Share

Teror

Penulis: Reina Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kenapa kalian gegabah sekali?" seru Bu Hanum seraya mengusap dada.

"Arsen, kalau sampai ada yang sadar dengan kematian Pak Seno, lalu kasusnya diselidiki, kalian justru akan semakin terpojok!" sambungnya.

"Apa yang sudah kalian lakukan malah seolah-olah menunjukkan bahwa kalian memang bersalah. Kenapa tak memilih menghubungi polisi saja dan menceritakan kronologi yang sebenarnya?" tutur Bu Hanum lagi.

Aku dan Arsen saling melempar pandangan. Apa yang Bu Hanum ucapkan memang benar. Tapi, kenapa juga Arsen malah mengambil jalan tadi? Lalu, kenapa juga aku malah bertindak ceroboh?

Arsen mengusap wajahnya dengan gusar.

"Semuanya sudah terlanjur, Bu. Lalu, apa yang bisa kulakukan?" ucapnya.

Bu Hanum menarik nafas dalam lalu menghembuskan dengan kasar. Kini, bukan hanya aku dan Arsen saja yang diliputi ketakutan dan juga kekhawatiran, tapi ... Bu Hanum juga.

"Mungkin, saat ini kita cuma bisa berdoa, semoga saja ... semuanya ba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Penemuan Bangkai Manusia

    "Sial! Dasar pengecut!"Terdengar umpatan Arsen dari arah depan. Aku dan Bu Hanum segera menghampiri Arsen yang nampaknya baru saja pulang setelah beberapa saat lalu ia berlari mengejar sosok yang telah melemparkan batu ke dalam rumah."Gimana? Ketemu gak?" tanya Bu Hanum seraya menuntun Arsen untuk duduk."Nggak, Bu! Tapi, tadi aku sempet lihat orangnya, hanya saja dia mengenakan penutup wajah jadi aku tak bisa melihat wajahnya. Dan sialnya, dia juga cepat banget hilangnya," tutur Arsen kesal."Apa jangan-jangan ... itu hantu?!" seruku membuat Bu Hanum dan Arsen langsung menoleh padaku."Kamu ngomong apa sih, Ze? Mana ada hantu bisa lari," timpal Arsen."Tapi malam ini aku parno banget. Kita tidur bertiga aja, ya!" ucapku penuh harap.Arsen langsung membulatkan matanya kemudian menggeleng dengan cepat.Ia langsung mendahului Bu Hanum untuk menghampiriku kemudian merengkuh pinggangku dengan erat."Kalau

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Jadi Tersangka

    "Semula kami menduga pelaku pembunuhan adalah pemilik tempat cuci steam. Hanya saja, setelah melihat rekaman cctv yang terletak didepan gedung sekolah, kami malah mencurigai anda," ucap seorang polisi memulai pembicaraan.Aku dan Arsen saling melempar pandang. Sebelumnya, kami sama sekali tidak tau kalau didepan sekolah terdapat kamera cctv."Apa kalian bisa menjelaskan ini?" tanyanya yang memang bertugas untuk mengintrogasi kami.Ia lalu menyodorkan layar laptopnya dan terlihatlah rekaman aku dan Arsen saat sedang menyeret jasad Pak Seno keluar dari resto."Apa yang kalian bawa ini? Apakah itu adalah jasad korban? Jawab dengan jujur!" ucap polisi tersebut seraya menunjuk jasad Pak Seno yang terbungkus kain."Saya bisa jelaskan, pak!" sahut Arsen setelah menarik nafas cukup dalam."Silahkan!""Jadi, yang kami bawa itu sebenarnya memang jasadnya Pak Seno," tutur Arsen. Membuat polisi didepan kami langsung mengernyitkan da

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Satu Sel Bersama Wanita Gila

    Entah sudah jam berapa sekarang, yang jelas aku sudah dua kali mendengar suara adzan. Kutaksir, mungkin hari sudah menjelang sore. Namun, sampai saat ini Bu Hanum belum juga datang mengunjungi ku. Entah beliau memang belum dihubungi, atau mungkin Bu Hanum memang belum sempat untuk kesini. Hal ini tentunya membuatku semakin sedih saja. Aku benar-benar merasa sendiri saat ini.Di ruangan dengan ukuran sekitar 3x4 m ini aku tak bisa melihat apapun selain tembok putih polos dan jeruji besi. Satu buah kursi dan meja diluar sana juga kosong. Tak ada satupun polisi yang berjaga. Pintu yang terletak di samping kursi dan meja jaga pun nampak tertutup rapat hingga aku sama sekali tak bisa melihat dunia luar.Kesal!Lagi-lagi aku harus terputus dengan dunia luar."Jangan melawan!"Terdengar suara ribut-ribut diluar sana disusul dengan terbukanya pintu depan. Aku segera mundur beberapa langkah saat kemudian polisi yang membawa seorang wanita itu hend

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Mulut Manusia

    Tik! Tik! Tik!Samar kudengar suara detik jam berbunyi. Semakin lama semakin jelas pula terdengar suara-suara berisik lainnya.Aku meringis!Saat kesadaran mulai pulih seutuhnya, saat itu pula rasa sakit dan perih dibagian wajahku terasa.Perlahan, kuangkat tangan kiriku yang ternyata terpasang selang infus. Namun pergerakan ku tertahan karena sebuah borgol yang dikaitkan pada sisi ranjang.Aku mendengus kesal!Kuraba bagian wajahku dengan tangan kanan.Sakit!Pipi kananku terasa bengkak.Dahi kananku juga diperban.Sial!Ini pasti gara-gara wanita tomboy stres itu.Kuhembuskan nafas dengan kasar saat mengingat kejadian mengerikan tadi. Sungguh rasa kesalku terhadap polwan yang enggan kumintai tolong bertambah besar.Kuedarkan pandanganku ke ruang yang cukup luas namun terdapat banyak tirai penyekat. Sepertinya saat ini aku sedang berada di rumah sakit. Karena kudenga

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Teror Dari Arsen?

    Huffth!Akhirnya aku bisa bernafas lega setelah dipindahkan ke ruang rawat khusus. Telingaku tak perlu lagi tersiksa mendengar ocehan-ocehan mereka yang tak ada benarnya sama sekali.Di ruang berukuran sekitar 4x4 m ini aku bisa leluasa untuk melakukan apapun yang kumau. Ada sofa untukku bersantai jika aku bosan berbaring di tempat tidur, ada tv, AC, dan tentunya yang paling menyenangkan adalah adanya jendela.Ya, aku jadi bisa melihat ke luar ruangan hingga aku tak merasa terkurung lagi. Meski ditanganku masih terlingkar borgol, setidaknya borgol tersebut tidak dikaitkan pada sisi ranjang seperti di ruangan yang sebelumnya.Hari ini sudah terhitung dua hari sejak aku dirawat di rumah sakit, katanya mungkin ini adalah hari terakhirku menginap disini. Selanjutnya, aku akan kembali menjalani masa kurungan sampai semuanya benar-benar terbukti. Bersalah, atau tidak!Terkadang, aku merasa hukuman ini tidaklah adil. Tapi, apa boleh bu

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Kecelakaan

    "Dari Arsen?" beoku dan Bu Hanum nyaris bersamaan.Aku segera meminta surat tersebut kemudian membacanya.[Tunggu aku! Aku janji akan cari cara untuk bebasin kamu. Hanya saja, suruh ibu untuk meneruskan sandiwaranya tentang teror itu!][Arsen.]"Baiklah! Surat ini bisa menjadi bukti berikutnya kalau anda dan suami anda memang bersalah!" ucap polisi tersebut seraya mengambil kertas itu dari tanganku."Ta-tapi ... pak-""Waktu besuk juga sudah habis, silahkan ibu keluar!" tukasnya."Tapi gak mungkin itu dari Arsen, pak!" ucap Bu Hanum disela langkahnya yang mulai ditarik paksa oleh polisi tersebut untuk meninggalkan ruang rawatku.Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Alih-alih membebaskanku, Arsen justru malah menambah berat tuduhanku sebagai tersangka.Jika benar itu Arsen, kenapa dia melakukan hal itu?Malam ini akhirnya aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena terus memikirkan kejanggalan ini. Apalagi, saat ini penjagaan di kamarku lebih diperketat lagi. Mungkin mereka takut aku akan

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Dua Pilihan

    Aku terbangun ditempat yang begitu asing.Sebuah hamparan rumput hijau disebuah dataran luas dengan telaga disampingnya.Tak ada siapapun kecuali aku.Berkali-kali aku berjalan dan mencari sosok Bu Hanum hingga tubuhku rasanya sangat lelah. Namun, tak kudapati beliau dimanapun.Lebih anehnya, sejauh apapun aku melangkah, aku akan tetap kembali ke tempat yang sama."Tolong! Apakah ada orang disini?" teriakku yang mulai frustasi dengan keadaan."Bu Hanum?! Ibu dimana?!" lagi, aku berteriak.Namun masih tak ada jawaban.Aku terduduk dengan lemas. Kupandangi tangan dan juga kakiku, lalu kuraba pula wajahku.Tak ada luka yang berarti!Bukankah kecelakaan tadi sangat parah?Atau mungkin aku sudah mati?Segelintir pertanyaan mulai melintas dibenakku.Membuatku lagi-lagi berteriak minta tolong.Aku takut!"Zea? Apa kamu sudah lelah, nak?"Aku terperanjat saat mendengar suara yang menyebut namaku.Mataku mulai awas melihat kesekitar.Namun, justru aku malah terkejut saat ternyata sosok itu ten

