Share

Dua Pilihan

Penulis: Reina Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku terbangun ditempat yang begitu asing.

Sebuah hamparan rumput hijau disebuah dataran luas dengan telaga disampingnya.

Tak ada siapapun kecuali aku.

Berkali-kali aku berjalan dan mencari sosok Bu Hanum hingga tubuhku rasanya sangat lelah. Namun, tak kudapati beliau dimanapun.

Lebih anehnya, sejauh apapun aku melangkah, aku akan tetap kembali ke tempat yang sama.

"Tolong! Apakah ada orang disini?" teriakku yang mulai frustasi dengan keadaan.

"Bu Hanum?! Ibu dimana?!" lagi, aku berteriak.

Namun masih tak ada jawaban.

Aku terduduk dengan lemas. Kupandangi tangan dan juga kakiku, lalu kuraba pula wajahku.

Tak ada luka yang berarti!

Bukankah kecelakaan tadi sangat parah?

Atau mungkin aku sudah mati?

Segelintir pertanyaan mulai melintas dibenakku.

Membuatku lagi-lagi berteriak minta tolong.

Aku takut!

"Zea? Apa kamu sudah lelah, nak?"

Aku terperanjat saat mendengar suara yang menyebut namaku.

Mataku mulai awas melihat kesekitar.

Namun, justru aku malah terkejut saat ternyata sosok itu ten
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Provokasi

    Arsen?!""Alhamdulillah, pasien sadar!"Samar kudengar bisik-bisik suara disekitarku. Dengan perlahan, akupun membuka mata.Silau!Aku kembali memejamkan mata dan mengerjapkannya beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatan dengan cahaya yang ada."Ah, syukurlah! Mbak sudah melewati masa kritis!" gumam seorang wanita yang kutaksir adalah dokter.Kuhela nafas cukup dalam untuk menetralkan rasa sakit yang mulai terasa disekujur tubuh.Aku pikir, aku akan mati.Tapi nyatanya?"Dimana ibu?" tanyaku pelan."Bu Hanum? Beliau ada di luar," sahutnya kemudian tersenyum.Kupijat dahiku yang terasa berdenyut nyeri. Aku baru sadar bahwa apa yang kualami tadi ternyata hanya mimpi. Tak ada ibu ataupun bapak disini.Seharusnya yang aku tanyakan memang Bu Hanum. Karena kita kecelakaan bersama, apa mungkin dia baik-baik saja?"Kebetulan kondisi beliau jauh lebih baik dari pada mbak. Nanti, biar saya panggilkan dulu," ucapnya seolah tau apa yang kupikirkan.Aku kemudian mengangguk sebagai respon. Selur

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Sekilas Tentang Masalalu

    Sudah terhitung satu Minggu aku tinggal di rumah Bang Gavin, dan selama itu pula Arsen masih belum diketahui kabarnya. Jika dijumlahkan, Arsen pergi dan tak ada kabar sudah lebih dari satu bulan lamanya.Sedangkan Senza Resto untuk sementara waktu ditutup karena kasus kematian Pak Seno.Kini, hari-hariku di rumah Bang Gavin terasa hambar. Aku merasa kesepian. Bang Gavin jarang ada di rumah, ia selalu sibuk dengan urusannya diluar sana. Sedangkan aku sendiri tak diperbolehkan untuk keluar rumah kecuali bersamanya. Akan tetapi, ia justru tak punya banyak waktu untuk hal itu.Setiap waktu kuhabiskan hanya untuk mencoba menghubungi nomor Arsen. Berharap nomor tersebut tiba-tiba aktif.Jika sudah lelah mencoba, maka aku akan menghubungi Bu Hanum, berharap ia sudah mendapat kabar dari Arsen. Namun nyatanya usahaku belum juga berbuah hasil."Arsen kamu dimana?!" teriakku yang mulai frustasi dengan keadaan.Kusapu bersih semua benda yang berada diatas meja hias dengan kedua tanganku. Membuat

