"Ok, tunggu di sini, " ujar Michael. Teresa berdiri di depan pintu masuk rumah Michael. Dia tidak berniat masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba, dia berkata Michael, "Ferry sudah mati. Iya kan?"Teresa tidak ingin membuang waktu. Dia percaya dengan nalurinya. Michael berhenti melangkah. Badannya menjadi tegang. "Aku sudah tahu. Kamu tidak perlu membohongiku," ujar Teresa sambil tersenyum. Michael menengok ke arah Teresa, "Kalau kamu sudah tahu, kenapa kamu ke sini?"Teresa tertawa kencang. "Ha ha ha, tidak kusangka kamu memberi jawaban," ujar Teresa dengan nada bangga. Michael mengedikkan bahu. Tidak ada gunanya dia menyembunyikan informasi padanya.Lawannya bukan Teresa. Bukan dia yang Michael jadikan target. Danny sekarang menjadi perhatian Michael. "Kamu tahu kenapa aku menjawab pertanyaanmu?" tanya Michael."Memangnya itu penting? Asalkan kamu mengaku, aku tidak peduli dengan alasanmu," ujar Teresa.Michael berkata, "Maksudku, aku sudah tidak menganggapmu sebagai lawan
Keesokan harinya, Michael datang sendirian ke tempat jual peti mati. Bos tempat itu adalah seorang pria tua dengan rambut abu-abu. Dia memiliki kerutan di wajahnya. Tubuhnya bungkuk seperti menahan beban hidup. "Bos, kapan pesananku selesai?" tanya Michael.Sang bos menjawab dengan suara serak, "Anak muda, aku sudah mengusahakan yang terbaik. Paling cepat, besok.""Tidak bisakah lebih dipercepat pengerjaannya? Aku justru ingin membawanya besok, " kata Michael. Dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya. "Aku ini sudah tua. Aku harap kamu mengerti," kata sang boss.Michael tidak ingin menekan pria tua itu tapi dia memang tidak memiliki banyak waktu. "Bos, bagaiamana kalau aku membantumu?" saran Michael.Wajah sang boss menjadi terkejut. "Jangan cemas, bayaranmu tetap sama," ujar Michael.Sang bos tersenyum. Dia menggelengkan kepala, "Apa kamu yang bernama Michael? Jangan-jangan peti mati ini untuk Danny?"Michael tidak menyangka sang bos bisa menebak siapa dirinya.Seperti
"Kamu tidak akan mengecewakan mereka. Keluarga Qi percaya padamu," ujar Evie sambil tersenyum. Dia menuangkan Michael segelas wine."Aku tidak ingin menyeret kalian ke dalam masalah ini. Jika terjadi sesuatu, aku tidak bisa mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi kalian," kata Michael.Evie menaikkan alisnya dan berkata, "Keluarga Qi bersedia berkorban untukmu, termasuk aku sendiri.""Dasar kalian gila," ujar Michael sambil mengutuk."Tidak penting apa pendapatmu. Sejak aku bertemu denganmu, aku memang sudah gila," ujar Evie dengan mata berkaca-kaca.Michael mendesah. Dia minum wine dari gelasnya. Setelah itu, mereka membuka dua botol wine lagi. Namun kali ini Michael tidak mabuk, justru Evie yang mabuk. Saat Michael hendak membawa Evie ke kamar, Evie bergumam, "Michael, jangan tinggalkan aku, ya?" Evie mengira perasaan Michael sudah mulai berubah tapi saat dia mengingat Bella, Michael menjadi sulit untuk didekati.Michael sudah mengkhianati Bella. Dia tidak akan mengulangi
Semua orang mengambil ponsel mereka. Raut wajah mereka berubah. Kemudian mereka serentak berkata"Datang!"Cooper berkata, "Aku tidak menyangka dia akhirnya datang. Tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali berlutut. Di depan Danny, dia tidak punya kekuatan."Lalu, ponsel mereka kembali berbunyi. Tampak foto yang sama yang terlihat dari berbagai sudut. "Ini ....""Apa yang orang itu lakukan?""Dia...dia membawa peti mati."Cooper yang melihat foto ini seketika menjatuhkan ponselnya. Dia merasa ketakutan. Di foto itu, Michael sedang memegang peti mati. Dia sudah berdiri di depan gerbang kediaman Keluarga Han. Cooper cepat-cepat meneguk botol minumnya. Dia sempat mengucek matanya. Orang-orang sedang menonton video langsung yang memperlihatkan Michael."Apa dia sudah tidak waras?" tanya Cooper. "Sungguh besar keberaniannya. Dia membawa peti mati untuk Danny!""Orang itu sudah tidak punya otak. Bisa-bisanya dia melakukan ini.""Dia datang untuk mati."Cooper menarik nafas.
Orang-orang mulai bersemangat. Di hari ulang tahun Dito, kedatangan Danny menimbulkan ketakutan. Michael juga pernah menyuruh anak-anak keluarga kaya itu berlutut. Mereka membenci Michael dan berharap dia kalah di tangan Danny.Danny mencibir saat melihat Michael memegang peti mati. "Kamu sudah membunuh pemilik toko peti mati itu. Kau pikir bisa mengirimku peti mati ini begitu saja?" "Danny, peti mati ini adalah hadiah terakhir yang akan kamu terima," ujar Michael.Semua orang terkejut mendengar ucapan Michael. Meskipun dia memiliki reputasi tapi tetap saja mereka merasa dia terlalu nekat. "Sombong sekali dia.""Aku pikir Danny akan menyiksa dia terlebih dulu.""Benar, dia bodoh sekali menantang Danny."Di antara kerumunan orang itu, ada sosok yang tidak asing. Dia adalah David.Di mata David, orang seperti Danny tidak perlu takut. Alasan kenapa Keluarga Nangong tidak ingin terlihat menonjol di Chinatown ini adalah mereka tidak ingin kondisi Chinatown berubah. Namun David
Danny gemetaran saking marahnya. Belum pernah ada yang melihatnya seperti itu. Bukan saja karena Penn dan Ferry mati, tapi Ferry berlutut di depan Michael. Bagaimana bisa anggota Keluarga Han Amerika berlutut di depan Keluarga Han di Yanjing!Ini sesuatu yang tidak bisa Danny biarkan begitu saja. Padahal Danny juga memaksa Warren meninggalkan Amerika. Dia bangga bisa membawa Keluarga Han kembali berjaya. Selamat bertahun-tahun, Danny selalu membayangkan Warren adalah sosok pengecut. Begitu juga Keluarga Han dari Yanjing.Dia tidak ingin mengakui kalau Ferry berlutut di depan Michael. Michael harus mati!"Gavin, bunuh dia! Aku ingin dia mati tanpa ada makam," kata Danny. Gavin maju dan berkata pada Michael, "Aku akan membalaskan dendam muridku."Michael tidak akan menanggap hal ini remeh. Dia berkata pada Evie, "Pergilah. Jangan sampai terluka."Evie mengangguk. Sebelumnya dia terkejut dengan ucapan Michael. Ferry mati di tangan Michael."Evie, kemarilah," kata Daniel dan
Hank tiba-tiba datang, dan ini membuat Cooper terkejut. Sebelumnya dia memiliki ide untuk meminta pamannya itu membunuh Michael. Namun sekarang Cooper tidak berani bertindak sembarangan. Meskipun Hank mungkin bisa membantu Cooper, dia juga merasa tidak yakin. "Gavin, sudah lama kita tidak bertemu. Aku merasa terhormat," ujar Hank sambil tersenyum. Gavin mengernyitkan dahi. Dia tahu siapa sebenarnya Hank. Mereka sama-sama anggota Apocalypse.Kenapa Hank bisa ada di Amerika?"Hank, apa yang kamu lakukan?" tanya Gavin.Hank melirik pada Michael, "Aku mau membawanya."Raut wajah Gavin berubah. Danny menginginkan kematian Michael. Namun Hank malah muncul. Level kemampuan Hank berada jauh di atas Gavin. "Apakah kamu mau mencampuri urusanku? Aku ingat peraturan di Apocalypse. Anggota Apocalypse tidak boleh mencampuri urusan anggota lain," ujar Gavin."Tentu saja aku masih ingat. Namun orang ini bukan orang biasa," ujar Hank sambil tersenyum. "Hmmm, apa hubungan orang ini dengan
Ucapan Cooper membuat Hank berhenti melangkah. Keponakannya punya urusan dengan Michael? "Apa urusanmu?" tanya Hank dengan nada tajam.Cooper menceritakan apa yang sudah terjadi. Setelah mendengarkan cerita Cooper, Hank tidak mau membalaskan dendam Cooper."Sayang sekali, kamu harus berlutut padanya. Begitu dia menerima, urusanmu dengannya akan beres," ujar Hank.Cooper terkejut mendengar ucapan Hank. Bagaimana pamannya bisa tenang setelah mendengarkan cerita Cooper?"Paman, berikan saja dia," ujar Cooper"Mulai hari ini, kamu harus menjadi anjing peliharaannya. Hanya dengan begitu, nyawamu bisa selamat," ujar Hank."Ah!" Cooper berkata dengan nada curiga, "Paman, kamu tega membiarkan keponakanmu ini menjadi anjing peliharaan."Hank tersenyum. Meskipun Cooper adalah keponakannya, tindakan Cooper membuatnya tidak senang. Michael adalah calon murid Simon. Cooper tidak berhak memberi hukuman pada Michael. Memangnya dia bisa apa?"Huh," Hank mendengus dan berkata, "Kamu tahu si
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua