Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku mengantarkan Ervin ke Yogyakarta Internasional Airport setelah mengantarkan Eric ke sekolahnya. Jangan tanya bagaimana perasaanku apalagi perasaan para istri yang sering ditinggal suaminya "tugas" di luar kota atau luar negri. Tentunya sebagai istri, aku memiliki sedikit rasa takut di dalam hatiku. Aku takut Ervin akan memiliki selingkuhan atau minimal ban serep yang bisa ia jamah setiap kali dirinya jauh dariku. Apalagi suamiku seorang model yang tentunya secara fisik ia good looking. Selama menikah dengannya aku tahu jika banyak wanita yang rela memberikan tubuhnya kepada Ervin secara cuma-cuma andai ia mau menanggapinya. Kenyataan itu semua yang kadang selalu bisa membuatku panas dingin dibuatnya tidak peduli jika kami telah lama menikah. "Kamu, jaga diri baik-baik ya, Lun di sini. Kalo ada apa-apa telepon aku secepatnya.""Memang kalo aku telepon kamu secepatnya, kamu bakalan langsung pulang, Vin?" Tanyaku tanpa basa basi. Ervin just
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVSiang ini kami sekeluarga minus Ervin dan Eric sedang berkumpul bersama di sebuah restoran keluarga dengan konsep gubug. Menu lobster dan berbagai macam teman-temannya menghiasi meja kami saat ini. Kami mengobrol dengan santai seolah kami ini adalah keluarga yang masih sangat sering berkumpul menjadi satu. Tidak terpecah belah bahkan hingga Papa tinggal di Dubai. "Dua Minggu lagi kita liburan bareng, ya?" Ajakan Papa membuat kami semua diam dan menatapnya dengan fokus. "Liburan bareng ke mana, Pa?" Tanyaku kepada Papa karena dua Minggu lagi suamiku masih belum pulang dari luar negri. Jika aku harus mengurus Eric seorang diri ketika liburan ini, bisa dipastikan aku akan sedikit kewalahan. Mengurus seorang anak berusia 3 tahunan yang sedang aktif-aktifnya tentunya bukanlah hal mudah untuk dilakukan. "Off-road ke Bali."Mama yang baru saja meminum lemon tea-nya langsung terbatuk-batuk saat mendengar jawaban singkat Papa. Reflek aku langsung mengelus p
Ervin Aditya POV Beberapa hari jauh dari Luna benar-benar cobaan berat untukku. Aku selalu merindukan Luna dan Eric setiap kali pekerjaanku telah berakhir. Andai saja ia adalah istri yang mau diajak ke sana ke sini mengikuti suami bekerja, pasti aku akan dengan senang hati mengajaknya. Walau Luna tak pernah mengatakannya secara jujur kepadaku, aku sangat tahu jika ia tidak pernah membuang kesempatan setiap kali aku jauh darinya untuk fokus bekerja. Ia akan sangat sibuk setiap Eric berangkat ke sekolah. Luna akan pergi ke kantor wedding organizer miliknya, lalu ke cafe. Rasanya aku ingin pensiun dari pekerjaan yang aku geluti ini, tapi Luna masih melarangnya. Menurut Luna yang sangat berpikiran realistis serta dewasa itu, jika aku mundur saat ini pastinya rugi besar. Dunia modelling hanya sementara selagi tawaran pekerjaan masih mengalir maka lebih baik diterima. Terlebih penghasilanku kebanyakan dalam bentuk dollar Amerika. Tentu saja Luna akan tersenyum lebar jika rupiah melemah da
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVSaat Ervin berada di luar negri seperti saat ini adalah saat-saat yang paling bisa aku gunakan untuk memaksimalkan waktu untuk bekerja. Selama hampir dua Minggu kami berpisah, tidak ada hari tanpa kami akan saling melepas rindu melalui video call. Tentu saja selain untuk menjaga hubungan kami agar tetap baik-baik saja tentunya Ervin tidak mau Eric kehilangan figur dirinya sebagai seorang Papa. Aku cukup salut kepada Ervin yang benar-benar memprioritaskan kami berdua. Berbeda dengan banyak laki-laki yang mungkin akan senang ketika jauh dari istri karena bebas untuk berkumpul bersama teman-temannya, Ervin begitu sering terlihat sedih saat jauh dari Eric. Sampai aku bisa menyimpulkan bahwa Ervin benar-benar siap memiliki anak dan menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Masa-masa dirinya menikmati kehidupan bebasnya mungkin sudah ia lalui dulu sebelum kami berkenalan hingga menikah. Sebenarnya aku cukup kaget dengan informasi dari Ervin yang mengatakan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku mendapatkan sebuah kabar yang cukup mengejutkan dari Papa. Papa mengatakan kepadaku jika dirinya sudah berhasil membuat Kimaya setuju untuk menikah. Aku cukup kaget hingga tidak bisa berkata apapun. Jika Papa dan Kimaya menikah, maka usia ibu sambungku lebih muda daripada diriku. Bahkan usia Kimaya sebaya dengan Ervin. Walau aku sedikit kecewa karena Mama dan Papa tidak akan pernah bersama kembali, namun aku berusaha untuk tetap bahagia dan bisa menerima semua ini demi Papa. Bahkan saat ini karena Papa masih harus menemani Kimaya di Bali, Aku, Mama, Ruben, Tiara dan Eric pulang lebih dulu menggunakan pesawat. Saat kami semua sudah menunggu jam keberangkatan pesawat kami ke Jogja, aku mencoba berbicara dengan Mama. "Ma?" Panggilku pelan. Aku rasa ini waktu yang baik untuk berbicara dari hati ke hati dengan Mama. Mumpung Eric sedang bersama Tiara dan Ruben. "Ya?""Aku boleh tanya sesuatu sama Mama?"Mama tertawa kecil di sebelahku. Setel
Ervin Aditya POV Hari ini aku tiba di Jakarta dan langsung dijemput oleh Luna. Saat aku tiba di bandara Soekarno Hatta Cengkareng, rasa bahagia muncul di dalam diriku. Akhirnya setelah pekerjaan panjang yang aku jalani di Paris dan Milan, aku bisa kembali pulang ke rumah. Saat aku sudah bertemu dengan Luna, aku langsung mendekapnya dengan begitu erat. "Vin, please... Lepasin dong, malu dilihat orang," kata Luna kepadaku saat aku mendekapnya dengan begitu erat. Mau tidak mau aku langsung mengurainya dan aku mencium keningnya. Baru setelah aku menarik bibirku dari atas kening Luna aku bertanya kepadanya tentang semua hal yang terjadi selama aku tidak ada di sini. Walau kami sering berkabar, namun nyatanya tetap saja berbeda. "Besok kita jadi ke kantor pengacara keluarga Kimaya?" Tanyaku pada Luna. "Jadi, Vin. Enggak tahu deh kenapa juga mesti ada kaya beginian. Sudah paling benar kaya prinsip kita aja. Harta suami adalah harta istri, harta istri tetap milik istri."Aku tertawa ceki
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Astaga....Aku lupa jika Ervin adalah laki-laki dengan hasrat seksual yang cukup tinggi terlebih jika ia baru saja pulang dari luar negri. Sebagai istri aku bersyukur dirinya tidak pernah jajan di luar rumah, tetapi kali ini aku masih belum siap ketika Ervin akan menebarkan benihnya kembali di dalam rahimku. Intinya, aku belum siap hamil untuk ketiga kalinya. Aku masih bisa merasakan bagaimana tidak nyamannya kehamilan keduaku kemarin. Saat ia memelukku dari arah belakang pinggangku. Aku tahu jika hasrat laki-laki yang ada di dalam diri Ervin sedang bangun. Aku harus berusaha untuk menolaknya terlebih dahulu karena aku lupa membeli sarung untuk juniornya. Kini saat Ervin sudah menuju ke kamar kami yang ada di lantai dua, aku segera mengambil dompetku dari dalam tas dan berjalan ke luar. Aku melangkahkan kakiku menuju ke apotek yang ada di ujung gang rumah ibu. Walau sebenarnya aku jarang membelinya secara langsung dan memilih membeli secara online,
Ervin Aditya POV Aku tersenyum puas tatkala siang ini aku berhasil membuat diriku dan Luna bercinta di ruang keluarga rumah ibu tanpa memakai pengaman sama sekali. Setelah penyatuan kamu sebanyak tiga kali di sofa, di lantai dan dengan posisi berdiri, akhirnya aku merasa lelah dan duduk di sofa. Luna duduk di sampingku dan ia masih memainkan junior. Terserah padanya jika ia masih ingin lagi, yang pasti kali ini aku akan membiarkannya untuk bekerja.Walau hasrat ingin bercintaku dengan Luna begitu menggebu-gebu, namun aku sadar diri. Aku baru saja melakukan perjalanan yang cukup jauh hingga aku membutuhkan tidur yang cukup panjang. "Vin, kamu pakai dulu boxer kamu. Ngeri lihat dedek kamu masih menantang begitu."Aku membuka mataku dan aku menegakkan tubuhku yang aku sandarkan di sandaran sofa. Aku menundukkan kepalaku dan saat aku melihat junior masih bangun, tentu saja aku sedikit malu di buatnya. Ternyata Luna sudah selesai memainkannya dan berbuat pergi begitu saja setelah junior
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu
Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d