“Omong kosong. Jelas-jelas kau yang menabrakku. Tabrakan itu terjadi karena dia sibuk melihat ponselnya.” Wanita paruh baya itu menunjuk Robert.Robert tampak bersalah dan tidak berani berbicara sama sekali.Suzy lalu dengan cepat membantah. "Kau berbohong. Kapan suamiku melihat ponselnya? Mungkin kau sudah buta. Kau pikir mentang-mentang kami mengendarai mobil Audi, kami akan memberimu uang? Dasar perempuan miskin."Wanita paruh baya itu memandang Suzy dengan dingin. Dia menyeberang jalan seperti biasanya. Dia yang ditabrak, dan sekarang dia yang dikata-katai."Aku memang miskin, tetapi orang miskin juga punya harga diri. Aku tidak akan memeras siapa pun. Biar Tuhan mengirimkan petir untuk menyambarku jika aku berbohong," ujar wanita paruh baya dengan tegas.Suzy sedikit bingung ketika mendengar sumpah wanita itu. Saat dia sadar bahwa tempat ini bukan tempat yang nyaman untuk berdebat. Dia berkata kepada Michael, "Coba kau selesaikan masalah ini. Kalau tidak berhasil, jangan pula
Suzy mencibir. Dia membayangkan rumah baru Michael adalah rumah bekas yang sudah bobrok. Bahkan jika itu diberikan kepadanya, dia juga tidak akan mau. Jadi kenapa dia mau tinggal dengannya?"Michael, apa menurutmu keputusan yang tepat untuk membeli rumah bekas? Aku tidak mau pergi ke rumahmu seumur hidupku. Bella juga tidak akan tinggal bersamamu," ujar Suzy dengan sombong.Michael tersenyum tipis, dia sedikit khawatir kalau ibu mertuanya ini akan meminta untuk tinggal bersama ketika saatnya tiba nanti.Buat Michael, batas toleransi yang diterimanya hampir tak terbatas. Tetapi itu hanya berlaku untuk dirinya sendiri. Sikap Suzy yang seenaknya telah menyakiti orang lain jelas bukan sesuatu yang bisa diterima dengan mudah. Saat ini yang bertanggung jawab atas kecelakaan itu sudah jelas. Robert-lah yang bertanggung jawab penuh. Dia juga yang seharusnya bertanggung jawab untuk biaya pengobatan dan untuk biaya perbaikan mobil.Polisi berjalan ke arah Suzy dan berkata dengan ringan, "C
Dari kejauhan, Michael melihat sekelompok anak kecil melemparkan batu ke seorang anak laki-laki. Melihat anak laki-laki itu menangis kesakitan, Michael mempercepat langkahnya.“Hentikan, apa yang kalian lakukan?” Michael berteriak.Orang-orang di lingkungan itu tidak takut dengan hukuman. Mereka juga tidak takut pada Michael. Anak yang paling tua meneriaki Michael."Siapa kamu? Apa hubungannya dengan orang bodoh ini? Kami punya urusan dengannya. Apa urusanmu, sana pergi!""Lihat. Dia masih bisa tersenyum. Berarti dia suka dipukuli."Setelah itu, beberapa anak melemparkan batu lagi ke arahnya.Michael berdiri di depan Sunny.Ibunya memberi nama seperti itu karena berharap putranya akan bersinar seperti matahari dan merasa bahagia setiap hari. Tetapi Ibunya tidak tahu bahwa setelah dia pergi bekerja, putranya menjadi bulan-bulanan bagi orang-orang di dekatnya."Kamu bodoh, kamu juga akan dipukul karena sudah membelanya.""Aku tidak berharap orang bodoh lain datang. Gampang saja
Bocah lelaki itu bangga sekali dengan perilaku ayahnya. Dia berkata, "Ayah, aku akan menjadi kuat sepertimu kalau aku besar nanti."Smith menepuk kepala putranya. "Kamu harus lebih baik dari aku. Kalau sudah besar nanti, ajak teman-temanmu berpetualang keluar kampung ini. Cukup seperti itu saja, aku sudah bahagia."Ayah dan anak itu sedang merencanakan masa depan saat Michael kembali dari membeli makanan. Kemudian dia melihat bocah yang dia beri pelajaran itu membawa beberapa orang dewasa. Saat Michael melihat kondisi Sunny yang sudah babak belur, seketika timbul hasrat membunuh.“Ayah, itu dia. Dia yang tadi memukulku.” Bocah lelaki itu menunjuk Michael dengan mata berapi-api.Smith menyeringai. "Kau yang memukul anakku? Berlutut dan minta maaf padanya. Kalau tidak, aku akan mematahkan kakimu hari ini."Michael meletakkan makanan di meja dan berlari ke arah Smith.Pada saat ini, Michael tidak segan memperlihatkan aura membunuhnya. Pada saat yang bersamaan, anak buah meremehkan
