"ih apa sih, Mas," ucap Adel sambil menyingkirkan sendok yang Gerry pegang."Udah, buruan buka mulutnya," ucap Gerry kembali sambil kembali mendekatkan sendok itu ke mulut Adel.Adel pun akhirnya mau tak mau membuka mulutnya dan menerima suapan itu."Nah kan, tinggal buka mulutnya aja susah banget," gerutu Gerry.Kemudian ia menyendokkan kembali mie itu ke mulutnya dan mulut Adel, bergantian terus seperti itu sampai sisa setengahnya."Duh, gara-gara Mas Gerry nih, aku jadi laper juga," gerutu Adel lalu ia pun hendak bangkit untuk memasak mie kembali."Mau ngapain?" tanya Gerry menahan tangan Adel untuk tak kemana-mana."Masak mie, laper juga aku jadinya," ucap Adel."Ya udah diem sini, biar aku yang masakin," ucap Gerry seraya ia bangkit dan menyuruh Adel untuk kembali duduk."Tapi, Mas ...," tolak Adel rada sungkan."Gak ada tapi-tapian, udah diem disitu," titah Gerry.Tak ingin berdebat terlalu lama dengan kakak iparnya, Adel pun menurut saja."Mau mie apa?" tanya Gerry saat melihat
"Ger, Bangun Ger," ucap Pak Latif membangunkan Gerry yang tertidur di sofa ruang tamu.Gerry pun mengerjapkan matanya lalu tersadar dari tidurku."Jam berapa Pak?" tanya Gerry sambil mengucek matanya."Jam 6, kamu ngapain tidur disini? Kamu gak kerja emang?" tanya Pak Latif bertubi-tubi.""Dikamar ada Adel, Pak. Gak mungkin kan aku satu kamar sama dia," jawab Gerry saat kesadarannya sudah pulih meskipun belum sepenuhnya."Adel dikamar kamu?" tanya Pak Latif sedikit curiga.Gerry pun mengangguk lalu menceritakan kejadian semalam yang ia alami, karena itu juga ia memutuskan untuk tidur di luar saja karena tak mungkin ia tidur sekamar dengan Adel, bisa timbul fitnah yang tak enak."Oh gitu," ucap Pak Latif setelah mendengar penjelasan Gerry.Tentu saja Gerry hanya menceritakan bagian pentingnya saja, soal urusan ia dengan Adel tak ia ceritakan."Ini Adel juga tumben belom bangun, biasanya udah bangun," ucap Pak Latif sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal."Siapa bilang belum bangun,
"Dih, udah kek jelangkung lu, datang tak diundang pulang tak diantar," ledek Gerry saat melihat Adel yang tiba-tiba saja ada nongol masuk ke pembicaraannya dengan Bu Rina."Biarin week, sirik aja nih. Mas nyuruh aku balik lagi kerja emang berani bayar berapa?" tanya Adel kembali lalu segera mendekat kesamping ibunya."Emang berapa lu di bayar Arkan kemarin?" tanya Gerry penasaran."Emm, kalau sama Mas Arkan mah kemaren sebulan lima juta gapoknya, tunjangan jabatan dua juta sama transport satu juta jadi sebulan dapetnya sekitar delapan jutaan. Belom termasuk jajan Revan ya, Mas hahah,"jawab Adel sambil terkekeh."Lumayan juga yak, tapi masalahnya perusahaan papa lagi di ujung, lagi cekak banget soal pendapatan. Ini aja modal kemaren ngambil keuntungan dari Amira K. Paling gua cuma bisa bayar lu UMR empat juta sembilan ratus," ucap Gerry sambil menimang-nimang."Amira K? Kenapa gak coba ngajuin kerjasama sama Amira G aja? Amira G dulu mau gelontorin dana yang rada gede juga loh padahal