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Provokasi

    Arsen?!""Alhamdulillah, pasien sadar!"Samar kudengar bisik-bisik suara disekitarku. Dengan perlahan, akupun membuka mata.Silau!Aku kembali memejamkan mata dan mengerjapkannya beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatan dengan cahaya yang ada."Ah, syukurlah! Mbak sudah melewati masa kritis!" gumam seorang wanita yang kutaksir adalah dokter.Kuhela nafas cukup dalam untuk menetralkan rasa sakit yang mulai terasa disekujur tubuh.Aku pikir, aku akan mati.Tapi nyatanya?"Dimana ibu?" tanyaku pelan."Bu Hanum? Beliau ada di luar," sahutnya kemudian tersenyum.Kupijat dahiku yang terasa berdenyut nyeri. Aku baru sadar bahwa apa yang kualami tadi ternyata hanya mimpi. Tak ada ibu ataupun bapak disini.Seharusnya yang aku tanyakan memang Bu Hanum. Karena kita kecelakaan bersama, apa mungkin dia baik-baik saja?"Kebetulan kondisi beliau jauh lebih baik dari pada mbak. Nanti, biar saya panggilkan dulu," ucapnya seolah tau apa yang kupikirkan.Aku kemudian mengangguk sebagai respon. Selur

Bab terbaru

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Titik Bahagia

    Sudah genap satu bulan sejak kejadian mengerikan malam itu. Sejauh ini akhirnya aku dan Arsen bisa kembali bernafas lega. Menjalani hari dengan normal tanpa ada gangguan ataupun ancaman.Bang Gavin dan Keyla sendiri nampaknya juga sedang menikmati momen indah mereka sebagai pengantin baru. Ya, ternyata saran Arsen saat di rumah sakit disetujui oleh Bang Gavin. Mereka akhirnya pergi bulan madu tanpa harus membuat ulang pesta.Tadinya Arsen hendak membayarkan tiket untuk mereka sebagai hadiah, namun sepertinya Bang Gavin merasa kasihan pada kondisi keuangan kami yang sedang acak-acakan hingga ia menolaknya dengan halus."Ah, syukurlah, Ze! Akhirnya resto itu bisa kembali lagi ke tangan kita. Lusa, mungkin berkas-berkasnya sudah beres, jadi ... kita bisa kembali mengelolanya," ucap Arsen seraya duduk disampingku."Syukurlah. Semoga kali ini berjalan lancar," sahutku penuh harap.Aku baru saja hendak menyandarkan kepalaku di bahunya, akan tetapi dering ponsel justru membuat Arsen bangkit

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Keyla : "Ada yang lebih seru lagi?"

    "Sorry, gue gak bisa tepatin janji gue dulu!" ucap Arsen pada Bang Gavin yang baru saja datang.Sekarang Arsen sudah dipindah ke ruang rawat. Kondisinya sudah jauh lebih baik dari tadi malam. Bahkan, dia baru saja menghabiskan semangkuk penuh bubur yang kuberikan."Wuih ... gak bisa gitu dong! Jangan mentang-mentang loe lagi sakit gini. Janji tetap janji, loe harus tepatin bro!" sahut Bang Gavin.Pria itu mengambil alih tempat duduk ku. Tatapannya dan Arsen saling beradu, hal itu membuatku sedikit khawatir, apa mungkin dalam keadaan seperti ini pun mereka akan tetap berantem?"Ya loe mikirlah! Memangnya dalam kondisi gue yang seperti ini gue bisa apa?!" ketus Arsen kemudian memalingkan wajahnya."Ya emangnya loe udah tau gue mau minta apa?" sahut Bang Gavin tak kalah sengit.Arsen kembali menoleh. Tatapan mereka kembali beradu. Untuk beberapa saat, keheningan terjadi hingga membuat suasana cenderung menjadi menegangkan."Hahaha!"Tawa mereka pecah bahkan hampir bersamaan.Aku, Keyla d