Pada saat yang bersamaan, Bella pulang ke rumah dalam keadaan lelah. Dia pulang habis berbelanja.Suzy duduk di sofa di ruang tamu dengan wajah muram. Sebelum Bella meletakkan barang-barangnya, dia berkata dengan dingin, "Mulai hari ini, keluarga ini hanya dapat menampung salah satu, aku atau Michael. Bella, kau harus memutuskannya."Bella merengutkan alisnya.“Bu, ada apa?” Bella mencium bau permusuhan. "Ada apa denganku?" Suzy langsung meledak. "Michael sudah benar-benar tidak menghormatiku sekarang. Aku pikir dia jadi sombong, bahkan dia berani memarahiku. Apa kamu pikir aku bisa mentolerir orang seperti itu?"Sombong?Dan bagaimana bisa Michael memarahi Suzy? Pasti ada kesalahpahaman.“Bu, kau tidak mendengarkan omong kosong dari orang lain, kan?” Bella bertanya."Dia memarahiku di depan orang banyak. Bagaimana aku sempat mendengarkan omongan orang lain?" ujar Suzy gusar. "Bagaimana mungkin." Reaksi pertama Bella adalah menolak. Dia yang paling tahu orang seperti apa Mic
Setelah Michael dan Sunny makan bersama, Michael khawatir kalau Smith dan yang lainnya akan membalas dendam begitu dia pergi. Michael membawa Sunny ke rumah sakit, mengatur ruang VIP dan menyewa pengasuh.Ibunya sangat berterima kasih atas apa yang telah dilakukan Michael untuknya. Ada tempat bagi Sunny untuk dirawat lukanya di ruang VIP, sehingga ibu dan anak itu bisa beristirahat dengan tenang. Setelah beres melakukan semua ini, Michael kembali ke rumah.Michael sudah menduga bahwa Suzy tidak akan menyerah begitu saja dalam masalah ini. Dirinya justru terkejut Suzy membiarkannya masuk begitu saja saat dia tiba di rumah.Bella berdiri di depan Michael. Tidak peduli ibunya mengeluh seperti apa pun, dia tetap akan meminta penjelasan pada Michael, "Apa yang sebenarnya sudah terjadi?"Michael memberitahu Bella cerita sesungguhnya. Bella sangat murka begitu mendengar cerita Michael. Dia tidak menyangka Suzy bisa bersikap tidak masuk akal, tidak mau bertanggung jawab ketika menabra
"Kamu berbohong padaku hanya untuk membelanya?" tanya Suzy.“Terserah ibu mau percaya atau tidak. Ibu pikir apa aku bisa mendapatkan begitu banyak uang dari kantor? Apa nenek tidak akan curiga?” Bella menjawab dengan nada datar. “Ayah, menurutmu apakah nenek tidak akan tahu kalau aku mengambil lebih dari satu juta dari kantor?” Bella lalu memandang Robert.Robert tahu persis ibunya. Dia sering memeriksa rekening perusahaan. Biasanya dia tidak pernah mempermasalahkan hal-hal kecil. Tetapi jika jumlahnya lebih dari satu juta, hal itu sudah pasti tidak akan bisa dia terima.Selain itu, Bella belum lama menjadi penanggung jawab proyek. Tidak masuk akal jika dirinya mengambil uang lebih dari satu juta."Ini ... " Robert seperti hendak mengatakan sesuatu. Bella melirik Michael. "Jika bukan karena dia, apa ibu bisa mengendarai Audi? Jika bukan karena dia, dari mana datangnya uang untuk dipinjamkan kepada paman Ben? Apa ibu pikir semuanya datang dari kartu kreditku?"Suzy tidak bisa
Kata-kata Robert ibarat air dingin dari ember yang dituangkan ke kepala Suzy. Hatinya langsung tenang.Di pikirannya, terlintas bayangan Michael adalah seorang tuan muda keluarga kaya yang dihancurkan dengan kejam.“Dipikir-pikir kalau dia kaya raya, kenapa dia membeli rumah bekas? Dua mobil sudah cukup membuatnya miskin,” lanjut Robert.Ekspresi santai Suzy kembali menjadi dingin lagi. Jika Michael benar-benar orang kaya, dirinya tentu saja bisa memperlakukannya dengan baik. Tapi jika Michael orang miskin, sikapnya pasti tidak akan berubah, sama seperti sebelumnya."Kalau dia tidak punya uang, dia tidak berhak memperlakukanku seperti itu," ujar Suzy dengan nada dingin.Robert hanya bisa menghela napas melihat betapa cepatnya Suzy berubah pikiran. Dia berpikir jika bukan karena nama keluarganya, Suzy tidak mau menikah dengannya. Dia yang paling mengenal karakter Suzy dibanding orang lain. Wanita ini selalu mengutamakan uang. “Lebih baik jaga sikapmu. Dialah yang membeli mobil ya
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua