Ervin Aditya POVAku tidak tau bagaimana bisa aku mengatakan hal segila itu kepada Luna tadi siang. Sejujurnya aku sendiri cukup shock dengan apa yang aku katakan kepadanya. Seketika muncul rasa takut di dalam hatiku jika pada akhirnya nanti Luna mengambil keputusan untuk memilih pekerjaannya daripada aku. Ah, aku bisa mati jika Luna memilih meninggalkanku dan membawa Eric bersamanya. Tolol. Lo bener-bener tolol, Vin. Aku terus mengatakan kata-kata itu di dalam kepalaku. Sepertinya kali ini aku benar-benar salah langkah. Tidak mau menjadi uring-uringan, aku memilih mengambil perlengkapan gym dan menuju ke tempat di mana aku menjadi member gym tersebut. Saat sampai di sana, aku langsung melakukan kegiatan yang biasa aku lakukan. Walau sudah lebih dari tiga tahun menjadi member di gym ini, namun terkadang masih saja ada orang yang berniat menggodaku. Shitt...Bukan aku sok percaya diri, namun aku adalah mantan laki-laki yang bisa di booking sehingga aku bisa membedakan mana perempuan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku mengantarkan Ervin ke Yogyakarta Internasional Airport setelah mengantarkan Eric ke sekolahnya. Jangan tanya bagaimana perasaanku apalagi perasaan para istri yang sering ditinggal suaminya "tugas" di luar kota atau luar negri. Tentunya sebagai istri, aku memiliki sedikit rasa takut di dalam hatiku. Aku takut Ervin akan memiliki selingkuhan atau minimal ban serep yang bisa ia jamah setiap kali dirinya jauh dariku. Apalagi suamiku seorang model yang tentunya secara fisik ia good looking. Selama menikah dengannya aku tahu jika banyak wanita yang rela memberikan tubuhnya kepada Ervin secara cuma-cuma andai ia mau menanggapinya. Kenyataan itu semua yang kadang selalu bisa membuatku panas dingin dibuatnya tidak peduli jika kami telah lama menikah. "Kamu, jaga diri baik-baik ya, Lun di sini. Kalo ada apa-apa telepon aku secepatnya.""Memang kalo aku telepon kamu secepatnya, kamu bakalan langsung pulang, Vin?" Tanyaku tanpa basa basi. Ervin just
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVSiang ini kami sekeluarga minus Ervin dan Eric sedang berkumpul bersama di sebuah restoran keluarga dengan konsep gubug. Menu lobster dan berbagai macam teman-temannya menghiasi meja kami saat ini. Kami mengobrol dengan santai seolah kami ini adalah keluarga yang masih sangat sering berkumpul menjadi satu. Tidak terpecah belah bahkan hingga Papa tinggal di Dubai. "Dua Minggu lagi kita liburan bareng, ya?" Ajakan Papa membuat kami semua diam dan menatapnya dengan fokus. "Liburan bareng ke mana, Pa?" Tanyaku kepada Papa karena dua Minggu lagi suamiku masih belum pulang dari luar negri. Jika aku harus mengurus Eric seorang diri ketika liburan ini, bisa dipastikan aku akan sedikit kewalahan. Mengurus seorang anak berusia 3 tahunan yang sedang aktif-aktifnya tentunya bukanlah hal mudah untuk dilakukan. "Off-road ke Bali."Mama yang baru saja meminum lemon tea-nya langsung terbatuk-batuk saat mendengar jawaban singkat Papa. Reflek aku langsung mengelus p
Ervin Aditya POV Beberapa hari jauh dari Luna benar-benar cobaan berat untukku. Aku selalu merindukan Luna dan Eric setiap kali pekerjaanku telah berakhir. Andai saja ia adalah istri yang mau diajak ke sana ke sini mengikuti suami bekerja, pasti aku akan dengan senang hati mengajaknya. Walau Luna tak pernah mengatakannya secara jujur kepadaku, aku sangat tahu jika ia tidak pernah membuang kesempatan setiap kali aku jauh darinya untuk fokus bekerja. Ia akan sangat sibuk setiap Eric berangkat ke sekolah. Luna akan pergi ke kantor wedding organizer miliknya, lalu ke cafe. Rasanya aku ingin pensiun dari pekerjaan yang aku geluti ini, tapi Luna masih melarangnya. Menurut Luna yang sangat berpikiran realistis serta dewasa itu, jika aku mundur saat ini pastinya rugi besar. Dunia modelling hanya sementara selagi tawaran pekerjaan masih mengalir maka lebih baik diterima. Terlebih penghasilanku kebanyakan dalam bentuk dollar Amerika. Tentu saja Luna akan tersenyum lebar jika rupiah melemah da