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Seperti Mimpi

    Lima pistol sudah mengarah ke kepala kami masing-masing. Tanganku sudah hilang rasa. Aku tak bisa menggambarkan ketakutan ku saat ini. Dalam hati, mungkin inilah akhir dari hidupku.Kutatap Arsen dengan lekat. Aku tak ingin kehilangan momen terakhirku untuk menatap wajahnya yang kini tak sadarkan diri.Dialah pria yang sudah membawaku kedalam cerita ini. Cerita yang penuh dengan konflik dan juga rahasia yang harus selalu kujaga.Dialah pria yang sudah membuatku jatuh cinta dengan segala kegilaannya.Dialah pria yang membuatku mengerti kenapa orang berkata bahwa cinta itu buta."Ze," Lirih Bu Hanum memanggilku.Aku menoleh padanya. Wajahnya sudah dibanjiri oleh keringat dan juga air mata.Kami sama-sama takut. Kami sama-sama tak bisa berbuat apa-apa."Tolong jangan bunuh aku! Aku gak tau apa-apa!" lirih Keyla.Pandanganku beralih pada Bang Gavin, ia memang nampak lebih tenang daripada kami. Namun, wajahnya tetap saja tak bisa menyembunyikan ketakutannya saat ini."Melenyapkan kami sebe

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Tak Sesuai Ekspektasi

    "Loh, tempat apa ini? Kok sepi banget?" gumam Keyla begitu kami sampai.Saat ini kami memang bukan mengunjungi kantor polisi tempat aku dan Arsen dijebak tempo hari.Erlangga, atau lebih tepatnya Jendral Erlangga suaminya Dokter Siska yang menurutku tak pantas dipanggil gelarnya itu memintaku untuk datang ke tempat ini.Ternyata selama beberapa hari kebelakang, Arsen dikurung di tempat kumuh dan terpencil ini. Mereka seharusnya tak pantas disebut sebagai polisi karena mereka menangkap untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri.Memang mereka tak sepenuhnya salah. Karena yang mereka tangkap dan mereka peras adalah orang yang salah juga. Hanya saja, apa yang mereka pinta sungguh diluar batas kemampuan manusia biasa sepertiku dan Arsen.Mereka benar-benar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan kami. Lalu, apa bedanya mereka dengan kami para penjahat?"Kamu yakin ini tempatnya, Ze?" tanya Bang Gavin seraya menoleh ke arahku."Menurut lokasi yang Dokter Siska share sih, benar

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Berbagi Rahasia

    Setelah acara selesai, aku dan Bu Hanum memilih untuk duduk di luar. Menjauh dari keramaian adalah salah satu cara kami untuk lebih menenangkan diri."Ze, kira-kira kita harus jual apalagi untuk mengumpulkan uang sebanyak itu?" ucap Bu Hanum memecah keheningan diantara kami."Entahlah, Bu. Bukannya yang kita punya saat ini hanya tinggal rumah itu saja?" sahutku."Jika rumah itu dijual, lalu dimana kita akan tinggal?" sambungku."Iya Ze. Kamu benar. Tapi, gimana kalau sebagian uangnya kita belikan rumah yang lebih kecil. Yang penting jumlah uang yang kita butuhkan bertambah," timpal Bu Hanum membuatku langsung mengangkat wajah."Tak ada salahnya juga sih, Bu! Ayo, kita tawarkan mulai hari ini juga, semoga bisa cepat laku!" ucapku antusias."Gak usah!"Bang Gavin tiba-tiba saja sudah berada dibelakang kami. Ia dan Keyla mulai mendekat menghampiri aku dan Bu Hanum."Aku ada cara lain buat membebaskan Arsen. Ya, semoga saja berhasil!" ucap Bang Gavin seraya duduk disampingku."Cara apa, b

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Rapuh

    Rumah, mobil, butik, dan juga restoran sudah terjual. Semuanya lenyap hanya dalam tiga hari. Itu juga berkat bantuan Bang Gavin, namun nyatanya uang yang diperlukan masih kurang banyak. Sedangkan, besok adalah hari pernikahan Bang Gavin dan Keyla.Entahlah!Aku tak bisa menggambarkan perasaanku saat ini. Kini, yang tersisa hanyalah rumah yang kami tempati. Bahkan isinya saja sudah berkurang. Karena kami benar-benar menjual apapun yang bisa diuangkan."Bagaimana ini, Bu? Rasanya aku gak akan bisa hadir ke pesta jika Arsen tak ada," gumamku saat aku dan Bu Hanum sedang duduk berdua."Ibu juga pusing Ze," sahut Bu Hanum singkat.Hari ini Bu Hanum nampak lebih murung dari kemarin. Mungkin lelahnya sama denganku, atau justru mungkin lebih?"Bu?" Kuusap bahunya pelan saat ia tertunduk lesu."Kita pasti bisa, Bu! Katanya, doa seorang ibu dan istri itu menembus langit. Kita perkuat lagi doa dan ikhtiar nya, ya! Kita harus semangat!" ucapku mencoba untuk menguatkan.Menguatkan diri sendiri dan

  • Suami Idiotku Ternyata ....   271 T

    "Ya Allah ... cobaan apalagi ini?!" pekik Bu Hanum dengan tangan bergetar.Surat yang baru saja ia baca bahkan hampir terjatuh karenanya."Bagaimana menurut ibu?" tanyaku pelan."Entahlah, Ze. Apakah semua harta kita bisa cukup atau tidak untuk memenuhi perjanjian ini," sahutnya lemas."Tapi, ibu setuju 'kan untuk berusaha membuat Arsen bebas?" tanyaku lagi.Bu Hanum mengangkat wajahnya, ia lantas memberikan surat itu keatas pangkuanku."Ya tentu saja, Ze! Semua ini terjadi juga awalnya karena kesalahan ibu. Jika Arsen harus bertanggung jawab dan dihukum, maka ibu juga harus dihukum. Tapi, jika memang ada cara lain, kenapa tidak? Ibu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini," tutur Bu Hanum seraya beranjak dari duduknya."Ibu mau kemana?" tanyaku cepat kemudian menyusul langkahnya."Ibu mau ambil surat-surat penting. Hari ini juga, kita harus dapatkan uangnya!" tegas Bu Hanum membuatku langsung meneteskan air mata."Terimakasih, Bu!" ucapku bergetar kemudian memeluknya.Kamipun lantas

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Hitam diatas Putih

    "Ya tentu saja serius! Memangnya kamu pikir dengan uang itu nyawa orang-orang yang sudah melayang itu bisa kembali apa?" sinis Dokter Siska."Iya memang tidak. Tapi, uang sebanyak itu juga memangnya mau kalian apakan?" tanyaku geram."Ya buat kami nikmati lah! Kamu pikir tutup mulut itu gampang apa? Apalagi, ini soal tindak kriminal yang sangat besar. Gak mudah loh, buat kami menutupi sebuah kejahatan," timpal Dokter Siska yang disambut anggukan oleh suaminya."Biar saja, Ze! Gak usah tanggapi mereka. Mungkin, ini memang saatnya aku mempertanggung jawabkan semuanya. Aku minta maaf untuk selama ini, Ze!" ucap Arsen seraya merangkul bahuku."Uuh, so sweet!" cibir Dokter Siska."Nggak! Kamu gak boleh nyerah. Kamu udah terlanjur bawa aku kedalam hidupmu, Arsen. Jadi, kamu harus tanggung jawab padaku dan tetap bersamaku karena kita harus membesarkan anak ini bersama-sama," tekanku seraya mengusap perutku."Justru demi kamu dan anak kita. Aku tak akan sudi memberikan sepeserpun hartaku pada

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Perjanjian Bersyarat

    "Tidak! Tolong lepaskan kami!" ucapku cepat.Pria itu tersenyum seraya mengalihkan tatapannya padaku. Ia menjentikkan jarinya lalu seorang wanita datang menghampirinya."Do-dokter Siska?" gumamku kala sudah melihat wanita itu dari dekat."Iya, ini aku. Dan ini, suamiku!" terangnya yang langsung membuatku ternganga."Oh, jadi ini suamimu?" desis Arsen seraya menatap Dokter Siska dan pria dengan name tag Erlangga."Iya, aku adalah istri seorang jendral. Bagaimana? Sudah merasa tertipu dengan aktingku selama ini?" tanya Dokter Siska seraya tersenyum kecut."Dokter Siska, tolong bebaskan kami. Arsen sudah berubah, ia tidak seperti yang kalian tuduhkan," ucapku mengiba."Zea, kamu tenang saja. Anggap sja disini, statusmu adalah korban, karena kamu juga pernah hendak dijual pada Pak Seno. Jadi, kamu tidak akan kami tahan," tutur Dokter Siska seraya menghampiriku.Polisi yang sedari tadi meringkus kedua tanganku kebelakang kini langsung melepaskannya begitu dapat perintah dari Dokter Siska.

DMCA.com Protection Status