Luna Swan menahan napas karena gugup dan khawatir. Ia menunggu dengan keringat bercucuran di dahinya. Richard yang melihat kegugupan di wajah Luna, segera menggenggam tangan Luna demi menenangkan hatinya.“Nona Swan, ada sebuah misi sederhana yang harus anda lakukan dalam beberapa minggu ke depan di kota Eastland. Misi ini berkaitan dengan turnamen tahunan yang diadakan di kota tersebut.”Bruce Lazar mengambil jeda, ia ingin memastikan apakah Luna Swan sedang memerhatikan ucapannya atau tidak. Terlepas dari hal tersebut, justru saat ini Richard yang kian menaruh perhatian besar pada ucapan Bruce Lazar.Turnamen Tahunan Kota Eastland?Bukankah itu adalah agenda yang akan Richard ikuti dalam beberapa minggu ke depan?Misi apa yang akan dibebankan kelompok Richard King palsu di turnamen tersebut?“Anda mendengarku, Nona Swan?” tanya Bruce Lazar yang melihat Luna sedang mengeluarkan keringat dengan begitu derasnya.Luna mengangguk. “Ya, Tuan Lazar. Anda bisa melanjutkan kalimat anda.”“Ba
Pembahasan tentang misi yang harus dilakukan oleh Luna Swan akhirnya telah selesai. Bruce Lazar memberikan sebuah gulungan kertas kecil kepada Luna dan meminta perempuan itu untuk mempelajarinya setelah Luna keluar dari ruang rahasia tersebut.Ketika Luna telah menyimpan gulungan kertas itu, Bruce Lazar menganggukkan kepala dan bergumam pada Luna, “Kurasa kau bisa pergi sekarang, Nona Swan.” Satu tangan Bruce Lazar terangkat ke depan, memberi isyarat pada Luna Swan untuk keluar menggunakan pintu yang telah ditunjuk olehnya.Sementara itu, Luna segera mengernyitkan kening ke arah Richard yang masih duduk santai di sofa. Richard tampak diam dan tak beranjak sedikit pun meski Bruce Lazar telah meminta Luna untuk pergi.“Kenapa kau diam saja? Forger, ayo kita keluar!” ajak Luna pada Richard dengan suara setengah berbisik.Menanggapi ajakan dari luna, Richard mengangkat bahu sembari melirik ke arah Bruce. “Luna, Tuan Bruce belum memberi isntruksi apa-apa padaku. Bukankah itu artinya hanya
Bahasa tubuh Richard yang teramat santai, entah bagaimana kini telah membuat Bruce Lazar bergidik ngeri. Untuk sesaat, dia seperti merasa menyesal telah membuat dirinya berada satu ruangan dengan Richard yang misterius dan santai. Satu-satunya yang membuat Bruce Lazar merasa aman adalah, ia mengantongi koneksi dengan seorang Richard King.“Eh… Apa anda mendengarkanku?” tanya Richard pada Bruce yang termenung diam.Bruce secara refleks tersedak oleh napasnya sendiri, ia mengerjapkan mata demi mengingat kalimat yang beberapa waktu lalu diucapkan Richard. Dahi Bruce berkerut saat itu juga, ia berjalan pelan mendekati Richard yang duduk bersantai.‘Apa aku melewatkan sesuatu?’ Bruce mengamati Richard, kalimat Richard seolah mengindikasikan bahwa pertemuan tersebut memang sesuatu yang diharapkan oleh Richard.“Apa kita pernah saling kenal?” tanya Bruce pada akhirnya.Richard menggeleng. “Kita baru bertemu malam ini, Tuan Bruce.”Bruce menyipitkan mata, “lalu? Apa maksud ucapanmu yang tadi?
Tom Haley tentu saja tak mengerti maksud Richard sebab kalimat tersebut berada di luar skenario yang mereka sepakati sebelum memasuki Ironwoods Casino.Untungnya, Tom memang memiliki bakat dalam hal berpura-pura dan juga mengarang cerita. Itulah sebabnya, ketika Tom menyinggung Richard di Phoenix Hotel, Richard memilih untuk memberi hukuman pada Tom berupa misi-misi tak terduga seperti saat ini. Menurut Richard, selain latar belakang Tom yang juga luar biasa, kepandaian Tom dalam bersandiwara juga pantas untuk dimanfaatkan guna memuluskan misi yang diberikan Alexander King kepadanya.“Hei, siapa bilang kalian bisa bertemu dengan Richard King secara langsung?!” Bruce Lazar menengahi percakapan antara Richard dengan Tom Haley. Ia merasa tak mengatakan apapun tentang ‘bertemu dengan Richard King’, bagaimana bisa Richard justru dengan entengnya mengatakan hal itu kepada Tom Haley.“Apa kau bilang?!” Tom Haley tampak memberi tatapan tersinggung atas ucapan Bruce Lazar, hal itu berguna untu
“Tentu, Tuan Haley.” Richard tersenyum lalu meminta Zephys untuk menjauh sedikit. Setelah Zephys mundur beberapa langkah, Richard mulai mencondongkan tubuhnya pada Tom Haley lalu membisikkan beberapa informasi dasar seperti tentang kematian beberapa pejabat sekaligus kasus Jerry yang menjadi korban tuduhan pembunuhan.Melihat Tom Haley yang mengangguk-anggukkan kepala dengan cepat, Richard menarik napas lega karena menyadari bahwa selain pandai bersandiwara, Tom Haley tampaknya juga pandai menyerap informasi, saat sedang dibutuhkan.“Bagus, Forger. Kerja bagus. Kau akan mendapat kenaikan gaji di bulan ini dan seterusnya.” Tom Haley menepuk-nepuk pundak Richard, memberi kesan pada Zephys yang memandangi mereka bahwa sejatinya Richard memang hanya seorang pesuruh dari Tom.Di waktu yang sama, Bruce Lazar kembali datang dengan wajah yang bersinar karena gembira. Bruce masih belum bisa melupakan bagaimana respon bossnya saat mengetahui akan mendapatkan klien dari sosok luar biasa bernama
Rombongan Bruce Lazar yang membawa Richard dan Tom Haley telah tiba di pulau Corvo. Pulau tersebut dipilih sebagai markas Sindikat RK untuk beberapa minggu terakhir. Kabarnya, sindikat yang mengatasnamakan Richard King itu memang memiliki markas nomaden dengan tujuan agar persembunyian mereka susah diendus oleh anggota intel atau kepolisian setempat.Pulau Corvo nyatanya lebih mirip seperti hutan belantara dengan tepian pulau berupa semak belukar yang menjulang tinggi. Tak ada tanda-tanda kehidupan manusia jika seseorang hanya melihat pulau itu dari kejauhan.Saat mulai melangkahkan kaki ke pulau Corvo, Tom Haley sempat beberapa kali melirik Richard, ada kegelisahan yang mulai terasa di hati Tom Haley. Dia dan Richard telah digiring ke kandang singa tanpa diberi kesempatan untuk membawa bekal perlengkapan perang. Jika nantinya mereka dicelakai di pulau Corvo, bukankah mereka berdua tak bisa melakukan perlawanan apapun?Demi menenangkan hatinya, Tom Haley berhenti melangkah, membuat Br
Sebelum Bruce Lazar menjawab pertanyaan Richard, rombongan mereka dikejutkan dengan kemunculan tiga Jeep yang datang menjemput. Akhirnya, mereka segera menaiki Jeep secara terpisah.“Tempatkan mobil Tuan Haley berada di tengah, aku di depan, sementara Zephys di belakang.” Bruce Lazar memberi komando kepada para driver Jeep yang datang menjemput. Ke semuanya mengangguk patuh lalu mulai membentuk barisan.Tiga mobil jeep itu pun berjalan menyusuri semak belukar di dalam pulau Corvo. Sembari mengamati situasi, Richard menggunakan seluruh inderanya untuk mempelajari wilayah tersebut. Sejenak, ia bersyukur karena hasil pengamatannya menunjukkan bahwa tak ada jebakan-jebakan khusus yang dipasang oleh sindikat RK di dalam hutan pulau Corvo.‘Jika dihadapkan dalam keadaan yang mendesak, berada di hutan seperti ini justru akan lebih menguntungkan!’ Richard mengangguk kecil dan tersenyum. Sebuah senyuman yang membuat Tom Haley akhirnya menarik napas lega.“Ssstt… Tuan Forger…” Tom Haley berbisi