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Kepergok Sekamar Bersama Mantan

    Lagi-lagi Bang Gavin menghentikan mobil secara mendadak, bahkan kali ini aku sampai terhuyung kedepan karenanya."Ada apa sih, bang? Apa hubungannya dengan Arsen?" tanyaku sekali lagi.Alih-alih menjawab, Bang Gavin malah menoleh sekilas padaku, lalu ia kembali menoleh kebelakang seolah sedang mencari sesuatu."Bang, apa jangan-jangan, maksud kamu Arsen juga yang membakar lapas tempat bapak dikurung saat itu?!" tebakku.Mendengarnya, Bang Gavin nampak tercengang. Ia lalu menghela nafas kemudian memegang kedua bahuku dengan ekspresi yang sulit diartikan."Maaf Ze, obrolan tadi kita tunda dulu! Tadi aku sempet lihat Arsen disana!" ucapnya seraya menunjuk ke belakang.Aku yang memang menantikan momen ini seketika langsung antusias. Tanpa bicara lagi, aku langsung keluar dari mobil dan setengah berlari ke arah yang Bang Gavin tunjuk."Zea, tunggu!"Tak kupedulikan lagi seruan Bang Gavin yang masih berada di dalam mobil. Aku terus berlari seraya mencari-cari sosok Arsen diantara banyaknya

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Dari Abang Ingin jadi Ayang

    "Termasuk aku?! Maksudnya?" beoku.Bang Gavin menghela nafas cukup dalam, kali ini ia terlihat sedikit gugup."Ya, intinya kamu berhak bahagia, Ze! Jika Arsen membuatmu terluka, jadi ... lebih baik tinggalkan saja. Karena nyatanya laki-laki di dunia ini masih banyak. Bukan cuma dia aja," Bang Gavin kembali mengulang ucapannya."Iya, termasuk Bang Gavin, gitu 'kan?" timpalku membuatnya langsung tersenyum kikuk."Sudah, lupakan saja! Kita cari penginapan di sekitar sini, ya! Aku sudah ngantuk banget soalnya," tukasnya.****Aku dan Bang Gavin akhirnya menginap di salah satu hotel di kota ini. Kami memesan kamar yang terpisah namun masih dilantai yang sama.Kulihat jam di dinding sudah menunjukan angka sebelas. Namun sialnya, mata ini masih tak mau juga terpejam. Berkali-kali aku terus saja memeriksa ponselku dan berharap benda itu menyala dengan menunjukkan nama Arsen dilayarnya.Hanya saja, nyatanya harapanku tak kunjung terjadi. Sampai detik ini, Arsen sama sekali tak menghubungiku."

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Siapa yang Benar?

    Aku mengerjapkan mataku berulang kali saat menatap wajah Bang Gavin.Tingkahnya, ucapannya, dan ekspresinya sungguh jauh berbeda dari Gavin yang dulu waktu pertama kali bertemu."Abang kesambet?" tanyaku seraya meletakkan punggung tangan didahinya.Bang Gavin meringis, ia menurunkan tanganku kemudian berdiri seraya mengusap wajah."Ini sudah larut malam! Sana masuk kamar!" ucapnya tanpa menoleh padaku.Aku tau, dia hanya sedang mengalihkan pembicaraan.Aku hanya bisa mengedikkan bahu saat melihat tingkah anehnya malam ini. Aku yang sakit hati, tapi malah Bang Gavin yang terlihat eror.Aneh!"Ya udah, aku ke kamar dulu, Abang juga jangan kelamaan diluar! Nanti tambah kesambet, aku juga yang repot!" ucapku kemudian menepuk bahunya pelan.Terdengar Bang Gavin menghembuskan nafas dengan kasar. Namun, aku enggan untuk kembali menoleh. Kulanjutkan langkahku menuju kamar dan merebahkan diri disana."Ayolah, Ze ... tidur! Kamu pasti bisa lupain kejadian Arsen tadi!" gumamku seraya menutup mat

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Haruskah Aku Percaya?