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVSaat Ervin berada di luar negri seperti saat ini adalah saat-saat yang paling bisa aku gunakan untuk memaksimalkan waktu untuk bekerja. Selama hampir dua Minggu kami berpisah, tidak ada hari tanpa kami akan saling melepas rindu melalui video call. Tentu saja selain untuk menjaga hubungan kami agar tetap baik-baik saja tentunya Ervin tidak mau Eric kehilangan figur dirinya sebagai seorang Papa. Aku cukup salut kepada Ervin yang benar-benar memprioritaskan kami berdua. Berbeda dengan banyak laki-laki yang mungkin akan senang ketika jauh dari istri karena bebas untuk berkumpul bersama teman-temannya, Ervin begitu sering terlihat sedih saat jauh dari Eric. Sampai aku bisa menyimpulkan bahwa Ervin benar-benar siap memiliki anak dan menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Masa-masa dirinya menikmati kehidupan bebasnya mungkin sudah ia lalui dulu sebelum kami berkenalan hingga menikah. Sebenarnya aku cukup kaget dengan informasi dari Ervin yang mengatakan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku mendapatkan sebuah kabar yang cukup mengejutkan dari Papa. Papa mengatakan kepadaku jika dirinya sudah berhasil membuat Kimaya setuju untuk menikah. Aku cukup kaget hingga tidak bisa berkata apapun. Jika Papa dan Kimaya menikah, maka usia ibu sambungku lebih muda daripada diriku. Bahkan usia Kimaya sebaya dengan Ervin. Walau aku sedikit kecewa karena Mama dan Papa tidak akan pernah bersama kembali, namun aku berusaha untuk tetap bahagia dan bisa menerima semua ini demi Papa. Bahkan saat ini karena Papa masih harus menemani Kimaya di Bali, Aku, Mama, Ruben, Tiara dan Eric pulang lebih dulu menggunakan pesawat. Saat kami semua sudah menunggu jam keberangkatan pesawat kami ke Jogja, aku mencoba berbicara dengan Mama. "Ma?" Panggilku pelan. Aku rasa ini waktu yang baik untuk berbicara dari hati ke hati dengan Mama. Mumpung Eric sedang bersama Tiara dan Ruben. "Ya?""Aku boleh tanya sesuatu sama Mama?"Mama tertawa kecil di sebelahku. Setel
Ervin Aditya POV Hari ini aku tiba di Jakarta dan langsung dijemput oleh Luna. Saat aku tiba di bandara Soekarno Hatta Cengkareng, rasa bahagia muncul di dalam diriku. Akhirnya setelah pekerjaan panjang yang aku jalani di Paris dan Milan, aku bisa kembali pulang ke rumah. Saat aku sudah bertemu dengan Luna, aku langsung mendekapnya dengan begitu erat. "Vin, please... Lepasin dong, malu dilihat orang," kata Luna kepadaku saat aku mendekapnya dengan begitu erat. Mau tidak mau aku langsung mengurainya dan aku mencium keningnya. Baru setelah aku menarik bibirku dari atas kening Luna aku bertanya kepadanya tentang semua hal yang terjadi selama aku tidak ada di sini. Walau kami sering berkabar, namun nyatanya tetap saja berbeda. "Besok kita jadi ke kantor pengacara keluarga Kimaya?" Tanyaku pada Luna. "Jadi, Vin. Enggak tahu deh kenapa juga mesti ada kaya beginian. Sudah paling benar kaya prinsip kita aja. Harta suami adalah harta istri, harta istri tetap milik istri."Aku tertawa ceki
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Astaga....Aku lupa jika Ervin adalah laki-laki dengan hasrat seksual yang cukup tinggi terlebih jika ia baru saja pulang dari luar negri. Sebagai istri aku bersyukur dirinya tidak pernah jajan di luar rumah, tetapi kali ini aku masih belum siap ketika Ervin akan menebarkan benihnya kembali di dalam rahimku. Intinya, aku belum siap hamil untuk ketiga kalinya. Aku masih bisa merasakan bagaimana tidak nyamannya kehamilan keduaku kemarin. Saat ia memelukku dari arah belakang pinggangku. Aku tahu jika hasrat laki-laki yang ada di dalam diri Ervin sedang bangun. Aku harus berusaha untuk menolaknya terlebih dahulu karena aku lupa membeli sarung untuk juniornya. Kini saat Ervin sudah menuju ke kamar kami yang ada di lantai dua, aku segera mengambil dompetku dari dalam tas dan berjalan ke luar. Aku melangkahkan kakiku menuju ke apotek yang ada di ujung gang rumah ibu. Walau sebenarnya aku jarang membelinya secara langsung dan memilih membeli secara online,