Ketika memasuki gua besar di tengah-tengah pulau Corvo, Tom Haley akhirnya mencium aroma-aroma yang tadinya sempat disebutkan oleh Richard. Sebagai laki-laki yang juga mengenal beberapa jenis minuman beralkohol, Tom Haley berkali-kali menelan ludah karena menyadari semua tebakan Richard Forger benar. Hanya saja, Richard telah mengenali aroma itu jauh sebelum mereka tiba di sana.Saat itu, suasana di dalam lorong gua terbilang sunyi sehingga langkah kaki mereka terdengar nyaring di telinga. Richard berniat memecah keheningan dengan bertanya kepada Bruce Lazar yang tengah berjalan memimpi di depan.“Tuan Lazar, anda belum menjawab pertanyaanku beberapa waktu lalu. Apakah anda sudah pernah bertemu dengan Tuan Alexander King?!”Bruce Lazar menoleh sejenak ke belakang lalu tertawa kecil, “Untuk saat ini, kami semua sedang menunggu kesempatan Yang Mulia Richard King untuk memanggil Tuan Alexander datang ke markas kami. Sayangnya, Yang Mulia mengatakan bahwa Tuan Alexander King sedang sibuk
Ketika Richard dan Daisy tiba di kota Roxburgh, semua sosok-sosok penting di kota besar itu datang ke bandara demi menyambut kedatangan mereka. Para tokoh penting di kota Roxburgh menunduk memberi hormat, membuat orang-orang awam keheranan dan menerka-nerka sehebat apa latar belakang sosok yang baru saja turun dari pesawat. Daisy merangkul siku Richard, menyatakan betapa bahagianya dia berada di sisi suaminya. Ketika mereka tiba di mansion mewah mereka, Daisy dan Richard menemukan ada tumpukan hadiah yang membanjiri halaman depan rumah mereka. Richard segera menghubungi Wendy Adams, meminta gadis itu untuk membagi-bagikan tumpukan hadiah kepada orang-orang yang membutuhkan. Saat semuanya telah beres, Daisy berujar kepada sang suami sembari membanting tubuhnya ke atas ranjang, “Akhirnya semua selesai juga… Ah… Aku ingin beristiraat.” Richard melirik Daisy lalu tersenyum nakal, “Siapa bilang kau boleh beristirahat?” “Eh?” Daisy menelan ludah saat Richard tiba-tiba telah mendekat ke
Richard dan Daisy telah tiba di ruang pesta beberapa puluh menit sebelum acara dimulai. Karena belum banyak tamu yang datang, Daisy tak begitu menduga jika pesta malam itu akan dihadiri oleh puluhan kepala negara dan ratusan konglomerat dunia.Ketika sedang menikmati anggur dan kudapan-kudapan kecil, mata Richard menangkap pemandangan yang mengejutkan. Ia melihat ada dua sosok perempuan yang sedang bertingkah norak. Richard nyaris tersedak, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum jahat, untuk pertama kalinya, Richard merasa tindakan ayahnya cukup berguna.Melihat kedua perempuan itu kini sedang berjalan menuju ke arahnya, Richard segera berbisik kepada Daisy. “Aku ingin ke toilet, nikmatilah semua yang ingin kau nikmati.”Richard pergi begitu saja sementara Daisy tak begitu memedulikan kepergian suaminya sebab pandangannya tertuju pada sekelompok orang yang tengah duduk di meja bundar yang sama.‘Bukankah wajah-wajah mereka tak asing?’ Daisy membatin. Keningnya berkerut saat mencoba mem
Hari masih pagi ketika Richard turun dari mobil dan berjalan menuju ke halaman kastil mendiang ibunya. Saat tiba di halaman kastil, bibir Richard refleks membentuk sebuah senyuman saat ia melihat Daisy sedang mengajari Alexander King menanam bunga.Ketika Daisy melihat kedangan sang suami, wajahnya berbinar-binar gembira. Tangan Daisy melambai-lambai lalu mengajak Richard untuk turut menanam bunga.“Tidak, terima kasih. Itu bukan gayaku,” sahut Richard merespon ajakan Daisy. “Aku akan masuk ke dalam, selesaikan saja kegiatanmu,” imbuh Richard seraya berjalan ke arah kastil. Sudah lama sekali ia tak berkunjung ke kediaman mendiang ibunya.“Menantuku, ayah akan pulang. Temuilah suamimu. Dan, jangan lupa sampaikan padanya tentang acara makan malam kecil-kecilan yang akan kuadakan nanti malam.” Alexander King melepas sarung tangan yang ia kenakan lalu berpamitan untuk kembali pulang ke kastil utama.Daisy mengerutkan dahi karena ada satu poin penting yang membuatnya terkejut. “Ayah belum
Kastil Manoko… Terlepas dari insiden penyerangan Richard kepada Alexander King, proses pemakaman Hazelle King tetap berlangsung dengan khidmat. Daun-daun pohon maple yang berjatuhan menjadi pelengkap prosesi pemakaman Hazelle pada senja hari itu. Satu demi satu para pengiring telah pergi hingga menyisakan dua orang saja yang masih berada di area pemakaman keluarga Naga Langit. Mereka adalah Richard Forger dan Alexander King. Mulanya, Alexander King terlihat ingin meninggalkan makam terlebih dahulu, namun, ucapan Richard menahan langkahnya. “Apa tujuanmu memilihku menjadi pewaris tahta Naga Langit?” tanya Richard tanpa menoleh ke belakang ke arah sang ayah. Alexander King diam mematung, keduanya kini saling memunggungi satu sama lain. Karena Alexander King tak memberi jawaban, Richard bergumam lagi. “Kau meremehkan putra sulungmu, Pak Tua. Hazelle jauh lebih pantas menjadi penerus Naga Langit. Harus kuakui, keputusanmu benar-benar bodoh!” Alexander King tersenyum tipis. “Kau benar
Suara ledakan keras yang baru saja terdengar di telinga Daisy memang bersumber dari kastil utama Naga Langit. Lebih tepatnya, di halaman depan kastil.Tak hanya mendengar satu kali, Daisy dan Rock mendengar ada ledakan yang bertubi-tubi. Meski demikian, Rock sama sekali tak melakukan apa-apa selain membiarkan hal itu terjadi, sebab ia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi di halaman kastil Naga Langit.!!Tubuh Alexander King terhempas menabrak dinding kastil Naga Langit, menciptakan kerusakan parah pada dinding yang terhantam tubuhnya. Karena kekuatan yang menghempaskan tubuhnya begitu kuat, timbul ledakan keras setiap kali tubuh Alexander King menghantam dinding kastil.Bebatuan dan debu-debu menghambur ke udara. Kehancuran demi kehancuran terus terjadi seiring dengan terhempasnya tubuh Alexander King berkali-kali.Tak ada yang berani mengambil sikap atas apa yang menimpa Alexander King, sebab pria itu memang meminta semua pasukannya untuk tak melakukan apa-apa.“Hazelle tewas
Tak hanya mengevakuasi para anggota Red Skull yang nyaris tenggelam ke laut, pasukan Tom Haley juga menemukan Rock yang berada dalam keadaan terikat di salah satu kapal milik Red Skull. Begitu Rock bebas, ia bergerak cepat menghubungi Alexander King yang berada di Manoko, mengabarkan tentang rencana kedatangan Richard dan Daisy ke sana.“Aku sudah tahu. Termasuk, kematian Hazelle, aku juga sudah mengetahuinya.”Itu adalah kalimat yang diucapkan oleh Alexander King saat Rock berhasil menghubunginya. Saat itu, Alexander King menutup telepon Rock lalu melanjutkan menyesap teh hijau sembari menatap langit hitam di balkon kamarnya.Satu demi satu keluarga yang ia cintai telah mati. Hanya menyisakan Richard seorang, tetapi Richard justru memutuskan untuk keluar dari silsilah keluarga Alexander King.“Lucu sekali…” gumam Alexander King seperti sedang menertawai kehidupannya sendiri. Terlepas dari itu semua, ia cukup menikmati keheningan malam itu sembari menanti kedatangan jasad putra kandun
Perlahan-lahan, matahari tenggelam mengiringi kematian Hazelle King. Dalam suasana berkabung, Richard mengirim telepati kepada pasukan Red Skull dan meminta mereka untuk bergegas menjauh dari pulau Sangorufu. Tak lama lagi, bom dipulau itu akan mengeluarkan gelombang kejut yang cukup besar.Beberapa detik sebelum ledakan besar terjadi di pulau Sangorufu, beberapa kapal pasukan Red Skull telah berhasil membuat jarak aman dari ledakan, termasuk kapal Richard yang sedari awal telah digerakkan oleh kekuatan Richard untuk menjauh dari pulau Sangorufu.Namun, beberapa kapal lain mengalami nasib buruk karena gagal membuat jarak aman dan akhirnya terdampak ledakan besar. Penumpang-penumpang kapal itu menjerit lalu berjatuhan ke laut. Puing-puing kapal yang terbakar berserakan di atas permukaan laut, membuat para korban yang jatuh semakin kesulitan untuk menyelamatkan diri.Beruntung, tak lama berselang datanglah tim evakuasi yang dipimpin oleh Tom Haley.Tom Haley yang mendapat laporan adanya
Tanpa diduga oleh siapa pun, terdengar suara letusan tembakan dari arah kapal tempat Richard mengistirahatkan Hazelle dan Daisy. Kekhawatiran Richard kian membesar ketika ia mendengar jeritan Daisy mengiringi suara tembakan itu.Mengingat, suara tembakan tak pernah menjadi pertanda baik bagi siapa pun, Richard melesatkan tubuhnya ke kapal tempat Daisy dan Hazelle berada.Benar saja, ketika Richard telah tiba di dek kapal, ia melihat Daisy dan Hazelle bersimbah darah. Jantung Richard seperti berhenti berdetak saat ia melihat lubang merah menganga di dada Hazelle King.Meski Hazelle menampakkan senyum damai, Richard menghambur menghampiri Hazelle yang terkulai di atas dek kapal.“Hazelle mencoba untuk melindungiku, Richard… Dia terluka karena aku… Ini salahku…” Daisy menundukkan kepala hingga kepalanya nyaris menyentuh lantai kapal. Tangisan Daisy pecah sebagaimana ia merasa bersalah terhadap Hazelle dan Richard.“Daisy…” Hazelle menggelengkan kepala menatap adik iparnya, seolah memberi
Jack Moriarty merasa nyawanya tak mungkin terselamatkan. Ketika ia tahu kematian sudah datang semakin dekat, beberapa waktu lalu dia akhirnya membuat kesepakatan dengan Richard. Jack Moriarty bersedia membantu Richard semampu dirinya, sebagai timbal balik, Jack meminta Richard untuk menyelamatkan Kelly dan janin yang ada di dalam perut Kelly, kekasih Jack.Richard setuju, dan begitulah, keduanya lantas saling bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik menyelamatkan orang-orang yang mereka sayangi.‘Jack, cepat katakan apa yang ingin kau katakan!’ Richard tak sabar untuk mendengar pesan telepati dari Jack. Hanya saja, bukannya mendengar pesan dari Jack, Richard justru dikejutkan oleh suara lain.“Richard Forger…!”Hammer Moriarty telah terbebas dari kelumpuhan. Wajahnya berseri-seri saat melihat betapa ambisiusnya Richard yang ingin menyelamatkan Hazelle King. “Hei, bukankah ada obrolan kita yang terputus? Kau lupa?”Richard menoleh ke arah Hammer Moriarty dengan dahi berkerut.“Forge