Lagi, Gerry pun kembali terisak jika mengingat tentang sang istri. Padahal, selama ini, ia merasa baik-baik saja dan tak pernah lagi menangis. Namun malam ini, air matanya pun kembali keluar jika mengingat sang istri.Gerry pun membelai lembut rambut Vani yang mulai rontok lalu menciumnya dengan penuh cinta."Besok, jadwal Key imunisasi, nanti aku bawa Key kesini ya, Sayang. I love you," lirih Gerry pelan di kuping Vani.Setelah itu, Gerry pun kembali keluar ruangan dan menunggu di jendela kaca.Gerry hanya bisa bertemu sekitar sepuluh menit saja dengan sang istri. Meskipun singkat, namun itu adalah waktu yang berharga bagi Gerry. Karena saat menyentuhnya lah, semua beban di pundak Gerry seakan menghilang semua.***Keesokan harinya, jadwal Key untuk imunisasi yang 3 bulan yaitu DPT2 dan juga HIB2. Gerry pun ditemani oleh Adel dan juga Revan membawa Key ke dokter anak pada hari itu."Nyari apa, Mas?" tanya Adel saat melihat Gerry sedikit sibuk mencari di hpnya.Saat itu Revan tengah a
"Jangan-jangan apa? Punya hubungan? Diem-diem nikah? Ya ilah basi, dah banyak yang bilang gitu," ucap Gerry dengan nada ketus memotong ucapan dari Amira saat itu."Ih Mas Gerry, mah," ucap Amira dengan sedikit merajuk.Gerry benar-benar mengetahui apa yang ingin di sampaikannya."Dah biasa gua dibilang kek gitu, dah cape dengernya," ucap Gerry kembali.Tak lama, Arkan pun turun dari lantai atas dan ikut berucap, "cape kenapa?"Namun, pertanyaan Arkan sama sekali tak di gubris oleh Gerry. Gerry pun lalu menurunkan Revan dari gendongannya dan menaruhnya di lantai. Anak tersebut langsung berjalan menghampiri Arkan yang berada di ujung tangga sambil berucap, "Papa, Papa.""Ululu, anak Papa, sini sayang," ucap Arkan lalu segera menggendong Revan."Biar mamih gendong sini, Del," ucap Mami Nurul sambil mengambil Key dari gendongan Adel.Adel pun lalu melepas gendongannya dan memberikan Key kepada sang mamih."Ya Allah gemuk banget anak bayik ini. Abis suntik kamu, Nak? Sakit gak? Nangis gak?
Tak hanya Gerry yang sibuk dengan MPASI Key, namun Adel pun nampak sibuk dengan persiapan pernikahannya dengan Arkan yang akan di gelar dua minggu lagi.***Siang itu, tepat seminggu sebelum Adel menikah, nampak Gerry sedang bersenda gurau dengan sang anak sambil bermain lempar bola di dalam ruangannya. Tak hanya Gerry, ada Wisnu dan Revan juga yang berada disisi sebelahnya sedang main mobilan.Wisnu kini sudah sering ikut kembali kem kantor sang papa dan mulai mempelajari bisnis bersama Gerry karena harus belajar untuk menggantikan posisi Adel sebagai sekretaris Gerry.Tak berselang lama, pintu ruangan Gerry pun terbuka, dan nampak Adel yang menyembul dari sana.Adel pun segera masuk keruangan itu dengan membawa sekantong makanan untuk mereka berdua."Oyy, para bapak makan dulu. Aku nitip kedua bocilku ya," ucap Adel sambil menaruh kantong itu di meja kerja Gerry."Mau kemana?" tanya Wisnu penasaran."Poto prawedding, terus sekalian fitting baju juga. Jadi, aku nitip anak-anak ya, by
"Bukannya belum move on, tapi masih mikir-mikir lagi, emang siapa yang mau sama orang kek gua? Gua pengidap HIV, mana ada yang mau coba?" tanya Wisnu kemudian dan mendapat anggukan dari Gerry dan juga Adel."Suatu saat nanti pasti ada kok,Nu," ucap Gerry sambil menepuk-nepuk pundak sang adik."Entahlah, Mas, belum kepikiran. Sekarang mau fokus kerja sama nulis aja, terus uangnya buat biaya Revan sekolah nanti. Meskipun ada ayah sambung, tapi gua sebagai ayah kandung gak boleh lepas tanggungjawab," ucap Wisnu kembali."Wah udah mulai dewasa rupanya ini anak," kekeh Gerry menyindir halus Wisnu.Wisnu pun tak menggubris ucapan Gerry, ia hanya mengalihkan pandangannya kedepan, menatap lurus ke jalanan dan pikirannya pun menerawang jauh.Sedangkan Adel nampak diam saja sambil sesekali tertawa karena tingkah Key dan Revan yang saling menggoda satu sama lain. Tak pernah terbayangkan oleh mereka semua, bahwa kisah mereka ternyata begitu rumit. Masing-masing dari mereka memiliki masalah yang