    Perdebatan diantara Arsen dan juga Bang Gavin tak kunjung selesai. Adu mulut diantara mereka kini berakhir dengan adu tinju."Stop! Stop!" teriakku untuk melerai perkelahian diantara mereka."Stooopp!!! Atau aku pergi?!" teriakku saat mereka tak kunjung berhenti.Mendengar itu, Arsen dan juga Bang Gavin akhirnya berhenti berkelahi. Mereka dengan kompak langsung menghampiriku."Ze, kita harus bicara! Aku gak mau kamu sampai salah paham," ucap Arsen seraya meraih tanganku."Nggak, Ze! Jangan beri kesempatan untuk seorang pengkhianat!" sanggah Bang Gavin seraya meraih tanganku yang satunya.Perdebatan dan adu mulut pun terjadi lagi, kini aku layaknya sebuah boneka yang jadi rebutan."Lepaaas! Sakit tau!" teriakku membuat mereka akhirnya berhenti."Ze, please ...!" lirih Arsen dengan tatapan sayu.Sejak awal aku memang ingin mendengar penjelasan darinya. Akupun langsung mengangguk tanda setuju. Sedangkan disamping itu Bang Gavin nampak menatapku dan Arsen dengan tatapan tak suka."Hati-ha

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Bingung

    "Baiklah, aku beri kamu satu kesempatan!" ucapku pada akhirnya.Arsen melerai pelukan dan menatapku dengan raut bahagia. Ia kemudian kembali memelukku dan mengecup pucuk kepalaku berulang kali."Makasih, Ze! Makasih!" gumamnya.Tok! Tok! Tok!"Arsen, Zea! Diluar ada Gavin, dia ingin ketemu sama kalian!" ucap Bu Hanum dari balik pintu."Iya, Bu! Sebentar!" sahutku seraya melepas diri dari pelukan Arsen."Ze, sudahlah, gak usah berhubungan dengan dia lagi! Aku juga ragu soal pengakuannya kalau dia dan kamu itu saudara," cegah Arsen.Aku tertegun. Tebakkan Arsen memang benar, Bang Gavin sendiri sudah mengakuinya kemarin soal hubungan saudara yang dia maksud. Namun, sebelum aku memutuskan untuk tak berhubungan dengannya, aku harus tau dulu kebenaran soal apa yang Arsen tuduhkan."Aku harus ketemu dengan Bang Gavin. Masalah ini perlu diluruskan," ucapku membuat Arsen berdecak pelan.Meski begitu, Arsen tak urung ikut juga denganku dan menemui Bang Gavin yang nampak sudah menunggu di ruang

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Bingung 2

    Melihat Bu Hanum pingsan, Arsen dan Bang Gavin dengan sigap menggotong tubuh Bu Hanum dan membawanya ke dalam mobil.Aku dan Arsen langsung meluncur menuju rumah sakit. Sedangkan Bang Gavin sendiri nampak menyusul dengan menggunakan mobilnya.Sesampainya di rumah sakit, Bu Hanum langsung diberi pertolongan. Aku dan Arsen menunggu di depan dengan penuh kecemasan. Pasalnya, Bu Hanum tak pernah seperti ini sebelumnya."Gimana kondisi Bu Hanum?"Aku dan Arsen seketika menatap Bang Gavin yang baru saja sampai."Entahlah, bang! Dokternya belum keluar," sahutku."Puas loe?! Puas udah buat ibu sampai pingsan gara-gara mulut busuk loe?!" sentak Arsen seraya mencengkram kerah baju Bang Gavin."Heh, gue bicara fakta! Jadi, yang buat Bu Hanum seperti ini, itu adalah loe sendiri!" sahut Bang Gavin seraya menepis tangan Arsen dengan kasar."Fakta apanya?! Loe hanya mengatakan apa yang ada di otak loe yang dangkal itu!" sela Arsen membuat Bang Gavin langsung melayangkan tinjunya."Argh! Sudah, sudah

Bab terbaru

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Titik Bahagia

    Sudah genap satu bulan sejak kejadian mengerikan malam itu. Sejauh ini akhirnya aku dan Arsen bisa kembali bernafas lega. Menjalani hari dengan normal tanpa ada gangguan ataupun ancaman.Bang Gavin dan Keyla sendiri nampaknya juga sedang menikmati momen indah mereka sebagai pengantin baru. Ya, ternyata saran Arsen saat di rumah sakit disetujui oleh Bang Gavin. Mereka akhirnya pergi bulan madu tanpa harus membuat ulang pesta.Tadinya Arsen hendak membayarkan tiket untuk mereka sebagai hadiah, namun sepertinya Bang Gavin merasa kasihan pada kondisi keuangan kami yang sedang acak-acakan hingga ia menolaknya dengan halus."Ah, syukurlah, Ze! Akhirnya resto itu bisa kembali lagi ke tangan kita. Lusa, mungkin berkas-berkasnya sudah beres, jadi ... kita bisa kembali mengelolanya," ucap Arsen seraya duduk disampingku."Syukurlah. Semoga kali ini berjalan lancar," sahutku penuh harap.Aku baru saja hendak menyandarkan kepalaku di bahunya, akan tetapi dering ponsel justru membuat Arsen bangkit

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Keyla : "Ada yang lebih seru lagi?"

    "Sorry, gue gak bisa tepatin janji gue dulu!" ucap Arsen pada Bang Gavin yang baru saja datang.Sekarang Arsen sudah dipindah ke ruang rawat. Kondisinya sudah jauh lebih baik dari tadi malam. Bahkan, dia baru saja menghabiskan semangkuk penuh bubur yang kuberikan."Wuih ... gak bisa gitu dong! Jangan mentang-mentang loe lagi sakit gini. Janji tetap janji, loe harus tepatin bro!" sahut Bang Gavin.Pria itu mengambil alih tempat duduk ku. Tatapannya dan Arsen saling beradu, hal itu membuatku sedikit khawatir, apa mungkin dalam keadaan seperti ini pun mereka akan tetap berantem?"Ya loe mikirlah! Memangnya dalam kondisi gue yang seperti ini gue bisa apa?!" ketus Arsen kemudian memalingkan wajahnya."Ya emangnya loe udah tau gue mau minta apa?" sahut Bang Gavin tak kalah sengit.Arsen kembali menoleh. Tatapan mereka kembali beradu. Untuk beberapa saat, keheningan terjadi hingga membuat suasana cenderung menjadi menegangkan."Hahaha!"Tawa mereka pecah bahkan hampir bersamaan.Aku, Keyla d

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Seperti Mimpi

    Lima pistol sudah mengarah ke kepala kami masing-masing. Tanganku sudah hilang rasa. Aku tak bisa menggambarkan ketakutan ku saat ini. Dalam hati, mungkin inilah akhir dari hidupku.Kutatap Arsen dengan lekat. Aku tak ingin kehilangan momen terakhirku untuk menatap wajahnya yang kini tak sadarkan diri.Dialah pria yang sudah membawaku kedalam cerita ini. Cerita yang penuh dengan konflik dan juga rahasia yang harus selalu kujaga.Dialah pria yang sudah membuatku jatuh cinta dengan segala kegilaannya.Dialah pria yang membuatku mengerti kenapa orang berkata bahwa cinta itu buta."Ze," Lirih Bu Hanum memanggilku.Aku menoleh padanya. Wajahnya sudah dibanjiri oleh keringat dan juga air mata.Kami sama-sama takut. Kami sama-sama tak bisa berbuat apa-apa."Tolong jangan bunuh aku! Aku gak tau apa-apa!" lirih Keyla.Pandanganku beralih pada Bang Gavin, ia memang nampak lebih tenang daripada kami. Namun, wajahnya tetap saja tak bisa menyembunyikan ketakutannya saat ini."Melenyapkan kami sebe

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Tak Sesuai Ekspektasi

    "Loh, tempat apa ini? Kok sepi banget?" gumam Keyla begitu kami sampai.Saat ini kami memang bukan mengunjungi kantor polisi tempat aku dan Arsen dijebak tempo hari.Erlangga, atau lebih tepatnya Jendral Erlangga suaminya Dokter Siska yang menurutku tak pantas dipanggil gelarnya itu memintaku untuk datang ke tempat ini.Ternyata selama beberapa hari kebelakang, Arsen dikurung di tempat kumuh dan terpencil ini. Mereka seharusnya tak pantas disebut sebagai polisi karena mereka menangkap untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri.Memang mereka tak sepenuhnya salah. Karena yang mereka tangkap dan mereka peras adalah orang yang salah juga. Hanya saja, apa yang mereka pinta sungguh diluar batas kemampuan manusia biasa sepertiku dan Arsen.Mereka benar-benar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan kami. Lalu, apa bedanya mereka dengan kami para penjahat?"Kamu yakin ini tempatnya, Ze?" tanya Bang Gavin seraya menoleh ke arahku."Menurut lokasi yang Dokter Siska share sih, benar

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Berbagi Rahasia

    Setelah acara selesai, aku dan Bu Hanum memilih untuk duduk di luar. Menjauh dari keramaian adalah salah satu cara kami untuk lebih menenangkan diri."Ze, kira-kira kita harus jual apalagi untuk mengumpulkan uang sebanyak itu?" ucap Bu Hanum memecah keheningan diantara kami."Entahlah, Bu. Bukannya yang kita punya saat ini hanya tinggal rumah itu saja?" sahutku."Jika rumah itu dijual, lalu dimana kita akan tinggal?" sambungku."Iya Ze. Kamu benar. Tapi, gimana kalau sebagian uangnya kita belikan rumah yang lebih kecil. Yang penting jumlah uang yang kita butuhkan bertambah," timpal Bu Hanum membuatku langsung mengangkat wajah."Tak ada salahnya juga sih, Bu! Ayo, kita tawarkan mulai hari ini juga, semoga bisa cepat laku!" ucapku antusias."Gak usah!"Bang Gavin tiba-tiba saja sudah berada dibelakang kami. Ia dan Keyla mulai mendekat menghampiri aku dan Bu Hanum."Aku ada cara lain buat membebaskan Arsen. Ya, semoga saja berhasil!" ucap Bang Gavin seraya duduk disampingku."Cara apa, b

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Rapuh

    Rumah, mobil, butik, dan juga restoran sudah terjual. Semuanya lenyap hanya dalam tiga hari. Itu juga berkat bantuan Bang Gavin, namun nyatanya uang yang diperlukan masih kurang banyak. Sedangkan, besok adalah hari pernikahan Bang Gavin dan Keyla.Entahlah!Aku tak bisa menggambarkan perasaanku saat ini. Kini, yang tersisa hanyalah rumah yang kami tempati. Bahkan isinya saja sudah berkurang. Karena kami benar-benar menjual apapun yang bisa diuangkan."Bagaimana ini, Bu? Rasanya aku gak akan bisa hadir ke pesta jika Arsen tak ada," gumamku saat aku dan Bu Hanum sedang duduk berdua."Ibu juga pusing Ze," sahut Bu Hanum singkat.Hari ini Bu Hanum nampak lebih murung dari kemarin. Mungkin lelahnya sama denganku, atau justru mungkin lebih?"Bu?" Kuusap bahunya pelan saat ia tertunduk lesu."Kita pasti bisa, Bu! Katanya, doa seorang ibu dan istri itu menembus langit. Kita perkuat lagi doa dan ikhtiar nya, ya! Kita harus semangat!" ucapku mencoba untuk menguatkan.Menguatkan diri sendiri dan

