kamu, bukan juga salah Fadlan. Aku saja yang dulu tidak punya keberanian untuk bicara langsung terhadapmu. "

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 390 Masa Lalu yang Belum Selesai

    Pria yang ingin bertemu dengannya jelas memang Fadli. Karena, memang hanya Fadli yang dulu memanggilnya dengan sebutan korma. Entah kenapa, badan Irma langsung terasa gemetar."Irma, kenapa bengong saja di dekat pintu, Masuk? itu temui Pak Fadli," teguran dari Pak Benny menyadarkan Irma dari terkesima. Kehadiran saudara kembar dari Fadlan ini jelas di luar perkiraannya. Dari mana Fadli bisa tahu jika Irma bekerja di pabrik ini? Terus, darimana Fadli bisa kenal pemilik perusahaan ini. Sampai-sampai Pak Benny pun sangat respect terhadapnya. "Ba-baik, Pak?" jawab Irma atas teguran atasannya itu, namun sebelum mendekati Fadli, justru Fadli yang langsung berbicara dengan Pak Benny. "Pak Benny, saya ijin mau ajak teman SMA saya ini, Irma, untuk makan siang.""Boleh, Pak, silakan," jawab kepala pabrik itu cepat, langsung memperbolehkan. Perlakuan Pak Benny terhadap Fadli cukup membuat Irma heran, betapa sangat hormatnya atasannya itu kepada Fadli. "Irma, kamu diajak makan siang sama Pak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 389 Tamu Yang Ingin Bertemu

    [ Assalamu'alaikum, Fad. Aku sudah memutuskan, sebelum urusan dengan istrimu selesai, aku minta, jangan temui aku dulu. Aku harap, kamu bisa memahami dan mengerti dengan keputusan yang sudah kuambil ini.]Selesai mengirimkan pesan, Irma lantas memblokir nomor Fadlan di aplikasi WA miliknya, bahkan memblokirnya juga di kontak teleponnya. Padahal, baru hari ini Irma memiliki nomor handphone mantan cinta pertamanya itu. Meletakkan hapenya di atas meja rias samping tempat tidurnya, lalu membaringkan tubuhnya di dipan tidur miliknya. Kembali teringat peristiwa saat di ropang tadi, betapa hatinya sangat sakit dianggap sebagai penyebab rusaknya rumah tangga seseorang. Pelakor, demi Tuhan Irma bukan seperti itu, dia lebih baik tetap menyendiri seperti ini daripada jadi perusak rumah tangga orang. Dalam perasaan yang resah, rasa kantuk mulai datang menyergap, karena Irma memang tidak terbiasa tidur terlalu telat. ÷÷÷Tiga hari setelah peristiwa penyiraman kopi oleh Agnes, dan akhirnya beru

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 388 Tangisan Seorang Ibu

    "Mengapa sampai saat ini kamu belum juga menikah, Ir. Apakah itu semua karena aku?"Udara malam di pantai ini semakin dingin, ditambah lagi dengan anginnya yang kencang. Irma sampai mensidakepkan kedua tangannya karena hawa dingin tersebut, ditambah terkena basahan cokelat tadi, walaupun dia sudah berganti pakaian. Setelah cukup lama terdiam, Irma mulai menjawab pertanyaan Fadlan. "Aku harus menjawab apa, Fad? Jika aku bilang mungkin memang sudah garis hidupku dari Allah seperti ini, salah tidak?"Sesaat Fadlan terdiam, karena memang apa yang Irma katakan itu benar adanya. "Tidak, Ir, kamu tidak salah. Hidup, mati, dan jodoh memang urusan Allah 'kan?" "Hmm ... hanya satu hal yang bisa aku jawab dengan jujur dan sebenarnya. Dan itu sudah kujawab saat di rumah tadi. Apa aku harus mengulanginya lagi?" tanya Irma lagi. "Jika kamu tidak keberatan?""Kamu adalah kekasih yang pertama, Fad, dan sampai saat ini aku belum pernah berteman dekat lagi dengan pria lain," jawab Irma, ada nada get

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 387 Sudah Berselingkuh

    Part 12Fadlan terdiam, mendengar pertanyaan Irma, tatapannya masih menghadap ke tengah lautan yang terlihat temaram, terkena pantulan cahaya rembulan. Angin laut masih berembus kencang. Terlihat Fadlan menarik nafasnya sejenak, sembari matanya terpejam, lalu dilepaskan perlahan."Agnes sudah berselingkuh," jawabnya singkat.Lalu mengambil kopinya, dan menghirupnya perlahan."Kamu menyaksikan sendiri?" tanya Irma."Maksudnya?" jawab Fadlan"Maksudku, kamu menyaksikan sendiri perselingkuhan tersebut?" tanya Irma lagi."Tidak," jawab Fadlan, masih singkat. Tatapannya lalu beralih ke arah Irma."Aku menemukan chat-chat pribadinya dengan pria lain," jelas Fadlan."Maksud chat pribadi, seperti apa?""Chat-chat mesranya dengan pria lain." Jemarinya mengusap pelan wajahnya."Kamu kenal, siapa pria yang kamu maksud?" Irma masih terus mengejar. Bukannya Irma ingin kepo dengan masalah orang lain, tetapi ... Fadlan sendiri yang sudah berjanji, ingin menceritakan tentang masalah keluarganya."Ya,

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 386 Menyimpan Amarah

    Terlihat dari raut wajah dan tatapan matanya, jika wanita yang menganggap Irma sebagai perempuan gatel itu sedang menyimpan amarah, ada dua wanita lagi di belakangnya, sepertinya kawan dari calon mantan istrinya Fadlan.Irma hanya diam termangu, saat perempuan itu melabraknya. Fadlan langsung berdiri."Udah, Nes. Perempuan perusak mah, jambak aja rambutnya," ucap salah satu kawannya."Iya, ga usah takut, apa perlu gue bantuin hajar nih pelakor," tuduh kawannya yang satu lagi kepada Irma. Dua orang kawan-kawannya, malah memanas-manasi calon mantan Fadlan tersebut."Hai ... hai, kerjaan kalian jangan bisanya manas-manasin ya. Hai ... Agnes! Irma tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi kita, aku bertemu Irma, baru seminggu ini. Sedangkan masalah di antara kita berdua, sudah berjalan berbulan-bulan. Jadi jika kamu menuduh Irma sebagai orang ke tiga di antara hubungan kita, kamu salah alamat," ucap Fadlan tegas. Irma tetap terdiam, dia bingung, harus bersikap seperti apa."Gue seperti

DMCA.com Protection Status