2 hari berlalu, tibalah saatnya MPASI Key yang pertama. Setelah Gerry melaksanakan sholat subuh, ia pun sudah berkutat di dalam dapur rumah Bu Rina."Tumben jam segini udah didapur?" tanya Adel yang saat itu penasaran sudah ada Gerry didapur saat hendak menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarganya."Hu'um, mau bikin MPASI buat Key,," jawab Gerry singkat dan mendapat anggukan dari Adel.Adel pun melihat magicom yang sudah menyala dan menandakan matang di pojok meja makan sana."Mas udah masak nasi?" tanya Adel penasaran dan mendapat anggukan dari Gerry"Rajin," ucap Adel singkat lalu segera membuka magicom itu dan ternyata sudah pas kelembekannya.Gerry masih nampak sibuk disana, membuka lembaran kertas, dan memotong wortel kecil-kecil lalu menimbangnya. Tak hanya wortel yang Gerry timbang tapi juga ati ampela dan nasi yang akan ia timbang."Mau dibantuin?" tanya Adel penasaran."Gak, liatin aja ini masaknya dah bener belom," ucap Gerry tanpa mengalihkan pandangannya dari alat masaknya
Teriakan Vani dan juga Rere membuat beberapa orang nampak terkejut tak terkecuali Gerry dan Wisnu yang berada di ruang tamu.Keduanya pun segera mencari sang mamah dengan wajah panik ke dalam rumahnya."Kamu kenapa sih, Dek? Teriak-teriak aja!" tegur Gerry kepada sang istri."Mama mana?" tanya Vani."Kamar," ucap Wisnu singkat.Vani dan Rere pun segera berlari kembali menuju kamar mamahnya.Gerry dan Wisnu yang nampak heran pun segera menyusul kedua wanita itu ke kamar mamahnya."Mamah," panggil Vani lalu segera berlari menuju Bu Wiwik yang tengah tertidur."Dek ngapain sih? Orang Mamah tidur juga!" seru Gerry sedikit kesal kepada sang istri."Sstt," ucap Rere menyuruhnya diam.Tanpa memperdulikan Gerry, Vani pun lalu mengecek denyut nadi dan juga napas Bu Wiwik kemudian ia menggeleng."Mbak jangan becanda!" Kali ini Rere yang berseru dan Vani tetap menggeleng.Gerry pun segera menghampiri sang istri dan melakukan hal yang sama namun nihil, Bu Wiwik pun sama telah berpulang.Wisnu yan
"Ma -- maksud Mamah gimana?" tanya Gerry sedikit tak paham."Gak jauh dari makam Mamah mu ada lahan kosong, itu buat makam Mamah nantinya. Mamah udah pesan sama penjaga makam sana waktu itu, tapi keknya mungkin dah disiapin juga sih, soalnya Mamah waktu itu bilang. 'Pas nanti anak saya minta makam ini di bongkar, nanti tolong gali di tempat ini juga. Ini punya saya, dan disana itu nanti timpa suami saya,'" ucap Bu Wiwik kemudian."Mamah kok bilang gitu sih, Mah? Mah, tolong lah jangan bikin Wisnu takut," gerutu Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry dan juga kedua istri mereka.Namun Bu Wiwik hanya menanggapi gerutuan itu dengan senyuman. Sebuah senyuman yang berbeda dari biasanya.Kini, jam pun telah menunjukkan pukul 08.30 WIB yang berarti sudah waktunya untuk jenazah Pak Leon di mandikan.Pekarangan yang tadinya berisi bunga-bunga pun di babat separuhnya dan diubah sebagai tempat pemandian terakhir sang Papah."Dek, kamu mau disini atau gimana?" tanya Gerry kepada sang istri saat m