  • Suami Idiotku Ternyata ....   271 T

    "Ya Allah ... cobaan apalagi ini?!" pekik Bu Hanum dengan tangan bergetar.Surat yang baru saja ia baca bahkan hampir terjatuh karenanya."Bagaimana menurut ibu?" tanyaku pelan."Entahlah, Ze. Apakah semua harta kita bisa cukup atau tidak untuk memenuhi perjanjian ini," sahutnya lemas."Tapi, ibu setuju 'kan untuk berusaha membuat Arsen bebas?" tanyaku lagi.Bu Hanum mengangkat wajahnya, ia lantas memberikan surat itu keatas pangkuanku."Ya tentu saja, Ze! Semua ini terjadi juga awalnya karena kesalahan ibu. Jika Arsen harus bertanggung jawab dan dihukum, maka ibu juga harus dihukum. Tapi, jika memang ada cara lain, kenapa tidak? Ibu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini," tutur Bu Hanum seraya beranjak dari duduknya."Ibu mau kemana?" tanyaku cepat kemudian menyusul langkahnya."Ibu mau ambil surat-surat penting. Hari ini juga, kita harus dapatkan uangnya!" tegas Bu Hanum membuatku langsung meneteskan air mata."Terimakasih, Bu!" ucapku bergetar kemudian memeluknya.Kamipun lantas

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Hitam diatas Putih

    "Ya tentu saja serius! Memangnya kamu pikir dengan uang itu nyawa orang-orang yang sudah melayang itu bisa kembali apa?" sinis Dokter Siska."Iya memang tidak. Tapi, uang sebanyak itu juga memangnya mau kalian apakan?" tanyaku geram."Ya buat kami nikmati lah! Kamu pikir tutup mulut itu gampang apa? Apalagi, ini soal tindak kriminal yang sangat besar. Gak mudah loh, buat kami menutupi sebuah kejahatan," timpal Dokter Siska yang disambut anggukan oleh suaminya."Biar saja, Ze! Gak usah tanggapi mereka. Mungkin, ini memang saatnya aku mempertanggung jawabkan semuanya. Aku minta maaf untuk selama ini, Ze!" ucap Arsen seraya merangkul bahuku."Uuh, so sweet!" cibir Dokter Siska."Nggak! Kamu gak boleh nyerah. Kamu udah terlanjur bawa aku kedalam hidupmu, Arsen. Jadi, kamu harus tanggung jawab padaku dan tetap bersamaku karena kita harus membesarkan anak ini bersama-sama," tekanku seraya mengusap perutku."Justru demi kamu dan anak kita. Aku tak akan sudi memberikan sepeserpun hartaku pada

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Perjanjian Bersyarat

    "Tidak! Tolong lepaskan kami!" ucapku cepat.Pria itu tersenyum seraya mengalihkan tatapannya padaku. Ia menjentikkan jarinya lalu seorang wanita datang menghampirinya."Do-dokter Siska?" gumamku kala sudah melihat wanita itu dari dekat."Iya, ini aku. Dan ini, suamiku!" terangnya yang langsung membuatku ternganga."Oh, jadi ini suamimu?" desis Arsen seraya menatap Dokter Siska dan pria dengan name tag Erlangga."Iya, aku adalah istri seorang jendral. Bagaimana? Sudah merasa tertipu dengan aktingku selama ini?" tanya Dokter Siska seraya tersenyum kecut."Dokter Siska, tolong bebaskan kami. Arsen sudah berubah, ia tidak seperti yang kalian tuduhkan," ucapku mengiba."Zea, kamu tenang saja. Anggap sja disini, statusmu adalah korban, karena kamu juga pernah hendak dijual pada Pak Seno. Jadi, kamu tidak akan kami tahan," tutur Dokter Siska seraya menghampiriku.Polisi yang sedari tadi meringkus kedua tanganku kebelakang kini langsung melepaskannya begitu dapat perintah dari Dokter Siska.

DMCA.com Protection Status