"Dek, kamu mah ih, marah sama Adel malah aku yang kamu jambak," gerutu Gerry sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit."Maaf," ucap Vani ketus.["Kakak ada apaan?! Kalau gak gua matiin nih telponnya!"]"Papah Leon meninggal," ucap Vani singkat.[Oh, APA? Papa meninggal? Becanda lu gak lucu Vania!"]"Apa gua bakal becanda kalau urusan kek gini?" tanya Vani balik dengan dingin.["Ng -- ya udah, nanti gua suru Mas Arkan kesana"]"Ya," ucap Vani singkat lalu segera menutup telponnya."Sabar, Dek," ucap Gerry sambil membelai lembut tangan sang istri dan mendapat anggukan dari Vani."Key, bobok dulu yuk, udah malem, mau Ayah gendong?" tanya Gerry kepada sang anak dan mendapat anggukan darinya."Cu cu," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry."Dek, tolong bantuin aku ya. Aku harap kamu tetep kek gini, tetep tenang sampe aku kelar nidurin Key," ucap Gerry kepada sang istri."Iya, Mas. Aku titip Key ya, tata hati kamu dulu agar baik-baik aja, aku yakin kamu syok juga pasti," ucap Vani s
Hanya selang satu jam setelah Pak Leon masuk kedalam kamarnya, tiba-tiba Bu Wiwik pun berteriak histeris. Beruntung, Gerry dan Wisnu masih ada di ruang tamu sambil menonton tayangan bola."Wisnu, Gerry ...," pekik Bu Wiwik dengan histeris memanggil kedua anaknya itu.Mendengar sayup-sayup ada yang memanggil mereka, Wisnu dan Gerry pun lalu menghentikan aktivitasnya dan saling berpandangan satu sama lain."Mas, kok perasaan aku gak enak ya?" tanya Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry."Sama, Nu, perasaan Mas juga gak enak banget ini, samperin ayo, keknya ada sesuatu di kamar Papah sama Mamah," ajak Gerry dan mendapat anggukan dari Wisnu.Keduanya pun segera bangkit dari duduknya dan melangkah tergesa menuju kamar Bu Wiwik.Tok! Tok! Tok!Gerry mengetuk pintu kamar yang tertutup itu namun tak ada sahutan, hanya sayup-sayup terdengar Bu Wiwik yang menangis."Mas, bangun, Mas," ucap Bu Wiwik saat itu yang sayup-sayup terdengar."Mas ayo buka," ucap Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry
"Mamah sama Papah kok ngomong begitu sih? Kek mau pergi ninggalin kita aja," ucap Vani yang berada tak jauh dari mereka.Saat itu, mereka semua tengah bersantai bersama di ruang tamu. Vani dan Rere nampak sedang bermain dengan Key dan juga Revan, sedangkan Gerry dan juga Wisnu ada di sofa tak jauh dari mereka."Iya nih. Bikin Rere parno aja, Rere kan pingin ngerasain punya mertua kek di cerita-cerita gitu," timpal Rere kemudian."Kamu telat, Re gabungnya kalau sekarang mah kamu gak akan nemuin itu mertua jahat, coba dulu, pas masih awal kek aku, beuhh gak tahan, yakin dah seribu persen rasanya mending kaga usah punya mertua deh haha," ucap Vani sambil terkekeh dan menggidikkan bahunya.Mendengar ucapan Vani sontak Pak Leon dan Bu Wiwik pun mengalihkan pandangannya kearah mereka dengan wajah yang sedikit masam."Eh, aku salah ngomong kah?" tanya Vani pura-pura bingung saat melihat mereka berempat nampak memandanginya."Nggak! Tapi jangan terlalu jujur juga, Vania haha," ucap Bu Wiwik s
"Key di umah aja, Yah," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry.Gerry pun segera mendorong kursi roda Vani menuju mobilnya dan tak lama mobil pun meluncur menuju rumah sakit tempat Vani kemarin di rawat."Dek, aku mau renov rumah yang ini boleh gak?" tanya Gerry kepada sang istri didalam mobilnya sambil memecah keheningan yang ada diantara mereka."Renov apanya, Mas?" tanya Vani sedikit penasaran."Ku bagi jadi dua, Dek," ucap Gerry.Gerry pun lalu menjelaskan perbincangannya semalam bersama kedua orangtuanya dan Gerry pun sudah memikirkan semuanya dengan baik.Namun, karena hal ini sedikit sensitif untuk dibahas semalam, karena itu Gerry pun meminta Vani untuk melayaninya dahulu agar bisa rileks namun nyatanya, Gerry pun baru bisa berterus-terang saat ini."Emm, iya juga sih, Mas, emang gak bebas kalau bareng-bareng mah, apalagi Wisnu kan mau nikah juga. Inget gak dulu pas kita juga pindah ke kontrakan? Keknya lebih nyaman aja kan meskipun emang kecil?" tanya Vani dan mendapat ang
Keempatnya pun lalu tertawa kembali."Udah, udah, yuk masuk, kasian yang punya istri sama anak di tinggalin. Kemaren aja nunggunya hampir mau dua tahun dan tiap malem ditangisin, giliran ada malah ditinggalin," kekeh Bu Wiwik meledek dan mendapat senyuman dari Gerry.Gerry pun nampak menggaruk sedikit tengkuknya yang tak gatal lalu segera beranjak bangun. Begitupun dengan Wisnu dan kedua orangtuanya.Mereka pun berjalan beriringan menuju rumah mereka dan mulai berpencar saat memasuki rumah.Gerry pun segera menuju kamarnya dilantai bawah, sedangkan Wisnu langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.Saat Gerry membuka pintu kamarnya, nampak Vani yang masih duduk di tepi ranjang sambil memainkan hpnya."Dek belum tidur?" tanya Gerry kepada sang istri.Vani yang saat itu tertunduk pun langsung menengadahkan kepalanya menengok ke arah sumber suara lalu menggeleng.Gerry pun langsung masuk menuju kamar mandinya untuk cuci tangan dan melepas bajunya yang terkena asap rokok itu.Tak lama
Wisnu yang baru pulang mengantar Rere itu tak sengaja melihat Sang Papa dan Masnya saling berpelukan satu sama lain disana.Ia pun merasa tak enak hati karena sudah mengganggu kedamaian antar dua lelaki itu. Kepalang malu, Wisnu pun segera menghampiri mereka berdua."Assalamu'alaikum," salam Wisnu lalu segera menyalami mereka berdua."Wa'alaikumsalam," jawab keduanya serempak."Baru pulang, Nu?" tanya Gerry ramah sambil tersenyum simpul.Wisnu pun melihat setitik embun yang berada di bawah mata Gerry saat itu.'Apa barusan Mas nangis ya? Tapi kenapa? Duh, bego banget sih gua, pake segala pulang cepet, jadi ganggu mereka berdua kan,' gerutu Wisnu didalam hatinya."Iya nih, Mas. Kok tumben kalian belum tidur Mas, Pah? Maaf ya, kalau kehadiran aku ganggu kegiatan kalian, aku bener-bener gak sengaja," ucap Wisnu dengan perasaan yang sedikit menyesal dan kikuk."Gak papa, kok, Nu, santai aja, lagi kita juga cuma ngobrol biasa," ucap Pak Leon sambil mengusap kasar matanya yang juga sedikit
"Papa sama Mamah tuh ngomong apa sih? Kok bisa-bisanya ngomong kaya gitu? kek mau meninggal aja," tanya Vani sedikit ketus."Dek," ucap Gerry sambil menyenggol lengan sang istri yang terlalu blak-blakan."Ya gak gimana-gimana. Lagi pula, Papah sama Mamah kan udah tua dan umur gak ada yang tau. Kita berharap agar bisa panjang umur, tapi kan kita gak tau nantinya gimana. Karena itu, sebelum kita nyesel karena gak bisa main bareng sama cucu, jadi mending kita main aja gitu. Bosen juga kan dirumah cuma berdua-dua doang, kalau ada Revan dan Key kan ada temen becandanya. Terserah deh, kamu sama Gerry mau kemana, mungkin mau bulan madu lagi gitu nikmatin waktu yang kemaren sempet hilang," ucap Pak Leon mengalihkan pembicaraannya.Semua orang yang ada disana pun nampak diam membeku. Tak ada yang bersuara lagi, semua kalut dengan pikirannya masing-masing."Hm, aku bilang Adel dulu ya, Pah, semoga aja Adel ijinin aku bawa Revan untuk tinggal disini," ucap Wisnu pada akhirnya dan mendapat angguk